2.3 Metode Penyuntingan Teks
Menurut Baried 1983: 67 metode landasan merupakan metode yang diterapkan apabila menurut tafsiran ada satu atau segolongan naskah yang unggul
kualitasnya di bandingkan dengan yang lain diperiksa dari sudut bahasa, kesastraan, sejarah dan lain-lainnya dan oleh karena itu mengandung paling
banyak bacaan yang baik. Maka naskah tersebut dipandang paling baik dan dijadikan landasan atau induk teks untuk edisi. Metode ini disebut juga metode
induk atau legger. Dalam penyajian ini yang akan dijadikan landasan atau induk teks adalah
Babad Onje. Kemudian ’Babad Purbalingga dan Serat Sejarah Rupi Onje’ dipakai sebagai pelengkap jika dirasa menunjang dan bila menemui kesulitan.
Dalam penyajian Babad Onje yang dianggap lebih tua, karena jika dilihat dari sudut bahasa, kesastraan, sejarah, dan lainnya mengandung banyak bacaan yang
baik. Di samping itu juga karena Babad Onje merupakan sebuah naskah yang belum disalin jadi masih asli tulisan tangan, sedangkan Babad Purbalingga dan
Serat Sejarah Rupi Onje sudah dalam keadaan translitersi atau salinan berupa ketikan. Maka dari itu Babad Purbalingga dan Serat Sejarah Rupi Onje hanya
akan digunakan untuk melengkapi.
2.4 Terjemahan Teks
Terjemahan merupakan masalah tersendiri dalam penelitian teks, baik teks klasik maupun teks sastra daerah. Jika tanpa penyajian terjemahan, setidaknya ada
sinopsis atau ikhtisar, yaitu penuturan yang ringkas tetapi merangkum keutuhan
isi. Pada dasarnya terjemahan adalah penggantian bahasa dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain atau pemindahan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.
Pemindahan makna tersebut harus lengkap dan terperinci. Keberhasilan terjemahan amat bergantung pada 1 pemahaman yang sebaik-baiknya terhadap
bahasa sumber, yaitu bahasa yang diterjemahkan; 2 penguasaan yang sempurna terhadap bahasa sasaran, yaitu bahasa yang digunakan untuk menterjemahkan; 3
pengenalan latar belakang penulisan baik tentang diri penulis maupun masyarakat bahasanya.
Maksud dan tujuan terjemahan ini diusahakan seperti teks semula, yaitu menggunakan penggantian kata demi kata apabila mungkin, yang disebut
terjemahan lurus. Kemudian menggunakan terjemahan isi atau makna, yaitu kata- kata yang diungkapkan dalam bahasa sumber diimbangi salinannya dengan kata-
kata bahasa saran yang sepadan. Setelah itu, digunakan pula terjemahan bebas yaitu keseluruhan teks bahasa sumber diganti dengan bahasa saran secara bebas.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang berupa teks naskah Babad Onje milik Bapak Soepeno Adi Warsito anggota DPRD Golkar
Kabupaten Purbalingga, Karesidenan Banyumas Propinsi Jawa Tengah. Sumber data penelitian ini adalah naskah Babad Purbalingga yang terdapat dalam naskah
S.144 koleksi Museum Sanabudaya Yogyakarta dalam ”Kempalan Cariyos Legendaris Banyumasan” kumpulan naskah tersebut ditulis dalam bahasa jawa,
aksara latin, prosa. Berisi 4 buah cerita yang salah satunya adalah Babad Purbalingga. Naskah ini disusun dari sumber lisan dan tertulis, yang disimpan
oleh ahli waris, diteliti, diadakan perbandingan dengan beberapa sumber, kemudian disusun oleh A.M. Kartasudirdja, kepala sekolah SD Verrolg School
di Selanegara, Purbalingga, antara tahun 1939-1941. Alihaksara ini disalin dari karya Kartasudirdja oleh petugas Panti Boedaja di Yogyakarta pada tahun 1941.
Di samping kedua naskah tersebut akan dicantumkan pula naskah ”Serat Sejarah Rupi Onje” milik Baruna, penatus Cipaku, Kecamatan Mrebet, Purbalingga.
Naskah ini berisi tentang teks Serat Sejarah Rupi Onje yang sudah ditransliterasikan oleh Drs. Riboet Darmosoetopo dari jurusan Arkeologi, Fakultas
Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1977.
15