Metode Jalur Kritis Critical Path Method-CPM Metode Preseden Diagram Preceden Diagram Method-PDM

9 sebagai suatu langkah penyempurnaan metode diagram balok, karena dapat memberikan jadwal atas pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan oleh metode diagram balok, seperti tidak tercantumnya informasi mengenai perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek atau kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis dalam hubungannya dengan penyelesaian proyek. Disamping itu jaringan kerja juga berguna untuk: 1. Menyusun urutan kegiatan yang memiliki sejumlah besar komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks. 2. Membuat perkiraan jadwal yang paling ekonomis. 3. Mengusahakan fluktasi minimal penggunaan sumber daya. Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek dan pada giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek. Diantara berbagai versi analisis jaringan kerja, yang amat luas pemakaiannya adalah Metode Jalur Kritis Critical Path Method - CPM dan Metode Preseden Diagram Preceden Diagram Method- PDM. Metode PDM menghasilkan jaringan kerja yang relatif sederhana dibandingkan CPM, terutama untuk kegiatan yang oleh karena satu dan lain hal perlu dipecah-pecah menjadi subkegiatan.

2.3.2.1 Metode Jalur Kritis Critical Path Method-CPM

Critical Path Method CPM termasuk klasifikasi activity on arrow AOA, sehingga dalam beberapa literatur CPM kerap juga disebut dengan Arrow Diagram Method ADM.Dalam metode ini kegiatan digambarkan sebagai anak panah yang menghubungkan dua lingkaran ataupun segiempat yang mewakili dua peristiwa.Penulisan kejadian seperti pada gambar 2.1. 10 Gambar 2.1 Simbol Kejadian Sumber: Ervianto 2002 Ekor anak panah merupakan awal dan ujungnya sebagai akhir kegiatan.Nama dan kurun waktu kegiatan berturut-turut ditulis di atas dan di bawah anak panah.Kejadian di awal dari anak panah disebut node “i”, sedangkan kejadian di akhir anak panah disebut node “j”.Untuk lebih jelasnya, penggambaran hubungan peristiwa dan kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Hubungan peristiwa dan kegiatan pada ADM Sumber: Ervianto 2002 Dalam pembuatan teknik penjadwalan menggunakan ADM tersebut perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Inventarisasi semua kegiatan pekerjaan yang akan dilakukan untuk suatu proyek. b. Menentukan logika ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta urutan pelaksanaan kegiatan. c. Berdasarkan kedua hal tersebut diatas kegiatan dan hubungan ketergantungan dapat dibuat diagram jaringannya. d. Masukkan unsur waktu untuk tiap-tiap kegiatan pekerjaan pada jaringan diagram tersebut sehingga dapat diketahui jangka waktu proyek. e. Tentukan lintasan kritis berdasarkan syarat-syarat yang ada. Untuk lebih jelasnya penggunaan hubungan peristiwa dan kegiatan pada ADM dicontohkan pada gambar 2.3. 11 Gambar 2.3 Arrow Diagram Method Sumber: Ervianto 2002

2.3.2.2 Metode Preseden Diagram Preceden Diagram Method-PDM

Kegiatan dalam Precedence Diagram Method PDM digambarkan dengan lambang segi empat, karena letak kegiatan di bagian node sehingga sering disebut juga Activity On Node AON. Kelebihan Precedence Diagram Method dibandingkan dengan Arrow Diagram adalah Ervianto,2002: a. Tidak diperlukan kegiatan fiktifdummy sehingga pembuatan jaringan menjadi lebih sederhana. b. Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuattanpa menambah jumlah kegiatan. 12 Kegiatan dalam precedence diagram method diwakili oleh sebuah lambang yang mudah diidentifikasi, misalnya: Gambar 2.4 Alternatif 1, lambang kegiatan Sumber: Ervianto 2002 Gambar 2.5 Alternatif 2, lambang kegiatan Sumber: Ervianto 2002 dimana, - ES : earliest start time atau waktu mulai paling awal. Bila waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam hari, maka waktu ini adalah hari paling awal kegiatan dimulai. - EF : earliest finish time atau waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya. - LS : latest allowable start time atau waktu paling akhir kegiatan boleh mulai, yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan. 13 - LF : latest allowable finish time atau waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa memperlambat penyelesaian proyek. Hubungan antar kegiatan dalam metode ini digunakan sebuah garis penghubung, yang dapat dimulai dari kegiatan kiri ke kanan atau dari kegiatan atas ke bawah, tetapi tidak pernah dijumpai akhir dari garis penghubung ini di kiri sebuah kegiatan.Jika kegiatan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri sejumlah kegiatan pula, maka dapat ditambahkan kegiatan awal dan kegiatan akhir yang keduanya merupakan kegiatan fiktifdummy, misalnya untuk kegiatan awal ditambahkan kegiatan START dan kegiatan akhir ditambahkan FINISH. Gambar 2.6 kegiatan fiktif Sumber: Ervianto 2002 Hubungan antara kegiatan dalam jaringan kerja ini dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: 1. Hubungan Finish To Start FTS Jenis hubungan ini yang sering digunakan dalam Precedence Diagram Method. Dalam FTS, hubungan ini dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: - Finish To Start dengan lag = 0 - Finish To Start dengan lag positif - Finish To Start dengan lag negative 14 Gambar 2.7 HubunganFinish To Start Sumber: Ervianto 2002 2. Hubungan Start To StartSTS Jenis hubungan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu: - Start To Start dengan lag = 0 - Start To Startdengan lag positif - Start To Startdengan lag negative Gambar 2.8 HubunganStart To Start Sumber: Ervianto 2002 3. Hubungan Finish To Finish FTF Jenis hubungan ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: - Finish To Finish dengan lag = 0 - Finish To Finishdengan lag positif - Finish To Finishdengan lag negative Gambar 2.9 HubunganFinish To Finish Sumber: Ervianto 2002 15 4. Hubungan Start To Finish STF Hubungan ini memberikan penjelasan antara selesainya kegiatan j dengan mulainya kegiatan terdahulu i.Atau kegiatan j selesai setelah kegiatan i mulai. Gambar 2.10 HubunganStart To Finish Sumber: Ervianto 2002 Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis, dan kemudian menentukan jalur kritis, dapat dilakukan perhitungan ke depan Forward Analysis dan perhitungan ke belakang Backward Analysis. Perhitungan ke depan Forward Analysis dilakukan untuk mendapatkan besarnya ES dan EF. Sebagai kegiatan predecessor adalah kegiatan i, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah j. Gambar 2.11 Hubungan kegiatan I dan J Sumber: Ervianto 2002 Besarnya nilai ESj dan EFj dihitung sebagai berikut: 1. ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + Fsij 2.1 2. EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj 2.2 Catatan: 16 a. Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan, maka diambil nilai terbesar. b. Jika tidak adadiketahui FSij atau SSij, maka ESj dihitung dengan cara sebagai berikut: ESj = EFj – Dj. Perhitungan ke belakang Backward Analysis dilakukan untuk mendapatkan besarnya LS dan LF.Sebagai kegiatan successor adalah kegiatan J, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah I. Gambar 2.12 Hubungan kegiatan I dan J Sumber: Ervianto 2002 Besarnya nilai LSj dan LFj dihitung sebagai berikut: 1. LFi = LFj + FFij atau LFI = LSj + FSij 2.3 2. LSi = LSi + SSij atau LSj = EF + SFIJ atau LFi – Di 2.4 Catatan: a. Jika ada lebih dari satu anak panah yang keluar dari suatu kegiatan, maka diambil nilai terkecil. b. Jika tidak adadiketahui FFij atau FSij, maka LFj dihitung dengan cara: LFj = LSi +Di. Jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut: 1. Earliest Start ES = Latest Start LS 2. Earliest Finish EF = Latest Finish LF 3. Latest Finish LF – Earliest Start ES = Durasi kegiatan 17

2.4 Sistematika Penyusunan Jaringan Kerja