ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIHAK DEBT COLLECTOR SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (STUDI KASUS PUTUSAN PN No. 1201/ Pid.B/2011/PN. Jkt Sel)
ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIHAKDEBT COLLECTOR SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN
(STUDI KASUS PUTUSAN PN No. 1201/ Pid.B/2011/PN. Jkt Sel) Oleh
ADE TIFFANY PASHA
Manusia akan memilih untuk berhutang ketika memiliki persoalan ekonomi dan pihak perbankan biasanya menjadi tempat seseorang untuk berhutang. Dalam proses penagihan hutang, ada banyak cara yang dilakukan pihak perbankan, salah satunya dengan menggunakan jasa debt collector sebagai pihak ketiga dalam menjalankan proses penagihan hutang tersebut. Namun, kasus meninggalnya seorang nasabah Citibank menunjukkan bahwa tindakan debt collector dalam proses penagihan hutang sudah terlalu berlebihan hingga menyebabkan kematian Irzen Octa. Surat dakwaan yang dilayangkan kepada tiga tersangka yaitu Arief Lukman, Henri Waslinton, dan Donald Harris Bakara, dikatakan bahwa mereka melakukan kegiatan merampas kemerdekaan korban Irzen Octa dengan cara melarang korban Irzen Octa keluar dari ruangan Cleo dengan tujuan sampai ada kepastian pembayaran tunggakan kartu kreditnya hingga menyebabkan kematian korban.
Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu dilakukan dengan cara menelaah teori-teori konsep-konsep serta peraturan perundang-undangan yang ada dan berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yaitu Analisis Pertanggungjawaban Debt Collector Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan.
(2)
1201/Pid.B/2011/PN. Jkt Sel yang diberikan untuk tiga terdakwa yaitu Arief Lukman, Henry Waslinton dan Donald Harris Bakara diputus satu tahun penjara dengan melanggar Pasal 335 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hakim berkeyakinan bahwa tindakan para terdakwa tidak terbukti melakukan tindak kekerasan yang dapat membuat nyawa seseorang hilang.
Berdasarkan kesimpulan, maka yang menjadi saran penulis adalah di dalam pertanggungjawaban debt collector sebagai pelaku tindak pidana pembunuhan dalam setiap memutuskan perkara pidana selain hakim harus berdasarkan keyakinannya dan ketentuan hukum pidana, tetapi hakim juga harus bijak dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap para terdakwa, sebab dalam kaitannya pemutusan perkara ini tetap kembali pada keyakinan hakim. (Perkara PN No. 1201/ Pid.B/2011/PN. Jkt Sel)
(3)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang ini taraf kehidupan seseorang semakin hari semakin tinggi terutama pada tingkat ekonomi tertentu memerlukan pengeluaran uang yang cukup tinggi sehingga dengan berbagai cara seseorang bisa melakukan apapun termasuk berhutang. Dalam proses penagihan hutang tersebut, pihak perbankan yang biasanya menjadi tempat seseorang untuk berhutang dengan berbagai macam motif, cara penagihan hutang pun bermacam-macam. Salah satunya dengan menggunakan jasa debt collector sebagai pihak ketiga dalam menjalankan proses penagihan hutang tersebut.
Tingkah laku debt collector atau si penagih hutang tidak bisa disalahkan seratus persen karena ada juga sebagian nasabah yang turut menciptakan masalah. Seharusnya nasabah melunasi minimal tagihan yang diharuskan bank sebagai konsekuensi dana yang telah dipakai, tetapi dengan berbagai alasan nasabah juga banyak yang ingkar janji.
(4)
Ada dua tugas utama seorangdebt collector.Satu, menghubungi dan bertemu dengan nasabah. Selain itu, meminta dan menerima pembayaran serta memberikan bukti pembayaran. Dua, melakukan negosiasi dan menghubungi pihak-pihak yang terkait dengan pelanggan serta melakukan tindakan lain yang layak menurut ketentuan hukum yang berlaku.
Debt collector sebenarnya memang tidak perlu ditakuti. Dalam aplikasi kartu kredit, sebenarnya terdapat suatu ketentuan mengenai pernyataan atau persetujuan dari pemegang (pemohon) kartu kredit untuk menerima dan mengikatkan diri untuk tunduk dan mematuhi setiap atau semua syarat dan ketentuan, baik yang berlaku saat ini dan/atau pada kemudian hari beserta setiap perubahan-perubahannya, menurut kebijaksanaan dari bank, termasuk bertanggung jawab sepenuhnya atas semua tagihan.
Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt) menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Berdasarkan pasal tersebut, dengan menandatangani aplikasi kartu kredit, pemegang (pemohon) kartu kredit juga terikat dengan seluruh ketentuan sebagaimana dimaksud dalam persetujuan tersebut.1
1
http://www.infobanknews.com/2011/04/apa-saja-tugas-seorang-debt-collector/diakses pada hari Sabtu, 06 Oktober 2012, Pukul 00:32.
(5)
Biasanya,debt collector itu sendiri bukanlah pihak resmi dari bank, melainkan adalah pihak ketiga atau outsourcing yang telah disewa atau bekerja sama dengan pihak bank untuk menagih hutang yang telah memasuki kategori kolektibilitas diragukan atau macet berdasarkan kategori kolektibilitas yang telah di diatur sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur tentang koletibilitas.2
Seringkali pihakdebt collectordengan pihak perbankan tidak jelas bagaimana status hubungan kerja samanya. Akibat ketidakjelasan ini, sering kali urusan yang awalnya hanyalah urusan perdata kemudian menjadi urusan pidana. Seperti halnya kasus terbunuhnya nasabah Citibank, Irzen Octa.
Irzen Octa adalah seorang sekretaris jenderal Partai Pemersatu Bangsa (PPB) yang dicurigai meninggal akibat perbuatan yang dilakukan tiga debt collector
Citibank, di Menara Jamsostek yang terletak di Jakarta Selatan. Kapolres Jakarta Selatan, Komisaris Besar Gatot Edi Pramono mengatakan bahwa adanya dugaan penganiayaan yang berujung kematian berawal dari niat korban yang akan menegosiasikan hutangnya. Kasus ini berkaitan dengan predikat korban yang memiliki tunggakan Rp60 juta dan setelah dihitung ternyata mencapai Rp100 juta.
Pada Selasa 29 Maret 2011, sekitar pukul 10.08 WIB, Irzen Octa datang ke salah satu Kantor Citibank di lantai lima Menara Jamsostek. Korban didata petugas keamanan bernama Anggit Saputro. Keperluannya untuk bertemu dengan Boy Yanto Tambunan, karyawan outsourcing Citibank. Irzen Octa 2
(6)
kemudian dibawa ke ruang Cleo sekitar pukul 11.20 WIB. Di ruang itu terdapat pekerja bagiancollectoryaitu Arief Lukman, Donald dan Henry. Atas perintah Boy, mereka kemudian melakukan interograsi secara bergantian terkait dengan tunggakan hutang Irzen Octa.
Saat diinterograsi, meski Irzen Octa telah mengaku mengalami sakit kepala, tersangka Henry tetap membentak Irzen Octa dengan suara keras. Sekitar pukul 12.10 WIB, saksi Nur Apriliani dan Rosdianah melihat dari luar ruangan Cleo dengan keadaan korban yang sudah tergeletak di lantai dan posisi kaki terbujur serta mulut mengeluarkan busa. Arief mengambil telepon genggam Irzen Octa dan menghubungi rekan bernama Tubagus. Hingga Tubagus datang, Irzen Octa masih tetap berada di lantai ruang Cleo dan segera dibawa ke Rumah Sakit TNI AL Mintohardjo. Setelah diperiksa, Irzen Octa sudah dalam keadaan meninggal dunia dan segara dibawa ke RSCM untuk keperluan otopsi.3
Surat dakwaan yang dilayangkan kepada tiga tersangka di atas yaitu Arief Lukman, Henri, dan Donald, dikatakan bahwa mereka melakukan kegiatan merampas kemerdekaan korban Irzen Octa dengan cara melarang korban Irzen Octa keluar dari ruangan Cleo dengan tujuan sampai ada kepastian pembayaran tunggakan kartu kreditnya.
3
http://metro.news.viva.co.id/news/read/212584-kronologi-kekerasan-penagih-citibank, diakses pada Sabtu, Tanggal 01 Oktober 2012, pukul 16.24 WIB
(7)
Vonis yang diberikan kepada tiga terdakwa dalam putusan PN No. 1201/ Pid.B/2011/PN.Jkt Sel adalah terbukti secara sah meyakinkan menurut hukum melakukan tindak pidana sebagaimana telah diatur dan diancam pidana dalam Pasal 335 ayat (1) KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan dihukum penjara masing-masing terdakwa selama 1 (satu) tahun. Melihat hasil vonis hakim tersebut, penulis melihat beberapa kejanggalan pertimbangan hakim untuk melakukan analisis lebih lanjut.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kasus tersebut dengan judul skripsi,”Analisis Pertanggungjawaban Debt Collector Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan PN No. 1201/ Pid.B/2011/PN. Jkt Sel).”
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup
1. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam penulisan hukum ini, adalah :
a. Bagaimanakah pertanggungjawaban pihak debt collector sebagai pelaku tindak pidana pembunuhan?
b. Apakah dasar pertimbangan hakim terhadap debt collector sebagai pelaku tindak pidana pembunuhan?
(8)
2. Ruang Lingkup
Pembahasan permasalahan ini agar tidak terlalu meluas dan tidak salah penafsiran, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada kajian hukum pidana mengenai putusan PN No. 1201 / Pid.B / 2011 / PN. JKTSEL yang diputus pada hari rabu, tanggal 29 Februari 2012 dan penelitian dilakukan pada tahun 2012.
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Adapun yang menjadi tujuan ini bagi peneliti, yaitu untuk mengetahui: a. Pertanggungjawaban pihak debt collector atas tindak pidana yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. b. Pertimbangan hakim dalam memutus perkara tindak pidana
pembunuhan olehdebt collector.
2. Sedangkan kegunaan penelitian ini, yaitu :
a. Secara teoritis, penulisan ini bertujuan untuk mengembangkan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi hukum pidana khususnya mengenai tindak pidana pembunuhan dalam hubungannya dengan putusan hakim.
b. Secara praktis, penulisan ini berguna sebagai bahan masukan bagi para pihak yang berkepentingan untuk menegakkan supremasi hukum.
(9)
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.4Pembahasan permasalahan dalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan dengan menggunakan teori pertanggungjawaban pidana yang berdasarkan kesalahan dasar dan dasar pertimbangan hakim.
Teori pertanggungjawaban pidana yang mendasarkan pada kesalahan, adalah:
a. Mezger: Kesalahan adalah kesuluruhan syarat yang memberi dasar untuk adanya pencelaan pribadi terhadap pembuat tindak pidana. b. Pompe: Pelanggaran norma yang dilakukan karena kesalahannya,
biasanya sifat melawan hukum itu merupakan segi luarnya. Yang bersifat melawan hukum itu adalah perbuatannya. Segi dalamnya, yang bertalian dengan kehendak si pembuat dalam kesalahan.
c. Simons: Sebagai dasar untuk pertanggungjawaban dalam hukum pidana, ia berupa keadaan psychic dari si pembuat dan hubungannya terhadap perbuatannyadalam arti bahwa berdasarkan keadaan physic
itu perbuatannya dapat dicelakan kepada si pembuat.
4
(10)
Untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini, penulis juga mendasarkan dalam hukum pidana yang disebut dengan Asas Kesalahan, yaitu Tiada Pidana Tanpa Kesalahan (Geen Straf Zonder Schuld yaitu, bahwa seseorang tidak dapat dibebani pertanggungjawaban pidana (criminal liability) dengan dijatuhi sanksi pidana karena telah melakukan suatu tindak pidana apabila dalam melakukan perbuatan yang menurut undang-undang pidana merupakan tindak pidana dan melakukan perbuatan tersebut dengansengaja ataupun tidak akibat kelalaiannya.
Di dalam KUHP tidak ada ketentuan tentang arti kemampuan bertanggungjawab. Pasal yang berkaitan dengan kemampuan bertanggungjawab terdapat dalam pasal 44 KUHP, yang isinya:
Pasal 44:
“Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, karena jiwanya cacat dalam tubuhnya ataujiwanya terganggu karena penyakit itu tidak dipidana.”
Menurut Oemar Seno Adji tentang dasar pertimbangan hakim:
“Hakim pidana adalah bebas dalam mencari hukuman yang dijatuhkan terhadap terdakwa secara tepat. Suatu kebebasan yang tidak berarti kebebasan secara mutlak tidak terbatas, ia tidak mengandung arti dan maksud untuk menyalurkan kehendaknya dengan kesewenang-wenangan, ia harus memperhitungkan sifat dan serius delik yang dihadapkan kepadanya, ia harus melihat kepribadian dan perilaku perbuatan dengan umurnya, tingkat pendidikan, apakah ia pria atau wanita, lingkungannya, sifatnya sebagai bangsa dan lain-lain.”
(11)
Berdasarkan pernyataan di atas, sebelum hakim memulai pemeriksaan perkara di persidangan harus lebih dulu memahami secara mantap semua unsur tindak pidana yang telah di dakwakan pada terdakwa. Atas landasan inilah ketua sidang mengarahkan jalannya pemeriksaan, sehingga terhindar dari memeriksa hal-hal yang berada di luar jangkauan surat dakwaan.
Apabila pemeriksaan sidang dinyatakan selesai seperti yang diatur dalam Pasal 182 ayat (1), tahap proses persidangan selanjutnya ialah penuntutan, pembelaan, dan jawaban. Dan apabila tahap proses penuntutan, pembelaan dan jawaban telah berakhir, tibalah saatnya hakim ketua menyatakan “pemeriksaan dinyatakan ditutup.” Pernyataan inilah yang mengantar persidangan ke tahap musyawarah hakim, guna menyiapkan putusan yang akan dijatuhkan pengadilan.
Mengenai putusan apa yang akan dijatuhkan pengadilan, tergantung hasil mufakat musyawarah hakim berdasar penilaian yang mereka peroleh dari surat dakwaan dihubungkan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan.5Dan menurut Pasal 195 KUHAP telah menyatakan bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan memiliki kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
5
M. Yahya Harahap.Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali (Edisi Kedua Cet. 11).Sinar Grafika: 1985 hal. 347.
(12)
Selanjutnya, dalam Pasal 183 KUHAP disebutkan bahwa seorang hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP tentang alat bukti adalah: a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli; c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa;
Pasal 184 ayat (2) KUHAP menyebutkan hal yang sudah diketahui umum tidak perlu dibuktikan.
2. Konseptual
Berdasarkan judul yang diambil, penulis memberikan beberapa konsep yang dapar dijadikan pedoman dalam memahami skripsi ini, maka akan diuraikan pengertian dari berbagai istilah, sebagai berikut:
a. Analisis adalah upaya penelitian terhadap suatu peristiwa atau keadaan, untuk dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya.6
6
(13)
b. Pertanggungjawaban adalah menyangkut pada diri orang atau pelaku.7 c. Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam
sidang pengadilan terbuka yang dapat berupa pemidanaan atau bebas lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.8
d. Hakim adalah pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili9
e. Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan.10
f. Pembunuhan adalah menghilangkan nyawa yang berarti menghilangkan kehidupan pada manusia secara umum.11
g. Debt Collector adalah jasa penagihan yang melakukan kerja sama dengan pihak bank.12
7
Tri Andrisman.Hukum Pidana, Asas-asas dan Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. 2011. Hal. 91
8
Kitab Undang-Undang Hukum Acara PidanaPasal 1 butir 11 9
IbidPasal 1 butir 11 10
IbidPasal 1 butir 15 11
Modul Delik-Delik Tertentu Dalam KUHP,Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia,. 2010 hal. 22
12
(14)
E. Sistematika Penulisan I. PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pendahuluan yang terdapat latar belakang, permasalahan, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teori dan konseptual, serta sistematika penulisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang pendekatan masalah, langkah-langkah dalam penelitian, sumber dan jenis data yang digunakan, pengumpulan dan pengolahan data serta analisis.
III. METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan pengertian tenang langkah-langkah dalam pendekatan masalah, jenis dan sumber data, penentuan populasi dan sampel, metode pengumpulan dan pengolahan data.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dikemukakan pembahasan dari permasalahn untuk mengetahui dasar hukum putusan hakim terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan olehdebt collector.
V. PENUTUP
Merupakan bab penutup dari penulisan skripsi ini yang memuat kesimpulan secara rinci dalam hal penulisan penelitian dan pembahasan serta memuat saran penulis dengan permasalahan yang dikaji.
(15)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertanggungjawaban Pidana
1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
a. Peranan korporasi menjadi penting dalam tindak pidana karena sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dalam masyarakat dalam menjalankan aktivitas usaha. Pada sisi negatif terjadi penyimpangan perilaku korporasi yang bersifat merugikan masyarakat dalam berbagai bentuk yang berskala luas.
b. Salah satu alasan pemikiran untuk mengatur korporasi sebagai subyek hukum adalah untuk memudahkan siapa yang harus bertanggung jawab diantara mereka yang terhimpun dalam korporasi.
c. Dalam pertanggungjawaban pidana atas kesalahan merupakan asas mutlak untuk menjatuhkan pidana.
d. Prof Muladi: Dalam masalah pertanggungjawaban pidana korporasi, asas kesalahan masih tetap dipertahankan, namun asas tiada pidana tanpa kesalahan tidak mutlak berlaku cukup adanya fakta yang menderitakan korban dijadikan dasar untuk menuntut pertanggungjawaban pidana si pelaku.
(16)
e. Soeprapto: “korporasi dapat memiliki kesalahan bila kesengajaan atau kelalaian terdapat pada orang-orang yang menjadi alat-alatnya. Kesalahan tidak bersifat individual karena hal itu mengenai badan
sebagai suatu kolektif.”
f. Ajaran yang menyatakan asas kesalahan tidak berlaku mutlak
didasarkan pada doktrin “Strict Liability” (pertanggungjawaban ketat) dan “Vicarious Liability” (tanggungjawab orang yang di
wakili).
g. Doktrin Strict Liability mengemukakan prinsip tanggungjawab tanpa harus membuktikan adanya kesalahan. Seseorang sudah dapat dipertanggungjawabkan untuk tindak pidana tertentu walaupun pada diri orang itu tidak ada kesalahan (mens area).
Strict Liability diartikan sebagai “Liability Without Fault”
(pertanggungjawaban pidana tanpa kesalahan).
2. Tentang Dipidananya Pelaku
Dalam pengertian perbuatan pidana tidak termasuk hal pertanggungjawaban.Perbuatan pidana hanya menunjuk kepada dilarangnya perbuatan apakah orang yang telah melakukan itu kemudian juga dapat dipidana, tergantung pada soal apakah dia dalam melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan atau tidak.Asas yang
tertulis” Tidak dipidana jika tidak ada kesalahan”, merupakan dasar
dari dipidananya si pembuat.Karena itulah dikatakan dasar perbuatan pidana adalah asas legalitas, yaitu asas yang menentukan bahwa suatu
(17)
perbuatan adalah dilarang dan diancam dengan pidana kepada siapapun yang melakukannya.Dasar dari dipidananya si pembuat
adalah asas “tidak dipidana jika tidak ada kesalahan”.
Menurut Pompe:
“Kelakuan adalah suatu kejadian yang ditimbulkan oleh seorang yang
Nampak keluar dan diarahkan kepada tujuan yang menjadi obyek
hukum”.13
Simon menyatakan bahwa:
“Kesalahan adalah keadaanpsychicsorang yang melakukan perbuatan dan hubungannya dengan perbuatan yang dilakukannya, yang sedemikian rupa sehingga orang itu dapat dicela karena perbuatan
tadi”.14
Sederhananya, tidak mungkin adanya kesengajaan atau kealpaan, apabila orang itu tidak mau bertanggungjawab.Begitu pula tidak dapat dipikirkan alasan pemaaf apabila orang itu tidak mampu bertanggungjawab dan tidak adanya kesengajaan atau kealpaan.Selanjutnya, karena tidak ada gunanya untuk mempertanggungjawabkan terdakwa atas perbuatannya itu sendiri tidaklah bersifat melawan hukum, maka lebih lanjut sekarang
13
Roeslan Saleh.Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Alumni. Bandung:1981. Hal. 77
14
(18)
dikatakan bahwa terlebih dahulu harus ada kepastian tentang adanya pidana kemudian semua unsur-unsur kesalahan tadi harus dihubungkan pula dengan perbuatan pidana yang dilakukan sehingga untuk adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidananya terdakwa haruslah:
a. Melakukan perbuatan pidana; b. Mampu bertanggungjawab;
c. Dengan kesengajaan atau kealpaan; d. Tidak adanya alasan pemaaf.
3. Kemampuan Bertanggungjawab
Di dalam KUHP tidak ada ketentuan tentang arti kemampuan bertanggungjawab. Pasal yang berkaitan dengan kemampuan bertanggungjawab terdapat dalam Pasal 44 KUHP, yang isinya: Pasal 44:
“Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepadanya, karema jiwanya cacat dalam tubuhnya atau jiwanya terganggukarena penyakit itu tidak dipidana.”
Apabila tidak dapat dipertanggungjawabkan bila itu disebabkan oleh hal lain, misalnya jiwanya tidak normal karena masih sangat muda atau lain-lain, pasal tersebut tidak dapat dipakai. Dari ucapan-ucapan
(19)
para sarjana dapat diambil kesimpulan bahwa untuk adanya kemampuan bertanggungjawab harus ada:
a. Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan baik dan yang buruk, sesuai hukum, dan melawan hukum.
b. Kemampuan-kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik buruknya tadi.
Dalam merumuskan KUHP ketidakmampuan bertanggungjawab sebagai hal menghapuskan pidana menurut Moeljatno dapat ditempuh tiga jalan, yaitu:
a. Ditentukan sebab-sebab yang menghapuskan pidana.
b. Menyebutkan akibatnya saja, penyakitnya sendiri tidak ditentukan. c. Menyebutkan sebab-sebab penyakit jiwa dan penyakit itu harus
sedemikian rupa akibatnya hingga dianggap tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya.
Kemampuan bertanggungjawab merupakan unsur kesalahan dan untuk membuktikan adanya kesalahan, unsur tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu.Oleh sebab itu, pada umumnya orang-orang yang normal batinnya dianggap mampu bertanggungjawab.
(20)
B. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pada Buku II tentang kejahatan yang diatur Pasal 338 sampai dengan pasal 350, terdapat aturan tentang delik pembunuhan. Pembunuhan termasuk tindak pidana materiil (material delict) yang memiliki arti kesempurnaan tindak pidana ini tidak cukup dengan dilakukannya perbuatan itu, akan tetapi menjadi syarat juga akibat adanya perbuatan itu.
Dalam Pasal 338 KUHP disebutkan bahwa,
”Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam
karena bersalah melakukan pembunuhan dengan pidana penjara paling lama limabelas tahun.”
Menurut keterangan di atas, pembunuhan adalah barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain atau menghilangkan kehidupan pada manusia yang secara umum. Dengan demikian, orang belum dapat berbicara tentang suatu tindak pidana pembunuhan, jika akibat berupa meninggalnya orang lain itu sendiri belum timbul.15
15
P.A.F. Lamintang.Delik-Delik Khusus Kejahatan terhadap Nyawa, Tubuh & Kesehatan. 2010 Hal. 2
(21)
Pembagian Jenis-Jenis Tindak Pidana Pembunuhan di dalam KUHP: 1. Pembunuhan Biasa Yang Dilakukan Dengan Sengaja (doodslag)
Kesengajaan di sini dimaksudkan sebagai hilangnya nyawa seseorang dan terjadi seketika itu juga dan ditunjukkan dengan maksud agar orang tersebut meninggal dunia. Namun terdapat perbedaan antara kesengajaan menghilangkan nyawa orag yang tidak direncanakan terlebih dahulu (doodslag) dengan kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain yang direncanakan terlebih dahulu (moord). Terhadap pembunuhan biasa yang diatur dalam pasal 338 KUHP ini, diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya 15 (lima belas) tahun.
2. Pembunuhan Terkualifikasi (qekwaalificeerd)
Menurut Pasal 339 KUHP, tindak pidana pembunuhan jenis ini masih tetap mengacu pada pembunuhan yang tercantum di dalam pasal 338 KUHP.Hanya ditambah satu bagian inti yang terdiri dari beberapa alternatif.
Jenis pembunuhan ini adalah pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului dengan tindak pidana yang lain dengan maksud untuk mempermudah pembunuhan ataupun untuk penguasaan barang yang didapat dengan cara melawan hukum.
(22)
3. Pembunuhan Terencana (moord)
Dalam pasal 340 KUHP, pembunuhan ini dilakukan dengan sengaja dan direncanakan sebelumnya dalam keadaan tenang dan sadar dengan tujuan menghilangkan nyawa orang lain. Apabila pembunuhan dilakukan timbul dalam keadaan marah dan keadaan tersebut terus berlangsung sampai terjadinya pembunuhan tersebut, maka dalam hal ini tidak dapat dikatakan adanya perencanaan yang dilakukan dengan hati tenang.
Jika antara perbuatan membunuh dan kematian terjadi dalam jarak waktu yang lama seberti tersebut dimuka yang satu tahun atau lebih antara perbuatan dan akibat, yaitu matinya orang itu, maka bukan saja menyangkut masalah kausalitas, tetapi juga masalah pembuktian apakah itu delik pembunuhan biasa (doodslag) ataukah pembunuhan itu dipikirkan terlebih dahulu (moord).16
Sudah jelas jika kematian sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama sesudah perbuatan dilakukan, maka untuk melakukan pembuktian sangatlah sulit.Pembuktian yang dimaksud di sini adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan atau pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang untuk membuktikan kesalahan yang didakwakan, serta mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan
13
Modul Delik-Delik Tertentu Dalam KUHP, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia. 2010. Hal. 23
(23)
dalam undang-undang dan boleh dipergunakan hakim dalam sidang pengadilan.17
C. PengertianDebt Collector
Secara umum, debt collector mempunyai arti penagih hutang.18Debt collector ini adalah pihak ketiga (outsourcing) yang disewa atau bekerja sama dengan pihak bank dalam membantu menagih kredit macet ataupun menelusuri nasabah yang sulit dihubungi.
Debt collector sendiri praktiknya jika ditelusuri secara lebih mendetail ternyata dinyatakan legal oleh pihak Bank Indonesia dan diatur dalam pasal 17 PBI Nomor 11/11/2009, dimana bank dapat menggunakan jasa swasta atau pihak yang bekerja sama dengan pihak bank dalam hal praktik penagihan yang dalam hal ini adalah debt collector dengan berbekal surat kuasa dari bank. Namun, penggunaan debt collector tidak dapat langsung dijalankan apabila tidak memenuhi kriteria awal seperti hanya dapat dilakukan apabila kualitas tagihan kartu kredit dimaksud telah termasukdalam kategori kolektibilitas diragukan atau macet berdasarkankriteria kolektibilitas yang digunakan oleh industri kartu kredit di Indonesia, danwajib dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum.19
17
Harahap,Op.Cit.,1985, hal. 795 18
R. Serfianto, D.P., dkk.Untung Dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-Debit & Uang Elektronik. Visi Media. Jakarta: 2012, hal. 234
19
(24)
D. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana 1. Kekuasaan Kehakiman
Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasiladan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.20
2. Peranan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan
Apabila hakim dihadapkan dalam suatu kasus atau perkara, di dalam pemikirannya telah berlangsung proses yang kemudian menjadikan hasilnya dalam sebuah putusan mengenai hal-hal yang berkaitan sebagai berikut:
1. Keputusan terhadap peristiwa yang terjadi, di mana terdakwa telah terbukti atau tidak melakukan perbuatan yang telah dituduhkan kepadanya.
2. Keputusan mengenai hukumannya, di mana perbuatan yang dilakukan terdakwa itu terbukti atau tidak merupakan suatu tindak pidana dan apabila bersalah maka dapat dipidana. 3. Keputusan terhadap pidananya, yaitu terdakwa memang
dapat dipidana.
20
(25)
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwa lah yang bersalah melakukannya.
Kesalahan terdakwa melakukan tindak pidana ditentukan oleh keyakinan hakim, namun keyakinan tersebut harus didasarkan atas sekurang-kurangnya dua bukti yang sah. Dari sekurang-kurangnya dua alat bukti tadi harus ada persesuaian antara alat bukti yang satu dengan yang lain, maka keyakinan hakim dapat terbentuk.21
3. Putusan Hakim
Sebelum menjatuhkan putusan, hakim akan mempertimbangkan secara cermat tentang kekuatan pembuktian dari pemeriksaan dan kesaksian dalam sidang pengadilan (KUHAP Pasal 188 ayat (3)), sesudah itu hakim akan mengadakan musyawarah akhir untuk mengambil keputusan yang didasarkan atas surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang.
Menurut KUHAP Pasal 191 ayat (1), terdakwa akan diputus bebas jika pengadilan berpendapat bahwa dari pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan. Selanjutnya, menurut 21
Modul Pengetahuan Dasar Hukum Acara Pidana, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia, 2010, Hal. 153
(26)
KUHAP Pasal 191 ayat (2), terdakwa akan diputus lepas dari segala tuntutan hukum apabila pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa memang terbukti namun perbuatannya bukanlah suatu tindak pidana.
Pengambilan keputusan itu didasarkan kepada surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam sidang pengadilan (Pasal 191 KUHAP). Semua keputusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.Namun, menurut KUHAP Pasal 193 (1), jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana. Pasal 200 KUHAP menentukan bahwa surat keputusan ditandatangani oleh hakim dan panitera seketika setelah putusan tersebut dibacakan.
Macam-macam putusan yang diperoleh di sidang pengadilan, hakim akhirnya menjatuhkan putusan sebagai berikut:
a. Putusan pemidanaan, dijatuhkan apabila pengadilan berpendapat bahwa terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya.
b. Putusan bebas, dijatuhkan apabila pengadilan berpendapat bahwa hasil pemeriksaan di dalam sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.
(27)
c. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum, apabila pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana atau terbukti akan tetapi terdakwa tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap perbuatannya.22
Apabila pengadilan berpendapat terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya pengadilan menjatuhkan pemidanaan kepada terdakwa, dan berbarengan dengan putusan pemidanaan tersebut dapat:
1) Memerintahkan supaya terdakwa ditahan jika ia tidak ditahan sepanjang hal itu memenuhi ketentuan pasal 21 ayat (4), atau; 2) Memerintahkan terdakwa tidak ditahan jika pengadilan
menganggap cukup alasan untuk itu, atau;
3) Dapat memerintahkan supaya terdakwa tetap berada dalam tahanan jika pada saat putusan diucapkan terdakwa berada dalam tahanan, atau;
4) Dapat memerintahkan supaya terdakwa dibebaskan dari tahanan jika terdapat cukup alasan untuk itu. Misalnya, jika hukuman pidana yang dijatuhkan pengadilan persis serupa dengan masa tahanan yang telah dijalani terdakwa.23
Dan dalam Pasal 183 KUHAP disebutkan bahwa seorang hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP tentang alat bukti adalah: a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli; c. Surat;
22
Harahap,Op.Cit.,hal 347 23
(28)
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa;
Pasal 184 ayat (2) KUHAP menyebutkan hal yang sudah diketahui umum tidak perlu dibuktikan.
(29)
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang dipilih adalah secara yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan melalui membaca, mengkaji peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ada hubungannya dengan pokok bahasan serta literatur-literatur, buku-buku yang lain yang ada hubungannya dengan penelitian dan didukung dengan wawancara narasumber.
B. Sumber Dan Jenis Data
Mengenai sumber data yang diperlukan dalam membahas skripsi ini, maka dilakukan pengkajian dari dua sumber data, yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari penelitian lapangan. Data primer ini didapat dari pengamatan diktum putusan hakim PN No. 1201/ Pid.B/2011/PN. Jkt Sel dan melakukan wawancara untuk menunjang data primer tersebut.
(30)
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka yang terdiri dari ubahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier23. Jenis data sekunder dalam skripsi ini terdiri dari bahan dari bahan utama primer yang diperoleh melalui studi perundang-undangan, bahan hukum sekunder yang diperoleh melalui studi dokumen dan bahan hukum tersier yang diperoleh dari studi literature. Adapun bahan hukum tersebut adalah:
1. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat24 yang terdiri dari:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
b. Peraturan Bank Indonesia No. 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu;
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dalam hal ini teori-teori yang dikemukakan para ahli dan peraturan-peraturan pelaksana dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Kepres, Perda, dan Putusan-Putusan Hakim.
24
Soekanto,Op.Cit.,hal. 52 25
(31)
3. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari Literatur, Kamus, Internet, Surat Kabar dan lain-lain. C. Penentuan Narasumber
Menganalisis data diperlukan pendapat dari narasumber yang untuk dijadikan sumber informasi dan akan dilakukan proses wawancara dengan narasumber, maka yang dijadikan sebagai narasumber adalah 1 (satu) orang Jaksa, 1 (satu) orang Pegawai Bank dan 1 (satu) orang Dosen pada bagian hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Narasumber yang dianggap mewakili sumber informasi dan mencapai tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Sukadana : 1 (satu) orang 2. Kepala Cabang Bank Mandiri Bandar Lampung : 1 (satu) orang 3. Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung : 1 (satu) orang +
(32)
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini digunakan prosedur pengumpulan data yang meliputi
1. Studi Lapangan (field research)
Studi Lapangan adalah untuk memperoleh data primer maka dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik secara simultan (bersama-sama) guna saling melengkapi. Adapun teknik yang digunakan penulis adalah dengan wawancara (interview) yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan untuk dijawab secara lisan. Wawancara dilakukan dengan seluruh responden.
2. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan guna memperoleh data sekunder prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca, mencatat, mengutip dan memilah-milah bahan yang bersumber pada kepustakaan seperti peraturan perundang-undangan, literatur-literatur, buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti, serta melakukan wawancara pada pihak terkait.
(33)
2. Pengolahan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data adalah:
a. Seleksi data, yaitu memeriksa data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pokok yang sesuai dengan pembahasan. Selanjutnya, terhadap data-data yang salah akan dilakukan perbaikan dan terhadap data yang kurang lengkap akan dilengkapi. b. Klasifikasi data yaitu pengelompokan data menurut kerangka yang
telah sesuai dengan pokok bahasan yang telah ditentukan.
c. Sistemasi data, yaitu penyusunan data secara sistematis yaitu sesuai dengan pokok bahasan sehingga memudahkan menganalisis data.
E. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah menganalisis secara kualitatif yaitu dilakukan untuk melukiskan kenyataan-kenyataan yang didasarkan hasil penelitian yang berupa penjelasan-penjelasan yang tidak dapat diwujudkan dengan bentuk angka.
Kemudian dari analisis data tersebut dilanjutkan menarik kesimpulan induktif, yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan yang bersifat umum sebagai jawaban terhadap permasalahan yang ada.
(34)
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1. Pertanggunggungjawaban pihak debt collector sebagai pelaku tindak pidana pembunuhan pada dasarnya diberikan sama dengan penduduk sipil lain yang melakukan tindak pidana pembunuhan dengan syarat dapat bertanggungjawab, melakukan dengan sengaja ataupun tidak, dan tidak ada alasan pemaaf sesuai dengan Pasal 44 KUHP. Selain itu, Pihak bank tidak ikut bertanggungjawab apabila tindakan tersebut tidak dilakukan dalam ranah pihak bank. Namun, apabila tindakan yang dilakukan oleh pihak ketiga terdapat dalam ranah pihak bank, mungkin saja dapat terlibat dalam tindak pidana yang dilakukan oleh pihak ketiga.
2. Dasar pertimbangan hakim pelaku tindak pidana oleh terdakwa Arief Lukman, Henry Waslinton dan Donald Harris Bakara yang divonis hakim dengan hukuman 1 (satu) tahun penjara tidak memenuhi unsur pembunuhan ataupun penganiayaan, karena menurut majelis tidak ada kekerasan luar yang dapat menyebabkan kematian. Namun terdakwa tetap dijatuhi hukuman karena dianggap bertanggungjawab dalam hal melakukan tindak pidana dan melanggar Pasal 335 jo. Pasal 55 KUHP
(35)
karena perbuatan para terdakwa yang membawa korban ke dalam ruangan Cleo secara tidak langsung mengakibatkan matinya korban Irzen Octa.
B. Saran
1. Setiap memutuskan perkara pidana selain hakim harus mendasarkan keyakinannya dan ketentuan hukum pidana, seorang hakim harus melihat latar belakang pelaku, dakwaan, serta barang bukti dengan lebih cermat, sehingga putusan yang diberikan lebih adil dan sesuai dengan tindakan para terdakwa. Diharapkan hendaknya hakim lebih bijaksana dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap terdakwa, karena pada akhirnya putusan pengadilan akan kembali lagi pada keyakinan seorang hakim dalam memutus suatu perkara.
2. Apabila pihak ketiga yang disewa oleh pihak bank melakukan tindak pidana di ranah pihak bank, sudah seharusnya pihak bank juga ikut bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan oleh pihak ketiga tersebut karena mereka telah membiarkan tindak pidana dilakukan dan tidak melarang perbuatan-perbuatan tersebut hingga akhirnya korban meninggal sesuai dengan pasal 56 KUHP.
(36)
(Skripsi)
Oleh :
ADE TIFFANY PASHA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(37)
Andrisman, Tri. Hukum Pidana, Asas-asas dan dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia.Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung: 2011. ---. Delik Tertentu Dalam KUHP. Penerbit Universitas Lampung.
Bandar Lampung. 2011.
Ashofa, Burhan.Metode Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta: 2004. Hamzah, Andi.Asas-asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta: 2010.
Harahap, M. Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali (Edisi Kedua Cet. 11).Sinar Grafika: 1985.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Moeljatno. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Cet. 27). Bumi Aksara. Jakarta: 2008.
Modul Asas-asas hukum pidana Pusat pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia. Jakarta: 2010.
Modul Delik Tertentu dalam KUHP, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia. Jakarta: 2010.
Modul Pengetahuan Dasar Hukum Acara Pidana, Pusat pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia. Jakarta: 2010.
Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung: 2004.
P.A.F. Lamintang. Delik-Delik Khusus Kejahatan terhadap Nyawa, Tubuh & Kesehatan. Sinar Grafika. Jakarta: 2010.
Saleh, Roeslan. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Alumni. Bandung:1981.
(38)
Singarimbun, Masri.Metode Penelitian dan Survey. LP3ES. Jakarta: 1984. Soekanto, Soejono.Penelitian Hukum Normatif. Rajawali Press. Jakarta: 2012. Putusan Pengadilan Negeri Tingkat I Jakarta Selatan No. 1201 / Pid.B / 2011 /
PN. JKTSEL
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta: 2012
Undang-undang yang terkait:
Undang-Undang No. 48 tahun 2009 Tentang Ketentuan Kekuasaan Kehakiman Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/10 /DASP Penyelenggaraan Kegiatan
Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu
Peraturan Bank Indonesia No. 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu.
Website:
http://metro.news.viva.co.id www.infobanknews.com
(39)
Halaman I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……… 1
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup……….……. 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………. 6
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ………. 7
E. Sistematika Penulisan ………. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban Pidana... 13
1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi……….. 13
2. Tentang Dipidananya Pelaku……….. 14
3. KemampuanBertanggungjawab………. 16
B. Pengertian TindakPidana Pembunuhan……… 18
1. Pembunuhan Biasa Yang Dilakukan Dengan Sengaja (doodslag).. 19
2. Pembunuhan Terkualifikasi (qekwaalificeerd)……… 19
3. Pembunuhan Terencana (moord)……… 20
C. PengertianDebt Collector... 21
D. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana... 22
1. Kekuasaan Kehakiman... 22
2. Peranan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan... 22
(40)
B. Sumber dan Jenis Data……….…………..……….. 27 C. Penentuan Narasumber... 29 D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data….…..……..………. 30
E. Analisis Data……….. 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pertanggungjawaban PihakDebt CollectorSebagai Pelaku Tindak
Pidana Tindak Pidana Pembunuhan... 32 B. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Vonis 1 (satu)
Tahun Penjara terhadap Perkara PN No. 1201/ Pid.B/2011/
PN. Jkt Sel…………...………. 35
V. PENUTUP
A. Kesimpulan……… 49
B. Saran………. 50
(41)
(Studi Kasus Putusan PN No. 1201/Pid.B/2011/ PN.Jkt Sel)
Nama Mahasiswa :Ade Tiffany Pasha Nomor Pokok Mahasiswa : 0912011089
Bagian : Hukum Pidana
Fakultas : Hukum
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Firganefi, S.H., M.H. Eko Raharjo, S.H., M.H
NIP 19631217 198803 2 003 NIP 19610406 198903 1 003
2. Ketua Bagian Hukum Pidana
Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H. NIP 19620817 198703 2 003
(42)
1. Tim Penguji
Ketua :Firganefi, S.H., M.H. ……….
Sekretaris/Anggota :Eko Raharjo, S.H., M.H ………..
Penguji Utama :Dr. Maroni, S.H., M.H ………..
2. Dekan Fakultas Hukum
Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 19621109 198703 1 003
(43)
Penulis bernama Ade Tiffany Pasha, yang akrab dipanggil Ade. Penulis dilahirkan di Bengkulu, 18 Agustus 1991 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Ir. H. Arif Pasha, MM dan Hj. Ferial Zulfa. Penulis mengawali pendidikannya di TK Al-Azhar Bandar Lampung pada tahun 1996 dan menyelesaikannya pada tahun 1997. Lalu Penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Dasar Al-Azhar Wayhalim, namun pindah ke SDN 01 Pagi Meruya Selatan Jakarta, ketika menginjak kelas 3 SD hingga akhir masa SD nya. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMP 206 Jakarta, sebelum akhirnya pindah ke SMP Negeri 2 Bandar Lampung ketika menginjak kelas 8 SMP. Pada tahun 2006, Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung hingga akhirnya pada tahun 2009 setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Penulis diterima sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun yang sama.
(44)
Jangan pernah berusaha melupakan kenangan, karena ketika kematian datang, manusia hanya dapat hidup di ingatan orang
lain ~
Wataru Takagi
Aku tidak tahu apa alasan manusia untuk saling membunuh, tetapi kita tidak memerlukan alasan yang logis untuk saling
(45)
Puji syukur kupersembahakan kehadirat ALLAH SWT dzat yang tiada bandingannya yang telah menjadikan segala sesuatu yang sulit menjadi mudah
dan shalawat teriring salam kepada Nabi Besar MUHAMMAD SAW.
Kupersembahkan seluruh daya dan upaya menyelesaikan skripsi ini kepada:
Papa tercinta Ir. H. Arif Pasha, M.M dan Mama tersayang Hj. Ferial Zulfa yang selalu memberiku motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini
Kakak-kakak tercinta, Arya Rizky Hutama Pasha, S.H dan Federico Aditya Pasha, S.T yang sudah memberikanku masukan, dukungan serta sarannya dalam
penyelesaian skripsi ini
Pendamping dan sahabat-sahabat terbaik yang telah hadir dalam membagi suka dan duka bersama.
(46)
Bismillahhirrahmanirrahim,
Dengan mengucap Alhamdulillah syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan ridho-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan judul
“Analisis Pertanggungjawaban Pihak Debt Collector Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan PN. No. 1201/Pid.B/2011/PN.Jkt Sel).
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini melibatkan banyak pihak yang turut serta dalam membimbing dan memberi motivasi untuk terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.
(47)
3. Ibu Firganefi, S.H., M.H. selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk mengoreksi dan memberikan saran-saran yang berguna kepada Penulis.
4. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, memberi saran dan motivasi serta arahan yang baik guna terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Pembahas I yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan arahan serta saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Maya Shafira, S.H., M.H. selaku Pembahas II yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran serta dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Heni Siswanto, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis dalam proses kuliah.
8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan pemikiran dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
9. Seluruh staf Pengajar dan Karyawan di Fakultas Hukum Universitas Lampung, Mbak Sri, Mbak Yanti, Babe, Kyai dan yang lainnya yang telah memberikan arahan, saran serta selalu sabar menghadapi pertanyaan-pertanyaan penulis selama proses perkuliahan.
10. Papa tercinta Ir. H. Arif Pasha, M.M., dan Mamaku tersayang Hj. Ferial Zulfa, yang selama ini selalu memberiku motivasi dengan cara apapun. Terima kasih
(48)
skripsi ini dapat mengukir senyum di bibir Papa dan Mama.
11. Abang Arya Rizky Hutama, S.H dan Bung Federico Aditya Pasha, S.T tercinta yang telah memberikan masukan, menghibur di kala penulis jenuh dengan rutinitas dan menyemangati dengan memberikan perhatian-perhatian kecil. Aku bangga mempunyai dua kakak laki-laki yang tidak pernah menyepelekan ikatan keluarga seperti kita.
12. Kepada M. Aditya Pratama Putra yang telah mendampingi dengan penuh kesabaran. Terima kasih atas do’a dan dukungannya.
13. Rekan-rekan di Pusat Studi Bantuan Hukum yang telah memberikan dukungan, senior-senior angkatan 2008 dan junior-junior angkatan 2010. Terima kasih atas keceriaan yang telah terukir di antara kita. Aku akan merindukan kebersamaan dengan kalian.
14. Kepada sahabat-sahabatku Hedkandi Evolution, Ardo Gunata, Ryan Rana, Mushab Robbani, Mohammad Rezwandha Mesya, Ridho Utama Putra, Amelia Nanda Sari, Rizky Sandika, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Sahabat seperjalanan di School of Diplomacy, Resky Pradhana, Ruth Yunita, Andhika Prayoga, Rivan Utama. That’s our first step to become one-of-best-delegation in Harvard National Model United Nations and one day we will catch the world, Guys!
(49)
dan tidak pernah bosan mendengarkan celotehan Penulis selama ini.
17. Sahabat ketika SMA di organisasi Paskibra dan Teater Kolastra. Dua ekstrakulikuler yang sangat bertolak belakang dan kepribadian anggota yang sama bertolak belakangnya, namun mempunyai dua ilmu yang sangat berguna. Semoga persahabatan kita tidak akan pernah lekang oleh waktu. 18. Semua teman-teman seperjuangan di Fakultas Hukum Universitas Lampung
terima kasih atas kerjasama, bantuan dan infonya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
19. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata di Gedong Wani, Lampung Timur periode Januari 2012: Mbak Silvia yang menjadi sahabat satu kamar, Kak Alfhareza, Kak Hada, Kak Juliardi, Bang Yus, Kak Nurdin, Kak Umar, Kak Raden, Kak Mizpha. Walaupun Penulis satu-satunya junior ketika KKN, kalian tetap menjadi partner yang luar biasa ketika mengisi hari-hari selama 40 hari di rumah hijau kita dan telah memberi semangat motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, perjalanan bersama kalian tidak akan terlupakan.
Semoga atas bantuan, arahan, bimbingan, doa yang tulus menjadi amal ibadah bagi kita semua dan Allah SWT membalas semua kebaikan yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.
(50)
(1)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kupersembahakan kehadirat ALLAH SWT dzat yang tiada bandingannya yang telah menjadikan segala sesuatu yang sulit menjadi mudah
dan shalawat teriring salam kepada Nabi Besar MUHAMMAD SAW.
Kupersembahkan seluruh daya dan upaya menyelesaikan skripsi ini kepada:
Papa tercinta Ir. H. Arif Pasha, M.M dan Mama tersayang Hj. Ferial Zulfa yang selalu memberiku motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini
Kakak-kakak tercinta, Arya Rizky Hutama Pasha, S.H dan Federico Aditya Pasha, S.T yang sudah memberikanku masukan, dukungan serta sarannya dalam
penyelesaian skripsi ini
Pendamping dan sahabat-sahabat terbaik yang telah hadir dalam membagi suka dan duka bersama.
(2)
SANWACANA
Bismillahhirrahmanirrahim,
Dengan mengucap Alhamdulillah syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan ridho-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan judul “Analisis Pertanggungjawaban Pihak Debt Collector Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan PN. No. 1201/Pid.B/2011/PN.Jkt Sel).
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini melibatkan banyak pihak yang turut serta dalam membimbing dan memberi motivasi untuk terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.
(3)
2. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H. M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Pidana Universitas Lampung.
3. Ibu Firganefi, S.H., M.H. selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk mengoreksi dan memberikan saran-saran yang berguna kepada Penulis.
4. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, memberi saran dan motivasi serta arahan yang baik guna terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Pembahas I yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan arahan serta saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Maya Shafira, S.H., M.H. selaku Pembahas II yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran serta dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Heni Siswanto, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis dalam proses kuliah.
8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan pemikiran dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
9. Seluruh staf Pengajar dan Karyawan di Fakultas Hukum Universitas Lampung, Mbak Sri, Mbak Yanti, Babe, Kyai dan yang lainnya yang telah memberikan arahan, saran serta selalu sabar menghadapi pertanyaan-pertanyaan penulis selama proses perkuliahan.
10. Papa tercinta Ir. H. Arif Pasha, M.M., dan Mamaku tersayang Hj. Ferial Zulfa, yang selama ini selalu memberiku motivasi dengan cara apapun. Terima kasih
(4)
atas segala kasih sayang yang Papa dan Mama yang telah diberikan untuk anak-anaknya tanpa pernah mengharapkan balasan. Semoga penyelesaian skripsi ini dapat mengukir senyum di bibir Papa dan Mama.
11. Abang Arya Rizky Hutama, S.H dan Bung Federico Aditya Pasha, S.T tercinta yang telah memberikan masukan, menghibur di kala penulis jenuh dengan rutinitas dan menyemangati dengan memberikan perhatian-perhatian kecil. Aku bangga mempunyai dua kakak laki-laki yang tidak pernah menyepelekan ikatan keluarga seperti kita.
12. Kepada M. Aditya Pratama Putra yang telah mendampingi dengan penuh kesabaran. Terima kasih atas do’a dan dukungannya.
13. Rekan-rekan di Pusat Studi Bantuan Hukum yang telah memberikan dukungan, senior-senior angkatan 2008 dan junior-junior angkatan 2010. Terima kasih atas keceriaan yang telah terukir di antara kita. Aku akan merindukan kebersamaan dengan kalian.
14. Kepada sahabat-sahabatku Hedkandi Evolution, Ardo Gunata, Ryan Rana, Mushab Robbani, Mohammad Rezwandha Mesya, Ridho Utama Putra, Amelia Nanda Sari, Rizky Sandika, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Sahabat seperjalanan di School of Diplomacy, Resky Pradhana, Ruth Yunita, Andhika Prayoga, Rivan Utama. That’s our first step to become one-of-best-delegation in Harvard National Model United Nations and one day we will catch the world, Guys!
(5)
16. Kepada Dyah Kinanti Ningtyas, Erlin Septiana, Rizka Arifianti, Syifa Nurjanah dan Ardiatma Danu. Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik dan tidak pernah bosan mendengarkan celotehan Penulis selama ini.
17. Sahabat ketika SMA di organisasi Paskibra dan Teater Kolastra. Dua ekstrakulikuler yang sangat bertolak belakang dan kepribadian anggota yang sama bertolak belakangnya, namun mempunyai dua ilmu yang sangat berguna. Semoga persahabatan kita tidak akan pernah lekang oleh waktu. 18. Semua teman-teman seperjuangan di Fakultas Hukum Universitas Lampung
terima kasih atas kerjasama, bantuan dan infonya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
19. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata di Gedong Wani, Lampung Timur periode Januari 2012: Mbak Silvia yang menjadi sahabat satu kamar, Kak Alfhareza, Kak Hada, Kak Juliardi, Bang Yus, Kak Nurdin, Kak Umar, Kak Raden, Kak Mizpha. Walaupun Penulis satu-satunya junior ketika KKN, kalian tetap menjadi partner yang luar biasa ketika mengisi hari-hari selama 40 hari di rumah hijau kita dan telah memberi semangat motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, perjalanan bersama kalian tidak akan terlupakan.
Semoga atas bantuan, arahan, bimbingan, doa yang tulus menjadi amal ibadah bagi kita semua dan Allah SWT membalas semua kebaikan yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.
(6)
Penulis