Klausa Relatif KLAUSA RELATIF BAHASA JAWA : Studi Awal Kesemestaan Bahasa klausa relatif pp

Klausa adalah satuan lingual yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu predikat Cook, 1969:65. Berdasarkan pengertian itu, maka klausa itu minimal berupa satu predikat dan predikat itu didominan oleh kata kerja. Predikat yang berupa kata kerja itu mempunyai kemungkinan diikuti oleh lebih dari satu unsur penyerta. Dalam tataran semantik disebut argumen dan dalam tataran sintaktik disebut frase nominal. Dengan demikian klausa itu minimal terdiri dari satu predikat dan satu argumen atau lebih. Berdasarkan ketergantungan dalam konstruksi kalimat, klausa dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Dalam tulisan ini klausa bebas tidak dibicarakan. Klausa terikat, termasuk di dalamnya adalah klausa relatif. Adapun yang dimaksud dengan klausa relatif adalah klausa yang tidak mungkin dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mayor atau kalimat sempurna, walaupun mempunyai potensi menjadi kalimat minor atau kalimat sempurna bila disertai dengan intonasi final Cook, 1969:73. Kita perhatikan contoh data Wedhawati 1980 sebagai berikut: 1 Bocah cilik mau anake Suto. Anak kecil tadi anaknya Suto. Kalimat 1 subyeknya berupa frase bocah cilik teridiri dari konstituen induk the head bocah dan modifikator cilik. Kata yang mengisi slot modifikator ini dapat diperluas dengan sebuah klausa, misalnya: sing nyilih sepeda, kang cendhek lemu, sing teka wingi sore, sehingga kalimat itu menjadi: 2 Bocah cilik mau anake Suto. Anak kecil tadi anaknya Suto. Pada kalimat 2 klausa sing nyilih sepeda, kang cendhek lemu, sing teka wingi sore adalah klausa terikat yang dapat diselamatkan dalam struktur frase. Klausa ini disebut klausa relatif.

2. Klausa Relatif

Dalam buku-buku tatabahas Inggris tradisional klausa relatif sama dengan klausa adjektival, dengan alasan bahwa klausa relatif itu berfungsi sebagai kualifikator atau modifikator kontituen induk yang berupa nomina Mallinson dan B.J. Blake, 1981:264. Nomina dalam struktur itu adalah merupakan kata utama. Verhaar menyebut kata utama itu main clause head Verhaar, 1981:28. Selanjutnya Verhaar menyatakan bahwa klausa relatif apapun terikat pada kata utamanya oleh suatu bentuk koreferensialitas. Contoh: 3 Sheep that have long fleecs survive batter in winter. Domba yang berbulu panjang tahan hidup lebih baik dalam musim dingin. 4 Long-haired sheep survive batter in winter. Domba yang berbulu panjang tahan hidup lebih baik dalam musim dingin. 2 Kalimat 3 konstituen that have long fleeces adalah klausa relati, sedangkan 4 konstituen long-haired adalah adjektif. Pada kalimat 5 berikut dapat diparafrasekan dengan menggunakan klausa relatif berikut. 5 Sheep that are long-haired survive batter in winter. Domba yang mempunyai bulu panjang tahan hidup lebih baik dalam musim dingin. 6 Dheweke niliki anake ragil. Dia menengok anaknya yang bungsu. 7 Dheweke niliki anake sing manggon ing Surabaya. Dia menengok anaknya yang tinggal di Surabaya. Contoh bahasa Jawa 6 kata ragil adalah adjektif berfungsi mengatribusi konstituen induk anake. Begitu pula sing manggon ing Surabaya juga berfungsi sebagai atribut atau modifikator konstituen induk anake. Dengan contoh 6 dan 7 memperlihatkan persamaan fungsi adjektf dngan klausa dengan klausa relatif bahasa Jawa. Selanjutnya, Verhaar mengutip pendapat Downing 1978 menyatakan bahwa penanda klausa relatif antara lain adanya ligatur konektif. Verhaar menegaskan bahwa atas dasar semantik, kata utama harus bersifat koreferensial dengan klausa relatif atau paling tidak dalam pengertian bahwa klausa relatif harus merupakan atribut kata utama.

3. Strategi Perelatifan Klausa