Kerangka teoritis asumsi yang merendahkan kapasitas manusia Kaum miskin terjerat rentenir

63

B. Faktor-faktor Kemiskinan Masyarakat Bangladesh

Beberapa faktor yang turut menjadi penyebab terjadinya kemiskinan masyarakat di Bangladesh, antara lain:

1. Kerangka teoritis asumsi yang merendahkan kapasitas manusia

Kemiskinan tidak dibikin oleh rakyat miskin, maka kemiskinan dapat disingkirkan dari muka bumi, karena kemiskinan diciptakan dan dilestarikan oleh sistem sosial-ekonomi, dan adanya asumsi yang merendahkan kapasitas manusia. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Yunus 2007: 273-274 yaitu: Saya yakin kita bisa menciptakan dunia yang bebas-kemiskinan, kerena kemiskinn tidak dibikin oleh rakyat miskin. Kemiskinan diciptakan dan dilestarikan oleh sistem sosial-ekonomi yang kita rancang sendiri, pranata-pranata yang menyusun sistem itu, kebijakan-kebijakan yan kita terapkan. Kemiskinan tercipta karena kita membangun kerangka teoritis berdasarkan asumsi-asumsi yang merendahkan kapasitas manusia, dengan merancang konsep-konsep yang terlampau sempit seperti konsep bisnis, kelayakan kredit, kewirausahaan, lapangan kerja atau mengembangkan lembaga- lembaga yang belum matang seperti lembaga-lembaga keuangan yang tidak mengikutsertakan kaum miskin. Kemiskinan disebabkan oleh kegagalan pada tataran konseptual, dan bukan kurangnya kapabilitas di pihak rakyat.

2. Kaum miskin terjerat rentenir

Tahun 1974, Yunus mencoba menyelediki perjuangan kaum miskin yang ada di sekitar kampus tempat mengajarnya, untuk bisa mencari sejumlah kecil uang buat menopang upaya mereka mencari penghidupan. Yunus terperanjat mendapati seorang perempuan desa meminjam kurang dari AS1 dari seorang rentenir, dengan syarat bahwa si rentenir memegang hak eksklusif untuk membeli semua yang dihasilkan si 64 perempuan itu dengan harga yang ditetapkan si rentenir. Hal itu, bagi Yunus, adalah cara membeli budak belian Yunus, 2007: 264. Pinjaman berbunga tinggi riba telah menjadi lazim dan diterima masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga seperti Bangladesh. Di pedesaaan Bangladesh, pinjaman gabah satu maund kira-kira 37 kg di awal musim tanam harus dikembalikan sebanyak dua maund saat panen tiba. Ketika digunakan sebagai jaminan, maka tanah berada dalam kekuasaan kreditur yang menikmati hak kepemilikan atas tanah itu sampai seluruh pinjaman dilunasi. Di Bangladesh, orang kadang meminjam uang untuk tujuan spesifik dan temporer sifatnya mengawinkan anak gadis, menyuap pejabat, biaya sidang pengadilan, tetapi kadang-kadang untuk kebutuhan bertahan hidup seperti membeli pangan atau pengobatan atau kebutuhan darurat lainnya. Dalam banyak kasus, peminjam sangat sulit melepaskan dirinya dari beban pinjaman. Biasanya peminjam harus gali lubang tutup lubang, dan akhirnya terperangkap dalam lingkaran kemiskinan Yunus, 2007: 49-50. Yunus tergerak untuk membantu para warga yang terjerat hutang tersebut yang berada di Desa Jobra. Yunus menyuruh Maimuna Begum, mahasiswi untuk mengumpulkan data tentang warga Jobra yang bergantung pada para pedagang. Dalam satu minggu daftarnya siap, dan ada 42 orang dengan keseluruhan pinjaman sebesar 856 taka kurang dari AS27. Kemudian Yunus serahkan AS27 pada Maimuna Begum dan berkata ”Ini, pinjamkan uang ini pada 42 orang di daftar kita. Mereka bisa 65 membayar utang-utangnya pada para pedagang dan menjual produk- produknya dengan harga yang baik” Yunus, 2007:51.

3. Program-program pembangunan internasional di Bangladesh salah sasaran