PENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,) PADA TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF APPLICATION Trichoderma spp. TO THE SEVERITY TOBACCO LEAF SPOT (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,)

By

SELVI HELINA

Tobacco leaf spot (Cercospora nicotianae) is one of the important disease in tobacco cultivation. One of the biological agents are effective and efficient and safe for consumers and is environmentally friendly in disease control is Trichoderma. This study aims to determine the effect of Trichoderma applications to the severity of tobacco leaf spot. The hypothesis is Trichoderma spp. as biological control agents capable of suppressing the severity tobacco leaf spot .The research was carried out in the Land of Department of Plant Protection Faculty of Agriculture, University of Lampung began from June 2011 until January 2012. The treatment in this experiment were arranged in a completely randomized design (CRD) with four replications. The treatments consisted of plants without application of Trichoderma as a control (co), application of T.harzianum (Th), application of T. viride (Tv) and application of T.koningii (Tk). Observed variable is the severity tobacco leaf spot, rate of infection, and area under disease progression curve (AUDPC). Data were analyzed using the analysis of variance and the mean differences between treatments were tested with LSD in the real level 5%. The results of the experiment showed that the use of Trichoderma can inhibit the severity tobacco leaf spot at the observation of 14 days after application. This is showed that Trichoderma spp. have capable to control tobacco leaf spot.

Key words: C. nicotianae, Trichoderma spp, the severity tobacco leaf spot, infection rate (r), AUDPC.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,) PADA TANAMAN

TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

Oleh SELVI HELINA

Penyakit patik (Cercospora nicotianae) merupakan penyakit penting pada tanaman tembakau. Salah satu agensia hayati yang efektif dan efesien serta aman bagi konsumen dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit adalah

Trichoderma. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh aplikasi Trichoderma

spp. terhadap keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa aplikasi Trichoderma spp. mampu menekan keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau. Penelitian dilaksanakan di Lahan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012. Perlakuan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas tanaman tanpa aplikasi Trichoderma sebagai kontrol (ko), aplikasi T. harzianum (Th), aplikasi T. viride (Tv), dan aplikasi T. koningii (Tk). Peubah yang diamati adalah keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau. Dari data keparahan penyakit, dihitung laju infeksi dan daerah di bawah kurva perkembangan penyakit (AUDPC). Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah antar perlakuan diuji dengan uji BNT pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Trichoderma dapat menekan perkembangan penyakit patik pada tanaman tembakau pada pengamatan 14 hari setelah aplikasi (hsa). Hal ini menunjukkan bahwa Trichoderma spp. memiliki potensi untuk mengendalikan penyakit patik pada tanaman tembakau.

Kata kunci : C. nicotianae, Trichoderma spp, penyakit patik, laju infeksi (r), AUDPC.


(3)

PENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,) PADA TANAMAN

TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) (Skripsi)

Oleh Selvi Helina

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Cara peletakkan tanaman tembakau yang terdapat gejala patik

di areal pertanaman ... 15

2. Bercak patik pada daun tembakau dengan bagian tengah yang berlubang ... 18

3. Perkembangan bercak patik pada daun tembakau ... 19

4. Konidiofor Cercospora nicotianae ... 32

5. Tanaman tembakau pada saat aplikasi Trichoderma spp ... 33

6. Tanaman tembakau pada saat aplikasi inokulasi Cercospora nicotianae secara alami ... 33


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL. ... i

DAFTAR GAMBAR. ... ii

I. PENDAHULUAN 1.1Latar belakang. ... 1

1.2Tujuan penelitian. ... 3

1.3Kerangka pemikiran. ... 3

1.4Hipotesis. ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tanaman tembakau. ... 5

2.1.1 Klasifikasi dan morfologi. ... 5

2.1.2 Syarat tumbuh. ... 6

2.2Penyakit patik pada tanaman tembakau ... 7

2.3Jamur Trichoderma spp. ... 9

III. METODE PENELITIAN 3.1Waktu dan tempat penelitian. ... 12

3.2Alat dan bahan. ... 12

3.3Rancangan percobaan. ... 12

3.4Pelaksanaan penelitian. ... 13

3.4.1 Penyiapan tanaman tembakau. ... 13

3.4.2 Penyiapan biakan Trichoderma spp. ... 13

3.4.3 Inokulasi Cercospora nicotianae. ... 14


(6)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Gejala penyakit patik pada tanaman tembakau. ... 18

4.2Keparahan penyakit patik tanaman tembakau. ... 19

4.3Laju infeksi C. nicotianau dan AUDPC. ... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. ... 25

5.2 Saran. ... 25

DAFTAR PUSTAKA. ………. 26


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skor gejala penyakit patik pada tembakau ... 16 2. Perkembangan keparahan penyakit patik pada tanaman

Tembakau ... 20 3. Keparahan penyakit (Xt), laju perkembangan penyakit (r),

dan AUDPC penyakit patik pada tanaman tembakau ... 22 4. Data keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau pada

pengamatan 7 hari setelah aplikasi T. harzianum, T. viride,

dan T. koningii ... 29 5. Analisis ragam keparahan penyakit patik (ANARA) pada

tembakau pada pengamatan 7 hari setelah aplikasi T.

harzianum, T. viride, dan T. koningii ... 29 6. Data keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau pada

pengamatan 14 hari setelah aplikasi T. harzianum, T. viride,

dan T. koningii ... 29 7. Analisis ragam keparahan penyakit patik (ANARA) pada

tembakau pada pengamatan 14 hari setelah aplikasi T.

harzianum, T. viride, dan T. koningii ... 30 8. Data keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau pada

pengamatan 21 hari setelah aplikasi T. harzianum, T. viride,

dan T. koningii ... 30 9. Analisis ragam keparahan penyakit patik (ANARA) pada

tembakau pada pengamatan 21 hari setelah aplikasi T.

harzianum, T. viride, dan T. koningii ... 30 10. Data keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau pada

pengamatan 28 hari setelah aplikasi T. harzianum, T. viride,


(8)

11. Analisis ragam keparahan penyakit patik (ANARA) pada tembakau pada pengamatan 28 hari setelah aplikasi T.

harzianum, T. viride, dan T. koningii ... 31 12. Data keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau pada

pengamatan 35 hari setelah aplikasi T. harzianum, T. viride,

dan T. koningii ... 31 13. Analisis ragam keparahan penyakit patik (ANARA) pada

tembakau pada pengamatan 35 hari setelah aplikasi T.

harzianum, T. viride, dan T. koningii ... 32 14. Nilai BNT pada masing-masing pengamatan tanaman


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Cara peletakkan tanaman tembakau yang terdapat gejala patik

di areal pertanaman ... 15

2. Bercak patik pada daun tembakau dengan bagian tengah yang berlubang ... 18

3. Perkembangan bercak patik pada daun tembakau ... 19

4. Konidiofor Cercospora nicotianae ... 32

5. Tanaman tembakau pada saat aplikasi Trichoderma spp ... 33

6. Tanaman tembakau pada saat aplikasi inokulasi Cercospora nicotianae secara alami ... 33


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. CV Yasaguna. Jakarta. 170 hlm.

Agrios, G. N. 1995. Plant Pathology. 3th edition. Academic Press. Florida.

Diterjemahkan oleh Munzir Busnia. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan, Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 713 hlm.

Alexopoulos, C.J dan C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology. John Willey and Sons. New York. 386 pp.

Anonim. 2010a. Budidaya Tanaman Tembakau.

http://budidaya-id.blogspot.com/2010/01/teknik-budidaya-tembakau.html. Diakses Rabu 2 Maret 2011 pukul 11.00 WIB.

Anonim. 2010b. Komoditi Tanaman Tembakau.

http://budidaya-id.blogspot.com/2010/01/komoditi-tanaman-tembakau.html Diakses Jumat 2 Maret 2012 pukul 20.00 WIB. Anonim. 2010c. Jamur Cercospora nicotianae.

http://www.digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=g dlhub-gdl-grey-2008-mayarohmaw-793.html. Diakses pada tanggal 2 Maret 2011 pukul 16.00 WIB.

Badan Pusat Statistik [BPS]. 2009. Perkebunan Tembakau.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=54 &notab=1. Diakses pada tanggal 3 Maret 2011 pukul 16.00 WIB.

Cook, R.J dan K.F. Baker. 1983. The Natural and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. APS Press. Minnesota.

Bankole, S.A dan A. Adebanjo. 1996. Biocontrol of brown blotch of cowpea caused by Colletrotichum truncatum with Trichoderma viride. Crop Protection. 15: 633-636.

Barnett, H.L dan B.B. Hunter. 1972. Illustrated General of Imperfect Fungi. Am. Phytopathological Soc.St. Paul Minnesota, USA. 241 p.


(11)

Chet, I (Ed.). 1987. Innovative Approaches to Plant Diseases Control. John Wiley and Sons, A Wiley-Interscience Publication, USA. Pp. 11-201.

Dalmadiyo, G. 1999. Pengendalian penyakit tembakau secara terpadu, di dalam: Prosiding semiloka teknologi tembakau. Tirtosastro S, Rahman A, Isdijoso SH, Ghotama AAA, Dalmadiyo G & Mukani (eds)..Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang.

Djojosumarto, P. 2000.Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. 211 hlm

Efri, Prasetyo, J dan R. Suharjo. 2009. Skrining dan uji antagonisme jamur

Trichoderma harzianum yang mampu bertahan di filosfer tanaman jagung. Jurnal Hama Penyakit Tanaman Tropika, Vol. 9, No. 2:121-129.

Erwin. 2009. Pedoman Tekhnis HPT Tembakau. Balai Penelitian Tembakau Deli PTPN II. Medan.

FAO STAT Agriculture Data Base:

http://apps.fao.org/page/colection?subset=agriculture. Diakses 12 Maret 2011 pukul 20.00 WIB.

Istikorini, Y. 2002. Pengendalian penyakit tumbuhan secara hayati yang ekologis dan berkelanjutan. Makalah Falsafah Sains Program Pascasarjana. Bogor. 9 hlm.

Komisi Pestisida. 1989. Metode Standar Percobaan Efikasi Pestisida. Departemen Pertanian Jakarta.

Lo, C.T., Nelson, E.B dan G.E. Harman. 1997. Improved biocontrol efficacy of

Trichoderma harzianum strain 1295.22 for foliar phases of turf diseases by use of spray application. Plant Disease. 81: 1132-1138.

Maketon, M., Apisitsantikul, J dan C. Siriraweekul. 2008. Greenhouse Evaluation Of Bacillus subtilis AP-01 and Trichoderma harzianum AP-001 In

Controlling Tobacco Diseases. Brazilian Journal of Microbiology. 39:296-300.

Oka, I.N. 1993. Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Oktasari, E. 2009. Pengaruh kombinasi Trichoderma spp. dengan fungisida nabati terhadap keparahan penyakit busuk pangkal batang lada

(Phytophthora capsici L.). Skripsi. Program Sarjana. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(12)

Papavizas, G.C. 1985. Trichoderma and Gliocladium: Biology, Ecology, and Potential for Biocontrol. US Departement of Agriculture. Maryland 23: 23-54 pp.

Prakash, M. 2007. Studies on frog eye leaf spot of bidi tobacco caused by

Cercospora nicotianae EII.& Eve. Department of plant pathology college of agriculture, Dharwad University of Agricultural Sciences. Dharwad. Purwantisari, S dan B.S. Rini. 2009. Uji antagonisme jamur patogen

Phytophthora infestans penyebab penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang dengan menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal.

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Dipenogoro.

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 835 hlm.

Soesanto, L. 2006. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman, Suplemen ke Gulma dan Nematoda. Rajawali Press. Jakarta.

Tim Penulis PS. 1993. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Tembakau. Penebar Swadaya. Jakarta. 178 hlm.

Tindaon, H. 2008. Pengaruh jamur antagonis Trichoderma harzianum dan pupuk organik untuk mengendalikan patogen tular tanah Sclerotium rolfsii

Sacc. pada tanaman kedelai (Glycine max L.) di rumah kasa. Skripsi. Program Sarjana. Universitas Sumatera Utara, Medan. Medan. 73 hlm.


(13)

I. METODE PENELITIAN

1.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Lahan sekitar laboratorium Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

1.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah cawan petri, jarum ose, gelas kimia, otoklaf, plastik pembungkus, alumunium foil, plastik tahan panas, bunsen burner, tabung Erlenmeyer, kaca preparat, kaca penutup, mikroskop, spatula, gelas ukur, kapas, tissue, laminar air flow, oven, timbangan, nampan, alat perajang, kertas label, dan alat tulis.

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman tembakau Virginia, kentang, agar batang, gula pasir, asam laktat, tanah, pupuk kandang, aquades, alkohol 70%, dan air.

1.3 Rancangan Percobaan

Perlakuan dalam percobaan ini disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan terdiri atas tanaman tembakau tanpa aplikasi Trichoderma sebagai kontrol (ko), aplikasi T. harzianum (Th), aplikasi T. viride (Tv), dan aplikasi T.


(14)

2

koningii (Tk). Setiap perlakuan diulang empat kali. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah antarperlakuan diuji dengan uji BNT dengan taraf nyata 5%.

1.4 Pelaksanaan Penelitian

1.4.1 Penyiapan tanaman tembakau

Tanaman tembakau yang digunakan adalah jenis Virginia berumur 50 hari. Penanaman bibit tembakau dilakukan dalam polybag berukuran 5 kg dengan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1. Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kotoran kambing. Pemeliharaan tanaman berupa penyiraman dilakukan setiap hari.

1.4.2 Penyiapan biakan Trichoderma spp.

1.4.2.1Penyiapan suspensi Trichoderma spp.

Spesies Trichoderma yang digunakan adalah T. harzianum, T. viride, dan T. koningii koleksi Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Suspensi spora Trichoderma disiapkan dengan cara: spora jamur Trichoderma spp. dipanen dengan menambahkan 10 ml aquades steril ke biakan Trichoderma spp. pada cawan petri lalu dikeruk dengan spatula steril dan disuspensikan. Suspensi Trichoderma spp. selanjutnya

diencerkan sampai didapatkan kerapatan spora 106 spora/ml.


(15)

3

Aplikasi Trichoderma spp. dilakukan dua kali yaitu pada saat tanaman berumur 3 bulan setelah tanam dan 7 hari setelah inokulasi (hsi) C. nicotianae yang kedua.

Aplikasi Trichoderma dilakukan dengan cara menyemprotkan suspensi masing-masing spesies Trichoderma pada setiap tanaman tembakau hingga membasahi bagian atas dan bagian bawah daun pada masing-masing polybag. Suspensi

Trichoderma yang disemprotkan pada aplikasi pertama sebanyak 20 ml/tanaman, sedangkan pada aplikasi kedua 50 ml/tanaman. Aplikasi dilakukan sore hari dengan tujuan kelembapan daun tembakau dapat terjaga.

1.4.3 Inokulasi Cercospora nicotianae

Inokulasi C. nicotianae dilakukan dengan dua cara, yaitu inokulasi alami dan buatan. Inokulasi secara alami dilakukan dengan cara meletakkan tanaman tembakau yang bergejala patik pada tengah-tengah tanaman tembakau uji sebanyak 3 polybag (gambar 1). Tanaman tembakau sakit yang digunakan berumur 140 hari setelah tanam (hst). Inokulasi buatan dilakukan dengan cara menyemprotkan suspensi/larutan dari daun tembakau yang bergejala patik pada permukaan atas dan bawah daun tembakau sebanyak 50 ml secara merata pada masing-masing polybag.

Penyemprotan ini dilakukan 7 hari setelah inokulasi (hsi) alami C. nicotianae dan aplikasi dilakukan pada sore hari dengan tujuan menjaga kelembapan. Penyiapan inokulum C. nicotianae dilakukan dengan cara memblender 50-60 helai daun tembakau yang bergejala patik dengan ditambahkan 5 liter air. Setelah halus, kemudian dimasukkan dalam sprayer untuk disemprotkan pada daun tembakau.


(16)

4

Areal pertanaman tembakau

Tanaman tembakau yang terdapat gejala patik

Gambar 1. Cara peletakkan tanaman tembakau yang terdapat gejala patik di areal pertanaman tembakau.

1.5 Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan dilakukan selama 35 hari dengan interval pengamatan 7 hari. Pengamatan dimulai 7 hari setelah aplikasi (hsa) Trichoderma spp. yang kedua. Setiap tanaman (perlakuan) diamati sebanyak 5 helai daun sebagai sampel. Pengambilan sampel daun tembakau pada masing-masing perlakuan dan kontrol dilakukan secara acak. Pengambilan sampel daun pada tanaman tembakau di antara daun yang berada pada bawah batang hingga bagian atas tanaman

tembakau. Peubah yang diamati adalah keparahan penyakit. Keparahan penyakit dihitung menggunakan rumus:


(17)

5

Dengan KpP adalah keparahan penyakit, n = jumlah daun pada setiap skor serangan, v = nilai skor yang digunakan, Z = nilai skor tertinggi yang digunakan, N = jumlah total daun yang diamati.

Nilai skoring yang digunakan dalam pengukuran keparahan penyakit merupakan analogi dari pengujian terhadap bercak daun Cercospora sp. pada tanaman kacang tanah yaitu sebagai berikut (Komisi Pestisida, 1989).

Tabel 1. Skor gejala penyakit patik pada tembakau

Skor Gejala Penyakit

0 Tidak ada daun terserang

1 Luas daun terserang 1-25%

2 Luas daun terserang 26-50%

3 Luas daun terserang 51-75%

4 Luas daun terserang 76-100%

Selanjutnya dari data keparahan penyakit dihitung laju perkembangan penyakit (r) dan daerah di bawah kurva penyakit (AUDPC). Laju perkembangan penyakit (r) dihitung dengan rumus:

( )

Dengan r adalah laju infeksi, t1 = waktu pengamatan ke 1, t2= waktu pengamatan

ke 2, x1 = proporsi penyakit pada pengamatan ke 1, x2= proporsi penyakit pada

pengamatan ke 2. Sedangkan daerah di bawah kurva penyakit (AUDPC) (de Jesus Junior et al. 2001; Danielsen dan Ames 2004) dihitung dengan rumus :


(18)

6

Dengan AUDPC adalah daerah kurva perkembangan penyakit, Yi = intensitas

serangan pada pengamatan ke i, Y1 = intensitas serangan pada pengamatan

pertama, t1 = waktu pada pengamatan pertama, ti = waktu pada pengamatan ke i, n


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Tembakau banyak digunakan sebagai bahan baku rokok, kosmetik, dan obat-obatan (Anonim, 2010a). Indonesia adalah salah satu penghasil daun tembakau dunia dengan kontribusi sekitar 15000 ton daun tembakau atau 2,3% (FAO, 2002).

Jenis tembakau yang ditanam di Indonesia, diantaranya tembakau Voor-Oogst

(VO) yang banyak ditanam di musim kemarau, dan tembakau Na-Oogst (NO) yang banyak ditanam di musim hujan, dan tembakau cigarillo. Selain itu juga ada jenis tembakau hisap dan kunyah (Anonim, 2010b). Sentra tembakau Indonesia terbesar adalah di daerah Jember, Deli, dan Temanggung. Di Lampung, luas perkebunan tembakau mencapai 229 hektar dengan produksi sebanyak 81 ton daun kering (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2009).

Salah satu penyakit penting tanaman tembakau adalah penyakit patik. Menurut Dalmadiyo (1999), lebih dari 60% daun tembakau besuki rusak karena penyakit patik dengan kerugian lebih dari 100 milyar rupiah. Sedangkan pada tembakau


(20)

bawah naungan (TBN) kerugian karena penyakit patik mencapai 100-125 milyar rupiah.

Pada umumnya, pengendalian yang dilakukan petani tembakau adalah sanitasi dan penggunaan fungisida sintetik. Jenis fungisida sintetik yang umum digunakan adalah fungisida dengan bahan aktif Mankozeb. Walaupun fungisida digunakan secara intensif, namun penyakit patik pada tembakau masih terus berkembang. Disamping itu, pengendalian dengan fungisida justru menimbulkan permasalahan baru seperti patogen menjadi resisten, matinya organisme non target, pencemaran lingkungan, dan berkurangnya keanekaragaman hayati (Djojosumarto, 2000).

Salah satu metode pengendalian yang aman dan ramah lingkungan adalah

pengendalian hayati dengan jamur antagonis. Trichoderma merupakan salah satu jamur antagonis yang saat ini banyak diteliti sebagai agensia pengendali hayati (Agrios, 1995). Potensi jamur Trichoderma spp. sebagai agensia pengendali hayati sudah banyak dilaporkan. Beberapa penyakit tanaman dapat dikendalikan dengan aplikasi jamur Trichoderma spp. seperti penyakit busuk pangkal batang pada kedelai yang disebabkan Sclerotium rolfssi Sacc. (Tindaon, 2008) dan penyakit layu daun pada tomat yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum

(Herlina, 2009).

Selain dapat mengendalikan patogen tular tanah, Trichoderma spp. juga dilaporkan dapat mengendalikan patogen tular udara (air borne). Efri et al.,

(2009) melaporkan bahwa aplikasi T. harzianum pada daun jagung dapat

mengendalikan penyakit bulai yang disebabkan oleh Peronosclerospora maydis. Bankole dan Adebanjo (1996), melaporkan bahwa T. viride mampu


(21)

mengendalikan penyakit brown blotch pada kacang polong yang disebabkan oleh

Colletotrichum truncatum.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi Trichoderma spp. terhadap keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau.

1.3 Kerangka Pemikiran

Penyakit patik yang disebabkan oleh jamur Cercospora nicotianae Ell. merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman tembakau. Penyakit ini penting karena mengurangi mutu daun tembakau terutama pada tembakau cerutu (Semangun, 2000). Pengendalian penyakit patik umumnya dengan sanitasi lapangan dan penggunaan fungisida. Namun, penggunaan fungisida menimbulkan dampak negatif bagi manusia, organisme non target, dan lingkungan (Djojosumarto, 2000). Pemanfaatan Trichoderma spp. sebagai agensia pengendali hayati merupakan salah satu alternatif pengendalian yang perlu dicoba untuk mengendalikan penyakit patik pada tembakau.

C. nicotianae merupakan patogen tular udara yang berasosiasi pada daerah filosfer (permukaan daun). Beberapa penelitian melaporkan bahwa Trichoderma selain dapat bertahan pada filosfer tanaman juga efektif mengendalikan penyakit pada filosfer tanaman (Efri et al., 2009; Lo et al., 1997; Bankole dan Adebanjo, 1996).


(22)

Lo et al., (1997) melaporkan bahwa T. harzianum Strain 1295-22 mampu mengendalikan penyakit brown patch dan dollar spot pada daun tanaman jenis rerumputan dengan aplikasi penyemprotan di daun pada percobaan rumah kaca dan percobaan lapangan. Sedangkan Efri et al., (2009) melaporkan bahwa T. harzianum mampu bertahan hidup di daerah filosfer tanaman jagung sampai 22 hari setelah aplikasi dan masih memiliki antagonisme yang baik dalam

mengendalikan penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur Peronosclerospora maydis.

Bankole dan Adebanjo (1996), melaporkan bahwa T. viride mampu

mengendalikan penyakit brown blotch pada kacang polong yang disebabkan oleh

Colletotrichum truncatum. Selain itu, T. viride juga dilaporkan mampu menekan penyakit tanaman kacang-kacangan lainnya seperti web blight dan bercak daun (Bankole dan Adebanjo 1996).Mekanisme pengendalian yang dimiliki

Trichoderma diantaranya adalah antibiosis, ketahanan terimbas, kompetisi bahan makanan, enzim dan toksin (Soesanto, 2006).

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diiajukan dalam penelitian ini adalah aplikasi Trichoderma spp. mampu menekan keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau.


(23)

PENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. Et Ev.,) PADA TANAMAN

TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

Oleh

SELVI HELINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(24)

Judul Skripsi : PENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,) PADA TANAMAN TEMBAKAU

(Nicotiana tabacum L.)

Nama Mahasiswa :

SELVI HELINA

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714041053 Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Ir. Joko Prasetyo, M.P Tri Maryono, SP., M.Si. NIP 195902141989021001 NIP 198002082005011002

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.S. NIP 196411181989021002


(25)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Joko Prasetyo, M.P. ………..

Sekretaris : Tri Maryono, S.P., M. Si. ….………

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M. Sc ……….

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(26)

Sesungguhnya setelah kesulitan itu pasti ada

kemudahan

(Qs. Al-insyirah:6)

Anda tak akan bisa menghargai waktu sampai anda

menghargai diri sendiri. Jika anda tak menghargai waktu,

anda tak akan bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat”

(M. Scott Peck, Psikologis)

Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah, tetap

jalani hidup ini melakukan yang terbaik

(D’masiv

)

Jangan pernah meremehkan kemampuanmu. Jika

kamu menyadari betapa kuatnya pikiranmu, kamu

tak akan pernah berpikir untuk menyerah.


(27)

Alhamdulillahirobbil’alamin

Puji dan syukur kuhaturkan kepadaMu, Allah SWT

Kupersembahkan karya kecil ini

kepada :

Ibu, ayah dan Makwo tercinta yang memberi

dukungan moril dan materiil (Ibu Rubana,

Bapak Umar Sani, Ibu Sanal Miana)

&

Orang-orang yang selalu mendoakan kebaikan

kepadaku

Serta keluarga besar, para pendidik dan

Almamater tercinta


(28)

PENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. Et Ev.,) PADA TANAMAN

TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

(Skripsi)

Oleh SELVI HELINA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(29)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 September 1989 di Desa Srimenanti

Kecamatan Banding Agung Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumatra Selatan, Penulis merupakan anak Pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Khutip dan Ibu Rubana.

Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar SDN 2 Kemiling Bandar Lampung; Sekolah Menengah Pertama SMPN 8 Bandar Lampung pada tahun 2004; dan Sekolah Menengah Atas SMAN 5 Bandar

Lampung pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan tahun 2008 diintegrasikan pada Program Studi Agroteknologi.

Pada tahun akademik 2010-2011 penulis melaksanakan Praktik Umum di Perusahaan Perseroan PTPN VII Karang Sari Kecamatan Muara Enim Provinsi Sumatra Selatan. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten dosen beberapa mata kuliah tahun akademik 2010-2011 yaitu Jamur Patogen Tumbuhan (JPT) dan Mikrobiologi Umum pada tahun 2011-2012.


(30)

SAN WACANA

Alhamdulillahi rabbi’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik, hidayah, serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Aplikasi Trichoderma

terhadap Keparahan Penyakit Patik (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,) pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.)” yang merupakan proyek kerjasama antara PT. Export Leaf Indonesia dengan Klinik Tanaman Universitas Lampung. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Ibu (Rubana) dan Makwo (Sanal Miana) tercinta yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, nasihat dan semangat yang tiada henti serta doa yang tulus kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.

2. Bapak Ir. Joko Prasetyo, M.P. selaku pembimbing utama atas bimbingan, gagasan, ilmu, arahan dan nasihat yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Tri Maryono, S.P.,M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, saran, dan nasihat yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M. Sc. selaku pembahas yang telah memberikan pengarahan, kritik, saran dan nasihat yang bersifat membangun kepada penulis.

5. Ibu Ir. Titik Nur Aeny, M. Sc. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat, motivasi dan semangat kepada penulis.

6. Prof. Dr. Ir. Wan Abas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(31)

7. Dr. Ir Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku ketua Program Studi Agroteknologi.

8. Seluruh Dosen Agroteknologi konsentrasi Ilmu Hama Penyakit Tumbuhan khususnya, serta Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran selama penulis mengemban ilmu di Universitas Lampung. 9. Keluarga besar ku (Kiki, Eva, Yeni, Cicek mes, Om Han, Ibung Lina, Kang

Ita, Cek Anisa, Cek Pet, Om Marqos, Rengga, Ridho, dan Suci) terimakasih atas bantuan dan semangatnya.

10. Rekan-rekan satu tim penelitian Meri Lusiana, Riki Martinaningsih, dan Eka Wahyu ningsih terimakasih atas kerjasama, canda tawa, dan semangat yang diberikan.

11. Teman-teman angkatan 2007 (Ahmad Teddy Wijaya, M. Badrus Sholeh, Suparman, Alexander Turnip, Fajri Firdaus, Jaya Saputra, M. Furqon, Ahmad Bazawi Alwi, Yosua A A Raya, M. Edy Shabara S, Herleo Panji P, Resma Nurmei Winda, Siti Juariyah, Septia Eka Rani, Stenia Yusticia, Uswatun Hasanah, Teresia Clara Eka Risti, Yani Kurniawati, Wika Triwidiyanti P, Maria Teofani, Ovy Erfandari, Lilis Nurhayati, Febriana Lestari, Oviana Suri, Juwita Suri Maharani, Yanti Ningsih, Yulianti, Kristina Hayu, Aftecia

Agnitary, Marjuki) dan kakak tingkat 2006, 2005, dan 2004 serta teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua doa, bantuan semangat dan kebersamaan yang telah diberikan.

12. Bapak Paryadi, Mbak Uum, Mas Iwan, Mas Rahmat atas bantuannya selama penulis menjadi mahasiswa.

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan Hidayah-Nya kepada pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amien.

Bandar Lampung, 2012


(32)

I. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tanaman Tembakau

1.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili Solanaceae. Secara sistematis, klasifikasi tanaman tembakau sebagai berikut.

Klass : Dicotyledonaea Ordo : Personatae Famili : Solanaceae Sub Famili : Nicotianae Genus : Nicotianae

Spesies : Nicotiana tabacum L.

Tembakau berdasarkan morfologinya terdiri atas dua bagian yaitu vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri atas bunga dan buah (Tim Penulis PS, 1993). Pada bagian bawah batang terdapat akar tunggang yang panjangnya sekitar 50-75 cm dan mempunyai banyak akar serabut dan bulu akar. Tanaman tembakau memiliki batang yang tegak dengan tinggi sekitar 2,5 m. Batang tanaman ini biasanya memiliki sedikit cabang atau bahkan tidak bercabang sama sekali. Batangnya berwarna hijau dan hampir seluruhnya ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna putih.


(33)

Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk malai. Kelopak bunga yang berlekuk dan mahkota bunga berbentuk seperti terompet. Bakal buah terletak di atas dasar bunga dan mempunyai ruang yang membesar serta kepala putik terletak pada tabung bunga berdekatan dengan kepala sarinya.

Bagian terpenting dari tanaman tembakau adalah daun karena bagian inilah yang nantinya akan dipanen. Daun tembakau berbentuk bulat panjang, ujungnya meruncing, tepinya licin dan bertulang sirip. Satu tanaman biasanya memiliki sekitar 24 helai daun. Ukuran daun cukup bervariasi menurut keadaan tempat tumbuh dan jenis tembakau yang ditanam. Proses penuaan (pematangan) daun biasanya dimulai dari bagian ujung, kemudian bagian bawahnya.

2.1.2 Syarat Tumbuh

Tanaman tembakau dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Tembakau yang ditanam pada ketinggian 1000-1500 m dpl, pH 5,5-6,5 daunnya akan besar, tebal, dan kuat. Sedangkan tembakau yang ditanam di dataran rendah daunnya besar, tipis dan elastis. Tembakau yang tipis cenderung mempunyai kandungan nikotin yang rendah (Tim Penulis PS, 1993).

Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-32,30° C (Anonim, 2010a).


(34)

1.2 Penyakit Patik pada Tanaman Tembakau

Penyakit patik merupakan penyakit penting pada tanaman tembakau. Bercak patik dapat mengurangi mutu daun tembakau terutama tembakau cerutu. Gejala patik

diawali dengan adanya bercak berwarna coklat (“patik abang”), kemudian bercak

menjadi kering berwarna putih (“patik putih”) dengan tepi coklat dan dalam

waktu singkat bagian ini akan pecah dan berlubang (“patik bolong”) (Semangun,

2000).

Menurut Erwin (2009), bercak-bercak tersebut biasanya muncul pada daun-daun bawah atau daun tua atau daun yang telah matang, karena daun-daun ini lebih rentan daripada daun-daun yang masih muda. Bercak ini dikelilingi oleh jaringan daun yang kuning, disebut dengan patik kuning atau ubed kuning. Namun apabila cuaca lembab, serangan dapat terjadi pada daun-daun yang belum masak dan daun-daun tua dari pembibitan.

Penyakit patik pada tanaman tembakau disebabkan oleh Cercospora nicotianae

Ell. et Ev atau identik dengan C. raciborskii Sacc. et Syd dan C. Solanicola Atk. (Hill, 1936; Reitsma et al., 1947 dalam Semangun, 2000). Jamur Cercospora nicotianae memiliki morfologi yang sangat mirip dengan C. apii penyebab penyakit bercak daun pada seledri (Apium graveolens L.). Cercospora

mempunyai konidiofor coklat bersekat-sekat, dengan ukuran 75-100 x 4-5 µm. Konidium agak panjang, agak bengkok, bersekat banyak, dan tidak berwarna (hialin), dengan ukuran 38-135 x 2,5-3,0 µm (Semangun, 2000).


(35)

Menurut Jochems (1931); van Schreven (1948) dalam Semangun (2000), jamur patik mengadakan infeksi melalui mulut kulit. Agar konidium dapat berkecambah pada permukaan daun, maka diperlukan air pada permukaan daun. Konidium disebarkan oleh angin atau percikan air.

Jamur C. nicotianae dapat bertahan lama pada sisa-sisa tanaman tembakau, misalnya batang tembakau yang sudah kering. Jamur C. nicotianae juga dapat hidup sampai satu tahun dengan cara jamur melekat pada biji tembakau. Selain itu, penyebaran patik terutama lewat sisa-sisa tanaman, dan mungkin juga lewat tanah (Semangun, 2000).

Menurut Hopkins (1956) dalam Semangun (2000), meluasnya penyakit patik terjadi apabila cuaca lembap pada saat menjelang panen. Pada keadaan biasa jamur patik hanya menyerang daun-daun yang sudah masak, namun apabila kondisi alam mendukung untuk perkembangan jamur serta penyebaran penyakit meluas, maka daun-daun muda akan lebih cepat terserang penyakit ini. Tetapi pada umumnya epidemik tidak akan terjadi bila daun-daun bawah dari tanaman relatif bersih dari patik sebelum cuaca lembap datang (Semangun, 2000). Penyakit patik banyak berkembang apabila pemetikan terlambat dilakukan sehingga daun menjadi lewat masak karena makin tua daun tembakau akan semakin rentan (Semangun, 2000).

Pengendalian penyakit patik pada tanaman tembakau yang umum dilakukan adalah dengan sanitasi lapangan dan penggunaan fungisida. Fungisida yang digunakan adalah Dithane M-45 (mankozeb), Manzate 200 (mankozeb) dan Topsin-M (thiophanate methyl). Penyemprotan dengan fungisida pada tanaman


(36)

tembakau sampai 15-20 hari sebelum pemetikan dimulai. Dengan pengendalian ini diharapkan dapat mencegah penyakit patik pada tanaman tembakau di perkebunan (Anon, 1985 dalam Semangun, 2000).

1.3 Jamur Trichoderma spp.

Trichoderma spp. merupakan jamur dari subdivisi Deuteromycotina, kelas

Hyphomycetes, ordo Moniliaceae. Jamur Trichoderma memiliki konidiofor tegak, bercabang banyak, spora agak berbentuk kerucut, dapat membentuk

klamidospora. Pada umumnya koloni hifa dalam biakan tumbuh dengan cepat, dan berwarna putih sampai hijau (Cook dan Baker, 1983).

Trichoderma spp. adalah jamur tanah yang secara alami merupakan parasit yang menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit tanaman (spektrum

pengendalian luas) (Purwantisari et al., 2009). Trichoderma memiliki potensi sebagai agensia pengendali hayati dalam mengendalikan penyakit tanaman karena memiliki kemampuan antagonis terhadap jamur lain (Chet, 1987). Mekanisme antagonis Trichoderma terhadap jamur patogen adalah persaingan, parasitisme, antibiosis, ketahanan terimbas, dan enzim (Soesanto, 2008).

Penggunaan Trichoderma sebagai agensia pengendali hayati sudah banyak dilaporkan. Seperti penggunaan T. harzianum untuk mengendalikan penyakit rebah semai pada tanaman selada yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani

(Soesanto, 2006). T. viride untuk mengendalikan penyakit brown blotch pada kacang polong yang disebabkan oleh Colletotrichum truncatum (Bankole dan


(37)

Adebanjo, 1996) dan T. koningii dalam menghambat pertumbuhan C. nicotianae

secara in vitro (Prakash, 2007).

T. harzianum memiliki hifa bersepta, bercabang dan mempunyai dinding licin, tak berwarna dengan hifa berdiameter 1,5-12µm. Percabangan hifa membentuk sudut siku-siku pada cabang utama. Cabang-cabang utama konidiofor berdiameter 4-5µm dan menghasilkan banyak cabang-cabang sisi yang dapat tumbuh satu-satu tetapi sebagian besar berbentuk dalam kelompok yang agak longgar dan kemudian berkembang menjadi daerah-daerah seperti cincin (Rifai, 1964 dalam Tindaon, 2008).

T. harzianum adalah jamur non mikoriza yang dapat menghasilkan enzim kitinase sehingga dapat berfungsi sebagai pengendali penyakit tanaman. Kitinase

merupakan enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri serta berperan penting dalam pemecahan kitin (Wijaya, 2002 dalam Tindaon, 2008). Karena kemampuannya tersebut, Trichoderma digunakan sebagai agensia hayati untuk mengendalikan patogen tular tanah Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai (Tindaon, 2008).

T. koningii mempunyai hifa hialin, bersepta, tegak, dan bercabang banyak serta berdinding licin. Koloni biasanya tumbuh cepat pada media yang sesuai (Barnett dan Hunter, 1972). Kumpulan sporanya mula-mula berwarna putih jernih

kemudian menjadi kehijauan dan akhirnya berwarna hijau gelap. Jamur ini dapat tumbuh dan berkembang cepat pada suhu 22-23º C.


(38)

T. viride memiliki koloni berwarna putih, kuning, hijau muda, dan hijau tua (Alexopoulus dan Mims, 1979). Koloni jamur umumnya berbentuk seperti cincin berwarna hijau atau kebiru-biruan. Warna koloni ini dibentuk oleh adanya

pigmentasi dari fiolospora. Konidia berdiameter 3-5 µm (Rifai, 1969 dalam

Oktasari, 2009). Jamur ini dapat menghasilkan enzim ekstraseluler β (1,3) glukanase dan kitinase yang dapat melarutkan dinding sel jamur parasit. Adanya aktifitas metabolisme hifa yang tinggi pada bahan organik, membuat jamur tersebut mampu menyerang dan menghancurkan propagul patogen yang ada di sekitarnya (Papavizas, 1985).


(39)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Trichoderma spp. memiliki potensi untuk mengendalikan penyakit patik pada tanaman tembakau. Pada pengamatan 14 hsa Trichoderma spp. dapat menekan keparahan penyakit patik.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi Trichoderma spp. pada tanaman tembakau dengan frekuensi atau aplikasi pada setiap minggu (pengamatan). Selain itu perlu

dilakukan tentang kemampuan bertahan hidup daya antagonisme jamur


(1)

1.2 Penyakit Patik pada Tanaman Tembakau

Penyakit patik merupakan penyakit penting pada tanaman tembakau. Bercak patik dapat mengurangi mutu daun tembakau terutama tembakau cerutu. Gejala patik diawali dengan adanya bercak berwarna coklat (“patik abang”), kemudian bercak menjadi kering berwarna putih (“patik putih”) dengan tepi coklat dan dalam waktu singkat bagian ini akan pecah dan berlubang (“patik bolong”) (Semangun, 2000).

Menurut Erwin (2009), bercak-bercak tersebut biasanya muncul pada daun-daun bawah atau daun tua atau daun yang telah matang, karena daun-daun ini lebih rentan daripada daun-daun yang masih muda. Bercak ini dikelilingi oleh jaringan daun yang kuning, disebut dengan patik kuning atau ubed kuning. Namun apabila cuaca lembab, serangan dapat terjadi pada daun-daun yang belum masak dan daun-daun tua dari pembibitan.

Penyakit patik pada tanaman tembakau disebabkan oleh Cercospora nicotianae Ell. et Ev atau identik dengan C. raciborskii Sacc. et Syd dan C. Solanicola Atk. (Hill, 1936; Reitsma et al., 1947 dalam Semangun, 2000). Jamur Cercospora nicotianae memiliki morfologi yang sangat mirip dengan C. apii penyebab penyakit bercak daun pada seledri (Apium graveolens L.). Cercospora

mempunyai konidiofor coklat bersekat-sekat, dengan ukuran 75-100 x 4-5 µm. Konidium agak panjang, agak bengkok, bersekat banyak, dan tidak berwarna (hialin), dengan ukuran 38-135 x 2,5-3,0 µm (Semangun, 2000).


(2)

Menurut Jochems (1931); van Schreven (1948) dalam Semangun (2000), jamur patik mengadakan infeksi melalui mulut kulit. Agar konidium dapat berkecambah pada permukaan daun, maka diperlukan air pada permukaan daun. Konidium disebarkan oleh angin atau percikan air.

Jamur C. nicotianae dapat bertahan lama pada sisa-sisa tanaman tembakau, misalnya batang tembakau yang sudah kering. Jamur C. nicotianae juga dapat hidup sampai satu tahun dengan cara jamur melekat pada biji tembakau. Selain itu, penyebaran patik terutama lewat sisa-sisa tanaman, dan mungkin juga lewat tanah (Semangun, 2000).

Menurut Hopkins (1956) dalam Semangun (2000), meluasnya penyakit patik terjadi apabila cuaca lembap pada saat menjelang panen. Pada keadaan biasa jamur patik hanya menyerang daun-daun yang sudah masak, namun apabila kondisi alam mendukung untuk perkembangan jamur serta penyebaran penyakit meluas, maka daun-daun muda akan lebih cepat terserang penyakit ini. Tetapi pada umumnya epidemik tidak akan terjadi bila daun-daun bawah dari tanaman relatif bersih dari patik sebelum cuaca lembap datang (Semangun, 2000). Penyakit patik banyak berkembang apabila pemetikan terlambat dilakukan sehingga daun menjadi lewat masak karena makin tua daun tembakau akan semakin rentan (Semangun, 2000).

Pengendalian penyakit patik pada tanaman tembakau yang umum dilakukan adalah dengan sanitasi lapangan dan penggunaan fungisida. Fungisida yang digunakan adalah Dithane M-45 (mankozeb), Manzate 200 (mankozeb) dan Topsin-M (thiophanate methyl). Penyemprotan dengan fungisida pada tanaman


(3)

tembakau sampai 15-20 hari sebelum pemetikan dimulai. Dengan pengendalian ini diharapkan dapat mencegah penyakit patik pada tanaman tembakau di perkebunan (Anon, 1985 dalam Semangun, 2000).

1.3 Jamur Trichoderma spp.

Trichoderma spp. merupakan jamur dari subdivisi Deuteromycotina, kelas

Hyphomycetes, ordo Moniliaceae. Jamur Trichoderma memiliki konidiofor tegak, bercabang banyak, spora agak berbentuk kerucut, dapat membentuk

klamidospora. Pada umumnya koloni hifa dalam biakan tumbuh dengan cepat, dan berwarna putih sampai hijau (Cook dan Baker, 1983).

Trichoderma spp. adalah jamur tanah yang secara alami merupakan parasit yang menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit tanaman (spektrum

pengendalian luas) (Purwantisari et al., 2009). Trichoderma memiliki potensi sebagai agensia pengendali hayati dalam mengendalikan penyakit tanaman karena memiliki kemampuan antagonis terhadap jamur lain (Chet, 1987). Mekanisme antagonis Trichoderma terhadap jamur patogen adalah persaingan, parasitisme, antibiosis, ketahanan terimbas, dan enzim (Soesanto, 2008).

Penggunaan Trichoderma sebagai agensia pengendali hayati sudah banyak dilaporkan. Seperti penggunaan T. harzianum untuk mengendalikan penyakit rebah semai pada tanaman selada yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani (Soesanto, 2006). T. viride untuk mengendalikan penyakit brown blotch pada kacang polong yang disebabkan oleh Colletotrichum truncatum (Bankole dan


(4)

Adebanjo, 1996) dan T. koningii dalam menghambat pertumbuhan C. nicotianae secara in vitro (Prakash, 2007).

T. harzianum memiliki hifa bersepta, bercabang dan mempunyai dinding licin, tak berwarna dengan hifa berdiameter 1,5-12µm. Percabangan hifa membentuk sudut siku-siku pada cabang utama. Cabang-cabang utama konidiofor berdiameter 4-5µm dan menghasilkan banyak cabang-cabang sisi yang dapat tumbuh satu-satu tetapi sebagian besar berbentuk dalam kelompok yang agak longgar dan kemudian berkembang menjadi daerah-daerah seperti cincin (Rifai, 1964 dalam Tindaon, 2008).

T. harzianum adalah jamur non mikoriza yang dapat menghasilkan enzim kitinase sehingga dapat berfungsi sebagai pengendali penyakit tanaman. Kitinase

merupakan enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri serta berperan penting dalam pemecahan kitin (Wijaya, 2002 dalam Tindaon, 2008). Karena kemampuannya tersebut, Trichoderma digunakan sebagai agensia hayati untuk mengendalikan patogen tular tanah Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai (Tindaon, 2008).

T. koningii mempunyai hifa hialin, bersepta, tegak, dan bercabang banyak serta berdinding licin. Koloni biasanya tumbuh cepat pada media yang sesuai (Barnett dan Hunter, 1972). Kumpulan sporanya mula-mula berwarna putih jernih

kemudian menjadi kehijauan dan akhirnya berwarna hijau gelap. Jamur ini dapat tumbuh dan berkembang cepat pada suhu 22-23º C.


(5)

T. viride memiliki koloni berwarna putih, kuning, hijau muda, dan hijau tua (Alexopoulus dan Mims, 1979). Koloni jamur umumnya berbentuk seperti cincin berwarna hijau atau kebiru-biruan. Warna koloni ini dibentuk oleh adanya

pigmentasi dari fiolospora. Konidia berdiameter 3-5 µm (Rifai, 1969 dalam Oktasari, 2009). Jamur ini dapat menghasilkan enzim ekstraseluler β (1,3) glukanase dan kitinase yang dapat melarutkan dinding sel jamur parasit. Adanya aktifitas metabolisme hifa yang tinggi pada bahan organik, membuat jamur tersebut mampu menyerang dan menghancurkan propagul patogen yang ada di sekitarnya (Papavizas, 1985).


(6)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Trichoderma spp. memiliki potensi untuk mengendalikan penyakit patik pada tanaman tembakau. Pada pengamatan 14 hsa Trichoderma spp. dapat menekan keparahan penyakit patik.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi Trichoderma spp. pada tanaman tembakau dengan frekuensi atau aplikasi pada setiap minggu (pengamatan). Selain itu perlu

dilakukan tentang kemampuan bertahan hidup daya antagonisme jamur


Dokumen yang terkait

Potensi Bakteri Endofit Asal Akar Tanaman Nilam untuk Mengendalikan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) pada Tanaman Tembakau

3 40 94

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) terhadap Pemberian Vermikompos pada Beberapa Tingkat Pemberian Air

1 39 90

Pengendalian Hama dan Penyakit pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tobaccum L.) dengan Pemanfaatan Zat Ekstraktif Daun Mindi (Melia azedarach Linn.)

1 47 77

Uji Efektivitas Beberapa Jenis Fungisida Nabati Dengan Dosis Yang Berbeda untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Daun (Cercospora nicotianae ell. et .ev) Pada Tanaman Tembakau (Nicotianae tabaccum l.) di Lapangan

2 47 85

Uji Ketahanan Klon IRR Seri 200 Terhadap Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Di Laboratorium

0 38 63

Uji Efektifitas Chitosan Untuk Mengendalikan Penyakit Jamur Upas (Upasia salmonicolor (B. et Br.) Tjokr.,) Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

5 58 60

KAJIAN KESAMAAN KARAKTERISTIK CERCOSPORA KACANG PANJANG DENGAN Cercospora nicotianae Ell. et Ev. Syn. PENYEBAB PENYAKIT PATIK PADA TEMBAKAU

0 12 14

KAJIAN KESAMAAN KARAKTERISTIK CERCOSPORA KACANG PANJANG DENGAN Cercospora nicotianae Ell. et Ev. Syn. PENYEBAB PENYAKIT PATIK PADA TEMBAKAU

1 10 14

UJI EFEKTIVITAS BEBERAPA FUNGISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.) PADA TANAMAN TEMBAKAU (Nicotianae tabacum L.)

1 17 49

PENGARUH KOMBINASI Trichoderma Spp. DENGAN FUNGISIDA NABATI TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora Nicotianae Ell. Et Ev.) PADA TEMBAKAU

2 58 53