Yati Suryati , 2015 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat berkompetisi di era teknologi seperti sekarang
ini. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan oleh siswa mengingat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa
saja bisa memperoleh informasi secara cepat dan mudah. Oleh karena itu siswa harus dibekali kemampuan berpikir, jika para siswa tidak dibekali dengan
kemampuan berpikir, termasuk kemampuan berpikir kritis maka mereka tidak akan mampu mengolah, menilai dan mengambil informasi yang dibutuhkan untuk
menghadapi tantangan tersebut. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan
pendidikan adalah mengenai berpikir kritis siswa. Dalam lingkungan sekolah, Johson dalam Yaumi dan Ibrahim, 2013, hlm. 66 mengatakan secara spesifik
bahwa berpikir kritis adalah suatu proses yang terorganisasi yang memungkinkan peserta didik mengevaluasi fakta, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari
pernyataan orang lain. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dilatihkan pada siswa agar
mampu lebih mudah dalam memahami, menguasai dan menerapkan konsep. Zamroni dan Mahfudz dalam Ahmad, 2014, hlm. 5 mengemukakan alasan
pentingnya kemampuan bepikir kritis dilatihkan pada siswa yaitu : 1.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat akan menyebabkan informasi yang diterima siswa semakin banyak jenisnya. Oleh
karena itu siswa dituntut memiliki kemampuan memilih dan memilah informasi yang baik dan benar sehingga dapat memperkaya wawasan
2. Siswa adalah warga masyarakat yang kini maupun kelak akan menjalani
kehidupan semakin kompleks. Hal ini menuntut mereka memiliki kemampuan
Yati Suryati , 2015 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
berpikir kritis dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara kritis.
3. Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas, dimana
kreativitas muncul ketika mengamati fenomena-fenomena atau permasalahan yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif
4. Setiap saat manusia selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan, dengan
terampil dalam berpikir kritis manusia bisa mengambil keputusan dengan tepat.
Fenomena yang terjadi dalam proses pembelajaran umumnya guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi kemampuan analisis, evaluasi dan mencipta. Soal-soal yang disampaikan baik itu pada saat ulangan harian, uts dan uas berupa soal
ranah kognitif tingkat rendah pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, sedangkan soal-soal yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu soal
untuk mengukur kemampuan analisis, evaluasi dan mencipta porsinya sangat kurang. Dengan demikian kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi masih
rendah. Selain itu juga metode pembelajaran yang digunakan masih menggunakan metode konvensional berupa ceramah hal ini yang membuat interaksi antara guru
dan siswa tidak berjalan multi arah dan mengakibatkan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Posisi prestasi Indonesia masih dibawah standar internasional, seperti yang dilansir oleh TIMSS Trend in International Mathematics and Science Study
yaitu studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, memperlihatkan bahwa skor yang diraih Indonesia masih dibawah skor rata-rata internasional. Hasil studi TIMSS 1999 untuk matematika, Indonesia
berada diperingkat ke 34 dari 38 negara peserta dengan skor rata-rata 403, sedangkan skor rata-rata internasional 487. Hasil studi TIMSS 2003 untuk
matematika, Indonesia berada diperingkat ke 35 dari 46 negara peserta dengan skor rata-rata 411, sedangkan skor rata-rata internasional 467. Hasil studi TIMSS
Yati Suryati , 2015 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
2007 untuk matematika, Indonesia berada diperingkat ke 36 dari 49 negara peserta dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor rata-rata internasional 500.
Kemdikbud, 2011. Hasil terbaru TIMSS 2011 untuk matematika, Indonesia berada diperingkat 38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata 386, sedangkan
skor rata-rata internasional 500 IEA, 2012. Kondisi tidak jauh berbeda dilihat dari hasil studi yang dilakukan PISA
Programme for International Student Assessment adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains
. Hasil studi PISA 2000
untuk matematika Indonesia berada diperingkat ke 39 dari 41 negara peserta dengan skor rata-rata 367, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Hasil studi
PISA 2003 Indonesia berada diperingkat ke 38 dari 40 negara peserta dengan skor rata-rata 360, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Hasil studi PISA 2006
untuk matematika Indonesia berada diperingkat ke 50 dari 57 negara peserta dengan skor rata-rata 391, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Hasil studi
PISA 2009 Indonesia berada diperingkat ke 61 dari 65 negara peserta dengan skor rata-rata 371, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Kemdikbud, 2011.
Hasil studi PISA 2012 untuk matematika, Indonesia berada diperingkat ke 64 dari 65 negara peserta dengan skor rata-rata internasional 500 OECD,2013.
Dari paparan kedua lembaga survey Internasional menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia khususnya dibidang
matematika masih tergolong rendah. Siswa belum mampu menyelesaikan soal- soal yang dituntut untuk berpikir lebih tinggi. Dengan demikian salah satu yang
perlu dikembangkan dengan optimal adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi atau yang dikenal dengan High Order Thinking Skills HOTS.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis dengan melakukan test soal berpikir kritis di kelas XI IIS 1 - XI IIS 4, hasil studi pendahuluan dapat
dilihat dari tabel 1.1 yang menyajikan data pencapaian kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IIS 1 - XI IIS 4 SMA Negeri I Baleendah
pada materi indeks harga dan inflasi
Yati Suryati , 2015 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Tabel 1.1 Pencapaian Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas XI IIS 1 - XI IIS 4 SMA Negeri I Baleendah Tahun Pelajaran 20142015
Kelas Kriteria
Frekuensi Persentasi
XI IIS 1 Tinggi nilai
≥ 70 11
31.43 Rendah nilai
≤ 70 24
68.57 XI IIS 2
Tinggi nilai ≥ 70
8 23.53
Rendah nilai ≤ 70
26 76.47
XI IIS 3 Tinggi nilai
≥ 70 8
23.53 Rendah nilai
≤ 70 26
76.47 XI IIS 4
Tinggi nilai ≥ 70
7 19.44
Rendah nilai ≤ 70
29 80.56
Sumber : Daftar nilai siswa pra penelitian lampiran B2 Berdasarkan nilai test studi pendahuluan yang disajikan pada tabel 1.1
menunjukan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan kriteria rendah lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis dengan kriteria tinggi, hal tersebut menunjukan kemampuan berpikir kritis masih rendah. Hasil test berpikir kritis yang dilakukan peneliti,
permasalahan diindikasikan oleh pola pembelajaran ekonomi kelas XI IIS SMA Negeri I Baleendah masih belum mengarah kepada pengembangan kemampuan
berpikir kritis serta dalam proses pembelajaran masih sebatas penguasaan materi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengembangan pembelajaran yang
inspiratif, inovatif,
menantang dan
menyenangkan sehingga
dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran ekonomi adalah pemilihan metode
pembelajaran yang tidak membiasakan siswa untuk berpikir kritis. Metode
Yati Suryati , 2015 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, sehingga dalam menjalankan fungsinya, metode merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Kemampuan berpikir
kritis dapat
distimulasi melalui
metode pembelajaran yang berorientasi pada pemecaham masalah oleh siswa. Salah
satu metode yang menggunakan masalah sebagai tititk tolak untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah metode pembelajaran problem solving. Melalui
metode problem solving siswa disajikan permasalahan yang sesuai dengan materi yang dipelajari, kemudian didorong dan dibimbing untuk memecahkan masalah
tersebut melalui proses berpikir ilmiah. Dalam usaha memecahkan masalah, siswa perlu menentukan solusi apa yang tepat untuk memecahan masalah. Dalam proses
pemecahan masalah, siswa akan menggunakan kemampuan berpikir kritisnya. Metode Problem Solving dikembangkan berdasarkan pada teori
konstruktivisme. Teori konstruktivisme memahami belajar sebagai proses pembentukan konstruksi pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan begitu saja dari seorang guru kepada siswa. Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruk kognitif kenyataan melalui kegiatan
seseorang. Ia membentuk skema, kategori, konsep dan konstruk pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan Bettencoutr dalam Suyono dan Hariyanto
2012:106. Bruner dalam Baharuddin, 2008, hlm. 115 premis dasarnya adalah bahwa individu harus aktif “membangun” pengetahuan dan keterampilannya.
Melalui masalah sebagai titik tolak dalam pembelajaran, akan memberikan kesempatan siswa untuk membangun keterampilan berpikir kritis melalui proses
pemecahan masalah. Melalui proses mencari alternatif solusi dari masalah yang disajikan siswa akan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk
ditransformasikan kedalam konteks pengetahuan baru berupa pemecahan masalah. Dalam pembelajaran ekonomi, selain faktor metode pembelajaran
problem solving ada faktor lain yang juga mempengaruhi kemampuan berpikir kritis, salah satu faktor tersebut adalah variabel kondisi pembelajaran. Reigeluth
dan Merrill 1979 mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi
Yati Suryati , 2015 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
tiga kelompok, yaitu: 1 tujuan dan karakteristik bidang studi, 2 kendala dan karakteristik bidang studi, dan 3 karakteristik pebelajar. Karakteristik si-
belajar adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan pebelajar, seperti bakat, minat, motivasi, orientasi tujuan, intelegensi, gaya kognitif, hasil belajar yang
telah dimiliki, dan lain-lain. Salah satu karakteristik pebelajar yang penting untuk diketahui dan
diperhatikan oleh guru adalah gaya kognitif. Gaya kognitif dideskripsikan sebagai cara bagaimana pebelajar mengolah informasi. Keefe 1987
mengemukakan bahwa gaya kognitif adalah bagian dari gaya belajar yang menggambarkan kebiasaan berperilaku relatif tetap dalam diri seseorang dalam
menerima, memikirkan, memecahkan masalah maupun dalam menyimpan informasi. Salah satu bentuk gaya kognitif siswa adalah Field Dependent FD
dan Field Independent FI. Menurut Witkin dan Goodenough dalam Altun dan Cakan 2006 seseorang termasuk dalam kategori field independent FI jika
mereka mampu memisahkan satu unsur dari pada konteksnya atau dari wilayah latar belakang dan mereka cenderung mendekati permasalahan lebih analitis.
Sebaliknya, field dependent FD mereka lebih baik pada mengingat kembali informasi sosial seperti percakapan dan suatu hubungan dan mendekati
permasalahn lebih global dengan gambaran keseluruhan dari konteks yang diberikan.
Hasil penelitian yang dilakukan Fatmawati 2010 mengemukakan
terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan penguasaan konsep antara siswa FI dengan FD setelah pembelajaran dengan metode eksperimen berbasis inkuiri,
peningkatan penguasaan konsep siswa FI lebih tinggi dari pada siswa FD. Sulana, P. 2014 mengemukakan siswa yang memiliki gaya kognitif FI dan diajar
menggunakan strategi pembelajaran PBL lebih tinggi daripada siswa yang memiliki gaya kognitif FD dan diajar menggunakan strategi pembelajaran PBL.
Dari uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dilihat dari Gaya Kognitif Siswa
”. Penelitian ini
Yati Suryati , 2015 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
akan dilakukan di SMA Negeri 1 Baleendah kelas XI IIS pada mata pelajaran ekonomi materi kebijakan perdagangan internasional.
B. Rumusan Masalah