PENGARUH KOMBINASI Trichoderma Spp. DENGAN FUNGISIDA NABATI TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora Nicotianae Ell. Et Ev.) PADA TEMBAKAU

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF COMBINATION Trichoderma spp. WITH BOTANICAL FUNGICIDES TO THE SEVERITY TOBACCO LEAF

SPOT (Cercospora Nicotianae Ell. Et. Ev) By

Meri Lusiana

Leaf spot disease on tobacco (Cercospora nicotianae) is one of the important diseases in tobacco cultivation. Control techniques were done in this study combined biological agents with botanical fungicides. The purpose of this study to determine the effect combination of Trichoderma spp. with botanical fungicides against to the severity tobacco leaf spot.

The research was carried out at garden and Plant Protection’s Laboratory of the University of Lampung, on July 2011 to January 2012. These experiment were arranged in Completely Randomized Design (CRD) primarily to three replicates. The experiment consisted of seven treatments namely control, T.viride combined galangale, T.viride combined turmeric, T.viride combined betel leaf, T.harzianum combined galangale, T.harzianum combined turmeric, and T.harzianum combined betel leaf. Variable observed in this study was the severity of the disease. Observations carried out once in a week for five weeks. The data obtained were analyzed using analysis of variance continued by Least Significant Different Test (LSD) on the real level 5%.

The results of the experiment showed the combined of Trichoderma spp with botanical fingicides from the third week observation inhibited the severity of tobacco leaf spot. The severity of tobacco leaf spot from the third week observation, T.harzianum combined turmeric, T.harzianum combined galangale, T.harzianum combined betel leaf, T.viride combined turmeric, T.viride combined betel leaf, and T.viride combined galangale no significantly different.

Keyword : Trichoderma spp., botanical fingicide, tobacco leaf spot, disease severity


(2)

ABSTRAK

PENGARUH KOMBINASI Trichoderma Spp. DENGAN

FUNGISIDA NABATI TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora Nicotianae Ell. Et Ev.) PADA TEMBAKAU

Oleh Meri Lusiana

Penyakit patik pada tembakau (Cercospora nicotianae) merupakan salah satu penyakit penting dalam budidaya tembakau. Teknik pengendalian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan agensia hayati yang dikombinasikan dengan fungisida nabati yang ramah lingkungan. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kombinasi Trichoderma spp. dengan fungisida nabati terhadap keparahan penyakit patik pada tembakau.

Penelitian ini dilakukan di halaman dan Laboratorium Proteksi Tanaman Universitas Lampung, pada bulan Juli 2011 sampai Januari 2012. percobaan ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Percobaan terdiri atas tujuh perlakuan yaitu kontrol, T. viride kombinasi kencur, T. viride kombinasi kunyit, T. viride kombinasi sirih, T. harzianum kombinasi kencur, T. harzianum kombinasi kunyit, dan T. harzianum kombinasi sirih. Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu keparahan penyakit. Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali selama lima minggu. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi Trichoderma spp dengan fungisida nabati dapat menekan keparahan penyakit patik tembakau pada pengamatan minggu ketiga. Keparahan penyakit patik pada pengamatan minggu ketiga, perlakuan kombinasi agensia hayati T.harzianum dengan kunyit, kombinasi T.harzianum dengan kencur, kombinasi T.harzianum dengan sirih dan kombinasi T.viride dengan kunyit,kombinasi T.viride dengan kencur maupun kombinasi T.viride dengan sirih tidak berbeda nyata.


(3)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal di dunia termasuk juga dikalangan masyarakat Indonesia. Tembakau termasuk komoditas yang mempunyai arti penting karena memberikan manfaat ekonomi. Peran tembakau didalam perekonomian Indonesia dapat ditunjukkan dari besarnya cukai yang disumbangkan sebagai penerimaan negara dan banyaknya tenaga kerja yang terserap baik dalam tahap penanaman dan pengolahan tembakau sebelum diekspor atau dibuat rokok, maupun pada tahap pembuatan rokok. Penerimaan negara dari tembakau sangat besar yaitu dari cukai yang setiap tahun terus meningkat pada tahun 2007 sebesar 42 trilyun, tahun 2008 sebesar 50,2 trilyun (Departemen Pertanian, 2011).

Tanaman tembakau tersebar di seluruh nusantara dan mempunyai kegunaan yang sangat banyak selain terutama untuk bahan baku pembuatan rokok. Tanaman tembakau yang ada dari produksi dunia tahun 2008, kontribusi Indonesia hanya sekitar 169.000 ton daun tembakau atau 2,9 % saja dari suplai dunia (Tabel 1.) (FAO STAT, 2011).


(4)

Tabel 1. Sepuluh Negara Terbesar Produsen Daun Tembakau 2008

No Negara Produksi

Dalam Ton %

1 Cina 2.836.725 47,8

2 Brasilia 851.058 14,3

3 India 520.000 8,8

4 Amerika 363.103 6,1

5 Argentina 170.000 2,9

6 Indonesia 169.668 2,9

7 Malawi 160.238 2,7

8 Itali 110.000 1,9

9 Pakistan 107.765 1,8

10 Turki 93.403 1,5

Lain-lain 552.334 9,3

Dunia 5.934.294 100,0

Sumber : FAO (Food Agriculture Organization)

Badan Pusat Statistik Lampung (2011) melaporkan bahwa luas lahan pertanaman tembakau tahun 2009 mencapai 229 hektare, dengan produksi mencapai 81 ton namun dikhawatirkan produksi tersebut dapat menurun akibat curah hujan yang cukup tinggi. Dampak dari curah hujan yang tinggi adalah banyaknya serangan penyakit di tanaman tembakau.

Penyakit patik (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.) merupakan penyakit penting pada tanaman tembakau karena lebih dari 60% daun tembakau rusak karena penyakit ini dengan kerugian lebih dari 100 milyar rupiah, sedangkan pada tembakau bawah naungan (TBN) kerugian mencapai 100-125 milyar rupiah (Dalmadiyo, 1999). Usaha-usaha pengendalian pun dilakukan untuk menekan kerusakan akibat serangan penyakit ini.


(5)

Pengendalian penyakit patik yang dilakukan dapat menggunakan agensia hayati, fungisida, maupun secara mekanik. Salah satu agensia hayati yang banyak diteliti dalam kaitannya sebagai agen pengendali penyakit tanaman adalah jamur

Trichoderma spp. Jamur ini merupakan jamur yang memiliki potensi sebagai antagonisme dalam pengendalian penyakit (Semangun, 2004).

Selain penggunaan agensia hayati Trichoderma, pengendalian penyakit sering dilakukan secara kimiawi yaitu penggunaan fungisida sintetik. Fungisida ini digunakan sebagai pilihan utama untuk memberantas jamur patogen sebab fungisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah dan

hasilnya cepat diketahui. Namun dalam usaha pengendalian dengan cara ini dapat menimbulkan permasalahan bagi manusia, makhluk hidup lain dan lingkungan apalagi jika penggunaannya dalam jangka waktu lama dan jumlah besar. Beberapa diantaranya adalah iritasi mata dan kulit, kanker, gangguan syaraf dan fungsi hati pada manusia, gangguan pernapasan, patogen menjadi resisten, matinya organisme non-target, pencemaran lingkungan, dan berkurangnya keanekaragaman hayati (Djojosumarto, 2000).

Akibat dampak negatif yang ditimbukan tersebut, maka dicari alternatif pengendalian yang juga efektif tetapi ramah lingkungan. Pengaplikasian fungisida nabati merupakan salah satu cara yang efektif dalam menanggulangi permasalahan ini (Djojosumarto, 2000). Tumbuhan yang diharapkan sebagai bahan pengendali alternatif adalah kencur, kunyit, dan sirih. Tumbuhan tersebut mengandung senyawa kimia seperti oleoresin, tanin, kurkumin, minyak atsiri, sineol dan alkaloid. Sehingga diharapkan kombinasi Trichoderma sp dengan


(6)

fungisida nabati kencur, sirih, dan kunyit dapat menekan keparahan patik pada tembakau seperti penelitian yang dilakukan Oktasari (2009) bahwa kombinasi Trichoderma sp dengan fungisida nabati mampu menekan penyakit busuk pangkal batang lada.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kombinasi Trichoderma spp. dengan fungisida nabati terhadap keparahan penyakit patik pada tembakau.

1.3 Kerangka Pemikiran

Penyakit patik pada tanaman tembakau disebabkan oleh C. nicotianae. Patogen ini merupakan patogen yang bersifat tular udara (air borne) yang berasosiasi pada daerah filosfer (permukaan daun). Trichoderma merupakan jamur antagonis yang dapat diaplikasikan dan mampu beradaptasi didaerah filosfer selama 17 hari hingga 22 hari setelah aplikasi dan masih memiliki antagonisme yg baik (Efri et al., 2009). Trichoderma selain merupakan jamur tular udara (air borne) juga tular tanah (soil borne) yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan (Togashi et al., 1997).

Beberapa spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati adalah T. harzianum, dan T. viridae yang berspektrum luas pada berbagai tanaman

pertanian. Keberhasilan penggunaan agen hayati ini telah banyak dilaporkan di berbagai penelitian diantaranya untuk mengendalikan penyakit akar putih


(7)

Rigidoporus micropus di perkebunan karet (Basuki, 1985 dalam Widyastuti et al., 1998) serta perkebunan teh (Rayati et al., 1993 dalam Widyastuti et al., 1998).

Trichoderma dapat menjadi parasit pada miselium dan badan buah dari jamur lain. Ketika jamur lain menjadi inang parasit Trichoderma, Trichoderma kemudian berkembang sangat cepat di permukaan membentuk koloni yang berwarna hijau, sehingga membuat jamur menjadi buruk dan mengubah bentuk jamur lain karena Trichoderma mampu menghasilkan enzim β-(1,3)-glukanase dan kitinase yang berperan dalam perombakan dinding sel jamur patogen (Papavizas, 1985).

Trichoderma spp. merupakan jamur yang dapat berkembang pada berbagai media yang berbahan organik tinggi dan juga sangat tahan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan (Thurston, 1992; Campbell, 1989; Tronsmo, 1996). Jamur ini juga diketahui cepat mengkolonisasi tanah-tanah yang telah diberi biosida dan tahan terhadap biosida berspektrum luas (Munnecke, 1972; Thurston, 1992; Tronsmo, 1996).

Keunggulan jamur Trichoderma sebagai agensia pengendali hayati dibandingkan dengan jenis fungisida sintetik adalah selain mampu mengendalikan jamur patogen dalam tanah, ternyata juga dapat mendorong hormon pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan ini terjadi karena adanya mekanisme interaksi antara tanaman dan agensia aktif dalam memacu hormon pertumbuhan tanaman

(Suwahyono & Wahyudi, 2004), dan isolasi dari beberapa Trichoderma spp juga telah dilaporkan dapat mempengaruhi daya tahan sistemik tanaman (Harman et al., 2004).


(8)

Sama halnya dengan Trichoderma fungisida nabati juga telah banyak dilaporkan dapat mengendalikan penyakit tanaman, khususnya penyakit patik pada tembakau. Diantaranya menurut Dicky (2011) yang menyatakan bahwa fungisida nabati sirih, dan kunyit dapat menekan keparahan penyakit patik pada tembakau Deli. Selain itu Oktasari (2009) juga menyatakan bahwa kombinasi agensia hayati Trichoderma dengan fungisida nabati kunyit, kencur, dan sirih dapat menekan keparahan penyakit busuk pangkal batang lada. Maka diharapkan kombinasi antara Trichoderma dengan fungisida nabati kunyit, kencur dan sirih mempunyai efek sinergis sehingga dapat lebih efektif dalam menekan perkembangan penyakit patik pada tembakau.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah aplikasi kombinasi Trichoderma spp. dengan fungisida nabati dapat menekan keparahan penyakit patik pada tembakau.


(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tembakau

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Tanaman tembakau menurut Cahyono (1998) diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Nicotiana

Spesies : Nicotiana tabacum L.

Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman perkebunan. Umur tanaman ini rata–rata kurang dari 1 tahun (Cahyono, 1998). Pemanfaatan tanaman tembakau terutama pada daunnya yaitu untuk pembuatan rokok.

2.1.1.1 Akar

Tanaman tembakau berakar tunggang menembus ke dalam tanah sampai

kedalaman 50–75 cm, sedangkan akar kecilnya menyebar ke samping. Tanaman tembakau juga memiliki bulu akar. Perakaran tanaman tembakau dapat tumbuh


(10)

dan berkembang baik dalam tanah yang gembur, mudah menyerap air dan subur (Cahyono, 1998).

2.1.1.2 Batang

Batang tanaman tembakau agak bulat, lunak tetapi kuat, makin ke ujung makin kecil. Ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, dan batang tanaman tidak bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga tumbuh tunas ketiak daun, dengan diameter batang 5 cm dan tinggi tanaman dapat mencapai 2,5 meter. Fungsi dari batang adalah tempat tumbuh daun dan organ lainnya, tempat jalan pengangkutan zat hara dari akar ke daun, dan sebagai jalan menyalurkan zat hasil asimilasi ke seluruh bagian

tanaman (Cahyono, 1998).

2.1.1.3 Daun

Bentuk daun tembakau adalah bulat lonjong, ujungnya meruncing, tulang daun yang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Daun bertangkai melekat pada batang, kedudukan daun mendatar atau tegak. Ukuran dan

ketebalan daun tergantung varietasnya dan lingkungan tumbuhnya. Daun tembakau tersusun atas lapisan palisade parenchyma pada bagian atasnya dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman berkisar 28–32 helai, tumbuh berselang–seling mengelilingi batang tanaman (Cahyono, 1998).


(11)

2.1.1.4 Bunga

Bunga tanaman tembakau merupakan bunga majemuk yang terdiri dari beberapa tandan dan setiap tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga berbentuk terompet dan panjang. Warna bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atasnya, sedang bagian lain berwarna putih. Kelopak memiliki lima pancung, benang sari berjumlah lima tetapi yang satu lebih pendek dan melekat pada mahkota bunga. Kepala putik atau tangkai putik terletak di atas bakal buah di dalam tabung bunga. Letak kepala putik dekat dengan benang sari dengan kedudukan sama tinggi (Cahyono, 1998).

2.1.1.5 Buah

Buah tembakau akan tumbuh setelah tiga minggu penyerbukan. Buah tembakau berbentuk lonjong dan berukuran kecil berisi biji yang sangat ringan. Biji

tembakau dapat digunakan untuk perkembangbiakan tanaman. Biji tembakau ini perlu waktu kurang lebih 2-3 minggu untuk dapat berkecambah. Umur bibit yang baik untuk dipindahkan ke pertanaman antara 38 – 45 hari, dan pemetikan daun tembakau dilakukan pada umur tanaman 90 -100 hari (Cahyono, 1998).


(12)

2.2 Penyakit Patik Pada Tembakau

2.2.1 Penyebab Penyakit

Penyakit patik yang menyerang tanaman tembakau ini disebabkan oleh jamur Cercospora nicotianae Ell. et Ev (1893). Menurut Anonim (2011) jamur ini dalam klasifikasinya termasuk:

Kerajaan : Fungi Filum : Ascomycota Kelas : Dothideomycetes Subkelas : Dothideomycetidae Ordo : Capnodiales

Famili : Mycosphaerellaceae Genus : Cercospora

Spesies : Cercospora nicotinae

Jamur ini mempunyai konidiofor bersekat-sekat, dengan ukuran 75-100 x 4-5 µm. konidium agak panjang, agak bengkok, bersekat banyak, tidak berwarna (hialin), dengan ukuran 38-135 x 2,5-3,0 µm (Semangun, 2000).

2.2.2 Gejala

Daun yang sakit mempunyai bercak-bercak bulat yang garis tengahnya dapat mencapai 1 cm. Mula-mula bercak berwarna coklat kemudian menjadi kering dan berwarna putih dengan tepi coklat yang akhirnya bagian ini pecah dan berlubang. Bercak patik tidak bercincin (Jensen, 1919 dalam Semangun, 2000). Bila


(13)

hitam yang sangat halus. Titik –titik tersebut merupakan kumpulan konidiofor jamur (Semangun, 2000).

Gambar 1. Daun bergejala patik dan daun sehat

Bercak-bercak tersebut biasanya muncul pada daun-daun bawah atau daun tua dan daun yang telah matang, karena daun ini lebih rentan dari pada daun-daun yang masih muda. Meskipun demikian bila cuaca lembab dan kondisi alam mendukung untuk perkembangan jamur serta penyebaran penyakit sudah meluas, maka serangan bercak daun dapat terjadi juga pada daun yang masih muda. Penyakit patik ini dapat berkembang bila pemetikan daun terlambat dilakukan sehingga daun sudah dalam kondisi terlalu matang. Semakin tua daun maka semakin besar resikonya atau semakin rentan untuk diinfeksi oleh jamur Cercospora nicotianae. Penyakit patik akan sangat cepat meluas bila kondisi alam mendukung yaitu bila kelembaban udara di areal tanaman tembakau cukup tinggi (Semangun, 2000).


(14)

2.2.3 Daur Penyakit

Jamur patik (Cercospora nicotianae Ell. et Ev ) mengadakan infeksi melalui mulut kulit (Jochems, 1931; van Schreven, 1948 dalam Semangun, 2000). Agar konidium dapat berkecambah pada permukaan daun, disitu harus ada air. Konidium disebarkan oleh angin atau percikan air. Jamur patik dapat bertahan lama dalam sisa-sisa tumbuhan tembakau, misalnya batang-batang tembakau yang sudah kering. Dengan melekat pada biji dari buah tembakau yang terinfeksi Cercospora dapat hidup sampai satu tahun. Banyak ahli yang mengatakan bahwa penyebaran penyakit patik terutama lewat sisa-sisa tanaman, dan lewat tanah. Namun dinyatakan pula bahwa penyebaran lewat biji dan tumbuhan inang lain tidak berperan penting dalam epidemiologi penyakit patik (Holliday, 1980 dalam Semangun, 2000).

2.2.4 Pengendalian

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah dan mengendalikan jamur Cescospora nicotianae ini antara lain :

a. Melakukan pembersihan sisa-sisa tanaman tembakau yang telah dipanen sehabis tanam. Dengan usaha sanitasi ini maka diharapkan jamur Cescospora nicotianae yang memiliki kemampuan dormansi tersebut tidak mempunyai kesempatan mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman.

b. Melakukan pemeriksaan pembibitan tembakau yang akan ditanam terhadap gejala penyakit patik secara berkala dan intensif. Apabila saat itu terdapat bibit yang mulai menunjukkan gejala terserang patik, maka saat itu pula langsung dimusnahkan.


(15)

c. Daun-daun yang telah terkena penyakit patik agar segara dipetik supaya tidak menjadi sumber penular bagi daun lainnya.

d. Bila sudah terjadi serangan namun dalam skala rendah maka pengendaliannya dapat dilakukan dengan memberikan fungisida bahan aktif tembaga hidroksida seperti (Erwin, 2009).

2.3 Jamur Trichoderma spp.

Klasifikasi Trichoderma menurut Alexopolus (1979) adalah sebagai berikut ini : Kerajaan : Fungi

Divisi : Amastigomycota Subdivisi : Deuteromycotina Kelas : Deuteromycetes Ordo : Moniliales Famili : Moniliaceae Genus : Trichoderma

Spesies : Trichoderma viride; harzianum

2.3.1 Ekologi

Trichoderma spp. tergolong jamur yang banyak terdapat pada lapisan olah yang mengandung banyak lahan organik. Jamur Trichoderma dapat berkembangbiak dengan baik pada kondisi tanah yang asam, netral maupun alkalin, dan akan sangat baik pada kondisi asam karena persaingannya dengan bakteri dan Actinomycetes sangat terbatas. Selanjutnya jamur Trichoderma memiliki kemampuan untuk dapat menghancurkan sellulosa, zat pati, lignin, gum dan


(16)

senyawa-senyawa organik yang mudah larut seperti protein dan gula. Di samping itu Trichoderma spp. merupakan jamur parasit yang dapat menyerang dan

mengambil nutrisi dari jamur lain. Peranan Trichoderma spp. yang mampu menyerang jamur lain namun sekaligus berkembang baik pada daerah perakaran menjadikan keberadaan jamur ini dapat berperan sebagai bio-control dan

memperbaiki pertumbuhan tanaman. Beberapa species Trichoderma seperti T. harzianum, T. viride telah diteliti peranannya sebagai bio-control. (Sulityowati et al, 1995).

2.3.2 Morfologi

2.3.2.1 Jamur Trichoderma viride P.

Trichoderma viride P. memiliki miselium yang bersepta dan bercabang banyak, fialid berbentuk seperti botol yang terdapat pada ujung konidiofor, konidia hialin, terdiri atas satu sel, berbentuk bulat hingga oval dan berkumpul pada ujung fialid (Alexopolus & Mims, 1979). Koloni jamur umumnya berbentuk seperti cincin berwarna hijau atau kebiru-biruan. Warna koloni ini dibentuk oleh adanya pigmentasi dari fiolospora, dengan diameter konidia 3-5 µm (Rifai, 1969).

2.3.2.2 Jamur Trichoderma harzianum R.

Trichoderma harzianum R. memiliki hifa bersepta, dindingnya licin, ukurannya 1.5-12 µm, percabangan hifa membentuk sudut siku-siku pada cabang utama (Rifai, 1969). Konidiofor hialin, tegak dan bercabang banyak, konidia terdiri atas satu sel, berbentuk oval dan berkumpul pada bagian ujung fialid, memiliki


(17)

dengan cepat dan membentuk daerah melingkar yang berwarna hijau terang sampai gelap (Barnett & Hunter, 1972).

2.3.3 Sifat Antagonis

Mekanisme antagonis untuk mengendalikan jamur patogen oleh Trichoderma secara alamiah yaitu:

1. Terjadinya kompetisi bahan makanan antara jamur patogen dengan Trichoderma di dalam tanah. Adanya pertumbuhan jamur yang berjalan begitu cepat dari Trichoderma akan mendesak pertumbuhan jamur patogen. 2. Mikoparasitisme, jamur Trichoderma merupakan jamur yang bersifat

mikoparasit,artinya jamur ini dapat menghambat pertumbuhan jamur dengan parasitisme. Mekanisme yang terjadi Trichoderma dapat melilit hifa jamur patogen, selain itu jamur ini juga mengeluarkan enzim yang mampu

merombak dinding sel jamur paotgen, sehingga jamur patogen mati. Beberapa jenis enzim pelisis yang telah diketahui dihasilkan adalah enzim kitinase dan β-(1,3)-glukanase.

3. Antibiosis, Trichoderma juga menghasilkan antibiotik yang termasuk

kelompok furanon yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur patogen, diidentifikasikan dengan rumus kimia 3-2-hydoxyprophyl-4-2- hexadienyl)-2-5(5H)-furanon, (Suwahyono & Wahyudi,2004).

4. Imbas ketahanan, Trichoderma mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama kemampuannya untuk menyebabkan produksi perakaran sehat dan meningkatkan angka


(18)

dalam ini menyebabkan tanaman menjadi lebih resisten terhadap kekeringan. Trichoderma juga menyebabkan terlokalisasi dan respon pertahanan sistemik tanaman terhadap penyakit (Harman et al., 2004).

2.4 Kunyit (Curcuma domestika Val.)

Kunyit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestika Val.

2.4.1 Morfologi

Rimpang berbentuk bulat panjang dan bercabang-cabang. Rimpang muda kulitnya kuning muda dan berdaging kuning. Setelah tua kulit rimpang menjadi jingga kecoklatan dan dagingnya jingga terang agak kuning. Tanaman kunyit tidak memiliki batang asli tetapi hanya berupa pelepah daun yang berfungsi sebagai batang palsu. Batang tanaman kunyit merupakan batang semu, tegak, bulat, dan membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak) (Aznam, 1998).


(19)

Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur memanjang mencapai 10-40 cm dan lebarnya 8-12,5 cm dengan warna hijau muda. Ujung dan pangkal daun runcing dengan tepi daun rata. Susunan daunnya bertingkat-tingkat, setiap tanaman memiliki susunan sekitar 6-10 helai daun. Tanaman ini memiliki bunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu. Bunga berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning muda, dengan pangkal berwarna putih. Pertama kali bunga muncul dari ujung batang semu dan mekar bersamaan.

Tangkai bunga berambut dan bersisik dengan panjang tangkai mencapai 16-40 cm (Aznam, 1998).

Rimpang kunyit mengandung senyawa yaitu minyak atsiri (1,8-4,9 %), kurkumin (2,5-6,0 %), dan oleoresin (7,9-10,4 %). Minyak atsiri mengandung 60 %

turmeron, 25 % zingiberen, flandren, sabinen, tannin, sineol, dan borneol (Sumangat et al, 1994). Sedangkan kurkumin mengandung senyawa berwarna kuning yang meliputi desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin (Thomas, 1989).


(20)

2.5 Kencur (Kaempferia galangal L.)

Kencur dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Kaempferia

Spesies : Kaempferia galangal L.

2.5.1 Morfologi

Kencur merupakan tumbuhan berbatang basah yang termasuk suku jahe-jahean (Zingiberaceae). Tanaman kencur merupakan tanaman yang berbatang semu dan tidak tumbuh meninggi melainkan menutup permukaan tanah. Bunga tanaman kencur berwarna putih keunguan, kelopak bunga berbentuk tabung, dan tajuk bunganya berwarna putih (Afriastini, 2004).

Tanaman kencur memiliki daun yang lebar dengan bentuk bundar lonjong berujung runcing. Pada musim kemarau daun-daunnya berguguran. Setiap tanaman memiliki daun 1-2 helai dan satu rumpun terdiri atas beberapa tanaman. Tanaman kencur memiliki daun tunggal. Daun kencur mudah patah dan

mempunyai daging agak tebal. Tumbuhan kencur memiliki akar rimpang berumbi. Kulit rimpangnya berwarna cokelat tua dan warna umbinya putih kekuningan. Rimpang kencur bergerombol dan bercabang-cabang.


(21)

Kadang-kadang umbinya bisa muncul ke permukaan tanah. Dalam satu tanaman, kita bisa mendapatkan rimpang dalam jumlah yang cukup banyak (Afriastini, 2004).

Rimpang kencur mengandung minyak atsiri 0,02 % berupa sineol, asam metal, pentadekaan, asam sinamit, etil ester, borneol, kamfene, alkaloid, paragumin, mineral (13,73%), dan pati (4,14%) (Afriastini, 2004).

2.6 Sirih (Piper betle L.)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper betle

Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain (Mursito & Heru, 2002).

2.6.1 Morfologi

Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar.

Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan lebar 2 - 5 cm (Mursito & Heru, 2002).


(22)

Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan. Sirih hidup subur dengan ditanam di daerah tropis dengan ketinggian 300-1000 m di atas permukaan laut terutama di tanah yang banyak mengandung bahan organik dan air (Mursito & Heru, 2002).

Senyawa yang terkandung dalam daun tanaman sirih ini adalah minyak atsiri hingga 4,2 % yang mengandung fenol khas yang disebut betelfenol, khavikol, diastase 0,8-1,8 %, zat penyamah, gula, dan pati (Kartasapoetra, 1996).


(23)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Juli 2011 sampai Januari 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, jarum ose, beaker glass, otoklaf, plastik tahan panas, alumunium foil, kertas saring, Bunsen, bor gabus, korek api, spidol, erlenmeyer, kaca preparat cekung, cover glass, mikroskop, spatula, gelas ukur, tissue, laminar air flow, oven, timbangan, karet, nampan, panci, dan kertas label. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman tembakau, isolat T. harzianum, T. viride kentang, gula, agar batang, kunyit, kencur, sirih, tanah, pupuk kandang, aquades, dan alkohol 70 %.

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan dalam penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 7 perlakuan dengan masing-masing tiga ulangan sehingga didapat 21 satuan percobaan. Perlakuan terdiri atas :


(24)

1. Kontrol berupa tanaman tembakau yang disiram dengan air steril; 2. Aplikasi T. viride dikombinasikan dengan fungisida kencur; 3. Aplikasi T. viride dikombinasikan dengan fungisida kunyit; 4. Aplikasi T. viride dikombinasikan dengan fungisida sirih;

5. Aplikasi T. harzianum dikombinasikan dengan fungisida kencur; 6. Aplikasi T. harzianum dikombinasikan dengan fungisida kunyit; 7. Aplikasi T. harzianum dikombinasikan dengan fungisida sirih.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyiapan tanaman tembakau

Bibit tanaman tembakau yang berumur 38-45 hari sebanyak 21 tanaman dipindah tanam dalam 21 polibag berukuran 5 kg dengan media tanama berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1 sehingga siap untuk diaplikasikan Trichoderma dan fungisida nabati. Penyakit patik pada tanaman tembakau sangat berkembang pada kondisi yang lembab. Oleh karena itu, tanaman tembakau harus dijaga kelembabannya dengan cara meletakkan tanaman tembakau tidak berada di bawah sinar matahari secara langsung.

3.4.2 Pembuatan fungisida nabati kunyit, kencur, dan sirih

Menurut Oktasari (2009), pembuatan tepung kunyit, kencur, dan sirih dilakukan dengan mencuci rimpang kunyit, dipotong tipis, dan dikeringanginkan, kemudian dibungkus dengan plastik tahan panas dan dioven selama 3-4 hari dengan suhu 50°C. Setelah dioven, bahan kunyit tersebut diblender sampai halus lalu disaring sehingga diperoleh tepung yang halus.


(25)

3.4.3 Perbanyakan jamur Trichoderma spp.

Isolat Trichoderma spp. yang digunakan adalah koleksi Klinik Tanaman yaitu T.harzianum dan T.viride yang tahan terhadap fungisida nabati kunyit, kencur, dan sirih. Trichoderma diperbanyak menggunakan media PDA (Potato Dextrose Agar). Biakan Trichoderma diambil dengan menggunakan jarum ose, lalu diletakkan ditengah-tengah cawan petri yang telah berisi media PDA, dan diinkubasi selama 7 hari.

3.4.4 Penyiapan suspensi dan menghitung kerapatan jamur Trichoderma spp.

Penghitungan kerapatan spora jamur Trichoderma spp. dilakukan pada biakan berumur 7 hari, dibuat menjadi suspensi menggunakan air aquades steril 10 ml. setelah itu dilakukan pengenceran menjadi 10-6. Hasil pengenceran jamur Trichoderma spp. (0,1 ml) dihitung kerapatan sporanya menggunakan Haemocytometer. Kemudian seluruh suspensi masing-masing spesies

Trichoderma ini digunakan untuk disemprotkan pada daun tanaman tembakau dengan menambahkan 0,5 kg gula tiap 1000ml suspensi sebagai makanan tambahan bagi Trichoderma.

3.4.5 Penyiapan inokulum C. nicotianae

Penyiapan inokulum C. nicotianae dilakukan dengan dua metode, pertama secara alami yaitu menyiapkan tanaman yang terserang patik dan yang kedua dengan memblender daun tembakau yang terdapat bercak patik ( C. nicotianae). Daun terserang patik dimasukkan ke dalam blender lalu dicampur dengan 1000 ml air,


(26)

kemudian diblender hingga seluruhnya tercampur rata. Kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan larutan dengan ampasnya.

3.4.6 Aplikasi suspensi Trichoderma spp.pada daun tembakau

Suspensi dua spesies Trichoderma yang telah disiapkan kemudian diaplikasikan dengan menyemprotkan menggunakan handsprayer dibagian permukaan dan bawah daun-daun tanaman tembakau secara merata sebanyak 50-60 ml per tanaman pada pukul 17.00 WIB saat matahari mulai tenggelam dengan tujuan untuk menjaga kelembaban. Aplikasi Trichoderma dilakukan 7 hari sebelum aplikasi fungisida nabati dan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan setelah inokulasi C. nicotianae.

3.4.7 Aplikasi fungisida nabati kencur, kunyit, dan sirih

Fungisida nabati berupa larutan dari tepung kencur, kunyit, dan daun sirih tersebut disemprotkan sebanyak 50-60 ml per tanaman ke bagian permukaan dan bawah daun tanaman tembakau secara merata 7 hari setelah aplikasi Trichoderma dan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan setelah inokulasi C. nicotianae. Konsentrasi yang dipakai adalah 50gr fungisida nabati per liter air untuk masing-masing jenis fungisida nabati.

3.4.8 Inokulasi C. nicotianae pada daun tembakau

Inokulasi C. nicotianae dilakukan dengan dua metode. Pertama secara alami dengan meletakkan tanaman tembakau yang terserang patik diantara tanaman tembakau sehat yang akan diinokulasikan dengan jarak peletakan dua tanaman per


(27)

tanaman inokulum. Kedua, inokulum C. nicotianae yang telah berupa larutan disemprotkan ke bagian permukaan dan bagian bawah daun-daun tembakau secara merata. Penyemprotan dilakukan pada sore hari pukul 18.00-19.00 dengan tujuan untuk menjaga kelembaban. Interval waktu penyemprotan pertama dari inokulasi alami yaitu dua minggu, dan dengan penyemprotan kedua satu minggu.

3.4.9 Pengamatan dan pengumpulan data

Pengamatan dilakukan terhadap gejala penyakit pada daun tembakau yang muncul yaitu timbulnya bercak di daun (Komisi Pestisida, 1989), dengan interval

pengamatan tujuh hari. Pengamatan dilakuakan sebanyak 5 kali pengamatan selama lima minggu.

Tabel 2. Skor gejala penyakit patik pada tembakau

Skor Gejala Penyakit

0 tidak ada daun terserang 1 luas daun terserang 1% – 25% 2 luas daun terserang 26% – 50% 3 luas daun terserang 51% – 75% 4 luas daun terserang 76% – 100%

Data yang dikumpulkan berupa tingkat keparahan penyakit yang dihitung menurut rumus :

Keterangan :

n : jumlah daun yang bergejala dengan skor tertentu v : nilai skor tiap kategori serangan


(28)

N : jumlah tanaman yang diamati V : skor tertinggi

Seluruh data keparahan penyakit patik digunakan untuk dibuat grafik

perkembangan penyakit. Menurut Louws et al. (1996), total luas area yang ada di bawah kurva perkembangan penyakit (Area Under Diseases Progress

Curve/AUDPC) dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

Y i+1 : data pengamataan ke-i+1 t i+1 : waktu pengamatan ke-i+1 Yi : data pengamatan ke-1 ti : waktu pengamatan ke-1

Persentase penghambatan serangan C. nicotianae akibat pengaplikasian Trichoderma dan fungisida nabati dihitung berdasarkan rumus :

3.4.10 nalisis Data

Data keparahan penyakit patik yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %.


(29)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Juli 2011 sampai Januari 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, jarum ose, beaker glass, otoklaf, plastik tahan panas, alumunium foil, kertas saring, Bunsen, bor gabus, korek api, spidol, erlenmeyer, kaca preparat cekung, cover glass, mikroskop, spatula, gelas ukur, tissue, laminar air flow, oven, timbangan, karet, nampan, panci, dan kertas label. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman tembakau, isolat T. harzianum, T. viride kentang, gula, agar batang, kunyit, kencur, sirih, tanah, pupuk kandang, aquades, dan alkohol 70 %.

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan dalam penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 7 perlakuan dengan masing-masing tiga ulangan sehingga didapat 21 satuan percobaan. Perlakuan terdiri atas :


(30)

1. Kontrol berupa tanaman tembakau yang disiram dengan air steril; 2. Aplikasi T. viride dikombinasikan dengan fungisida kencur; 3. Aplikasi T. viride dikombinasikan dengan fungisida kunyit; 4. Aplikasi T. viride dikombinasikan dengan fungisida sirih;

5. Aplikasi T. harzianum dikombinasikan dengan fungisida kencur; 6. Aplikasi T. harzianum dikombinasikan dengan fungisida kunyit; 7. Aplikasi T. harzianum dikombinasikan dengan fungisida sirih.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyiapan tanaman tembakau

Bibit tanaman tembakau yang berumur 38-45 hari sebanyak 21 tanaman dipindah tanam dalam 21 polibag berukuran 5 kg dengan media tanama berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1 sehingga siap untuk diaplikasikan Trichoderma dan fungisida nabati. Penyakit patik pada tanaman tembakau sangat berkembang pada kondisi yang lembab. Oleh karena itu, tanaman tembakau harus dijaga kelembabannya dengan cara meletakkan tanaman tembakau tidak berada di bawah sinar matahari secara langsung.

3.4.2 Pembuatan fungisida nabati kunyit, kencur, dan sirih

Menurut Oktasari (2009), pembuatan tepung kunyit, kencur, dan sirih dilakukan dengan mencuci rimpang kunyit, dipotong tipis, dan dikeringanginkan, kemudian dibungkus dengan plastik tahan panas dan dioven selama 3-4 hari dengan suhu 50°C. Setelah dioven, bahan kunyit tersebut diblender sampai halus lalu disaring sehingga diperoleh tepung yang halus.


(31)

3.4.3 Perbanyakan jamur Trichoderma spp.

Isolat Trichoderma spp. yang digunakan adalah koleksi Klinik Tanaman yaitu T.harzianum dan T.viride yang tahan terhadap fungisida nabati kunyit, kencur, dan sirih. Trichoderma diperbanyak menggunakan media PDA (Potato Dextrose Agar). Biakan Trichoderma diambil dengan menggunakan jarum ose, lalu diletakkan ditengah-tengah cawan petri yang telah berisi media PDA, dan diinkubasi selama 7 hari.

3.4.4 Penyiapan suspensi dan menghitung kerapatan jamur Trichoderma spp.

Penghitungan kerapatan spora jamur Trichoderma spp. dilakukan pada biakan berumur 7 hari, dibuat menjadi suspensi menggunakan air aquades steril 10 ml. setelah itu dilakukan pengenceran menjadi 10-6. Hasil pengenceran jamur Trichoderma spp. (0,1 ml) dihitung kerapatan sporanya menggunakan Haemocytometer. Kemudian seluruh suspensi masing-masing spesies

Trichoderma ini digunakan untuk disemprotkan pada daun tanaman tembakau dengan menambahkan 0,5 kg gula tiap 1000ml suspensi sebagai makanan tambahan bagi Trichoderma.

3.4.5 Penyiapan inokulum C. nicotianae

Penyiapan inokulum C. nicotianae dilakukan dengan dua metode, pertama secara alami yaitu menyiapkan tanaman yang terserang patik dan yang kedua dengan memblender daun tembakau yang terdapat bercak patik ( C. nicotianae). Daun terserang patik dimasukkan ke dalam blender lalu dicampur dengan 1000 ml air,


(32)

kemudian diblender hingga seluruhnya tercampur rata. Kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan larutan dengan ampasnya.

3.4.6 Aplikasi suspensi Trichoderma spp.pada daun tembakau

Suspensi dua spesies Trichoderma yang telah disiapkan kemudian diaplikasikan dengan menyemprotkan menggunakan handsprayer dibagian permukaan dan bawah daun-daun tanaman tembakau secara merata sebanyak 50-60 ml per tanaman pada pukul 17.00 WIB saat matahari mulai tenggelam dengan tujuan untuk menjaga kelembaban. Aplikasi Trichoderma dilakukan 7 hari sebelum aplikasi fungisida nabati dan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan setelah inokulasi C. nicotianae.

3.4.7 Aplikasi fungisida nabati kencur, kunyit, dan sirih

Fungisida nabati berupa larutan dari tepung kencur, kunyit, dan daun sirih tersebut disemprotkan sebanyak 50-60 ml per tanaman ke bagian permukaan dan bawah daun tanaman tembakau secara merata 7 hari setelah aplikasi Trichoderma dan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan setelah inokulasi C. nicotianae. Konsentrasi yang dipakai adalah 50gr fungisida nabati per liter air untuk masing-masing jenis fungisida nabati.

3.4.8 Inokulasi C. nicotianae pada daun tembakau

Inokulasi C. nicotianae dilakukan dengan dua metode. Pertama secara alami dengan meletakkan tanaman tembakau yang terserang patik diantara tanaman tembakau sehat yang akan diinokulasikan dengan jarak peletakan dua tanaman per


(33)

tanaman inokulum. Kedua, inokulum C. nicotianae yang telah berupa larutan disemprotkan ke bagian permukaan dan bagian bawah daun-daun tembakau secara merata. Penyemprotan dilakukan pada sore hari pukul 18.00-19.00 dengan tujuan untuk menjaga kelembaban. Interval waktu penyemprotan pertama dari inokulasi alami yaitu dua minggu, dan dengan penyemprotan kedua satu minggu.

3.4.9 Pengamatan dan pengumpulan data

Pengamatan dilakukan terhadap gejala penyakit pada daun tembakau yang muncul yaitu timbulnya bercak di daun (Komisi Pestisida, 1989), dengan interval

pengamatan tujuh hari. Pengamatan dilakuakan sebanyak 5 kali pengamatan selama lima minggu.

Tabel 2. Skor gejala penyakit patik pada tembakau

Skor Gejala Penyakit

0 tidak ada daun terserang 1 luas daun terserang 1% – 25% 2 luas daun terserang 26% – 50% 3 luas daun terserang 51% – 75% 4 luas daun terserang 76% – 100%

Data yang dikumpulkan berupa tingkat keparahan penyakit yang dihitung menurut rumus :

Keterangan :

n : jumlah daun yang bergejala dengan skor tertentu v : nilai skor tiap kategori serangan


(34)

N : jumlah tanaman yang diamati V : skor tertinggi

Seluruh data keparahan penyakit patik digunakan untuk dibuat grafik

perkembangan penyakit. Menurut Louws et al. (1996), total luas area yang ada di bawah kurva perkembangan penyakit (Area Under Diseases Progress

Curve/AUDPC) dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

Y i+1 : data pengamataan ke-i+1 t i+1 : waktu pengamatan ke-i+1 Yi : data pengamatan ke-1 ti : waktu pengamatan ke-1

Persentase penghambatan serangan C. nicotianae akibat pengaplikasian Trichoderma dan fungisida nabati dihitung berdasarkan rumus :

3.4.10 nalisis Data

Data keparahan penyakit patik yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %.


(35)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut :

1. Kombinasi Trichoderma spp dengan fungisida nabati dapat menekan keparahan penyakit patik tembakau pada pengamatan minggu ketiga. 2. Keparahan penyakit patik pada pengamatan minggu ketiga, perlakuan

kombinasi agensia hayati T.harzianum dengan kunyit, kombinasi T.harzianum dengan kencur, kombinasi T.harzianum dengan sirih dan kombinasi T.viride dengan kunyit,kombinasi T.viride dengan kencur maupun kombinasi T.viride dengan sirih memiliki efektifitas yang sama.

5.2 Saran

Disarankan melakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan Trichoderma bertahan hidup di filosfer tanaman tembakau serta penambahan zat-zat aditif lainnya seperti sumber cadangan makan, pelembab, serta perekat dalam upaya mempertahankan hidup Trichoderma di filosfer tembakau.


(36)

PENGARUH KOMBINASI Trichoderma spp. DENGAN

FUNGISIDA NABATI TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.) PADA TEMBAKAU

(Skripsi)

Oleh Meri Lusiana

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(37)

PENGARUH KOMBINASI Trichoderma spp. DENGAN

FUNGISIDA NABATI TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.) PADA TEMBAKAU

Oleh MERI LUSIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(38)

(39)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Daun bergejala patik ... 11

2. Perkembangan keparahan penyakit patik dari minggu pertama hingga minggu kelima ... 31

3. Daun tembakau tua yang terserang C. nicotianae ... 33

4. Daun tembakau muda yang terserang C. nicotianae ... 33

5. Konidia dan miselium C. nicotianae ... 34

6. Konidiofor C. nicotianae ... 34

7. Tata letak percobaan ... 39

8. Biakan Trichoderma harzianum dan viride ... 43

9. Media tanam tembakau (tanah + pupuk kandang) ... 43

10.Bibit tembakau berumur 50 hari ... 43

11.Polybag yang berisi media tanam dan bibit tembakau ... 44

12.Inokulasi secara alami ... 44

13.Inokulasi dengan penyemprotan ... 45

14.Proses penghancuran (pemblenderan) kunyit, kencur, dan sirih ... 45

15.Fungisida nabati A. tepung kencur, B. tepung kunyit, dan C. tepung sirih ... 46

16. Pengaplikasian A. T. viride, B. T. harzianu, dan C. air steril (kontrol) .... 47

17.Pengaplikasian A. fungisida nabati kencur, B. fungisida nabati kunyit, dan C. fungisida nabati sirih ... 48


(40)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Tujuan ... 4

I.3 Kerangka Pemikiran ... 4

I.4 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tembakau ... 7

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ... 7

2.1.1.1 Akar ... 7

2.1.1.2 Batang ... 8

2.1.1.3 Daun ... 8

2.1.1.4 Bunga ... 9

2.1.1.5 Buah ... 9

2.2 Penyakit Patek Pada Tembakau ... 10

2.2.1 Penyebab Penyakit ... 10

2.2.2 Gejala ... 10

2.2.3 Daur penyakit ... 12

2.2.4 Pengendalian ... 12

2.3 Jamur Trichoderma spp. ... 13

2.3.1 Ekologi ... 13

2.3.2 Morfologi ... 14

2.3.2.1 Jamur Trichoderma viride P. ... 14

2.3.2.2 Jamur Trichoderma harzianum R. ... 14


(41)

2.5 Kencur (Kaempferia galanga L.) ... 18

2.5.1 Morfologi ... 18

2.6 Sirih (Piper betle L.) ... 19

2.6.1 Morfologi ... 19

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Alat dan Bahan ... 21

3.3 Metode Penelitian ... 21

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 22

3.4.1 Penyiapan tanaman tembakau ... 22

3.4.2 Pembuatan fungisida nabati kunyit, kencur, dan sirih ... 22

3.4.3 Perbanyakan jamur Trichoderma spp. ... 23

3.4.4 Penyiapan suspensi dan menghitung kerapatan jamur Trichoderma spp. ... 23

3.4.5 Penyiapan inokulum C. nicotianae ... 23

3.4.6 Aplikasi suspensi Trichoderma spp.pada daun tembakau ... 24

3.4.7 Aplikasi fungisida nabati kencur, kunyit, dan sirih ... 24

3.4.8 Inokulasi C. nicotianae pada daun tembakau ... 24

3.4.9 Pengamatan dan pengumpulan data ... 25

3.4.10 Analisis Data ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai AUDPC dan persentase penghambatan keparahan penyakit patik tembakau ... 22

4.2 Pengaruh aplikasi kombinasi Trichoderma spp. dengan fungisida nabati terhadap keparahan penyakit patik tembakau ... 29


(42)

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN ... 39


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Afriastini, J. 2004. Bertanam Kencur. Penebar Swadaya. Jakarta

Agrios,G.N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Alexopolus, C. J. & C. W. Mims. 1979. Introductory Mycology. John Willey and Sons. New York. 386 hlm.

Anonim. 2011. Budidaya Tembakau Deli. http://ptpn.co.id/

72.14.235.104/searchqeacheOdkN/Bab16/PTPN/252011.pdf diakses 20 Februari 2011

Aznam, N. 1998. Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit. Trubus Agriwidya. Ungaran

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Tembakau di Lampung 2005-2009. BPS. Lampung

Barnett, H. L. & B. B. Hunter. 1972. The Fungal Host-Parasite Relationship. Ann. Rev. Phytopathol.

Belanger, R.R., C. Labbe and W.R. Jarvis. 1984. Commercial-scale control of rose powdery mildew with a fungal antagonist. Plant Dis. 78:420-424. Cahyono, B. 1998. Tembakau, Budi daya dan Analisis Tani. Kanisius. Yogyakarta Campbell, R. 1989. Biological Control Of Microbial Plant Pathogens. Cambridge

University Press. New York Melbourne Sydney. 218 hlm.

Dalmadiyo G. 1999. Pengendalian Penyakit Tembakau secara Terpadu. Di dalam : Prosiding Semiloka Teknologi Tembakau. Tirtosastro S, Rahman A, Isdijoso SH, Gothama AAA, Dalmadijo G & Mukani (eds.). Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Malang

Departemen Pertanian. 2011. Tembakau. http://ditjenbun.deptan.go.id /budtansim/images/pdf/ tembakau diakses 20 Maret 2011


(44)

Dicky. 2011. Uji Efektivitas Beberapa Jenis Fungisida Nabati Dengan Dosis Yang Berbeda untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Daun (Cercospora nicotianae ell. et .ev) Pada Tanaman Tembakau (Nicotianae tabaccum l.) di Lapangan. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. 211 hlm.

Efri, Joko.P.,& Radix.S. 2009. Skrining dan Uji Antagonis Jamur Trichoderma harzianum yang Mampu Bertahan di Filosfer Tanaman Jagung. Jurnal HPT Tropika Vol 9, No. 2 : 121-129. Universitas Lampung. Lampung Erwin. 2009. Pedoman Tekhnis HPT Tembakau. Balai Penelitian Tembakau Deli.

PTPN II Medan

FAO STAT. 2011. Top Production – Tobacco 2008. http://apps.fao.org/page/ collections ? subset=agriculture. Diakses 20 Februari 2011

Harman GE, Howell CR, Viterbo A, Chet I, Lorito M. 2004. Trichoderma species – opportunistic, avirulent plant symbionts. Nature Reviews in

Microbiology 2, 43–56.

Kartasapoetra, G. 1996. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Reneka Cipta. Jakarta

Komisi Pestisida. 1989. Metode Standar Percobaan Efikasi Pestisida. Departemen Pertanian. Jakarta

Louws, F.J.,K.H. Mary, F.K. John, & T.S. Cristine. 1996. Impact Of Reduced Fungicide And Tillage On Blight, Fruit Root And Yield Processing Tomatoes. Plant Dis. 80: 1251-1256.

Munnecke, D, E. 1972. Factors Effecting The Efficacy of Fungicides in Soil. Ann. Rev. Phytopathol. 10:375-397 hlm.

Mursito, B. & P. Heru. 2002. Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya. Jakarta

Oktasari, E. 2009. Pengaruh Kombinasi Trichoderma spp. Dengan Fungisida Nabati Terhadap Keparahan Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada (Phytophthora capsici L.). Universitas Lampung. Lampung. 55 hlm Papavizas, G. C. 1985. Trichoderma and Glicladium: Biology, Ekology, and

Potential for Biocontrol. Annual Reviews Inc. Phytophal. Maryland. 23:23-54 pp.


(45)

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Sulityowati,L., Mulyadi & Sulityorini. 1995. Antagonisme Trichoderma sp. Dengan Fusarium oxysporum f.sp. cubense pada tanmaan pisang di rumah kaca. Prosiding Kongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopolagi Indonesia. Mataram 572-576

Sumangat, D., Angraeni, & Laksmanahardja. 1994. Kunyit. Edisi Khusus Littro Vol. X, No.2. Bogor . Hlm 34-42

Suwahyono U, & Wahyudi P. 2004. Penggunaan Biofungisida Pada Usaha Perkebunan. Infor @iptek.net.id. Diakses 30 Januari 2011

Thomas, A. N. S. 1989. Tanaman Obat Tradisional. Kanisius. Yogyakarta. 130 hlm.

Thurston, H, D. 1992. Sustainable Practice for Plant Diseas Management in Traditional Farming System. Oxford & IBH Publishing Co. Pvt. Ltd Togashi, I., K. Itoh, S. Gisusi, & Harada A. 1997. Distribution of airborne fungi in

houses for the sawdust-based cultivation of Lentinus edodes. Journal of the Hokkaido Forest Products Research Institute. Japan

Tronsmo, A. 1996. Trichoderma harzianum in Biological Control of Fungal Dieseas in R. Hall. Principle and Practice Of Managing Soil Borne Pathogens. APS Press. Minnesota

Widyastuti, S.M., Sumardi & N.Hidayat.1998. Kemampuan Trichoderma spp. untuk pengendalian hayati jamur akar putih pada Acasia mangium secara in vitro. Buletin Kehutanan. Fak.Kehutanan, UGM.Yogyakarta.No.36, hal.25-38.

Windham, M. T., Y. Elad & R. Baker. 1985. A Mechanism for Increase Plant Growth Induced by Trichoderma spp. Phytopathology. 76:518-521 hlm.


(46)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Joko Prasetyo, M.S ………

Sekretaris : Ir. Sudiono, M.S ………

Penguji : Dr. Ir. Suskandini Ratih, M.S ………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S NIP. 196108261987021001


(47)

PENGARUH KOMBINASI Trichoderma spp. DENGAN FUNGISIDA NABATI TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK

(Cercospora nicotianae Ell. et Ev.) PADA TEMBAKAU

Judul :

Nama Mahasiswa : Meri Lusiana Nomor Pokok Mahasiswa : 0714041045

Jurusan : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Ir. Joko Prasetyo, M.P. Ir. Sudiono,M.Si.

NIP. 195902141989021001 NIP. 196509271994021001

2. Ketua Program Studi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP. 196411181989021002


(48)

MOTTO

SESUNGGUHNYA BERSAMA SETIAP KESULITAN ADA KEMUDAHAN (Q.S Al-Insyirah : 6)

KEBERHASILAN ANDA DITENTUKAN OLEH ANDA SENDIRI DAN TAKDIR ALLAH SWT. BUKAN OLEH ORANG LAIN

THERE IS NO SUCH AS BEST RESULT WITHOUT LEARNING PROCESS COMPLETED WITH DILLIGENCE AND SACRIFICE OF YOUR TIME

TIDAK SEMUA SAMA DAN SEJALAN DENGAN APA YANG KAMU PIKIRKAN, MAKA DARI SITULAH KITA BELAJAR TENTANG ARTI

“MENGHARGAI”


(49)

Dengan mengucap

kupersembahkan karya ini sebagai ungkapan terima kasih kepada :

Kedua orangtua, Ayahanda Muchtar Akib dan Ibunda Sumiati yang selalu

memberikan doa dan dukungannya

Kakak-kakakku dr. Yoane Lisa, dan Yoga Salendra, S.T serta adikku Ahmad

Iqbal yang telah memberikan semangat

dan


(50)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 3 Mei 1989. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Muchtar Akib dan Ibu Sumiati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Rejosari pada tahun 2001, kemudian melanjutkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 7 Kotabumi pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2007.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Jurusan/Program Studi Agroteknologi konsentrasi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan pada tahun 2007 melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri). Pada tahun 2010, penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO) Bogor, Jawa Barat dan menjadi anggota muda di Hima PROTEKTA. Pada tahun 2011 penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Penyakit Penting Tanaman.


(51)

SANWACANA

Segala puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul

Pengaruh Kombinasi Trichoderma spp. Dengan Fungisida Nabati Terhadap Keparahan Penyakit Patik (Cercospora Nicotianae Ell. Et Ev.) Pada

Tembakau” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (S.P) di Jurusan/Program Studi Agroteknologi.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak, maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ir. Joko Prasetyo, M.P selaku pembimbing utama yang telah memberikan ide, kesempatan serta ilmu yang berharga dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan Program Sarjana ini.

2. Ir. Sudiono, M.S selaku pembimbing pendamping atas waktu dan kesedian yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Suskandini Ratih, M.S selaku penguji atas kritikan dan saran yang diberikan dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P selaku Ketua Jurusan/Program studi Agroteknologi


(52)

dan Penyakit Tumbuhan atas bantuan, bimbingan serta ilmu yang telah diberikan selam penulis menjadi mahasiswa.

8. Mbak Uum, mas Iwan, mas Rahmat, dan pak Paryadi atas bantuannya selama melaksanakan penelitian di laboratorium.

9. Keluarga yang telah memberi dukungan moril yang tak pernah habis-habisnya.

10.Sahabat-sahabat seperjuangan selama penelitian dan penulisan skripsi : Riki Martina Ningsih, Eka Wahyuningsih, dan Selvi Helina.

11.Sahabat-sahabat angkatan 2007 : Wika, Parman, Alex, Ovy, Teddy, Rani, Ria, Yani, Alwi, Fajri, Badrus, Furqon, Stenia, Raya, Uus, Cici, Resma, Juwita, Oviana, Mpeb, Lilis, Anto, Yuli, Bang Juki, Yanti, Syukur, serta kakak-kakak tingkat 2006 atas semangat dan keceriannya.

12.Sahabat-sahabat kos-kosan dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas canda tawanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa sripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan

sehingga sangat dibutuhkan adanya perbaikan dikemudian hari. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi civitas akademika Universitas Lampung untuk menjadi lebih baik.

Bandar Lampung, Penulis


(53)

(1)

MOTTO

SESUNGGUHNYA BERSAMA SETIAP KESULITAN ADA KEMUDAHAN (Q.S Al-Insyirah : 6)

KEBERHASILAN ANDA DITENTUKAN OLEH ANDA SENDIRI DAN TAKDIR ALLAH SWT. BUKAN OLEH ORANG LAIN

THERE IS NO SUCH AS BEST RESULT WITHOUT LEARNING PROCESS COMPLETED WITH DILLIGENCE AND SACRIFICE OF YOUR TIME

TIDAK SEMUA SAMA DAN SEJALAN DENGAN APA YANG KAMU PIKIRKAN, MAKA DARI SITULAH KITA BELAJAR TENTANG ARTI

“MENGHARGAI”


(2)

Dengan mengucap

kupersembahkan karya ini sebagai ungkapan terima kasih kepada :

Kedua orangtua, Ayahanda Muchtar Akib dan Ibunda Sumiati yang selalu

memberikan doa dan dukungannya

Kakak-kakakku dr. Yoane Lisa, dan Yoga Salendra, S.T serta adikku Ahmad

Iqbal yang telah memberikan semangat

dan


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 3 Mei 1989. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Muchtar Akib dan Ibu Sumiati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Rejosari pada tahun 2001, kemudian melanjutkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 7 Kotabumi pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2007.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Jurusan/Program Studi Agroteknologi konsentrasi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan pada tahun 2007 melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri). Pada tahun 2010, penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO) Bogor, Jawa Barat dan menjadi anggota muda di Hima PROTEKTA. Pada tahun 2011 penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Penyakit Penting Tanaman.


(4)

SANWACANA

Segala puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul

Pengaruh Kombinasi Trichoderma spp. Dengan Fungisida Nabati Terhadap

Keparahan Penyakit Patik (Cercospora Nicotianae Ell. Et Ev.) Pada

Tembakau” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian (S.P) di Jurusan/Program Studi Agroteknologi.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak, maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ir. Joko Prasetyo, M.P selaku pembimbing utama yang telah memberikan ide, kesempatan serta ilmu yang berharga dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan Program Sarjana ini.

2. Ir. Sudiono, M.S selaku pembimbing pendamping atas waktu dan kesedian yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Suskandini Ratih, M.S selaku penguji atas kritikan dan saran yang diberikan dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P selaku Ketua Jurusan/Program studi Agroteknologi


(5)

6. Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S selaku pembimbing akademik.

7. Seluruh dosen Jurusan/Program Studi Agroteknologi konsentrasi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan atas bantuan, bimbingan serta ilmu yang telah diberikan selam penulis menjadi mahasiswa.

8. Mbak Uum, mas Iwan, mas Rahmat, dan pak Paryadi atas bantuannya selama melaksanakan penelitian di laboratorium.

9. Keluarga yang telah memberi dukungan moril yang tak pernah habis-habisnya.

10.Sahabat-sahabat seperjuangan selama penelitian dan penulisan skripsi : Riki Martina Ningsih, Eka Wahyuningsih, dan Selvi Helina.

11.Sahabat-sahabat angkatan 2007 : Wika, Parman, Alex, Ovy, Teddy, Rani, Ria, Yani, Alwi, Fajri, Badrus, Furqon, Stenia, Raya, Uus, Cici, Resma, Juwita, Oviana, Mpeb, Lilis, Anto, Yuli, Bang Juki, Yanti, Syukur, serta kakak-kakak tingkat 2006 atas semangat dan keceriannya.

12.Sahabat-sahabat kos-kosan dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas canda tawanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa sripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan

sehingga sangat dibutuhkan adanya perbaikan dikemudian hari. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi civitas akademika Universitas Lampung untuk menjadi lebih baik.

Bandar Lampung, Penulis


(6)

Dokumen yang terkait

Uji Patogenltas Gliocladium virens danTrichoderma spp Terhadap Penyebab Penyakit Antraknose Pada Cabe Merah (Gloesporium piperatum Ell.et Ev) Di Laboratorium

1 30 64

Uji Efektivitas Beberapa Jenis Fungisida Nabati Dengan Dosis Yang Berbeda untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Daun (Cercospora nicotianae ell. et .ev) Pada Tanaman Tembakau (Nicotianae tabaccum l.) di Lapangan

2 47 85

Uji Ketahanan Klon IRR Seri 200 Terhadap Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Di Laboratorium

0 38 63

Uji Efektifitas Chitosan Untuk Mengendalikan Penyakit Jamur Upas (Upasia salmonicolor (B. et Br.) Tjokr.,) Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

5 58 60

EFEKTIVITAS FUNGISIDA BAHAN AKTIF TEBUCONAZOLE, PYRACHLOSTROBIN, DAN MANKOZEB UNTUK MENGENDALIKAN JAMUR Cercospora nicotianae L. PADA TEMBAKAU

1 41 16

Efektivitas Pseudomonas Fluorescens untuk mengendalikan Penyakit Antraknosa pada Cabai Merah (Gloeosporium Piperatum Ell. Et Ev.)

0 16 39

KAJIAN KESAMAAN KARAKTERISTIK CERCOSPORA KACANG PANJANG DENGAN Cercospora nicotianae Ell. et Ev. Syn. PENYEBAB PENYAKIT PATIK PADA TEMBAKAU

0 12 14

KAJIAN KESAMAAN KARAKTERISTIK CERCOSPORA KACANG PANJANG DENGAN Cercospora nicotianae Ell. et Ev. Syn. PENYEBAB PENYAKIT PATIK PADA TEMBAKAU

1 10 14

UJI EFEKTIVITAS BEBERAPA FUNGISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.) PADA TANAMAN TEMBAKAU (Nicotianae tabacum L.)

1 17 49

PENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,) PADA TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

3 28 39