2. Jamur
a. Definisi Jamur Fardiaz 1989 mendefinisikan jamur sebagai suatu mikroorganisme
eukariotik yang mempunyai ciri-ciri spesifik yaitu mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil, dapat berkembang biak secara
aseksual dan beberapa jamur mempunyai bagian–bagian tubuh berbentuk filamen- filamen dan sebagian lagi bersifat uniseluler. Beberapa jamur meskipun saprofitik,
dapat juga menyerbu inang yang hidup lalu tumbuh dengan subur sebagai parasit dan menimbulkan penyakit pada tumbuhan, hewan, termasuk manusia, tidak
kurang dari 100 spesies yang patogen terhadap manusia Pelczar dan Chan, 1986. b. Penanaman Jamur
Jamur dapat ditanam pada medium padat atau cair dalam tabung atau petri. Pertumbuhan jamur pada umumnya lambat dibanding pertumbuhan bakteri,
sehingga jika dalam penanaman terdapat bakteri dan jamur, maka bakteri akan menutupi permukaan media sebelum jamur sempat tumbuh. Pada dasarnya jamur
mempunyai keasaman yang lebih besar dibanding dengan bakteri Budimulya, 1983.
3. C. albicans
a. Klasifikasi Menurut Frobisher and Fuerts 1983, C. albicans dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : Divisi
: Thallophyta Anak divisi
: Fungi
Kelas :
Ascomycetes Bangsa
: Moniliales Suku
: Crytoccocaceae
Anak suku : Candidoidea
Marga : Candida
Jenis :
C. albicans b. Sifat Umum C. albicans
C. albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas yang menghasilkan pseudomisellium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Ragi ini
adalah anggota flora normal selaput mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan dan genital wanita Jawetz et al., 1996.
C. albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas, sehingga spora jamur disebut blastospora atau sel ragi sel khamir. Jamur membentuk hifa semu
yang sebenarnya adalah rangkaian blastospora yang juga dapat bercabang– cabang. Berdasarkan bentuk-bentuk jamur tersebut maka dikatakan bahwa
Candida menyerupai ragi Suprihatin, 1982. C. albicans dianggap spesies terpatogen dan menjadi penyebab utama
kandidiasis. Jamur ini tidak terdapat di alam bebas, tetapi dapat tumbuh sebagai saproba pada berbagai alat tubuh manusia, terutama yang mempunyai hubungan
dengan dunia luar, misalnya rongga usus Suprihatin, 1982. Pada media agar Sabouroud yang dieramkan pada suhu kamar, jamur
Candida membentuk koloni lunak berwarna krem dan mempunyai bau seperti ragi. C. albicans dapat meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan
gas, serta menghasilkan asam dari sukrosa dan tidak bereaksi dengan laktosa Jawetz et al., 1996.
c. Infeksi yang disebabkan oleh C. albicans C. albicans dapat menimbulkan serangkaian penyakit pada beberapa
tempat, antara lain :
1 Mulut : infeksi mulut sariawan, terutama pada bayi, terjadi pada selaput
mukosa pipi dan tampak sebagai bercak-bercak putih. Pertumbuhan Candida di dalam mulut lebih subur bila disertai kadar glukosa tinggi,
antibiotika, kortikosteroid dan imunodefisiensi. 2
Genitalia wanita : vulvovaginitis menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang hebat dan pengeluaran sekret.
3 Kulit : infeksi kulit terutama terjadi pada bagian-bagian tubuh yang basah,
hangat, seperti ketiak, lipatan paha, skrotum atau lipatan di bawah payudara. Infeksi paling sering terjadi pada orang yang gemuk dan
diabetes. Daerah-daerah itu menjadi merah dan mengeluarkan cairan dan dapat membentuk vesikel.
4 Kuku : rasa nyeri, bengkak kemerahan pada lipatan kuku yang dapat
mengakibatkan penebalan dan alur transversal pada kuku sehingga pada akhirnya dapat kehilangan kuku.
5 Paru-paru dan organ lain : infeksi Candida dapat menyebabkan invasi
sekunder pada paru-paru, ginjal dan organ lain yang sebelumnya telah menderita penyakit lain misalnya tuberkulosis atau kanker.
6 Kandidiasis monokutan menahun : kelainan ini merupakan tanda
kekurangan kekebalan seluler pada anak-anak Jawetz et al., 1996.
4. Antijamur