2.2. Karakteristik Stres
Pada tabel dibawah ternyata persoalan kesehatan yaitu sakit pada diri sendiri menempati posisi yang cukup tinggi yang dapat mengakibatkan stress pada
seseorang. Pada penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis termasuk kedalam kesehatan pribadi didalam table life scale, sehingga sering merasa
stress pada diri mereka.
Tabel 2.1. Life Event Scale Peristiwa Kehidupan
Nilai Luka atau sakit diri sendiri
Perkawinan Dipecat dari perusahaan
Rukun kembali Pensiun
Perubahan kesehatan anggota keluarga 53
50 47
45 45
44
Zuyina Lukluk, 2008
2.2.1. Hubungan Penyakit Ginjal Kronik dengan Tension-type Headache
Penyakit ginjal kronik mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan dan rawat jalan dalam jangka waktu yang
lama. Umumnya penderita tidak dapat lagi mengatur dirinya sendiri dan biasanya bergantung kepada para professional kesehatan. Kondisi ini menimbulkan perubahan
atau ketidakseimbangan biopsikososial penderita. Hal ini ditandai oleh gejala- gejala emosi yang ditampilkan seperti kuatir, takut, dan cemas. Penderita penyakit ginjal
kronik memiliki gabungan emotion focused coping dan problem focused coping. Proses hemodialisis termasuk kedalam emotion focused coping dan biaya pengobatan
termasuk kedalam problem focused coping. Hal ini dapat memicu terjadinya tension- type headache TTH Suryadinata, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.3.Penyakit Ginjal Kronik PGK
2.3. 1. Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal Suwitra, 2006. Penyakit ginjal kronik adalah suatu penyakit yang mengakibatkan kehilangan
nefron secara progresif Callaghan, 2007. Penyakit ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat biasanya berlangsung beberapa tahun, sehingga kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam
keadaan asupan makanan normal Wilson, 2006. Jadi, penyakit ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis yang ditandai
penurunan fungsi ginjal yang lambat, irreversibel, serta kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan
makanan normal, sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa dialysis dan transplantasi ginjal.
Tabel 2.2. Kriteria Penyakit Ginjal Kronik PGK 1.
Kerusakan ginjal renal damage yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan structural dan fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi
glomerulus LFG, dengan manifestasi: -
Kelainan patologis dan terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah dan urin, atau kelainan dalam tes pencitraan
imaging test. 2.
Laju filtrasi glomerulus LFG kurang dari 60 mlmenit1,73 m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
NKF KDOQI, 2002
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan National Kidney Foundation Kidney Dialysis Outcomes Quality Initiative KDOQI, yang mana derajat stage
gagal ginjal kronik berdasarkan estimasi GFR glomerular filtration rate. Tabel 2.3. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik PGK
Derajat stage GFR mlmn1,73m2
90 dengan factor resiko ke gagal ginjal kronik 1
≥ 90 dengan kerusakan ginjal persisten proteinuria, abnormal sedimen urin, abnormal darah dan urin, abnormal
dari imaging 2
60-89 GFR ringan 3
30-59 GFR sedang 4
15-29 GFR berat 5
15 gagal ginjal atau dialysis NKF KDOQI, 2002
2.3.2 Patogenesis
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa surviving nephrons,
sebagai upaya kompensasi yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth faktor. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaftasi berupa sklerosis nefron
yang masih tersisa. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi , sklerosis dan
progresifitas tersebut. Beberapa hal juga dianggap berperan terhadap gagal ginjal kronik yaitu albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Suwitra, 2004.
Pada stadium I terjadi penurunan cadangan ginjal, yang disebabkan kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan pasien asimtomatik. Stadium kedua
Universitas Sumatera Utara
perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal, bila lebih dari 75 jaringan yang berfungsi telah rusak GFR biasanya 25 dari normal. Pada tahap ini kadar BUN
baru mulai meningkat diatas batas normal. Stadium ketiga dan stadium akhir gagal ginjal progresif disebut penyakit ginjal stadium akhir ESRD atau uremia. ESRD
terjadi apabila sekitar 90 dari massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron yang masih utuh. Nilai GFR hanya 10 dari keadaan normal, dan bersihan
kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml permenit atau kurang Wilson, 2006.
2.3.3. Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium Urinalisis, PH urin, protein, Hemoglobin, glukosa, ketones, bilirubun, nitrit, dan leukosit esterase. Yang dicari berupa kristal-
kristal, cells, cast, dan organism infection. Pemeriksaan nilai glomerular filtrating rate GFR dengan cara menggunakan rumus Kockcroft-Gault yaitu C = U V P.
dimana C adalah Clearance mlmnt1,73m2, U dan P adalah konsentrasi urine dan plasma mgdl, dan V adalah aliran urin rate mlmenit. Pemeriksaan biokimiawi
darah meliputi hemoglobin, kadar asam urat, kalemia, natremia, kloremia, fosfatemia, kalsemia, asidosis metabolik. Pemeriksaan tambahan seperti radionuclide studies,
ultrasonografi, intravenous urography, CT scan, MRI, arteriography dan venography, renal biopsy dan pemeriksaan histopatologi ginjal Current medical diagnosis, 2011.
2.3.4. Hemodialisis
Hemodialisis adalah Penggantian ginjal modern menggunakan dialisis untuk mengeluarkan zat terlarut yang tidak diinginkan melalui difusi dan hemofiltrasi
untuk mengeluarkan air, yang membawa serta zat terlarut yang tidak diinginkan Callaghan, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Definisi Orang Sehat Normal
Menurut pandang Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization- WHO, batasan sehat adalah” suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan
social secara penuh dan bukan semata- mata berupa tidak adanya penyakit atau keadaan lemah tertentu Baihaqi, 2007.
Pandangan sehat menurut Depkes RI UU No. 23, 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social
yang memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi. Ciri –ciri kesehatan menurut Depkes RI yaitu: kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa
dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan
kesehatan mental jiwa, yang mencakup komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual Depkes 2010.
Ciri- Ciri Sehat menurut Depkes: 1.
Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran. 2.
Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, sedih, dan sebagainya.
3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu diluar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.
4. Kesehatan social terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan
orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, social, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling
toleran dan menghargai. 5.
Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang dewasa produktif,dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang
dapatmenyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan angka kejadian tension-tipe headache pada penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, dengan
orang yang sehat normal. Penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, dan juga menghitung
orang yang sehat normal. Kedua angka tersebut akan dibandingkan dan dilihat, apakah terdapat perbedaan antara kedua kelompok tersebut.
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Hipotesis
3.2.1 Hipotesis : Ada perbedaan angka tension- type headache TTH pada penderita gagal ginjal kronik PGK yang menjalani hemodialisis dengan orang yang sehat
normal. 3.2.2. Pengujian hipotesis tersebut dengan menggunakan uji beda 2 mean T test
independent. Hal ini dilakukan karena pengujian beda rata- rata tersebut menggunakan 2 kelompok data Arlinda, 2007.
Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani
hemodialisis Prevalensi
Orang yang sehat normal Tension Type Headache
Perbedaan angka
Universitas Sumatera Utara