6
manajer proyek adalah menyatukan visi menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
2.1.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu Ervianto,2002:
A. Bangunan gedung, seperti perumahan, perkantoran, pabrik dan lain-lain dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal. b. Dilaksanakan pada area dengan luas yang relatif kecil.
c. Dibutuhkan manajemen proyek terutama untuk memantau kemajuan pekerjaan.
B. Bangunan sipil, seperti jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang. b. Dilaksanakan untuk mengendalikan alam untuk kepentingan manusia.
c. Dilaksanakan untuk memberikan manfaat maksimal untuk manusia.
2.2 Optimalisasi
Optimalisasiberasaldarikata optimalyangberartiterbaikKamusBesar
BahasaIndonesia.Jadimaksud dari optimalisasi padapenelitian iniadalah proses pencapaian
suatupekerjaandenganhasildankeuntunganyangbesar tanpa
harus mengurangi mutu dan kualitas dari suatu pekerjaan.
2.3 Penjadwalan Proyek
Menurut Hussen 2009, penjadwalan proyek adalah salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan
kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan, dan material serta rencana durasi proyek dan progress waktu untuk
menyelesaikan proyek.
7
Penggunaan biaya dan waktu merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan. Penggunaan atau peningkatan dana yang baik serta efisiensi waktu yang efektif
sangat berpengaruh akan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Manfaat penjadwalan proyek adalah: a. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan
proyek. b. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.
c. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan. d. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan
cara hal-hal kritis pada proyek.
Faktor-faktor penjadwalan proyek adalah: a. Kebutuhan dan fungsi dari proyek tersebut. Dengan selesainya proyek itu,
diharapkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. b. Adanya keterkaitan dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan dari proyek
sebelumnya. c. Alasan sosial politik lainnya, apabila proyek tersebut milik pemerintah.
d. Kondisi alam dan lokasi proyek. e. Keterjangkauan lokasi proyek ditinjau dari fasilitas perhubungannya.
f. Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan, dan material pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya proyek tersebut.
g. Kapasitas atau daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung.
h. Produktivitas sumber daya, peralatan proyek dan tenaga kerja proyek, selama operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang memenuhi
aturan teknis. i. Cuaca, musim dan gejala alam lainnya.
j. Referensi hari kerja efektif.
8
Teknik penjadwalan untuk proyek konstruksi dapat dilakukan dalam bentuk diagram balok Bar Chart diagram Jaringan Network. Dari segi penyusunan
jadwal, diagram jaringan kerja dipandang sebagai langkah penyempurnaan metode diagram balok.
2.3.1 Metode Diagram Balok Bar Chart
Rencana kerja yang paling sering dan banyak digunakan adalah diagram batang bar chart atau Gant chart.Bar chart digunakan secara luas dalam proyek
konstruksi karena sederhana, mudah dalam pembuatannya dan mudah dimengerti oleh pemakainya.
Bar chart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal. Kolom arah horizontal menunjukkan skala waktu. Saat mulai dan akhir dari
sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang Ervianto,2002. Proses penyusunan diagram batang
dilakukan dengan langkah sebagai berikut: a. Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada
dalam rencana pelaksanaan pembangunan. b. Urutan pekerjaan, dari daftar item kegiatan tersebut di atas, disusun urutan
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan dilaksanakan lebih dahulu dan item kegiatan yang akan dilaksanakan
kemudian, dan tidak mengesampingkan kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
c. Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari seluru kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai seluruh kegiatan
berakhir. Waktu pelaksanaan kegiatan diperoleh dari penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap item kegiatan.
2.3.2 Metode Jaringan kerja
Jaringan kerja Networking Planning adalah salah satu alat yang dipakai dalam menyelenggarakan pekerjaan atau proyek yang meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan.Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang
9
sebagai suatu langkah penyempurnaan metode diagram balok, karena dapat memberikan jadwal atas pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan oleh metode
diagram balok, seperti tidak tercantumnya informasi mengenai perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek atau kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis dalam hubungannya
dengan penyelesaian proyek. Disamping itu jaringan kerja juga berguna untuk: 1. Menyusun urutan kegiatan yang memiliki sejumlah besar komponen dengan
hubungan ketergantungan yang kompleks. 2. Membuat perkiraan jadwal yang paling ekonomis.
3. Mengusahakan fluktasi minimal penggunaan sumber daya. Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan
teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek dan pada giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek.
Diantara berbagai versi analisis jaringan kerja, yang amat luas pemakaiannya adalah Metode Jalur Kritis Critical Path Method - CPM dan Metode Preseden
Diagram Preceden Diagram Method- PDM. Metode PDM menghasilkan jaringan kerja yang relatif sederhana dibandingkan CPM, terutama untuk kegiatan yang oleh
karena satu dan lain hal perlu dipecah-pecah menjadi subkegiatan.
2.3.2.1 Metode Jalur Kritis Critical Path Method-CPM
Critical Path Method CPM termasuk klasifikasi activity on arrow AOA, sehingga dalam beberapa literatur CPM kerap juga disebut dengan Arrow Diagram
Method ADM.Dalam metode ini kegiatan digambarkan sebagai anak panah yang menghubungkan
dua lingkaran
ataupun segiempat
yang mewakili
dua peristiwa.Penulisan kejadian seperti pada gambar 2.1.
10
Gambar 2.1 Simbol Kejadian
Sumber: Ervianto 2002
Ekor anak panah merupakan awal dan ujungnya sebagai akhir kegiatan.Nama dan kurun waktu kegiatan berturut-turut ditulis di atas dan di bawah anak
panah.Kejadian di awal dari anak panah disebut node “i”, sedangkan kejadian di akhir anak panah disebut node “j”.Untuk lebih jelasnya, penggambaran hubungan peristiwa
dan kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Hubungan peristiwa dan kegiatan pada ADM
Sumber: Ervianto 2002
Dalam pembuatan teknik penjadwalan menggunakan ADM tersebut perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Inventarisasi semua kegiatan pekerjaan yang akan dilakukan untuk suatu proyek.
b. Menentukan logika ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta urutan pelaksanaan kegiatan.
c. Berdasarkan kedua hal tersebut diatas kegiatan dan hubungan ketergantungan dapat dibuat diagram jaringannya.
d. Masukkan unsur waktu untuk tiap-tiap kegiatan pekerjaan pada jaringan diagram tersebut sehingga dapat diketahui jangka waktu proyek.
e. Tentukan lintasan kritis berdasarkan syarat-syarat yang ada. Untuk lebih jelasnya penggunaan hubungan peristiwa dan kegiatan pada
ADM dicontohkan pada gambar 2.3.
11 Gambar 2.3 Arrow Diagram Method
Sumber: Ervianto 2002
2.3.2.2 Metode Preseden Diagram Preceden Diagram Method-PDM
Kegiatan dalam Precedence Diagram Method PDM digambarkan dengan lambang segi empat, karena letak kegiatan di bagian node sehingga sering disebut
juga Activity On Node AON. Kelebihan Precedence Diagram Method dibandingkan dengan Arrow Diagram adalah Ervianto,2002:
a. Tidak diperlukan kegiatan fiktifdummy sehingga pembuatan jaringan menjadi lebih sederhana.
b. Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuattanpa menambah jumlah kegiatan.
12
Kegiatan dalam precedence diagram method diwakili oleh sebuah lambang yang mudah diidentifikasi, misalnya:
Gambar 2.4 Alternatif 1, lambang kegiatan
Sumber: Ervianto 2002
Gambar 2.5 Alternatif 2, lambang kegiatan
Sumber: Ervianto 2002
dimana, - ES : earliest start time atau waktu mulai paling awal. Bila waktu kegiatan
dinyatakan atau berlangsung dalam hari, maka waktu ini adalah hari paling awal kegiatan dimulai.
- EF : earliest finish time atau waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES
kegiatan berikutnya. - LS : latest allowable start time atau waktu paling akhir kegiatan boleh mulai,
yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.
13
- LF : latest allowable finish time atau waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa memperlambat penyelesaian proyek.
Hubungan antar kegiatan dalam metode ini digunakan sebuah garis penghubung, yang dapat dimulai dari kegiatan kiri ke kanan atau dari kegiatan atas ke
bawah, tetapi tidak pernah dijumpai akhir dari garis penghubung ini di kiri sebuah kegiatan.Jika kegiatan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri sejumlah
kegiatan pula, maka dapat ditambahkan kegiatan awal dan kegiatan akhir yang keduanya merupakan kegiatan fiktifdummy, misalnya untuk kegiatan awal
ditambahkan kegiatan START dan kegiatan akhir ditambahkan FINISH.
Gambar 2.6 kegiatan fiktif
Sumber: Ervianto 2002
Hubungan antara kegiatan dalam jaringan kerja ini dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Hubungan Finish To Start FTS Jenis hubungan ini yang sering digunakan dalam Precedence Diagram
Method. Dalam FTS, hubungan ini dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: - Finish To Start dengan lag = 0
- Finish To Start dengan lag positif - Finish To Start dengan lag negative
14
Gambar 2.7 HubunganFinish To Start
Sumber: Ervianto 2002
2. Hubungan Start To StartSTS Jenis hubungan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu:
- Start To Start dengan lag = 0 - Start To Startdengan lag positif
- Start To Startdengan lag negative
Gambar 2.8 HubunganStart To Start
Sumber: Ervianto 2002
3. Hubungan Finish To Finish FTF Jenis hubungan ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
- Finish To Finish dengan lag = 0 - Finish To Finishdengan lag positif
- Finish To Finishdengan lag negative
Gambar 2.9 HubunganFinish To Finish
Sumber: Ervianto 2002
15
4. Hubungan Start To Finish STF Hubungan ini memberikan penjelasan antara selesainya kegiatan j
dengan mulainya kegiatan terdahulu i.Atau kegiatan j selesai setelah kegiatan i mulai.
Gambar 2.10 HubunganStart To Finish
Sumber: Ervianto 2002
Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis, dan kemudian menentukan jalur kritis, dapat dilakukan perhitungan ke depan Forward Analysis dan
perhitungan ke belakang Backward Analysis. Perhitungan ke depan Forward Analysis dilakukan untuk mendapatkan
besarnya ES dan EF. Sebagai kegiatan predecessor adalah kegiatan i, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah j.
Gambar 2.11 Hubungan kegiatan I dan J
Sumber: Ervianto 2002
Besarnya nilai ESj dan EFj dihitung sebagai berikut: 1. ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + Fsij
2.1 2. EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj
2.2 Catatan:
16
a. Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan, maka diambil nilai terbesar.
b. Jika tidak adadiketahui FSij atau SSij, maka ESj dihitung dengan cara sebagai berikut: ESj = EFj
– Dj. Perhitungan ke belakang Backward Analysis dilakukan untuk mendapatkan
besarnya LS dan LF.Sebagai kegiatan successor adalah kegiatan J, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah I.
Gambar 2.12 Hubungan kegiatan I dan J
Sumber: Ervianto 2002
Besarnya nilai LSj dan LFj dihitung sebagai berikut: 1. LFi = LFj + FFij atau LFI = LSj + FSij
2.3 2. LSi = LSi + SSij atau LSj = EF + SFIJ atau LFi
– Di 2.4
Catatan: a. Jika ada lebih dari satu anak panah yang keluar dari suatu kegiatan, maka
diambil nilai terkecil. b. Jika tidak adadiketahui FFij atau FSij, maka LFj dihitung dengan cara: LFj =
LSi +Di.
Jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut: 1. Earliest Start ES
= Latest Start LS 2. Earliest Finish EF
= Latest Finish LF 3. Latest Finish LF
– Earliest Start ES = Durasi kegiatan
17
2.4 Sistematika Penyusunan Jaringan Kerja
Sistematika lengkap dari proses penyusunan jaringan kerja Soeharto,1997 adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji dan
mengidentifikasi lingkup
proyek, menguraikan
atau memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang
merupakan komponen proyek. 2. Menyusun kembali komponen-komponen tersebut pada butir satu, menjadi mata
rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan. Urutan ini dapat berbentuk seri danatau pararel.
3. Memberikan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari penguraian lingkup proyek.
4. Mengidentifikasi jalur kritis critical path dan floatpada jaringan kerja. Jalur kritis adalah jalur yang terdiri dari rangkaian kegiatan dalam lingkup proyek,
yang bila terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Kegiatan yang berada pada jalur ini dinamakan kegiatan kritis. Sedangkan float
tenggang waktu suatu kegiatan tertentu yang nonkritis dari suatu proyek. 5. Bila semua langkah-langkah di atas telah diselesaikan, dilanjutkan dengan usaha-
usaha meningkatkan daya guna dan hasil guna pemakaian sumber daya, yang meliputi kegiatan:
a. Menentukan kegiatan yang paling ekonomis untuk memilih berbagai alternatif jadwal dilihat dari segi biaya.
b. Meminimalkan fluktuasi pemakaian sumber daya untuk meningkatkan efisiensi penelolaan proyek, dengan jalan sejauh mungkin mencegah naik
turun yang terlalu tajam dalam waktu yang relatif singkat terhadap keperluan sumber daya, misalnya keperluan tenaga kerja.
Setelah tersusun rencana dan jadwal yang cukup realistis, kemudian dapat digunakan sebagai tolak ukur atau alat pembanding dalam kegiatan pengendalian
pada tahap implementasi fisik.Pengendalian dilakukan dengan membandingkan
antara perencanaan jadwal dengan hasil pelaksanaan nyata di lapangan.
18
2.5 Penjadwalan Dengan Komputer