PENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SUMBER MULYO, KECAMATAN SUMBEREJO, KABUPATEN TANGGAMUS T.P 2011/2012

(1)

i ABSTRAK

PENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT

BANTU PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SUMBER MULYO, KECAMATAN SUMBEREJO,

KABUPATEN TANGGAMUS T.P 2011/2012

Oleh LEGIMIN

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Sumber Mulyo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan memberikan tindakan berupa penggunaan modifikasi alat bantu berupa keset dengan bilah bambu bola yang digantung dan bola plastik yang diletakkan di atas pasir dalam bak lompatan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research),dengan menggunakan tiga siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV di SD Negeri 1 Sumber Mulyo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 9 putra dan 11 putri. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes keterampilan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dengan rentang penilaian 1-3.

Hasil penelitian menunjukkan: pada tes awal hanya mencapai ketuntasan 20% hal ini berarti masih sangat rendahnya kemampuan gerak dasar siswa dalam melakukan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok. Pada siklus pertama dengan penggunaan modifikasi alat bantu berupa keset dengan bilah bambu diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar meningkat menjadi 45%, hal itu berarti tindakan belum memenuhi ketuntasan belajar. Pada siklus kedua dengan penggunaan modifikasi alat bantu berupa bola yang digantung diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar mengalami peningkatan menjadi 65%, hal itu berarti tindakan belum memenuhi ketuntasan belajar. Pada siklus ketiga dengan penggunaan modifikasi alat bantu berupa bola plastik yang diletakkan pada posisi pendaratan diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar mengalami peningkatan menjadi 85% hal ini berarti proses pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dengan peningkatan hasil belajar lebih dari 50%. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran atletik khususnya pada materi gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dengan pemberian tindakan berupa penggunaan modidfikasi alat bantu yang dibuat secara sederhana dan kreatif dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas kelas IV di SD Negeri 1 Sumber Mulyo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Tahun Pelajaran 2011/2012.


(2)

PENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT

BANTU PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SUMBER MULYO, KECAMATAN SUMBEREJO,

KABUPATEN TANGGAMUS T.P 2011/2012

(Skripsi)

Oleh LEGIMIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(3)

PENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT

BANTU PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SUMBER MULYO, KECAMATAN SUMBEREJO,

KABUPATEN TANGGAMUS T.P 2011/2012

Oleh LEGIMIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. ….…………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Wiyono, M.Pd. ….…………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(5)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Legimin

NPM : 1013126016

Tempat/ tanggal lahir : Sumberejo, 15 Februari 1966

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judulPENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SUMBER MULYO, KECAMATAN

SUMBEREJO, KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN

2011/2012adalah benar hasil karya penulis. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Juli 2012


(6)

Judul Skripsi : PENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SUMBER MULYO, KECAMATAN SUMBEREJO, KABUPATEN TANGGAMUS T.P 2011/2012.

Nama Mahasiswa : Legimin

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013126016

Program Studi : Penjaskes

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. NIP 19510507 198103 1 002 NIP 19620808 198901 1 001


(7)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindak , dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang diajarkan di sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan sebagai pendidikan gerak dan pendidikan melalui gerak memiliki aspek-aspek gerak yang ingin dicapai. Adapun


(8)

2

struktur materi Pendidikan Jasmani untuk TK sampai SD/MI kelas 3 SD meliputi kesadaran akan tubuh dan gerakan, kecakapan gerak dasar, gerakan ritmik, permainan, akuatik (olahraga di air/bila memungkinkan), senam, kebugaran jasmani dan pembentukan sikap dan perilaku. Dan materi pembelajaran untuk SD/MI kelas 4 sampai 6 adalah aktivitas pembentukan tubuh, permainan dan modifikasi olahraga, kecakapan hidup di alam bebas, dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku).

Berdasarkan observasi peneliti pada materi lompat tinggi ditemukan bahwa hampir rata-rata siswa kelas V belum dapat melewati mistar menggunakan gaya gunting. Dari jumlah seluruh siswa yaitu 18 siswa yang terdiri dari 7 laki-laki dan 11 perempuan, tidak ada satupun yang berhasil dengan sempurna melakukan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran Penjaskes pada materi lompat tinggi belum berhasil.

Kesulitan yang dialami siswa dalam melakukan lompat tinggi adalah saat melakukan gerak mengambil ancang-ancang melompat. Ragu dalam mengambil ancang-ancang membuat hasil langkahan kaki seperti gunting untuk melewati mistar tidak dilakukan dengan maksimal. Langkahan kaki terlalu rapat antaar kaki yang melangkah lebih dulu dengan mistar sehingga tersentuh mistar. Ada lagi yang telah melangkah dengan benar tapi saat kaki kedua melangkah badan tidak di angkat sehingga mengenai mistar dan jatuh. Sebagian besar siswa perempuan tidak berani mencoba latihan yang diberikan


(9)

3

guru, siswa takut pada mistar lompat tinggi. Oleh sebab itu, dalam upaya meningkatkan ketuntasan belajar, dapat peneliti simpulkan untuk melakukan modifikasi pada mistar lompat tinggi dengan alat yang menarik tapi juga tidak menakutkan bagi siswa. Dengan penggunaan modifikasi mistar ini diharapkan siswa akan berani mencoba latihan yang diberikan sehingga dengan latihan berulang-ulang siswa akan meningkatkan keterampilan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting.

Atas latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan judul “Upaya Meningkatkan Gerak Dasar Lompat Tinggi GayaStradaleMenggunakan Modifikasi Alat Siswa Kelas V SDN 1 Sukamaju Kecamatan Pugung Tanggamus”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Rata-rata siswa belum bisa melakukan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting

2. Siswa masih ragu melakukan ancang-ancang lompat tinggi 3. Siswa kesulitan melakukan gerak langkah melewati mistar 4. Belum digunakannya modifikasi alat dalam pembelajaran


(10)

4

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah berikut : “Apakah dengan penggunaan modifikasi alat berupa karet, pelepah pisang

dan bambu dapat meningkatkan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting?” D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah : “Ingin meningkatkan gerak dasar lompat tinggi gayaStradalesiswa kelas V SDN 1 Sukamaju Kecamatan Pugung Tanggamus”.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan data secara empiris mengenai alat-alat yang dapat dimodifikasi dalam pembelajaran lompat tinggi.

2. Bagi guru

Guru mendapatkan bahan pemikiran dalam memilih modifikasi alat dalam pembelajaran lompat tinggi.

3. Bagi siswa

Meningkatkan dan memperbaiki gerak dasar lompat tinggi gaya gunting pada siswa.


(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan melalui aktivitas jasmani mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktivitas jasmani. Tujuan pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.

Aktivitas jasmani harus dikelola secara sistematis, dipilih sesuai karakteristik peserta didik, tingkat kematangan, kemampuan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar


(12)

diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif. (Kurikulum Penjas, 2004)

Pendidikan Jasmani menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan, mencoba kegiatan yang sesuai minat anak dan menggali potensi dirinya. Melalui Pendidikan Jasmani anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral.

2. Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas belajar. (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006:44) Sedangkan belajar adalah suatu perubahan yang relatif pemanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan. (Nana Sujana. 1991: 5)


(13)

Menurut Thorndike dalam Arma Abdulllah dan Agus manadji (1994: 162) belajar adalah asosiasi antara kesan yang diperoleh alat indera (stimulus) dan impuls untuk berbuat (respons). Ada tiga aspek penting dalam belajar, yaitu hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum pengaruh.

1. Hukum kesiapan

Berarti bahwa individu akan belajar jauh lebih efektif dan cepat bila ia telah siap atau matang untuk belajar dan seandainya ada

kebutuhan yang dirasakan. Ini berarti dalam aktivitas pendidikan jasmani guru seharusnyalah dapat menentukan materi-materi yang tepat dan mampu dilakukan oleh anak. Guru harus memberikan pemahaman mengapa manusia bergerak dan cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif. Sehingga kegiatan belajar akan memuaskan.

2. Hukum latihan

Jika seseorang ingin memperoleh hasil yang lebih baik, maka ia harus berlatih. Sebagai hasil dari latihan yang terus-menerus akan diperoleh kekuatan, tetapi sebagai hasil tidak berlatih akan

memperoleh kelemahan. Kegiatan belajar dalam pendidikan diperoleh dengan melakukan. Melakukan berulang-ulang tidak berarti mendapatkan kesegaran atau keterampilan yang lebih baik. Melalui pengulangan yang dilandasi dengan konsep yang jelas tentang apa yang harus dikerjakan dan dilakukan secara teratur akan menghasilkan kemajuan dalam pencapaian tujuan yang dikehendaki.


(14)

Ini berarti guru harus menerapkan latihan atau pengulangan dengan penambahan beban agar meningkatnya kesegaran jasmani anak, dengan memperhatikan pula fase pertumbuhan dan perkembangan anak.

3. Hukum pengaruh

Bahwa seseorang individu akan lebih mungkin untuk mengulangi pengalaman yang memuaskan daripada pengalaman-pengalaman yang mengganggu. Hukum ini seperti yang berlaku pada pendidikan jasmani mengandung arti bahwa setiap usaha seharusnya diupayakan untuk menyediakan situasi-situasi agar siswa mengalami keberhasilan serta mempunyai pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan. Guru harus merencanakan model-model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, akan lebih baik jika disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan perkembangan anak, pada usia remaja, anak akan menyukai permainan, bermain dengan

kelompok-kelompok dan menunjukkan prestasinya sehingga mendapat pengakuan diri dari orang lain.

3. Gaya guling (straddle)


(15)

Gambar. Teknik Gaya Guling (Suyono, 1993) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 4 - 43

Gaya guling sering disebut juga dengan gaya anjing kencing. Diberi nama anjing kencing karena pada waktu melakukan pendaratan melakukan sikap seperti anjing yang sedang kencing. Dalam lompat tinggi gaya ini terbagi atas awalan, tolakan, sikap tubuh di atas mistar dan pendaratan.

a. Awalan

Awalan dilakukan dengan mengambil tempat menyamping kira-kira 35-45 derajat. Langkah dalam melakukan awalan selalu ganjil. Cara

mengukur jumlah langkah awalan dihitung mundur dari tempat melakukan tolakan.

b. Tolakan

Tolakan pada lompat tinggi gaya guling dengan menggunakan kaki tumpu bagian dalam dan kaki ayun bagian luar. Berbeda dengan kaki


(16)

tumpu pada lompat tinggi gaya flop. Pada gaya flop kaki tumpu adalah kaki bagian luar dan kaki ayun bagian dalam. Pada waktu melakukan tumpuan dan menolak pada gaya guling kaki ayun langsung melangkah ke atas untuk melompati mistar.

c. Sikap tubuh di atas mistar

Tubuh di atas mistar dimulai setelah kaki ayun melangkah bersamaan dengan tolakan kaki tumpu menolak. Saat ada dorongan dari kaki tumpu badan dengan cepat dibalikkan serta kepala tunduk. Posisi pantat lebih tinggi dari pada pundak dan kaki tolak dilipat, kemudian

digerakkan dari samping ke atas. Saat tangan kanan dan kepala berada di bawah mistar, tangan kiri diayunkan dan dilipat di atas punggung supaya tidak menyentuh mistar.

d. Mendarat

Bagian tubuh yang pertamakali mendarat adalah kaki ayun dan kedua tangan. Dengan pendaratan yang seperti ini, maka lompat tinggi model ini sering disebut lompat tinggi gaya anjing kencing


(17)

Gambar Gerak Dasar Lompat Tinggi GayaStradale.

4. Modifikasi Alat

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2005: 751) modifikasi artinya

pengubahan, atau perubahan. Menurut Bahagia dan Suherman (2000:41) modifikasi merupakan salah satu usaha para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP(Developentally Appropriate Practice) termasuk didalamnyabody scalingatau penyesuaian dengan ukuran tubuh siswa yang sedang belajar.

Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktifitas belajar yang potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan

membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi tingkat yang lebih tinggi. Modifikasi yang berprinsip DAP diarahkan agar aktifitas belajar sesuai


(18)

dengan tingkat perkembangan anak, serta dapat membantu dan

mendorong perubahan kemampuan belajar anak kearah perubahan yang lebih baik.

Penggunaan alat modifikasi diharapkan dapat memotivasi anak melakukan tugas gerak yang diberikan. Sehingga pembelajaran Pendidikan Jasmani yang diharapkan tercapai. Slameto (1995: 12) menyatakan proses belajar dikatakan berhasil apabila ada perubahan pada diri anak berupa perubahan prilaku yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam proses belajar mengajar peserta didik harus menunjukkan kegembiraan, semangat yang besar dan percaya diri. Atas dasar tersebut, guru berperan untuk mempertahankan kelangsungan proses belajar mengajar, guna tercapainya tujuan belajar yang sudah ditetapkan. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang

digunakan untuk melakukan skill itu. Misalnya, berat-ringannya, besar-kecilnya, tinggi-rendahnya dan panjang-pendek peralatan yang

digunakan. (Bahagia dan Suherman, 2000:48)

Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan karet, pelepah pisang dan bambu. Dengan modifikasi alat lompat tinggi tersebut diharapkan akan meningkatkan keterampilan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting pada siswa kelas V.


(19)

B. Kerangka Pikir

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak terlepas dari peranan guru dalam memilih dan menerapkan teknik dan penggunaan alat bantu yang tepat dalam proses pembelajaran. Hasil belajar terlihat dari perubahan yang menyangkut ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan Jasmani sebagai

pendidikan melalui gerak menuntut adanya penggunaan alat bantu atau alat modifikasi untuk membantu dan mempermudah guru menerangkan pelajaran dan siswa dalam mencapai ketuntasan belajar.

Lompat tinggi adalah lompat melewati mistar dan mendarat pada matras yang telah disediakan. Dimulai dari gerakan lari ancang-ancang beberapa langkah di samping depan mistar, kemudian mendekati mistar dan mengayunkan salah satu kaki kemudian kaki yang satu juga menyusul melewati mistar. Untuk memotivasi dan membuat siswa berani melakukan lompat tinggi peneliti menggunakan modifikasi alat berupa karet yang diikatkan pada dua buah pelepah pisang yang dijadikan pengganti tiang. Selain karet akan digunakan juga bambu sebagai pengganti mistar. Modifikasi alat tersebut dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi

tingkat yang lebih tinggi lompat tinggi gaya guntingnya. Dengan prinsip DAP dalam modifikasi maka aktifitas belajar yang direncanakan akan sesuai dengan tingkat perkembangan anak, serta dapat membantu dan mendorong perubahan kemampuan belajar anak kearah perubahan yang lebih baik.


(20)

C. Hipotesis Tindakan

Menurut Kunandar (2009: 89) bahwa hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.

Adapun rumusan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :

“Dengan penggunaan modifikasi alat dapat meningkatkan gerak dasarlompat tinggi gayastradalepada siswa kelas V SDN 1 Sukamaju Kecamatan Pugung Tanggamus”.


(21)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau yang disebut Classroom Action Research, yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

pembelajaran dikelasnya. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka

responden dapat juga merasakan hasil perlakuan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan berdasarkan masalah yang benar-benar nyata muncul dari dunia tanggungjawab peneliti/ pendidik yaitu dalam pembelajaran. Masalah yang diteliti harus datang dari guru itu sendiri dan kemudian dicari pemecahannya. Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan profesionalisme dan menunjukan budaya akademik. (Arikunto, dkk. 2007: 61).

Dalam penelitian PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa perencanaan, tindakan, observasi dan reflektif. Peneliti merencanakan penelitian sampai tiga siklus dan setiap siklus memiliki tindakan yang berbeda. Seperti digambarkan di bawah ini:


(22)

Gambar 2 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas. 1. Setting Penelitian

a. Tempat penelitian :

SDN 1 Sukamaju Kecamatan Pugung Tanggamus b. Pelaksanaan penelitian :

Penelitian dilaksanakan selama satu bulan (Februari 2012). 2. Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa kelas V di SDN 2 Tanjung Heran Kecamatan Pugung Tanggamus yang berjumlah 18 siswa, terdiri dari 7 laki-laki dan 11 perempuan.

3. Rencana Tindakan Siklus I

Rencana :

a. Merancang kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus pertama meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

b. Mempersiapkan instrumen gerak dasar lompat tinggi gaya gunting untuk penilaian diakhir proses pembelajaran.


(23)

c. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handycam atau kamera). d. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama. Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk kegiatan yang akan dilakukan pada siklus pertama. Bentuk kegiatannya adalah latihan melompati karet dan menggunakan tiang dari pelepah pisang.

b. Siswa dibariskan kemudian siswa diberitahukan mengenai penelitian pada tatap muka tersebut.

c. Menginstruksikan siswa untuk melakukan latihan yang direncanakan pada tatap muka tersebut.

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan lalu melakukan pengamatan, mengoreksi dan mengevaluasi dari hasil siklus pertama.

Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan b. Merumuskan tindakan untuk siklus kedua

Siklus II Rencana :

a. Merancang kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus pertama meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

b. Mempersiapkan instrumen gerak dasar lompat tinggi gaya gunting untuk penilaian diakhir proses pembelajaran.


(24)

d. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama. Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk kegiatan yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu latihan lompat pada bambu.

b. Siswa dibariskan kemudian siswa diberitahukan mengenai penelitian pada tatap muka tersebut.

c. Menginstruksikan siswa untuk melakukan latihan yang direncanakan pada tatap muka tersebut.

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan lalu melakukan pengamatan, mengoreksi dan mengevaluasi dari hasil siklus kedua.

Refleksi :

Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan 4. Instrumen dan Cara Pengambilannya

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK di setiap siklusnya. Instrumen dalam penelitian ini berupa penilaian kualitas gerak dasar lompat tinggi gaya gunting. Rentang nilai yang digunakan dalam penilaian adalah 1-3, dengan nilai 1 adalah kurang, 2 adalah cukup dan 3 adalah baik.

Tabel 1. Format Penilaian Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya Gunting. No Indikator Deskriptor 1 2 3 Nilai

1 Tahap


(25)

 Jarak untuk melakukan ancang-ancang sekitar 9 langkah

 Posisi di samping depan mistar 2 Tahap

Pelaksanaan  Lari perlahan, langkah kaki diperlebar Tolakan pada lompat tinggi gaya guling dengan menggunakan kaki tumpu bagian dalam dan kaki ayun bagian luar

 Sewaktu melakukan tumpuan dan

menolak pada gaya guling kaki ayun langsung melangkah ke atas untuk melompati mistar.

 Saat ada dorongan dari kaki tumpu badan dengan cepat dibalikkan serta kepala tunduk. Posisi pantat lebih tinggi dari pada pundak dan kaki tolak dilipat, kemudian digerakkan dari samping ke atas

 Saat tangan kanan dan kepala berada di bawah mistar, tangan kiri

diayunkan dan dilipat di atas punggung supaya tidak menyentuh mistar

3 Tahap Akhir

Gerakan  Bagian tubuh yang pertamakali mendarat adalah kaki ayun dan kedua tangan.

(Adaptasi M. Sakir) 5. Teknik Analisis Data

Untuk melihat kualitas hasil tindakan disetiap siklus digunakan rumus :

= × 100%

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan

f : Jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar N : Jumlah siswa yang mengikuti tes

Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa yang dikatakan tuntas apabila :


(26)

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 65 atau persentase ketercapaian 65 % secara perorangan.

2. Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 85 % siswa yang telah mendapat nilai ≥ 65 ( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 79).


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994.Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007.Penelitian Tindakan Kelas.PT Bumi Aksara. Jakarta.

Bahagia, Yusuf dan Suherman. (2000).Atletik. Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004.Kurikulum Pendidikan Jasmani. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Rineka Cipta: Jakarta

Kunandar. 2009.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Slameto. 1995.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Sujana, Nana. 1991.Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.


(1)

Gambar 2 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas.

1. Setting Penelitian

a. Tempat penelitian :

SDN 1 Sukamaju Kecamatan Pugung Tanggamus b. Pelaksanaan penelitian :

Penelitian dilaksanakan selama satu bulan (Februari 2012).

2. Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa kelas V di SDN 2 Tanjung Heran Kecamatan Pugung Tanggamus yang berjumlah 18 siswa, terdiri dari 7 laki-laki dan 11 perempuan.

3. Rencana Tindakan Siklus I

Rencana :

a. Merancang kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus pertama meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

b. Mempersiapkan instrumen gerak dasar lompat tinggi gaya gunting untuk penilaian diakhir proses pembelajaran.


(2)

c. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handycam atau kamera). d. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama. Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk kegiatan yang akan dilakukan pada siklus pertama. Bentuk kegiatannya adalah latihan melompati karet dan menggunakan tiang dari pelepah pisang.

b. Siswa dibariskan kemudian siswa diberitahukan mengenai penelitian pada tatap muka tersebut.

c. Menginstruksikan siswa untuk melakukan latihan yang direncanakan pada tatap muka tersebut.

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan lalu melakukan pengamatan, mengoreksi dan mengevaluasi dari hasil siklus pertama.

Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan b. Merumuskan tindakan untuk siklus kedua

Siklus II Rencana :

a. Merancang kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus pertama meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

b. Mempersiapkan instrumen gerak dasar lompat tinggi gaya gunting untuk penilaian diakhir proses pembelajaran.


(3)

d. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama. Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk kegiatan yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu latihan lompat pada bambu.

b. Siswa dibariskan kemudian siswa diberitahukan mengenai penelitian pada tatap muka tersebut.

c. Menginstruksikan siswa untuk melakukan latihan yang direncanakan pada tatap muka tersebut.

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan lalu melakukan pengamatan, mengoreksi dan mengevaluasi dari hasil siklus kedua.

Refleksi :

Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan

4. Instrumen dan Cara Pengambilannya

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK di setiap siklusnya. Instrumen dalam penelitian ini berupa penilaian kualitas gerak dasar lompat tinggi gaya gunting. Rentang nilai yang digunakan dalam penilaian adalah 1-3, dengan nilai 1 adalah kurang, 2 adalah cukup dan 3 adalah baik.

Tabel 1. Format Penilaian Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya Gunting.

No Indikator Deskriptor 1 2 3 Nilai

1 Tahap


(4)

 Jarak untuk melakukan ancang-ancang sekitar 9 langkah

 Posisi di samping depan mistar 2 Tahap

Pelaksanaan  Lari perlahan, langkah kaki diperlebar Tolakan pada lompat tinggi gaya guling dengan menggunakan kaki tumpu bagian dalam dan kaki ayun bagian luar

 Sewaktu melakukan tumpuan dan menolak pada gaya guling kaki ayun langsung melangkah ke atas untuk melompati mistar.

 Saat ada dorongan dari kaki tumpu badan dengan cepat dibalikkan serta kepala tunduk. Posisi pantat lebih tinggi dari pada pundak dan kaki tolak dilipat, kemudian digerakkan dari samping ke atas

 Saat tangan kanan dan kepala berada di bawah mistar, tangan kiri

diayunkan dan dilipat di atas punggung supaya tidak menyentuh mistar

3 Tahap Akhir

Gerakan  Bagian tubuh yang pertamakali mendarat adalah kaki ayun dan kedua tangan.

(Adaptasi M. Sakir) 5. Teknik Analisis Data

Untuk melihat kualitas hasil tindakan disetiap siklus digunakan rumus : = × 100%

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan

f : Jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar N : Jumlah siswa yang mengikuti tes

Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa yang dikatakan tuntas apabila :


(5)

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 65 atau persentase ketercapaian 65 % secara perorangan.

2. Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 85 % siswa yang telah mendapat nilai ≥ 65 ( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 79).


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994.Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007.Penelitian Tindakan Kelas.PT Bumi Aksara.

Jakarta.

Bahagia, Yusuf dan Suherman. (2000).Atletik. Depdikbud Dirjen Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004.Kurikulum Pendidikan Jasmani. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Rineka Cipta: Jakarta

Kunandar. 2009.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Slameto. 1995.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka

Cipta. Jakarta.

Sujana, Nana. 1991.Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Lembaga penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN METODE PEMBELAJARAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 2 BANYUMAS PRENGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 3 45

PENINGKATAN GERAK DASAR MENOLAK PADA LOMPAT JAUH DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PANDANSARI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/2012

0 5 47

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN METODE PEMBELAJARAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 GADINGREJO PRENGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 43

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN METODE PEMBELAJARAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 GADINGREJOPRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 29 36

PENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SUMBER MULYO, KECAMATAN SUMBEREJO, KABUPATEN TANGGAMUS T.P 2011/2012

0 6 13

PENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SUMBER MULYO, KECAMATAN SUMBEREJO, KABUPATEN TANGGAMUS T.P 2011/2012

0 3 16

PENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SUMBER MULYO, KECAMATAN SUMBEREJO, KABUPATEN TANGGAMUS T.P 2011/2012

1 4 27

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR DRIBBLING BOLA BASKET DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 2 SUMBEREJO, KEC. SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS T.P. 2011/2012

0 5 59

PENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DI UDARA DENGANMENGGUNAKAN MODIFIKASIALAT PADA SISWA KELAS VDI SD NEGERI 2 DADAPAN ,KECAMATAN SUMBEREJO ,KABUPATEN TANGGAMUS T.P 2011/2012

0 14 44

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN METODE PEMBELAJARAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 2 BANYUMAS PRENGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 45