63
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data prestasi belajar kimia aspek kognitif diperoleh dari hasil tes prestasi belajar pada
materi pokok elektrolisis disajikan pada Table 1.
Tabel 1. Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa
Kelas Jumlah data
Nilai Maks
Nilai Min
Rata -rata
SD Siklus belajar
5E 52 95 57
78,1 9,9
Inkuiri Bebas Dimodifikasi
53 95 48 75,5
12,3
Data prestasi belajar kognitif siswa dengan kemampuan analisis tinggi dan rendah serta
kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 2 dan 3
Tabel 2. Data Prestasi Kognitif Siswa dengan Kemampuan Berpikir Analisis Tinggi dan Rendah
LC 5E Inkuiri Bebas
Dimodifikasi Analisis
Tinggi Analisis
Rendah Analisis
Tinggi Analisis
Rendah Jumlah Data
27 25
25 28
Rata-rata 81,1 74,8 80,2 71,3
Deviasi Standar 10,3 8,5 8,7
13,7 Nilai
Terendah 57 57 62 48
Nilai Tertinggi 95 91 95
95
Tabel 3. Data Prestasi Kognitif Siswa dengan Kreativitas Tinggi dan Rendah
Siklus Belajar 5E Inkuiri Bebas
Dimodifikasi Kreativitas
Tinggi Kreativitas
Rendah Kreativitas
Tinggi Kreativitas
Rendah Jumlah
Data 24 28 27 26
Rata-rata 80,9 75,6 81,9 68,9
SD 9,0 10,1 8,8 12,1
Nilai Min
62 57 62 48 Nilai
Maks 95 95 95 91
.Hasil uji Anava terhadap prestasi belajar dalam penelitian ini dianalisis dengan SPSS 18 yang
hasil analisisnya disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rangkuman Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis Sig.
Taraf sig. Keputusan Uji
Hipotesis pertama 0,161
0,05 H
diterima Hipotesis kedua
0,000 0,05
H ditolak
Hipotesis ketiga 0,000
0,05 H
ditolak Hipotesis kempat
0,410 0,05
H diterima
Hipotesis kelima 0,047
0,05 H
ditolak Hipotesis keenam
0,025 0,05
H ditolak
Hipotesis ketujuh 0,432
0,05 H
diterima
1. Hipotesis pertama
Berdasarkan uji dengan GLM diperoleh sig0,05, hal ini menunjukkan tidak ada
pengaruh pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi terhadap prestasi
belajar siswa. Nilai rerata kelas siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi berturut-turut
78,1 dan 75,5. Menurut Tzu-Chien Liu, Hsinyi Peng, Wen-Hsuan Wu dan Ming-Sheng Lin
2009: 355 bahwa pembelajaran berbasis siklus belajar 5E efektif meningkatkan pemahaman
siswa, dan juga Stephen J. Wolf dan Barry J Fraser 2008 menyatakan bahwa siswa dengan
pembelajaran inkuiri mendapatkan nilai pencapaian yang lebih baik daripada siswa
dengan pembelajaran non inkuiri. Berdasarkan kedua pendapat diatas bahwa kedua
pembelajaran memiliki kelebihan meningkatkan prestasi belajar siswa, dan juga sintaks kedua
model tidak memiliki perbedaan yang signifikan, hanya saja pada siklus belajar intensitas
bimbingan guru lebih besar daripada inkuiri. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa siswa
yang dikenai pembelajaran inkuiri bebas dimodifikasi lebih siap menerima pembelajaran
karena pada pembelajaran berbasis ekasperimen mereka telah merancang prosedur
eksperimennya sendiri, hal ini membuat siswa lebih paham apa yang harus dilakukan dan
dibuktikan sehingga proses praktikum berjalan lebih lancar, sedangkan pada siklus belajar 5E
guru telah menyediakan prosedur praktikum ternyata menyebabkan siswa cenderung
menunggu instruksi dari guru untuk melaksanakan percobaan dan kurang memahami
apa yang harus dilakukan. Kedua model pembelajaran tidak berpengaruh didukung oleh
data nilai rerata prestasi belajar ranah afektif pada model siklus belajar dan inkuiri bebas
dimodifikasi berturut-turut
121,0 dan 123,3; pada ranah psikomotor adalah 78,2 dan 78,0
hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan.
2. Hipotesis Kedua Signifikansi 0,000 0,05, ini
menunjukkan kemampuan berpikir analisis tinggi rendah berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Nilai rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan berpikir
analisis tinggi dan rendah berturut-turut adalah 80,7 dan 72,9. Siswa dengan kemampuan
analisis tinggi dalam menyelesaikan masalah akan mempergunakan kemampuannya untuk
PASCASARJANA UNS
64 mengidentifikasi dan mencari hubungan dari
fakta-fakta yang ada, mengetahui alasan atau penyebab mengapa terjadi demikian sehingga
setelah yakin akan akan hasil analisisnya maka siswa tersebut akan membuat keputusan
decision making. Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki semakin baik keputusan yang
dibuat. Siswa dengan kemampuan analisis tinggi akan lebih mudah melakukan asimilasi dan
akomodasi dalam proses membangun pengetahuannya, dengan demikian hasil belajar
yang dicapainyapun akan lebih baik daripada siswa dengan kemampuan analisis rendah, hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Oscarson and Osberg 2010: 4 menyatakan bahwa
keterampilan berpikir thinking skills berkorelasi signifikan terhadap prestasi kognitif
siswa materi kimia 3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh sig. 0,000 0,05, menunjukkan ada pengaruh
kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa. Nilai rerata prestasi kognitif siswa yang
memiliki kemampuan kreativitas tinggi dan rendah berturut-turut adalah 81,4 dan 72,4.
Siswa yang memiliki kreativitas tinggi dapat diamati dari sikapnya dimana siswa yang
memiliki kreativitas tinggi akan memiliki ciri- ciri imajinatif, inisiatif, mandiri dalam berpikir,
memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, percaya diri, berani mengambil resiko dalam
menyelesaikan masalah. Sementara ciri-ciri aptitute dari kreativitas adalah kelancaran,
kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir hal ini berhubungan dengan berpikir divergen atau
memiliki kemampuan untuk melihat bermacam- macam kemungkinan penyelesaian terhadap
suatu masalah. Karnes et al 1961 dalam Daniel Fasco, Jr 2001: 320 menyatakan bahwa
kreativitas berhubungan secara signifikan pada pencapaian pendidikan. Materi elektrolisis
memerlukan kreativitas dalam memahaminya, dengan kelenturan dan kelancaran berpikir
siswa-siswa dapat mengemukan ide-ide maupun cara dalam membangun pengetahuannya,
semakin tinggi kreativitasnya semakin baik proses pemkonstruksian pengetahuan sehingga
prestasi belajar semakin baik. 4. Hipotesis Keempat
Hasil analisis diperoleh sig. 0,4100,05 menunjukkan tidak ada interaksi antara interaksi
antara pembelajaran siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi kemampuan berpikir
analisis siswa terhadap prestasi belajar siswa. Materi elektrolisis memerlukan kemampuan
berpikir analisis untuk memahaminya. Kedua model pembelajaran menuntut siswa berpikir
aktif untuk mengintegrasikan kemampuannya mengindentifikasi, mencari hubungan antar
konsep, hingga mengambil keputusan. Siswa dengan kemampuan berpikir analisis tinggi
dikenai model Pada pembelajaran siklus belajar 5E intensitas bimbingan lebih besar, siswa
dengan kemampuan berpikir analisis tinggi maupun rendah memiliki prestasi lebih tinggi
pada pembelajaran ini. Siswa dengan kemampuan rendah dengan bimbingan guru
maka akan memberi kesempatan pada siswa untuk mengidentifikasi, menganalisis data-data
yang tersedia hingga proses penyimpulan konsep dengan lebih baik. Selain itu pembelajaran yang
dilakukan secara kelompok, hal ini akan terbentuk kerjasama antar siswa, sehingga tidak
hanya faktor kemampuan berpikir analisis dan model pembelajaran saja yang mempengaruhi
prestasi belajar tetapi juga faktor-faktor dari dalam maupun dari luar diri siswa yang lainnya.
5. Hipotesis Kelima