PENDAHULUAN ASPEK YURIDIS PERLINDUNGAN HUTAN DESA DARI PERSPEKTIF BUDAYA, EKOLOGI, EKONOMI DAN HUKUM DI BALI.

Adapun yang menjadi narasumber adalah Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan, Kepala Resort Kehutanan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier bahan non hukum. 3. PEMBAHASAN

3.1 Kawasan Hutan dan Sub-sub Sistem di Dalamnya

Penelitian terdahulu juga menunjukkan kompleksitas yang terjadi pada kawasan hutan pada umumnya. Caritas Woro Murdiati Runggandini pada disertasinya yang berjudul “Rekonstruksi Kearifan Lokal Untuk Membangun Hukum Kehutanan Yang Berkelanjutan Studi Terhadap Masyarakat Hukum Adat Kajang Dan Tenganan Pegrinsingan ” menunjukkan hal serupa. Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah kearifan lokal perlu dijadikan sebagai asasprinsip hukum dalam pembangunan hukum kehutanan dan mengedepankan paradigma pembangunan berkelanjutan. Adanya pembangunan hukum kehutanan berkelanjutan akan mewujudkan hukum yang efektif berkeadilan dan pembangunan hukum kehutanan kedepan harus didukung adanya paradigma community based forest management, dengan lebih memberikan peran serta kepada masyarakat hukum adat dalam pengelolaan sumber daya hutan, untuk dapat mewujudkan tujuan hukum. Hariadi Kartodihardjo Guru Besar Kebijakan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dalam penelitiannya yang berjudul “Hutan Negara Di Dalam Wilayah Masyarakat Hukum Adat: Doktrin, Fakta Dan Implikasinya Bagi Kelestarian Hutan ”. Tulisan tersebut fokus pada hutan negara yang berada di wilayah masyarakat hukum adat berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Berbagai fakta menunjukkan bahwa “hutan adat sebagai hutan negara” tidak dimaknai sebagai upaya penghormatan dan perlindungan terhadap hutan adat oleh negara, karena hutan adat tetap termarjinalkan, dibiarkan bersaing dengan para pemegang ijin dan pengelola hutan dengan tanpa mendapat kepastian hukum. Talcott Parsons mencetus suatu pemahaman yang dapat menggambarkan hubungan yang saling terkait di masyarakat kawasan hutan. Suatu kerangka yang serba mencakup, yang dipakai untuk memahami, menjelaskan hubungan saling terkait antara sistem-sistem nilai, sosial dan ekologi. Kerangka tersebut digambarkan dalam bentuk bagan sibernetik. Kebenaran Jati Ultimate Reality Dunia Fisik - Organis Gambar 1. Hubungan Sibernetik Ilustrasi bagan di atas menunjukkan bahwa masyarakat dihadapkan dengan dua kategori lingkungan yang masing-masing berdiri serta berada secara otonom. Masing-masing memberikan bebannya kepada masyarakat, juga kepada subsistem yang membentuk masyarakat. Diulas secara singkat subsistem budaya mengandung muatan informasi tertinggi dan informasi tersebut mengalir kepada subsistem lain yang mengandung muatan informasi lebih kecil. Sebaliknya subsistem ekonomi yang memiliki muatan informasi lebih kecil, memiliki muatan energi yang lebih besar yang berlawanan dengan arus informasi. Setiap subsistem menempati kedudukan sendiri-sendiri sesuai dengan fungsinya, atau disebut sebagai fungsi primer.