BIOLOGI HAMA HEORTIA SP. (LEPIDOPTERA : CRAMBIDAE) PADA TANAMAN MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA) DI LABORATORIUM

(1)

BIOLOGI HAMA HEORTIA SP. (LEPIDOPTERA : CRAMBIDAE) PADA TANAMAN MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA)

DI LABORATORIUM

Oleh

TRIA AGUSTINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Proteksi Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Mahkota Dewa. Tersedia di http://www.plantamor.com. Diakses tanggal 29 Januari 2011.

Anonim, 2009. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [ Scheff.] Boerl.). Tersedia di http://mahkota-dewa.net/kesehatan/mahkota_dewa.html.. Diakses tanggal 26 Januari 2011.

Anonim, 2010. Hama Gaharu dan Pengendaliannya. http://supergaharu. wordpress.com. Diakses 22 Februari 2011.

Departemen Kehutanan, 2009. Hama Pemakan daun Tanaman Penghasil Gaharu

(Aquilaria spp.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

Gurung, D., N. Dutta & P. C. Sharma. 2002. On the Insect Pests of Aquilaria agallocha (Roxb.). Rain Forest Research Institute Report.

http://rfri.icfre.gov.in/ rpap13.htm. Diakses 22 Februari 2011 Hariri, A.M & Indriyati, 2011. Karakterisasi Hama Pemakan Daun Mahkota

Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.). Prosiding Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. Unila 21 September 2011, Hlm. 64-70.

Hendra, R. S. Ahmad, E. Oskoueian, A. Sukari, dan M Y. Shukor. 2011. Antioxidant, Anti-inflammatory and Cytotoxicity of Phaleria

macrocarpa (Boerl.) Scheff. Plan. Tersedia di http://www.biomed-central.com/1472-6882/11/110. Diakses tanggal 22 Desember 2011. Irianto, R. S. B. 2009. Pengamatan Hama Tanaman Gaharu di Kabupaten

Tabanan Bali. Unpublished. Tersedia di

http://library.forda-mof.org/libforda/data_pdf/3144.pdf. Diakses tanggal 25 Agustus 2011. Irianto, R.S.B., E. Santoso, M. Turjaman, danI. R. Sitepu. 2010. Hama pada

Pohon Penghasil Gaharu dan Teknik Pengendaliannya. Info Hutan 7 (2): 225-228.


(3)

23

Kalita, J., P.R. Bhattacharyya, and S.C. Nath. 2002. Heortia vitessoides Moore: A Serious Pest of Agarwod Plant (Aquilaria malaccensis Lamk).

Geobios 29: 13-16. Abstract. Tersedia

dihttp://library.forda-mof.org/libforda/data_pdf/3144.pdf. Diakses tanggal 25 Agustus 2011 Kurniawi, Y. 2010. The Secret of Phaleria ( Phaleria macrocarpa). Tersedia di

http://herbalmiracles.blog.spot.com/2010/01/Scient-of-Phaleria-macrocarpa-html. Diakses tanggal 22 Februari 2011.

Mardiningsih, T.L. dan M. Willis. 2010. Ulat Pemakan Daun Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dan Strategi Pengendaliannya. Seminar Hari Ulang Tahun Perhimpunan Entomologi Indonesia ke-40.

Yogyakarta, Diakses tanggal 2 Oktober 2010.

Muhlisah, F. 2008. Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Penebar Swadaya. Jakarta. 83 hlm.

Santoso, E., R.S.B. Irianto, I. R. Sitepu, dan M. Turjaman, 2011.

Penanggulangan Hama dan Penyakit Tanaman Penghasil Gaharu. Presentasi pada Badan Litbang Kehutanan. Jakarta, 25 Mei 2011. Solis, M. A. 2007. Phylogenetic studies and modern classification of the

Pyraloidea (Lepidoptera). Rev. Colomb. Entomol. 33 (1): 1-8. http://www.scielo.unal.edu.co /scielo.php?script=sci_arttext

&pid=S04882007000100001&lng=en&nrm=iso>. ISSN 0120-0488. Diakses 2 April 2011

Stang, D. 2004. Phaleria macrocarpa. Tersedia di http://zipcodezoo.com Plants/P/Phaleria_macrocarpa_taxsonomy. Diakses tanggal 2 Februari 2011.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………..……….. i

DAFTAR TABEL ……… ii

DAFTAR GAMBAR ………... iii

I. PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Tujuan ………... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 4

A. Tanaman Mahkota Dewa ………. 4

1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi ……… 4

2. Mahkota Dewa Sebagai Tanaman Obat ……….. 5

3. Hama Tanaman Mahkota Dewa ……….. 6

B. Hama Heortiasp. ………. 7

1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi ……… 7

2. Heortiasp. Sebagai Hama ………... 8

III. BAHAN DAN METODE ………. 9

A. Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 10

B. Alat dan Bahan ………. 10

C. Pelaksanaan ……….. 10

1. Penyediaan Tanaman Inang ……… 10


(5)

D. Pengamatan ……….. 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 12

A. Peletakkan Telur ………... 12

B. Pertumbuhan dan Perkembangan ………. 13

C. Fase Pupa dan Imago ……….... 16

V. SIMPULAN ……….. 20

DAFTAR PUSTAKA ……….. 22


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Jumlah dan Periode telur Heortiasp. ……… 13 2. Rerata ukuran dan lama stadia setiap instar larva dan

pupa Heortiasp. ………

14

3. Rerata panjang tubuh, rentang sayap, serta lama fase imago

Heortiasp. ……….

17

4. Data pengamatan ukuran panjang larva instar pertama hingga fase pupa Heortiasp. ……….

25

5. Data pengamatan lama stadium larva instar pertama hingga fase pupa

Heortiasp. ……….

26


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kelompok telur Heortiasp. ………... 12

2. Larva instar pertama Heortiasp. ………... 14

3. Larva Heortia sp. Instar III (a) dan larva instar IV (b) ………. 15

4. Larva Heortia sp. Instar V (pra-pupa) ………... 16

5. Stadium pupa Heortiasp. ……….. 17


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanaman mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa Boerl.) dikenal sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia. Tanaman yang berasal dari Papua ini bisa ditemukan ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di kebun-kebun sebagai

tanaman peneduh. Mahkota dewa dapat tumbuh dengan subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1.200 meter di atas permukaan laut. Ukurannya tidak terlalu besar dengan tinggi mencapai 3 meter, mempunyai buah yang berwarna merah menyala yang tumbuh dari batang utama hingga ke ranting. Buah tersebut bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin beralur. Pada waktu muda buah berwarna hijau dan menjadi merah setelah masak. Daging buah berwarna putih, berserat dan berair. Adapun bijinya bulat, keras, berwarna

cokelat ( Anonim, 2009).

Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah daun, daging, dan kulit buahnya. Daun dan kulit buah bisa digunakan segar atau yang telah dikeringkan, sedangkan daging buah digunakan setelah dikeringkan. Daun mahkota dewa mengandung antihistamin, alkaloid, saponin dan polifenol, sedangkan kulit dan daging buahnya mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid yang diketahui


(9)

2

memiliki khasiat pada proses detoksifikasi racun dalam tubuh, penurunan kolesterol, lemak dan kadar gula dalam darah, serta bermanfaat sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan antihistamin dari kandungan polifenolnya ( Anonim, 2008). Selain itu, menurut Muhlisah ( 2008 ) mahkota dewa juga memiliki khasiat dalam penyembuhan penyakit diabetes, tumor atau kanker, hepatitis, tekanan darah tinggi, jantung, gangguan ginjal, rematik, asam urat, dan juga penyakit kulit. Saat ini beberapa negara telah mengembangkan mahkota dewa sebagai obat penyembuh penyakit, di antaranya Belanda, Taiwan, Singapura dan Malaysia. Beberapa keunggulan dimiliki mahkota dewa untuk dijadikan sebagai salah satu tanaman obat sehingga penting untuk terus dikembangkan.

Pohon mahkota dewa merupakan salah satu jenis tanaman yang beberapa lokasi menjadi komponen vegetasi pada taman kampus di Universitas Lampung. Dalam dua tahun terakhir tanaman tersebut mendapat serangan yang serius oleh ulat pemakan daun. Serangannya menimbulkan kerusakan tanaman antara 70-100%. Pada saat puncak populasi, pohon mahkota dewa tampak dipenuhi oleh ribuan ulat yang dengan rakus memakan hampir seluruh daun bahkan hingga ke buahnya. Beberapa tanaman mengalami kehilangan sebagian besar daun yang banyak diantaranya akan berlanjut dengan kematian (Mardiningsih dan Willis, 2010).

Pengamatan terhadap morfologi dan perilaku hama tersebut serta berdasarkan beberapa pustaka, hama yang daya rusaknya sangat tinggi tersebut adalah genus

Heortia yang ternyata juga merupakan hama daun yang ganas terhadap tanaman penghasil gaharu atau Aquilaria sp. dan Girynops sp. (Irianto et al., 2010).


(10)

Mengingat daya rusak hama ini yang sangat besar terhadap tanaman mahkota dewa dan terlebih lagi pada tanaman penghasil gaharu yang nilai ekonominya sangat tinggi, maka penelitian terhadap biologi hama tersebut diharapkan akan memberikan informasi yang berharga sebagai masukan terhadap upaya

pengendalian hama tersebut.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biologi telur, larva, pupa, dan imago dari hama Heortia sp. (Lepidoptera : Crambidae) pada tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) di laboratorium.


(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Mahkota Dewa

1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi

Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam bahasa Indonesia

adalah ‘mahkota dewa’ atau di Sumatra disebut dengan ‘simalakama’ (Stang, 2004; Anonim, 2008). Adapun klasifikasinya ialah sebagai berikut (Stang, 2004):

Kingdom : Plantae Filum : Tracheophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili : Thymelaeaceae Genus : Phaleria

Nama Botani : Phaleria macrocarpa Boerl.

Tanaman mahkota dewa berbentuk pohon, berumur panjang (perenial), tingginya 1-2,5 meter. Akarnya tunggang, batangnya silindris, berkayu, tegak, berwarna cokelat, dengan permukaan yang kasar. Percabangannya simpodial dengan arah cabang miring ke atas. Daunnya tunggal, bertangkai pendek, tersusun berhadapan


(12)

(folio oposita), berwarna hijau tua, bentuk lonjong hingga lanset, panjang 7-10 cm, dan lebar 2-2,5 cm. Helaian daunnya tipis, dengan ujung dan pangkal runcing, serta tepi rata, dan pertulangan daunnya menyirip (pinnate), sedangkan permukaan daunnya licin (Anonim, 2008).

Tanaman ini berbunga tunggal, yang muncul di sepanjang batang dan ketiak daun, bertangkai pendek, dengan mahkota berbentuk tabung (tubulosus) dan warnanya putih. Buah mahkota dewa berbentuk bulat, berukuran 3-5 cm. Buah muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buah tersebut berdaging warna putih, berserat dan berair. Di dalam buah terdapat biji yang berbentuk bulat, keras dan berwarna cokelat, dan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman

( Anonim, 2008).

2. Mahkota Dewa Sebagai Tanaman Obat

Tanaman mahkota dewa pada awalnya berasal dari Papua dan selanjutnya telah menyebar ke berbagai negara tropik. Menurut Hendra et al. (2011) tanaman ini, antara lain pada buahnya mengandung berbagai zat bioaktif dari jenis-jenis

senyawa fenolik dan flavonoid yang memiliki daya kerja sebagai anti-oksidan dan anti-inflammatori. Kandungan berbagai zat-zat tersebut menyebabkan tanaman mahkota dewa telah dikenal luas sebagai tanaman obat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit seperti kanker, diabetes, penyakit hati, gangguan ginjal, stroke, migraine, serta berbagai penyakit kulit dan alergi ( Hendra et al., 2011).


(13)

6

3. Hama Tanaman Mahkota Dewa

Tanaman mahkota dewa tergolong dalam Famili Thymelaeaceae. Selain mahkota dewa (genus Phaleria) jenis-jenis tanaman lain yang tergolong dalam famili tersebut adalah beberapa macam tanaman penghasil gaharu (genus Aquilaria dan

Gonystylus) serta tanaman akar keras (Enkleia malaccensis). Dari beberapa jenis tanaman tersebut, gaharu merupakan tanaman yang telah lama dikenal memiliki nilai ekonomi yang tinggi (Irianto, 2009).

Jenis-jenis hama yang menyerang tanaman mahkota dewa belum banyak dilaporkan. Hal ini antara lain diduga karena kandungan zat-zat bioaktif yang terdapat pada tanaman tersebut juga bersifat non-preferensi atau antibiosis

terhadap serangga. Menurut Kurniawi (2010), umumnya hanya semut yang sering dijumpai berasosiasi dengan tanaman mahkota dewa. Selanjutnya baru pada akhir 2010 Mardiningsih dan Willis (2010) menginformasikan pengendalian ulat daun mahkota dewa. Serangga yang dimaksud diduga serupa dengan genus Heortia

(Lepidoptera : Crambidae) yang telah lebih dulu diketahui sebagai hama perusak daun tanaman penghasil gaharu di berbagai negara (Kalita et al., 2002; Irianto., 2009).


(14)

B. Hama Heortia sp.

1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi

Serangga hama pemakan daun mahkota dewa Heortia sp. adalah ulat yang fase dewasanya berupa ngengat sehingga tergolong dalam ordo Lepidoptera. Adapun klasifikasinya secara lengkap ialah sebagai berikut (International Barcode of Life Project, 2009):

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Crambidae Subfamili : Odontiinae Genus : Heortia

Genus Heortia terdiri atas beberapa spesies, di antaranya adalah Heortia vitessoides, H. dominalis, dan H. poliplagalis. Selain hal itu disebutkan pula bahwa genus Heortia memiliki nama sinonim Eteta [Walker] dan Tyspana [Moore] (Wikipedia, 2011).

Serangga Heortia telah menyebar dan dapat ditemukan di Asia Selatan seperti India, Asia Tenggara (Indonesia dan Thailand), Asia Timur (Hongkong dan Taiwan), serta Australia. Larva ditemukan hidup dan makan daun pada

padatanaman Rhus, berbagai jenis tanaman penghasil gaharu Aquilaria spp. dan juga pada Phaleriamacrocarpa. Larva-larva tersebut hidup secara berkelompok


(15)

8

pada sejumlah daun yang dijalin dengan zat sutera lengket dari kelenjar pada mulutnya. Larva berwarna hijau pucat dengan garis hitam yang jelas pada setiap sisinya. Larva kemudian menjatuhkan diri di tanah dan menjadi pupa di tanah. Adapun serangga imagonya berupa ngengat yang mempunyai rentang sayap sekitar 30 mm. Ciri sayap ngengat tersebut ialah memiliki pola hitam dan kuning pucat pada sayap depan serta warna putih dengan pinggiran hitam yang jelas pada sayap belakang (Wikipedia, 2011).

2. Heortia sp. Sebagai Hama

Heortia sp. di India sejak 1998 telah diketahui menjadi hama yang daya rusaknya cukup besar pada beberapa jenis tanaman penghasil gaharu antara lain Aquilaria

spp. dan Gyrinops spp. (Kalita et al., 2001; Gurung et al., 2002). Gaharu atau dalam bahasa Inggris disebut dengan agarwood atau aloeswood adalah resin dalam batang kayu yang terbentuk dari jenis-jenis pohon Famili Thymelaeaceae genus Aquilaria dan Gyrinops tersebut. Pemanfaatan gaharu yang paling banyak adalah dalam bentuk bahan baku kayu bulat, cacahan, atau bubuk. Aroma harum dengan cara membakar secara sederhana banyak dilakukan oleh masyarakat Timur Tengah, sedangkan penggunaan yang lebih bervariasi banyak dilakukan di Cina, Korea, dan Jepang seperti bahan baku industri parfum, obat-obatan,

kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis perlengkapan pada kegiatan keagamaan (Anonim, 2010).

Di Indonesia tanaman gaharu semula adalah tanaman yang hidup di hutan dengan ekosistem yang stabil. Pada saat tanaman gaharu mulai dibudidayakan secara


(16)

monokultur maka diketahui adanya serangan hama yang signifikan yaitu ulat daun. Pada musim hujan yang berlangsung sepanjang tahun 2009 dan 2010 telah diketahui adanya serangan yang berat pada tanaham-tanaman gaharu yang

menyebabkan banyak tanaman mengalami kematian. Pada saat terkena serangan yang berat daun-daun tanaman tersebut terlihat meranggas dan hanya tertinggal tulang daun. Dalam beberapa tahun terakhir ini beberapa wilayah pengembangan tanaman gaharu yang terserang hama tersebut ialah di Sanggau (2007), KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Carita di Banten (2008), dan Mataram (2009) (Irianto et al., 2010).


(17)

III.BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Universitas Lampung Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juni 2011.

B. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah serangga pemakan daun mahkota dewa (Heortia

sp.), daun mahkota dewa segar serta larutan madu 25%. Adapun alat-alat yang digunakan adalah stoples, kain kasa, nampan, kuas, kapas, mikroskop, alat tulis, kertas milimeter, serta kamera.

C. Pelaksanaan

1. Penyediaan Tanaman Inang

Tanaman inang yang digunakan untuk pemeliharaan ulat pemakan daun Heortia

sp. adalah tanaman mahkota dewa. Tanaman yang digunakan untuk penelitian adalah tanaman mahkota dewa yang diambil dari pekarangan kampus Universitas Lampung.


(18)

2. Pemeliharaan Serangga Uji

Pemeliharaan serangga uji dimulai dengan memelihara kelompok telur yang diambil dari tanaman mahkota dewa yang tumbuh pada ruang terbuka hijau atau taman di lingkungan kampus Universitas Lampung. Kelompok telur tersebut dipelihara di dalam stoples yang ditutup dengan kain kasa. Setelah menetas, larva dipelihara dengan diberi pakan daun mahkota dewa segar yang diganti setiap hari. Pemeliharaan ulat dilakukan 1 ekor tiap stoples hingga menjadi pupa. Sejumlah ngengat yang muncul diberi pakan larutan madu 25%, serta diberikan ranting-ranting daun mahkota dewa sebagai tempat meletakkan telur. Sejak pemeliharaan larva, pupa, hingga imago dilakukan 1 ekor per stoples. Pemeliharaan serangga ini dilakukan sebanyak 40 ulangan.

D. Pengamatan

Pengamatan biologi serangga Heortia sp. dimulai terhadap kelompok-kelompok telur. Telur-telur yang diperoleh dari tanaman mahkota dewa di lapangan diamati bentuk, warna, dan ukurannya. Setelah telur menetas menjadi larva, selanjutnya diamati dan dicatat lama waktu setiap pergantian instar-instarnya. Selain itu juga diukur panjang larva pada masing-masing instar. Lama stadia pra pupa, pupa dan imago juga dicatat untuk memperoleh informasi lamanya siklus hidup dari


(19)

BIOLOGI HAMA

HEORTIA

SP. ( LEPIDOPTERA: CRAMBIDAE )

PADA TANAMAN MAHKOTA DEWA (

PHALERIA MACROCARPA

)

DI LABORATORIUM

(Skripsi)

Oleh

Tria Agustina

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(20)

Segala puji dan syukur kuhaturkan kepada-Mu,

duhai Zat Yang Maha Pemurah, Allah Rabb al-

‘Alamin.

Karya ilmiah ini kupersembahkan dengan tulus dan penuh sukacita

kepada :

Ayahanda dan Ibunda tercinta

Soenoto (Alm) dan Juhariyah

Para Dosen Proteksi Tanaman


(21)

SANWACANA

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berdasarkan atas hasil kegiatan penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman, yang

dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juni 2011 dengan judul Biologi Hama Heortia sp. ( Lepidoptera: Crambidae ) pada Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) di

Laboratorium.

Laporan ini disusun sebagai pertanggungjawaban atas kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian. Dalam pelaksanaan di laboratorium dan penulisan ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ir. Agus M. Hariri, M.P. selaku Pembimbing pertama atas bimbingan, motivasi,

pengarahan yang diberikan selama melaksanakan penelitian di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman.

2. Ir. Indriyati selaku Pembimbing kedua atas bimbingan, motivasi, pengarahan yang diberikan selama melaksanakan penelitian di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman.

3. Dr. Ir. Hamim Sudarsono, M.Sc. selaku pembahas atas bimbingan, motivasi, pengarahan yang diberikan selama melaksanakan penelitian di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman.


(22)

pengarahan, bimbingan dan saran yang diberikan

6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

7. Ayah dan Ibunda serta Kakak-kakak ku tercinta atas kasih sayang yang telah diberikan serta doa, motivasi, mendukung dan membantu baik moral maupun materil

8. Indrayani, S.T atas doa, motivasi dan bantuan yang diberikan.

9. Riska Febriani, S.P dan Sinta Dewi, S.P terimakasih atas kerjasama dan bantuan selama melaksanakan penelitian

10.Teman-teman angkatan ’06 : Wellfa Ria Hamer, S.P, Sri Heni Oktavia, Bezi Astrianah, S.P., Novita Susanti, S.P, Widiantoro, Candra Gotama, S.P, Mirra Octavianty, S.P, Novitasari Darwin, Elmy G.V, S.P, Imas Vita M, S.P, Ivayani, S.P., Slamet Ruadi, S.P., Agung Riski J, Arif Zainuri, Agis Palupi, Wahyu Susanto, Katrin Kenese, S.P, Ratih Pratiwie, S.P., semua teman-teman HPT angkatan 04 (Berly Tri W, S.P., Mhfud W.S, S.P., Lulus Satria.P, S.P dan 05 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

11.Mbak Widyaningrum, S.P, mas Iwan, mas Rahmat, dan Pak Paryadi yang telah banyak membantu selama penelitian.

Bandar Lampung, Februari 2012.


(23)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Biologi Hama Heortia sp. ( Lapidoptera: Crambidae ) pada Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) di

Laboratorium Nama Mahasiswa : Tria Agustina NPM : 0614041044

Jurusan/ PS : Proteksi Tanaman / Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Agus M. Hariri, M.P. Ir. Indriyati

NIP 196108181986031001 NIP 196010191986032004

2. Ketua Jurusan Poteksi Tanaman

Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S. NIP 196406131987031002


(24)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Agus M. Hariri, M.P. ...

Sekretaris : Ir. Indriyati ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Hamim Sudarsono, M.Sc. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(25)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Panjang pada tanggal 13 Agustus 1987 , sebagai anak ketiga dari pasangan Soenoto (Alm) dengan Juhariyah.

Pendidikan sekolah dasar (SD) diselesaikan penulis di SD Negeri 1 Panjang Utara tahun 2000 dan pendidikan menengah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Rawalaut Bandar Lampung pada tahun 2003. Selepas SMP, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Gadjah Mada Bandar Lampung dan menyelesaikan studi pada tahun 2006.

Tahun 2006, penulis diterima menjadi Mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun 2010, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Laboratorium Proteksi Tanaman Gadingrejo, Tanggamus.


(26)

Segala puji dan syukur kuhaturkan kepada-Mu, duhai Zat

Yang Maha Pemurah, Allah Rabb al-

‘AlAmin.

Karya ilmiah ini kupersembahkan dengan tulus dan penuh kasih

sayang sukacita kepada

:

Ayahanda dan ibunda tercinta Soenoto (Alm) dan Juhariyah

Untuk doa serta nasehat yang terus di berikan tanpa mengenal waktu

demikesuksesan dan kebahagiaanku, untuk kasih saying yang tak

tergantikan dari tiap hembusan nafas yang telah berlalu bersama


(27)

Jangan pernah menyerah ! Jika Tuhan belum

menjawab doamu, itu karena Tuhan punya rencana

yang lebih baik tuk hidupmu.

Kebesaran orang terletak pada kejujuran dan

keberanian, dengan dua sifat inilah seseorang akan

mampu mengatasi semua kesulitan-kesulitan dan

konflik-konflik emosional dalam dirinya.

(Sigmund Freud)

Disaat orang lain sedang tertidur, kita harus bangun.

Ketika orang lain bangun, maka kita sudah berjalan.

Tatkala orang lain berjalan, maka kita sudah berlari

kencang, dan disaat orang lain baru melangkah untuk

berlari, kita sudah jauh meninggalkannya dan sudah

mencapai tujuan.


(28)

V. SIMPULAN

Serangga perusak daun mahkota dewa Heortia sp. meletakkan telur dalam

kelompok-kelompok pada permukaan bawah daun. Telur berukuran 0,3 – 0,5 mm berwarna kuning kehijauan. Rata-rata jumlah telur yang diletakkan dalam

kelompok telur adalah : 250,0 ± 72,2 butir dengan periode telur rata-rata 5,8 ± 0,9 hari.

Larva instar pertama Heortia sp. berwarna kuning muda berukuran 1 mm, sedangkan pada instar akhir ulat berukuran 20,8 mm berwarna hijau kekuningan dengan bintik-bintik hitam yang rapat membentuk garis membujur pada kedua sisi tubuhnya, sedangkan kepalanya terlihat sebagai bentuk yang membulat dan berwarna coklat. Stadia larva dari instar I sampai dengan V 4,4 sampai dengan 5,9 hari. Larva instar V merupakan fase pra-pupa tidak makan dan akan turun ke tanah dengan sulur benang suteranya untuk membentuk pupa yang terbungkus kokon dari serasah. Adapun pupa Heortia sp. tipe obtekta berukuran 12,0 mm dan berwarna cokelat gelap. Stadia pupa rata-rata 6,1 ± 2,1 hari


(29)

21

Fase dewasa Heortia sp. berupa ngengat dengan rentang sayap rata-rata 28,3 mm.

Sayap depan berwarna putih agak kekuningan dengan pola bintik-bintik dan pita warna hitam, sedangkan sayap belakang berwarna putih dengan pita hitam yang jelas pada bagian tepi sayap. Lama hidup imago rata-rata 6,1 ± 2,1 hari.


(30)

ABSTRAK

BIOLOGI HAMA HEORTIA SP. ( LEPIDOPTERA: CRAMBIDAE ) PADA TANAMAN MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA)

DI LABORATORIUM

Oleh Tria Agustina

Penelitian yang bertujuan mempelajari beberapa karakter biologi pemakan daun

tanaman 'mahkota dewa' Heortia sp. ini telah dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan Juni 2011 di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ngengat serangga ini meletakkan telur dalam kelompok-kelompok pada permukaan bawah daun yang tersusun menyerupai sisik ikan. Telur berukuran 0,3-0,5 mm, berwarna kuning kehijauan, berbentuk pipih sedikit cembung pada bagian tengahnya. Ulat instar pertama berwarna kuning muda berukuran 1,0 mm, sedangkan pada pertumbuhan maksimum (instar IV) ulat berukuran 20,8 mm berwarna hijau kekuningan dengan noktah-noktah hitam yang rapat

membentuk garis membujur pada kedua sisi tubuhnya, sedangkan kepalanya berwarna coklat. Ulat hidup bergerombol dan sering berlindung di dalam jalinan daun yang dibuat dengan sutera perekat dari kelenjar yang berasal dari mulutnya. Serangan oleh larva instar awal umumnya menyebabkan daun tinggal tulang-tulangnya, sedangkan serangan ulat instar akhir menyebabkan daun tanaman mahkota dewa menjadi gundul. Larva instar V merupakan fase pra-pupa memiliki perilaku tidak makan dan akan turun ke tanah dengan benang suteranya untuk membentuk pupa yang terbungkus kokon dari serasah. Pupanya tipe obtekta berukuran 12,0 mm, berwarna coklat gelap. Fase dewasa dari serangga ini berupa ngengat dengan rentang sayap rata-rata 28,3 mm. Sayap depan berwarna putih agak kekuningan dengan pola bercak-bercak dan pita warna hitam, sedangkan sayap belakang berwarna putih dengan pita hitam yang jelas pada bagian pinggiran sayap. Adapun kepala, toraks, dan abdomen ngengat ini berwarna


(31)

ABSTRACT

BIOLOGY OF HEORTIA SP. (LEPIDOPTERA : CRAMBIDAE) ON PHALERIA MACROCARPA IN LABORATORY

By Tria Agustina

The objective of this study was to identify biological characters of Heortia sp. This research was carried out in Laboratory of Biotechnology at Faculty of Agriculture University of Lampung. The results showed that the moth was laid eggs in cluster under surface of leaf are arranged like fish scales. Each egg is greenish yellow,

dorsoventrally flattened with a slight bulge in the middle and measures 0.3 – 0.5 mm in diameter. The first instar caterpillar is pale yellow and measure 1.0 mm in size, whereas the full grown larvae (fourth instar) is 20.8 mm in size and yellowish green in colour with a broad knobbly black line along each side. Their head is brown. The agile

caterpillars are gregarious in habit and live in shelters of leaves loosely tied together by silken threads, wich later on looks some what like a tent of a caterpillar. The early instars skeletonise the leaf but the later instar completely defoliates. The fifth instar of larvae (pra pupae stage) stop feeding and descend to pupate in the soil and the cocoon is made out of soil litters. The obtect pupae is dark brown and measures 12.0 mm in size. The adult has a wing span of 28.3 mm. The forewing is primrose yellow with bluish black spots and bands. Hind wings is white with bluish black marginal band. The head, thorax, and abdomen of this imago is yellowish.


(1)

Segala puji dan syukur kuhaturkan kepada-Mu, duhai Zat

Yang Maha Pemurah, Allah Rabb al-

‘AlAmin.

Karya ilmiah ini kupersembahkan dengan tulus dan penuh kasih

sayang sukacita kepada

:

Ayahanda dan ibunda tercinta Soenoto (Alm) dan Juhariyah

Untuk doa serta nasehat yang terus di berikan tanpa mengenal waktu

demikesuksesan dan kebahagiaanku, untuk kasih saying yang tak

tergantikan dari tiap hembusan nafas yang telah berlalu bersama


(2)

Jangan pernah menyerah ! Jika Tuhan belum

menjawab doamu, itu karena Tuhan punya rencana

yang lebih baik tuk hidupmu.

Kebesaran orang terletak pada kejujuran dan

keberanian, dengan dua sifat inilah seseorang akan

mampu mengatasi semua kesulitan-kesulitan dan

konflik-konflik emosional dalam dirinya.

(Sigmund Freud)

Disaat orang lain sedang tertidur, kita harus bangun.

Ketika orang lain bangun, maka kita sudah berjalan.

Tatkala orang lain berjalan, maka kita sudah berlari

kencang, dan disaat orang lain baru melangkah untuk

berlari, kita sudah jauh meninggalkannya dan sudah

mencapai tujuan.


(3)

V. SIMPULAN

Serangga perusak daun mahkota dewa Heortia sp. meletakkan telur dalam

kelompok-kelompok pada permukaan bawah daun. Telur berukuran 0,3 – 0,5 mm

berwarna kuning kehijauan. Rata-rata jumlah telur yang diletakkan dalam

kelompok telur adalah : 250,0 ± 72,2 butir dengan periode telur rata-rata 5,8 ± 0,9 hari.

Larva instar pertama Heortia sp. berwarna kuning muda berukuran 1 mm, sedangkan pada instar akhir ulat berukuran 20,8 mm berwarna hijau kekuningan dengan bintik-bintik hitam yang rapat membentuk garis membujur pada kedua sisi tubuhnya, sedangkan kepalanya terlihat sebagai bentuk yang membulat dan berwarna coklat. Stadia larva dari instar I sampai dengan V 4,4 sampai dengan 5,9 hari. Larva instar V merupakan fase pra-pupa tidak makan dan akan turun ke tanah dengan sulur benang suteranya untuk membentuk pupa yang terbungkus kokon dari serasah. Adapun pupa Heortia sp. tipe obtekta berukuran 12,0 mm dan berwarna cokelat gelap. Stadia pupa rata-rata 6,1 ± 2,1 hari


(4)

21

Fase dewasa Heortia sp. berupa ngengat dengan rentang sayap rata-rata 28,3 mm.

Sayap depan berwarna putih agak kekuningan dengan pola bintik-bintik dan pita warna hitam, sedangkan sayap belakang berwarna putih dengan pita hitam yang jelas pada bagian tepi sayap. Lama hidup imago rata-rata 6,1 ± 2,1 hari.


(5)

ABSTRAK

BIOLOGI HAMA HEORTIA SP. ( LEPIDOPTERA: CRAMBIDAE ) PADA

TANAMAN MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA)

DI LABORATORIUM

Oleh Tria Agustina

Penelitian yang bertujuan mempelajari beberapa karakter biologi pemakan daun

tanaman 'mahkota dewa' Heortia sp. ini telah dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan Juni 2011 di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ngengat serangga ini meletakkan telur dalam kelompok-kelompok pada permukaan bawah daun yang tersusun menyerupai sisik ikan. Telur berukuran 0,3-0,5 mm, berwarna kuning kehijauan, berbentuk pipih sedikit cembung pada bagian tengahnya. Ulat instar pertama berwarna kuning muda berukuran 1,0 mm, sedangkan pada pertumbuhan maksimum (instar IV) ulat berukuran 20,8 mm berwarna hijau kekuningan dengan noktah-noktah hitam yang rapat

membentuk garis membujur pada kedua sisi tubuhnya, sedangkan kepalanya berwarna coklat. Ulat hidup bergerombol dan sering berlindung di dalam jalinan daun yang dibuat dengan sutera perekat dari kelenjar yang berasal dari mulutnya. Serangan oleh larva instar awal umumnya menyebabkan daun tinggal tulang-tulangnya, sedangkan serangan ulat instar akhir menyebabkan daun tanaman mahkota dewa menjadi gundul. Larva instar V merupakan fase pra-pupa memiliki perilaku tidak makan dan akan turun ke tanah dengan benang suteranya untuk membentuk pupa yang terbungkus kokon dari serasah. Pupanya tipe obtekta berukuran 12,0 mm, berwarna coklat gelap. Fase dewasa dari serangga ini berupa ngengat dengan rentang sayap rata-rata 28,3 mm. Sayap depan berwarna putih agak kekuningan dengan pola bercak-bercak dan pita warna hitam, sedangkan sayap belakang berwarna putih dengan pita hitam yang jelas pada bagian pinggiran sayap. Adapun kepala, toraks, dan abdomen ngengat ini berwarna


(6)

ABSTRACT

BIOLOGY OF HEORTIA SP. (LEPIDOPTERA : CRAMBIDAE) ON

PHALERIA MACROCARPA IN LABORATORY

By Tria Agustina

The objective of this study was to identify biological characters of Heortia sp. This research was carried out in Laboratory of Biotechnology at Faculty of Agriculture University of Lampung. The results showed that the moth was laid eggs in cluster under surface of leaf are arranged like fish scales. Each egg is greenish yellow,

dorsoventrally flattened with a slight bulge in the middle and measures 0.3 – 0.5 mm in diameter. The first instar caterpillar is pale yellow and measure 1.0 mm in size, whereas the full grown larvae (fourth instar) is 20.8 mm in size and yellowish green in colour with a broad knobbly black line along each side. Their head is brown. The agile

caterpillars are gregarious in habit and live in shelters of leaves loosely tied together by silken threads, wich later on looks some what like a tent of a caterpillar. The early instars skeletonise the leaf but the later instar completely defoliates. The fifth instar of larvae (pra pupae stage) stop feeding and descend to pupate in the soil and the cocoon is made out of soil litters. The obtect pupae is dark brown and measures 12.0 mm in size. The adult has a wing span of 28.3 mm. The forewing is primrose yellow with bluish black spots and bands. Hind wings is white with bluish black marginal band. The head, thorax, and abdomen of this imago is yellowish.


Dokumen yang terkait

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl.)

11 97 60

Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro)

8 92 64

Daya atibakteri ekstrak etanol buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai bahan medikamen saluran akar secara in vitro.

3 69 76

Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa.Scheff (Boerl)) Terhadap Enterococcus faecalis Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar Secara In Vitro.

2 65 72

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI ISONIAZID

4 40 83

Potensi antioksidan daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)

2 10 28

Biologi Heortia vitessoides Moore (Lepidoptera: Crambidae) pada Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)

0 3 25

EFEKTIVITAS BIOPESTISIDA BIJI MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) DENGAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA Efektivitas Biopestisida Biji Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Dengan Lama Fermentasi Yang Berbeda Untuk Mengendalikan Hama Keong Mas (Pomacea canalicu

0 2 14

EFEKTIVITAS BIOPESTISIDA BIJI MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) DENGAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA Efektivitas Biopestisida Biji Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Dengan Lama Fermentasi Yang Berbeda Untuk Mengendalikan Hama Keong Mas (Pomacea canalicu

0 2 14