Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
615.8

Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal

Ind

Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

p

Pedoman penyelenggaraan pelaya nan
kese hatan tradisional keterampilan
Jakarta : Kemente rian Kesehatan RI. 2011

IS BN 978-602 9364-94-1
1. Judul
I.

QUALITY HEALTH CARE


II.

TRADITIONAL PRACTITIONERS

III.

PRIMARY HEALTH CARE

IV .

INSTITUTIONAL PERSONNEL LICENSURE

V.

LICENSURE MEDICAL

15.8

SISIPAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
NOMOR HK 01 .01/BI.4/336/2012

PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
KETERAMPILAN

r

-

'-

-

-

-

KEMENTERIAN KESEHATAN RI  

2011  

Ind

[

P

KATA PENGANTAR

Seiring dengan perkembangan yang pesat akan pelayanan kesehatan
tradisional sebagai salah satu upaya kesehatan di Indonesia maka sudah
selayaknya pemerintah menaruh perhatian yang seksama terhadap
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional tersebut.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh
Pemerintah , disisi lain masyarakat diberi kesempatan yang seluas-Iuasnya
untuk mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan
kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya.
Untuk itu Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif dan

Komplementer, melalui proses yang melibatkan lintas program di lingkungan
Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait yang selanjutnya ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak , menerbitkan
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional keterampilan .
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan dalam menyelenggarakan,
mengebangkan , membina dan mengawasi penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tradisional keterampilan .
Diharapkan seluruh aspek dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional di Indonesia dapat terselenggara dengan sebaik-baiknya dan
dapat
dipertanggungjawabkan
manfaat
dan
kemanannya
dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Disadari buku pedoman ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran ,
masukan dan tanggapan sangat kami harapkan demi sempurnanya pedoman
ini


Kepada seluruh pihak yang turut berperan dalam penyusunan pedoman ini,
kami sampaikan penghargaan dan terimakasih atas buah pikiran dan
sumbang saran yang telah diberikan.

Direktur Bina Pelayanan Kesehatan  
Tradisional Alternatif d
Komplementer  

dr. Abidinsyah Siregar, DSHGM, M.Kes  
NIP. 195705251984121 001  

ii

SAMBUTAN
Kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas tersusunnya Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan .
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatakan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya . Untuk mewujudkan hal

tersebut , diselenggarakan berbagai upaya kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh .
Berbagai upaya kesehatan tidak hanya dilaksanakan melalui pelayanan
kesehatan konvensional saja, tetapi dapat pula melalui pelayanan kesehatan
tradisional. Dalam perkembangan pelayanan kesehatan tradisional di
Indonesia saat ini, pelayanan kesehatan tradisional keterampilan telah
banyak diselenggarakan di sejumlah Rumah Sakit, Puskesmas maupun
fasilitas pelayanan kesehatan tradisional di masyarakat.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan merupakan salah satu acuan
untuk
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
tradisional.
Saya
mengharapkan agar pedoman ini dapat digunakan sebaik-baiknya sebagai
acuan dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
tradisional keterampilan.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan pedoman

ini, saya ucapkan terima kasih .

Direktur Jenderal Bina Gizi dan

e

hatan Ibu dan Anak

Yuwono, DTM & H. MARS

iii

DAFTAR lSI
HAL
KATA PENGANTAR
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

iii  

DAFTAR lSI


iv  

TIM PENYUSUN

vii  

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK NOMOR HK 01.01/B1.4/336/2012
TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KESEHATAN TRADISIONAL KETERAMPILAN
BABI

PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
B.  

BAB II

Tujuan

1.

Umum

2.

Khusus

4

C.  

Sasaran

D.  

Ruang Lingkup

E.
F.  


Landasan Hukum

5
5
6

Pengertian

9

TATA LAKSANA PENYELENGGARAAN
A.  

Kelompok dan Jenis Pelayanan

13  

B.  


Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan
dan Pengiriman Klien  

14  

C.  

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional
Keterampilan  

18  

D.  

Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tradisional
Keterampilan  

22  

E.  

Promosi dan Informasi

24  

iv

BAB III

BABIV

TAT A CARA REGISTRASI DAN PERIZINAN
A.

Registrasi dan Perizinan Pengobat Tradisional

25  

B.

Registrasi dan Perizinan Pelaksana Pelayanan
Kesehatan Tradisional Oi Puskesmas, SP3T,  
BKTM/LKTM  

30

C.

Perpanjangan dan Pembaharuan Registrasi dan
Perizinan Pengobat Tradisional  

31

PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan  
A.
B.

BABV

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
A.

Pembinaan  

B.

Pengawasan  
Sanksi  

C.
BABVI

Pelaporan  

32
34

PENUTUP

35
38
38
40

v

LAMPIRAN
1.

Klasifikasi dan Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional

2.

Permohonan Surat Terdaftar Pengo bat Tradisional (STPT)

3.

Biodata Pengobat Tradisional

4.

Permohonan Surat Izin Pengo bat Tradisional (SIPT)

5.

Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT)

6.

Surat Izin Pengo bat Tradisional (SIPT)

7.

Profil Pengobat Tradisional Keterampilan

8.

Data Pengobat Tradisional Menurut Jenis Metodenya

9.

Data Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan

10. Data Kunjungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional
Keterampilan
11 . Rekapitulasi Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Keterampilan
12. Contoh Kartu Klien
13. Form Register Pengo bat Tradisional
14. Contoh Papan Nama Pengo bat Tradisional

vi

TIM PENYUSUN

A. Penanggung Jawab
dr. Abindisyah Siregar, DHSM, MKes

B. Koordinator
dr. Yuniati Situ morang, MKes
C. Kontributor
1.   Ors .Yusuf Muhyidin, MPd  
(Kemdiknas)  
2.   Prof Muchtar Ali (Kemenag)
3.   Rinto Taufik Simbolon (Kembudpar)
4.   drg. Hermanto Setia Hadi, MS
5.   Drs. I Gusti Bagus Sardjana,M .Kes
6.   Or.dr. Aragar Putri, MROM
7.   Ora . Nurlaili Isnaini, Apt, MKM
(Oi!. Bina Produksi dan Oistribusi
Alat Kesehatan)
8.   dr. Hadi Siswoyo (Badan  
Litba ngkes)  
9.   Ora. Yanthi Herqiyantini, M.Kes (Oi!.
Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Prasarana)
10. drg. Debby Oahlan , MM (OiL Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Prasarana)
11. Prawito (Pusat Komunikasi Publik)
12. Marina Sidabutar, S.Sos,   MAB  
(Pusat komunikasi Publik)  
13. Riati Anggriani, SH,MARS ,M.Hum
(Biro Hukum dan Organisasi)
14. dr. Putu Lohita Rahmawati (Biro  
Hukum dan Organisasi)  
15. NS . Riyanto, M.Kes, Sp.Kom (Oit
Bina Pelayanan Keperawatan dan
Keteknisian Medik
16. drg. Wahyu S ( OiL BUK Oasar)
17. Dedi Hermawan, SKM , MKes  
(BPPSOM)  
18. drg. Shally Barina (Hukormas)

19. drg Wahyu S, MPHM  (Oit.
Van kestradkom)
20 . drg . Puthut Tri Prasetyo , MKKK
( OiL Yankestradkom)
21 . dr. Elis Batti , MKM (Oinkes OKI
Jakarta)
22 . Andarias Ginting , SKM ( Oinkes
OKI Jakarta)
23. Rahayu Sukamto (Oinkes
Provinsi Banten)
24 . Evi Apriyani, SKM ( Oinkes
Kota Tangerang)
25. Ora. Itha Fernandes (Oinkes
Kab. Bogor)
26 . dr. Ratnawati, M.KKK (Oinkes
Kota Bekasi)
27. SA Chairany, S.Sos (Oinkes
Kota Bekasi)
28. dr. Hasan Mihardja , Sp.Ak
(SP3T, OKI Jakarta)
29. dr. Adiningsih Sri Lestari,
M.Epid , Sp.Ak
30. dr. Tomi Hardjatno, MARS ,
Sp .Ak (Ketua PAKSI)
31. dr. H. Sukarto , Sp.KP (Ketua
Perchirindo)
32. Meliana H.Solaiman
(Perchirindo)
33 .  A. Fatahillah , SE, MBA (Ketua
ABI)
34 . Sudrajat (ABI)
35. dr. Willie Japaries, MARS
(Ketua IKNI)
36. Siti Maryanah ( AP31)

vii

D. Editor
1. drg . Dyah Ermayatri, DESS
2. Anang Subur, SKM, MPH
3. Tjutju Turaeni, S.Sos, MKM
4. dr. Ina Farhaniah
5. Triyani, SKp
6. Devi Zuarni, SKM
7. Ratih Kusuma Dewi, A.Md

E. Sekretariat
1. Siti Juwariyah , S.Sos
2. Suharto

viii

PERATURAN DIREKTUR JENDERAl BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU
DAN ANAK

NOMOR H K.01.01/BI.4/336/2012

TENTANG

PEDOMAN PENYElENGGARAAN PElAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAl KETERAMPllAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAl BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK,

Menimbang :

a.   bahwa pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
memiliki banyak metode dan sudah berkembang pesat di
masyarakat namun tidak semua pelayan kesehatan
tradisional keterampilan dapat dipertanggungjawabkan
kemanan dan manfaatnya bagi kesehatan;
b.  

bahwa untuk memberikan perlindungan
kepada
masyarakat yang memilih pelayan kesehatan tradisional
keterampilan, maka perlu adanya pengaturan dalam
pelayanan kesehatan tradisional keterampilan;

c.   bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan
Peraturan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan
Mengingat

1.   Undang-undang Nomor 8 tahun
1999 tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);

2.  

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tantang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2005 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4548);

3.  

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);



Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);

5.  

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);

6.  

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang
Penelitian dan pengembangan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1995 Nomor 67,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3609);

7.  

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Penggamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3781);

8.  

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737) ;
9.  

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1182/Menkes/Per/XI/1996
tentang
Pemanfaatan
Akupuntur Oi Sarana Pelayanan Kesehatan;

10.   Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
741/Menkes/PerIVII/2008 tantang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan Oi Kabupaten/Kota.
11.   Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1189/Menkes/PerIVIII/2010
tentang
Produksi
Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;
12.   Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1190/Menkes/PerNIII/2010 tentang Izin Edar Alat
Kesehatan dan Perbekalan kesehatan Rumah Tangga ;
13.   Peraturan
Menteri
1191 IMenkes/PerNIII/201 0
Kesehatan ;

Kesehatan
Nomor
tentang Penyaluran Alat

14.   Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1787IMenkes/Per/XII/201 0 tentang Iklan dan Publikasi
Pelayanan Kesehatan;
15.   Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
0584/Menkes/SKNI/1995
tentang
Sentra
Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional
(Sental P3T);
16.   Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Nomor
1076/Menkes/SKNII/2003
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional;

Indonesia
tentang

17.   Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1277/Menkes/SKN11I/2003 tentang Tenaga Akupunktur;
18.   Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 128/Menkes/SKlII/2004 tentang Kebijakan Oasar
Pusat Kesehatan Masyarakat.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan  

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK TENTANG PEDOMAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL KETERAMPILAN.

Pasal1
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan
bertujuan untuk:
a.   Dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak
bertentangan dengan etika dan norma agama yang berlaku di masyarakat.
b.  Tersedianya acuan dalam
tradisional keterampilan.

penyelenggaraan

pelayanan

kesehatan

c.   Terbinanya penyelenggara pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
d.   Terlindunginya masyarakat pengguna pelayanan kesehatan tradisional
keterampilan.
e.   Terlindunginya
perbendaharaan
keilmuan
kesehatan
tradisional
keterampilan Indonesia untuk dapat dikembangkan di seluruh tanah air
dan luar wilayah Indonesia

Pasal2
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan
digunakan sebagai acuan bagi Lingkungan Kementerian Kesehatan , Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Puskesmas, Instansi Pemerintah
terkait lainnya , penyelenggara pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
dan Asosiasi pengo bat tradisional terkait.

Pasal3
Pedoman Penyelenggaraaan Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan
sebagaimana dimaksud pada pasal 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan
ini.

Pasal4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 Januari 2012
DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI
DAN KESEHATA IBU DAN ANAK,

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA
GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
NOMOR : H K.01.01/BI.4/336/2012
TANGGAL : 27 JANUARI 2012  

TENTANG  

PEDOMAN PENYELENGGARAAN  
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL  
KETERAMPILAN  

BABI
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang

baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Dalam tiga dekade terakhir, berbagai indikator derajat kesehatan
masyarakat di Indonesia menunjukkan adanya perbaikan . Data
tahun 2007 menunjukkan bahwa Umur Harapan Hidup pada
saat lahir meningkat menjadi 70,5 tahun, Angka Kematian Ibu
menurun menjadi 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, Angka
Kematian Neonatal menurun menjadi 20 per 1.000 kelahiran
Hidup, Angka Kematian Bayi menurun menjadi 34 per 1.000
Kelahiran Hidup, serta Angka Kematian Anak Balita menurun
menjadi 44 per 1.000 Kelahiran Hidup (Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia , 2007).
Secara nasional pencapaian pembangunan kesehatan yang
terkait dengan Millenium Development Goals (MDG's) telah
menunjukkan

peningkata,

namun

kesenjangan

pencapaian

indikator kesehatan di berbagai daerah masih ditemukan . Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain distribusi tenaga
kesehatan
pelayanan

yang

belum

kesehatan

merata ,
yang

sulitnya

tersedia ,

akses

terhadap

mahalnya

biaya

pengobatan , kesenjangan sosio ekonomi antar masyarakat, dan
sebagainya.

Sejalan

dengan

peningkatan

dengan

adanya

pemanasan global,

beban

ganda

penyakit,

meningkatnya
masyarakat

berbagai
di

antara
penyakit

samping

penyakit menular

umur harapan

hidup disertai

Indonesia
lain

ditandai

degeneratif

meningkatnya

menghadapi
dengan

di

kalangan

kembali

beberapa

seperti malaria, yang sebelumnya sudah

dapat diturunkan kasusnya.

Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu pilihan
bagi masyarakat ketika menghadapi masalah kesehatan. Hal ini
telah dikenal sejak dahulu dan sampai kini

terus berkembang

sesuai dengan kemajuan teknologi, disertai dengan peningkatan
pemanfaatannya

oleh

masyarakat

sebagai

semangat untuk kembali menggunakan hal-hal

imbas

yang

dari

bersifat

alamiah ('back to nature)
Dalam UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan
bahwa berdasarkan cara pengobatannya pelayanan kesehatan
tradisional

terbagi

menggunakan

menjadi

pelayanan

keterampilan

dan

kesehatan

pelayanan

yang

kesehatan

tradisional yang menggunakan ramuan. Disebut juga bahwa
masyarakat

diberi

kesempatan

yang

seluas-Iuasnya

untuk

mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan
kesehatan tradisional, tetapi di pihak lain Pemerintah membina
dan

mengawasi

pelayanan

kesehatan

tradisional

dengan

didasarkan pada keamanan, kepentingan dan perlindungan
masyarakat.

2

Kementerian

Kesehatan melalui Direktorat Bina Pelayanan

Kesehatan

Tradisional,

melaksanakan

Alternatif

program

dan

pembinaan

Komplementer

terhadap

pelayanan

kesehatan tradisional, baik yang menggunakan ramuan maupun
keterampilan. Hal ini bertujuan agar

pelayanan kesehatan

tradisional dapat diselenggarakan dengan penuh tanggungjawab
terhadap

keamanan

masyarakat

dan

terlindungi

manfaat
ketika

pelayanannya
menggunakan

sehingga
pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Saat ini perkembangan pelayanan kesehatan tradisional di
Indonesia sangat

pesat dengan jenis

pelayanannya

yang

beragam, baik dilihat dari cara, bahan, alat maupun teknologi
yang digunakan.
Berbagai pelayanan kesehatan tradisional yang berkembang di
masyarakat

masih

banyak

dipertanggungjawabkan

keamanan

kesehatan,

pelayanan

termasuk

yang
dan

belum
manfaatnya

kesehatan

dapat
bagi

tradisional

keterampilan.
Pelayanan

kesehatan

tradisional

yang

menggunakan

keterampilan masih dapat dibagi lagi berdasarkan pendekatan
pelayanan yang diberikan, yaitu pelayanan kesehatan tradisional
keterampilan secara manual, pelayanan kesehatan tradisional
keterampilan

yang

menggunakan

pelayanan

kesehatan

alat dan

tradisional

teknologi

keterampilan

serta
yang

menggunakan olah pikiran/mental.

3

Oleh karena itu, dalam upaya memberikan perlindungan kepada
masyarakat baik sebagai penerima pelayanan maupun kepada
pengobat tradisional sebagai pemberi pelayanan, dipandang
perlu adanya pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional

yang

dapat

digunakan

sebagai

acuan

bagi

penyelenggara maupun pembina pelayanaan itu sendiri .
Sehubungan dengan pendekatan pelayanan yang
antara

pelayanan

kesehatan

tradisional

berbeda

ramuan

dan

keterampilan, maka perlu dibuat pedoman yang berbeda untuk
kedua cara pelayanan kesehatan tradisional ini . Pada pedoman
ini yang disusun adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional keterampilan .

B. Tujuan
1.

Umum

Terselenggaranya

pelayanan

kesehatan

tradisional

keterampilan yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat
dan keamanannya , serta tidak bertentangan dengan etika
dan norma agama yang berlaku di masyarakat.

2.

Khusus

a.   Tersedianya acuan dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tradisional keterampilan
b.   Terbinanya

penyelenggara

pelayanan

kesehatan

tradisional keterampilan

4

c.   Terlindunginya

masyarakat

pengguna

pelayanan

kesehatan tradisional keterampilan.
d.   Terlindunginya
tradisional

perbendaharaan

keterampilan

keilmuan

Indonesia

kesehatan

untuk

dapat

dikembangkan di seluruh tanah air dan luar wilayah
Indonesia

C. Sasaran
Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi para pihak terkait,
yaitu :
1.   Kementerian Kesehatan RI
2.   Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
3.   Puskesmas
4.   Instansi Pemerintah terkait lainnya
5.   Penyelenggara pelayananan kesehatan tradisional  
keterampilan  
6.   Asosiasi pengo bat tradisional terkait

D.   Ruang Lingkup
Ruang

lingkup

pedoman

penyelenggaraan

pelayanan

kesehatan tradisional keterampilan ini , meliputi :
1.   Pelayanan
manual,

kesehatan

tradisional

pelayanan

kesehatan

keterampilan

secara

tradisional

yang

menggunakan alat dan teknologi serta pelayanan kesehatan
tradisional

keterampilan

yang

menggunakan

olah

pikiran/mental

5

2.   Pelayanan

kesehatan

tradisional

keterampilan

yang

diselenggarakan oleh masyarakat baik secara perorangan
maupun berkelompok
3.   Pelayanan

kesehatan

tradisional

keterampilan

yang

diselenggarakan di Rumah Sakit, Puskesmas, Sentra P3T,
BKTM/LKTM.

E.

Landasan Hukum

1.   Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 42, Tambahan

Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3821);
2.   Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor

125,

Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir
kali dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4548);
3.   Undang-Undang

Nomor

33

Tahun

2004

Tentang

Perimbangan Keuangan Tentang Perimbangan Keuangan
Antara

Pemerintah

Pusat

dan

Pemerintah

Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
126,

Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Nomor 4438);

6

4.   Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor

112,

Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Nomor 5038);
5.   Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144,

Tambahan

Lembaran

Negara Republik

Indonesia

Nomor 5063) ;
6.   Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
Penelitian
Negara

dan

pengembangan

Republik

Indonesia

1995 Tentang

Kesehatan

Tahun

1995

(Lembaran
Nomor

67,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3609);
7.   Peraturan

Pemerintah

Pengamanan

Nomor 72 Tahun

Sediaan

Farmasi

dan

1998 tentang

Alat

Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor
138, Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Nomor 3781);
8.   Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang
Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah Pusat,
Pemerintah

Daerah

Kabupaten/Kota

Provinsi ,

(Lembaran

Tahun 2007 Nomor 82,

Negara

Tambahan

Dan
Republik

Pemerintah
Indonesia

Lembaran

Negara

Republik Indonesia Nomor 4737);
9.   Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1182/Menkes/Per/XI/1996 Tentang pemanfaatan Akupuntur
Di Sarana Pelayanan Kesehatan;

7

10. Peraturan   Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
741/Menkes/PerNII/2008

tentang

Standar

Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan Oi Kabupaten/Kota;
11. Peraturan  

Menteri

Nomor

Kesehatan

1189/Menkes/PerNIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;
12. Peraturan  

Menteri

1190/Menkes/PerNIII/2010

Kesehatan
tentang

Izin

Nomor
Edar

Alat

Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;
13. Peraturan  

Menteri

1191 IMenkes/PerNII1I201 0

Nomor

Kesehatan
tentang

Penyaluran

Alat

Kesehatan ;
14. Peraturan  

Menteri

1787/Menkes/Per/XII/2010

Nomor

Kesehatan
tentang

Iklan

dan

Publikasi

Pelayanan Kesehatan;
15. Keputusan   Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
0584/Menkes/SKNI/1995 tentang Sentra Pengembangan
dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra P3T);
16. Keputusan   Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1076/Menkes/SKNII/2003

tentang

Penyelenggaraan

Pengobatan Tradisional;
17. Keputusan   Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1227/Menkes/SKNIII/2003 tentang Tenaga Akupunktur;
18. Keputusan  Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/SK/1I1 2004 tentang Kebijakan Oasar Pusat
Kesehatan Masyarakat;

8

F. Pengertian
1.   Pelayanan

kesehatan

tradisional

adalah

pengobatan

dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu
pada pengalaman dan keterampilan turun menurun secara
empiris,

dapat

dipertanggungjawabkan

dan

diterapkan

sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
2.   Pengobat

tradisional

(Battra)

adalah

seseorang

yang

melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang ilmunya
diperoleh melalui pengalaman turun temurun dan atau
pendidikan non formal.
3.   Praktik mandiri pengobat tradisional keterampilan adalah
fasilitas

yang

pelayanan

digunakan

kesehatan

untuk

menyelenggarakan

tradisional

keterampilan

dan

dilakukan oleh pengobat tradisional secara perorangan.
4.   Griya

Sehat

adalah

fasilitas

yang

digunakan

untuk

menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang
dilakukan oleh pengobat tradisional 2 (dua) orang atau lebih,
baik yang metodenya sejenis maupun berbeda jenis.
5.   Uji kompetensi adalah proses penilaian kemampuan kerja
setiap

individu

yang

mencakup

aspek

pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
6.   Pengo bat tradisional lulusan luar negeri adalah Warga
Negara Indonesia yang telah mengikuti pendidikan dan atau
pelatihan di luar negeri, memiliki sertifikat tentang pelayanan
kesehatan

tradisional

dan

bekerja di

Indonesia sesuai

dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

9

7.   Pengo bat tradisional asing adalah pengobat tradisional
Warga Negara Asing yang memiliki visa tinggal terbatas atau
izin tinggal terbatas atau izin tinggal tetap untuk maksud
bekerja di wilayah Republik Indonesia serta telah memiliki
rekomendasi

dari

Kementerian

Kesehatan

untuk

mendapatkan izin kerja dari Kementerian Tenaga Kerja dan
T ransmigrasi.
8.   Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau

keterampilan

kesehatan

yang

melalui

untuk

pendidikan

jenis

tertentu

di

bidang

memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
9.   Surat Terdaftar Pengo bat Tradisional
tertulis

yang

diberikan

Kabupaten/Kota

kepada

(STPT) adalah bukti

oleh

Dinas

pengobat

Kesehatan

tradisional

yang

mendaftar ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tersebut
dan memenuhi syarat sesuai ketentuan
10. Surat Izin Pengobat Tradisional   (SIPT) adalah bukti tertulis
yang

diberikan

kepada

oleh

pengo bat

Dinas

Kesehatan

tradisional

yang

Kabupaten/Kota

metodenya

telah

ditetapkan aman dan bermanfaat oleh Menteri Kesehatan
serta pengobat tradisional memiliki sertifikat pendidikan dan
uji kompetensi
11 . Sentra

Pengembangan

Tradisional

(Sentra

P3T)

dan

Penerapan

adalah

suatu

Pengobatan
wadah

pengkajian/penelitian/pengujian , pendidikan-pelatihan

untuk
dan

pelayanan kesehatan tradisional sebelum diterapkan secara

10

luas di masyarakat atau diintegrasikan ke dalam jaringan
pelayanan kesehatan.
12. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) adalah Unit
Pelaksana
Kementerian

Teknis

setingkat

Kesehatan

eselon

yang

3

bertugas

di

lingkungan

melaksanakan

pemantauan dan evaluasi pelayanan kesehatan tradisional.
13. Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM) adalah Unit
Pelaksana
Kementerian

Teknis

setingkat

Kesehatan

eselon

yang

4

bertugas

di

lingkungan

melaksanakan

pemantauan dan evaluasi pelayanan kesehatan tradisional.
14. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja tertentu
15. Asosiasi  Pengobat Tradisional adalah himpunan pengobat
tradisional

yang

metode pengobatannya sejenis dan

melakukan

pembinaan

serta

pengawasan

terhadap

anggotanya.
16. Alat Kesehatan   adalah bahan, instrumen, aparatus, mesin,
implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan
pad a

manusia

dan/atau

membentuk

struktur

dan

memperbaiki fungsi tubuh
17. Pemerintah   Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah
adalah

Presiden

Republik

Indonesia

yang

memegang

kekuasaan Pemerintahan Negara Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
11

18. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota
dan

perangkat

daerah

sebagai

unsur

penyelenggara

pemerintah daerah .
19. Menteri adalah menteri yang   lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang kesehatan.

12

BAB II
TATA LAKSANA PENYELENGGARAAN

A. Kelompok dan Jenis

Pelayanan Kesehatan Tradisional

Keterampilan

1.   Kelompok pelayanan
Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan yang ada di
masyarakat dapat dikelompokkan menjadi:
a.   Kelompok 1 :
Pelayanan Kesehatan tradisional keterampilan manual
b.

Kelompok 2 :
Pelayanan

Kesehatan

tradisional

keterampilan

menggunakan alat dan teknologi
c.

Kelompok 3 :
Pelayanan

Kesehatan

tradisional

keterampilan

menggunakan olah pikiranl mental

2.   Jenis pelayanan
Pelayanan

kesehatan

tradisional

keterampilan

dapat

diidentifikasi jenis-jenisnya sebagai berikut :
a.   Jenis pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
manual, antara lain:
pijat urut, akupresur, pijat patah tulang, pijat refleksi,
pijat shiatsu, pijat tuina dan metode sejenis lainnya

13

b.   Jenis pelayanan

kesehatan

tradisional

keterampilan

menggunakan alat dan teknologi, antara lain khiropraksi,
bekam, akupunktur, dan metode sejenis lainnya
c.   Jenis pelayanan

kesehatan

tradisional

keterampilan

menggunakan olah pikiranimental, antara lain : husada
tenaga dalam, husada reiki, qigong (chikung), yoga,
hipnoterapi ,

meditasi ,

kebatinan,

paranormal

dan

Keterampilan

dan

metode sejenis lainnya

B.

Pelayanan

Kesehatan

Tradisional

Pengiriman Klien

1.   Pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
a.   Pelayanan

kesehatan

tradisional

oleh

pengo bat

tradisional
1)

Pelayanan

kesehatan

tradisional

keterampilan

hanya dapat dilakukan apabila secara empiris dapat
dipertanggungjawabkan

dan

diterapkan

sesuai

dengan norma yang berlaku di masyarakat.
2)   Pelayanan

kesehatan

tradisional

keterampilan

diberikan oleh pengobat tradisional yang memiliki
kompetensi yang sesuai dengan pelayanan yang
diberikan.
3)   Pelayanan

kesehatan

tradisional

keterampilan

dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan .
4)

Pelayanan kesehatan tradisional keterampilan di
Praktik Mandiri dan Griya Sehat dilakukan oleh

14

tenaga pengobat tradisional yang telah memiliki
STPT atau SIPT.
5)   Informasi

pelayanan

kesehatan

tradisional

keterampilan harus diberikan secara benar, jelas
dan tepat kepada klien tentang tindakan pelayanan
yang dilakukan. Informasi yang dimaksud, diberikan
secara lisan sekurang-kurangnya mencakup tata
cara

tindakan,

tujuan

keuntungan , resiko

dilakukannya

dan

kerugian

dari

tindakan,
tindakan

pelayanan kesehatan tradisional keterampilan yang
dilakukan serta perkiraan biaya. Tindakan pelayanan
kesehatan

tradisional

keterampilan

yang

akan

dilakukan kepada klien harus mendapat persetujuan
klien dan atau keluarganya.
b.   Pelayanan

Kesehatan

Tradisional

pad a

Fasilitas

Pelayanan Kesehatan  
1) Puskesmas  
a)   Pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
yang

dilaksanakan

di

Puskesmas

adalah

pelayanan yang metodenya telah ditetapkan
aman dan bermanfaat bagi kesehatan

oleh

Menteri Kesehatan.
b)   Pelayanan kesehatan tradisional keterampilan di
Puskesmas

dilaksanakan

oleh

tenaga

kesehatan lulusan pendidikan terstruktur dalam
bidang

kesehatan

tradisional

atau

tenaga

15

kesehatan

yang

memiliki

sertifikat

yang

diakreditasi oleh Badan PPSDM Kesehatan atau
Organisasi

profesi

berdasarkan
tentang

sesuai

peraturan

pelayanan

keterampilan

yang

ditetapkan

perundang-undangan
kesehatan

tertentu

yang

tradisional
diakui

oleh

Pemerintah.

2)  Sentra P3T
a)   Pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
yang

secara

empiris

diyakini

aman

dan

bermanfaat, dapat diselenggarakan di Sentra
P3T

dalam

rangka

penapisan

melalui

pengkajian, penelitian dan pengujian terhadap
metode, obat, dan alat yang digunakan atau
untuk

pengembangan

kesehatan

tradisional

model
yang

pelayanan
aman

dan

bermanfaat.
b)   Pelayanan kesehatan tradisional keterampilan di
Sentra P3T dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
lulusan

pendidikan

terstruktur dalam

bidang

kesehatan tradisional atau tenaga kesehatan
yang memiliki sertifikat yang diakreditasi oleh
Badan

PPSDM

profesi sesuai
peraturan

Kesehatan
yang

atau

Organisasi

ditetapkan

berdasarkan

perundang-undangan

tentang

pelayanan kesehatan tradisional keterampilan

16

tertentu yang diakui oleh Pemerintah. Dalam hal
Sentra

P3T

bekerjasama

dengan

pengobat

tradisional dalam rangka pengkajian, penelitian
dan pengujian pelayanan kesehatan tradisional
keterampilan

maka

pengobat

tradisional

tersebut harus memiliki STPT atau SIPT.

3)   Pelayanan kesehatan tradisional keterampilan di
BKTM dan LKTM
a)   Pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
yang metodenya telah ditetapkan aman dan
bermanfaat

oleh

Menteri

Kesehatan,

diselenggarakan sebagai model pelayanan di
BKTM/LKTM
b)   Pelayanan kesehatan tradisional keterampilan di
BKTM/LKTM

dilaksanakan

oleh

tenaga

kesehatan lulusan pendidikan terstruktur dalam
bidang

kesehatan

kesehatan

yang

tradisional
memiliki

atau
sertifikat

tenaga
yang

diakreditasi oleh Badan PPSDM Kesehatan atau
Organisasi

profesi

berdasarkan
tentang

sesuai

peraturan

pelayanan

keterampilan

tertentu

yang

ditetapkan

perundang-undangan
kesehatan
yang

tradisional
diakui

oleh

Pemerintah.

17

2.   Pengiriman klien
Apabila pengo bat tradisional mendapatkan keluhan dari
klien

yang

tidak

sesuai

dengan

kewenangan

dan

kompetensinya, klien harus segera dikirim ke Puskesmas
atau Rumah Sakit terdekat.

c.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan

Pelayanan kesehatan tradisional keterampilan diselenggarakan
oleh Pemerintah melalui fasilitas pelayanan kesehatan meliputi
Puskesmas, Rumah Sakit, Sentra P3T, maupun BKTM/LKTM.
Fasilitas

pelayanan

Puskesmas,

Rumah

kesehatan
Sa kit,

tradisional

Sentra

P3T

keterampilan
dan

di

BKTM/LKTM

mengacu pada pedoman yang berlaku.

Pelayanan

kesehatan

diselenggarakan

oleh

tradisional
masyarakat

keterampilan

meliputi

Praktik

yang
Mandiri

Pengobat Tradisional dan Griya Sehat.

Fasilitas Praktik Mandiri Pengobat Tradisional dan Griya Sehat,
terdiri dari :
1.   Sarana
Sarana

pelayanan

kesehatan

tradisional

adalah tempat menyelenggarakan

keterampilan

pelayanan kesehatan

tradisional keterampilan.
a.   Ruangan
Kebutuhan ruang untuk pelayanan kesehatan tradisional
keterampilan, antara lain :
1)

Ruang pelayanan
18

Ruang pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan
jenis pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
yang diberikan. Ukuran ruang pelayanan minimal 2

X2,5 M
2)   Ruang penunjang
Selain ruang untuk digunakan dalam pelayanan,
dibutuhkan juga ruang penunjang, di antaranya;
ruang tunggu, toilet!

we

yang terpisah dari ruang

pelayanan dan sarana euei tang an.

Luas ruangan

disesuaikan dengan kebutuhan.
3)   Ruang administrasi
Ruang ini digunakan sebagai tempat pendaftaran
dan penyimpanan data klien.

Semua ruang harus memenuhi persyaratan hygiene dan
sanitasi serta mempunyai

ventilasi

dan peneahayaan

yang eukup.

b.   Papan Nama
Papan nama pengo bat tradisional keterampilan dibuat
dengan warna dasar putih dan tulisan berwarna hijau
bagi

pengobat

tradisional

yang

memiliki

STPT

sedangkan bagi pengo bat tradisional yang memiliki
SIPT, papan nama dibuat dengan warna dasar hijau
dan

tulisan

putih,

meneantumkan

nama

pengo bat

tradisional, waktu pelayanan, nomor STPT/SIPT serta
nama dan nomor anggota asosiasi pengobat tradisional
yang menaunginya . Ukuran papan 80 em x 60 em

19

(contoh gambar terlampir), tulisan huruf latin (balok)
dengan menggunakan bahasa Indonesia.

2.   Prasarana
Penanganan dan penampungan limbah
a.   Sampah/limbah
pelayanan

padat

segera

yang

berhubungan

dimusnahkan.

Tempat

dengan
sampah

tersedia di ruang pelayanan maupun ruang tunggu .
Sampah ditampung dalam tempat sampah yang terbuat
dari bahan yang kuat, ringan , tahan karat, dan kedap air
serta dilapisi kantong plastik . Pengelolaan sampah
sesuai dengan peraturan yang berlaku di masing-masing
wilayah.
b .   Limbah benda tajam dan limbah padat infeksius yang
telah digunakan

dalam pelayanan , seperti jarum pad a

pelayanan akupunktur, ditampung dalam wadah anti
bocor, anti tusuk dan kuat seperti botol atau karton yang
aman dan kemudian dimusnahkan dengan insenerator.
Pemusnahan dapat dilakukan

bekerjasama

dengan

fasilitas pelayanan kesehatan atau sarana pengolah
limbah terdekat yang memiliki insenerator.
c.   Limbah cair
Pembuangan
pembuangan

limbah
limbah

cair
tertutup,

menggunakan
kedap

air,

saluran
mengalir

dengan lancar dan terpisah dengan saluran hujan.

20

3.   Bahan
Pada jenis pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
tertentu diperlukan adanya bahan penunjang , di antaranya
alkohol 70 %, minyak urut dan/atau bahan habis pakai
lainnya. Bahan tersebut harus aman digunakan dan tidak
kadaluarsa.
Pengobat

tradisional

dilarang

memberikan

menggunakan obat modern, obat keras,

dan

atau

narkotika dan

psikotropika serta bahan yang dilarang sesuai peraturan
yang berlaku .
4.   Perala tan
Dalam

memberikan

pelayanan

kesehatan

tradisional

keterampilan diperlukan adanya peralatan baik yang sifatnya
peralatan umum maupun peralatan teknis.
a.   Peralatan umum
Yang   dimaksud

peralatan

umum

meliputi

peralatan

administrasi, meja , kursi, tempat tidur dan lain-lain.
b.   Peralatan teknis
1)   Peralatan teknis yang digunakan dalam pelayanan
kesehatan tradisional keterampilan bergantung pada
jenis pelayanan yang diberikan .
2)   Peralatan

yang

digunakan

harus

memenuhi

persyaratan hygiene, sanitasi, aman bagi kesehatan
serta

sesuai

dengan

sertifikat

pendidikan

dan

kewenangan yang dimiliki pengo bat tradisional. Alat
yang termasuk dalam kategori alat kesehatan harus

21

memiliki

nomor

registrasi

sesuai

peraturan

perundang-undangan .
3)   Alat perlindungan diri diperlukan pada pelayanan
kesehatan

tradisional

tertentu,

misalnya

penggunaan sarung tangan dan atau masker pada
pelayanan

yang bersentuhan dengan cairan tubuh

klien .

D. Pelaksana

Pelayanan

Kesehatan

Tradisional

Keterampilan

1.   Pelaksana pelayanan kesehatan tradisional  
keterampilan terdiri dari :  
a.   Tenaga kesehatan lulusan pendidikan terstruktur
dalam bidang kesehatan tradisional.
b .   Tenaga kesehatan yang memiliki sertifikat yang
diakreditasi oleh Badan PPSDM Kesehatan atau
organisasi

profesi

berdasarkan
tentang

sesuai

ditetapkan

perundang-undangan

peraturan

pelayanan

yang

kesehatan

tradisional

keterampilan tertentu yang diakui oleh Pemerintah.

c.   Pengobat tradisional keterampilan yang ilmunya
diperoleh

secara

turun

temurun

atau

melalui

pendidikan non formal dibuktikan dengan sertifikat
pendidikan

dari

lembaga

pendidikan

yang

terakreditasi atau asosiasi pengobat tradisional yang
ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan.
2.   Peningkatan keterampilan dan pengetahuan pelaksana
pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
22

a.

Pelaksana pelayanan kesehatan tradisional perlu
meningkatkan

keterampilan dan pengetahuannya,

baik melalui kursus, pelatihan ,

seminar, dan lain-

lain .
b.

Pelatihan

kepada

pengobat

tradisional

diselenggarakan oleh asosiasi pengobat tradisional
yang

sejenis yang

ditetapkan sesuai

perundang-undangan

atau

yang

Sertifikat

terakreditasi.

lembaga

peraturan
pendidikan

pendidikan

dan

pelatihan diterbitkan oleh penyelenggara pelatihan
dan atau oleh asosiasi terkait yang ditetapkan
sesuai peraturan perundang-undangan.
c.

Pelatihan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan,

sertifikat

diakreditasi

di

pelatihan

Badan

diterbitkan

Pengembangan

Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

dan
dan

Kesehatan

(BPPSDM) Kementerian Kesehatan atau Organisasi
profesi sejenis yang ditetapkan sesuai peraturan
perundang-undangan.
d.

Bagi

pengo bat

tradisional

yang

ilmunya

turun

temurun dan tidak memiliki pendidikan formal atau
non

formal

tradisional

di

bidang

diwajibkan

pelayanan

mengikuti

kesehatan

pelatihan

yang

diselenggarakan oleh asosiasi pengobat tradisional
yang

ditetapkan

undangan

atau

sesuai
lembaga

peraturan

perundang-

pendidikan

yang

terakreditasi.

23

E.

Promosi dan Informasi
Dalam

penyampaian

informasi ,

beberapa

hal

yang

diperbolehkan, antara lain :
1.   Penggunaan gelar pendidikan harus sesuai dengan
bidang pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
yang dimiliki dan telah diakui oleh Pemerintah.
2.   Informasi yang disampaikan tentang manfaat pelayanan
kesehatan tradisional keterampilan sesuai apa adanya ,
tidak berlebihan atau menyesatkan
3.   Pemasangan papan nama sesuai dengan aturan yang
berlaku .

Pelayanan

kesehatan

tradisional

keterampilan

yang

metode, bahan , alat , dan atau teknologi pelayanannya
belum dinyatakan

aman dan bermanfaat

oleh Menteri

Kesehatan dilarang untuk dipromosikan dan diinformasikan
melalui media. Pengawasan terhadap promosi dan informasi
pelayanan kesehatan tradisional keterampilan dilaksanakan
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku .

24

BAB III
TATA CARA REGISTRASI DAN PERIZINAN

A.

Registrasi dan Perizinan Pengobat Tradisional

Pengobat tradisional yang akan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional keterampilan wajib melakukan registrasi
sebagai
setempat.

pengobat

tradisional

Pengobat

ke

tradisional

Dinas

yang

Kabupaten/Kota

metodenya

belum

dinyatakan aman dan bermanfaat oleh Menteri Kesehatan dan
memenuhi

syarat sesuai

ketentuan

dapat diberikan

Surat

Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) . Sedangkan pengobat
tradisional yang metodenya telah dinyatakan terbukti aman dan
bermanfaat oleh Menteri Kesehatan serta memiliki sertifikat
pendidikan dari lembaga pendidikan yang terakreditasi dan lulus
uji kompetensi dari lembaga sertifikasi kompetensi yang dibentuk
oleh asosiasi

pengobat tradisional

yang ditetapkan sesuai

peraturan

perundang-undangan , dapat

Pengobat

Tradisional

(SIPT).

Pada

diberikan
saat

ini ,

Surat

Ijin

pelayanan

kesehatan tradisional yang sudah diakui aman dan bermanfaat
adalah akupunktur.

Pengo bat tradisional

keterampilan

yang

melakukan

praktik

mandiri, izin sarana melekat pad a STPT/SIPT yang dimilikinya.
Pad a pelayanan kesehatan tradisional yang dilaksanakan di
Griya Sehat, maka setiap pengo bat tradisional yang memberikan
pelayanan

kesehatan sesuai keahlian dan kewenangannya

harus memiliki STPT/SIPT di tempat terse but.

25

Registrasi dan perizinan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional

keterampilan

dikeluarkan

oleh

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan tata eara permohonan sebagai berikut :
1 Permohonan Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT)
permohonan STPT sebagai berikut :

Kelengkapan dokumen

a.   Biodata pengo bat tradisional.
b.   Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih
berlaku
e,

Surat

keterangan

Kepala

Desa/Lurah

di

tempat

melakukan pekerjaan sebagai pengo bat tradisional.
d,

Rekomendasi

dari

asosiasi/organisasi

pengobat

tradisional yang sesuai
e,   Fotokopi

sertitikat/ijazah

pengobat

tradisional

yang

dimiliki dengan menunjukkan dokumen asli

f.  

Surat keterangan dari Puskesmas setempat mengenai
kebenaran

yang

bersangkutan

akan

melakukan

pelayanan kesehatan tradisional di wilayah kerjanya
g.   Surat keterangan sehat dari dokter
h.   Pas toto terbaru ukuran 4 x 6 em sebanyak 2 (dua)
lembar
i,  

Peta lokasi dan denah ruangan yang digunakan untuk
pelayanan

2,

Permohonan Surat Ijin Pengobat Tradisional (SIPT)
Kelengkapan dokumen permohonan SIPT sebagai berikut :
a.

Biodata pengobat tradisional

b.

Fotokopi KTP yang masih berlaku

26

e.  

Surat

Keterangan

Kepala

Desa/Lurah

di

tempat

melakukan pekerjaan sebagai pengobat tradisional
d.  

Rekomendasi

dari

asosiasi/organisasi

pengobat

tradisional yang sesuai
e.  

Fotokopi sertifikatlijazah pengobat tradisional yang
dimiliki dengan menunjukkan dokumen asli

f.  

Sertifikat uji kompetensi dari

lembaga sertifikasi

kompetensi yang dibentuk oleh asosiasi pengobat
tradisional

yang

ditetapkan

sesuai

peraturan

perundang-undangan
g.  

Surat keterangan dari Puskesmas setempat mengenai
kebenaran

yang

bersangkutan

akan

melakukan

pelayanan kesehatan tradisional
h.  

Surat keterangan sehat dari dokter

i.  

Pas foto ukuran 4 x 6 em sebanyak 2 (dua) lembar

j.  

Peta lokasi dan denah ruangan yang digunakan untuk
pelayanan

3.   Permohonan

STPT/SIPT

Pengobat

tradisional

(Battra)

Warga Negara Indonesia (WNI) Lulusan Luar Negeri
Bagi pengobat tradisional keterampilan WNI lulusan luar
negeri,

untuk

persyaratan
dilengkapi

memperoleh

dokumen
dengan

Provinsi,

fotokopi

dokumen

harus

sama

STPT/SIPT,
dengan

rekomendasi
sertifikatlijazah
telah

dilegalisir

dari

ketentuan

terse but
Dinas

sebagai
oleh

di

atas,

Kesehatan
kelengkapan

lembaga

yang

menerbitkan sertifikat/ijazah tersebut dan diterjemahkan oleh
penerjemah tersumpah ke dalam bahasa Indonesia.

27

Pengo bat

tradisional

terse but

harus

menjadi

anggota

asosiasi pengobat tradisional yang metodenya

sejenis ,

selanjutnya asosiasi menyelenggarakan proses adaptasi
dan memberikan rekomendasi . Dalam penyelenggarakan
proses

adaptasi,

pengobat

tradisional

memperhatikan

standar yang berlaku di asosiasi, peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia, kompetensi , budaya
dan etika.

4 .   Permohonan Perizinan Pengo bat Tradisional Asing
Pengo bat

tradisional

keterampilan

asing

hanya

dapat

bekerja sebagai konsultan dalam rangka alih teknologi
kepada pengobat tradisional Indonesia. Penyelenggaraan
perizinan pengobat tradisional asing diatur dengan pedoman
pendayagunaan pengobat tradisional asing .

Apabila di tingkat Kabupaten/Kota belum mempunyai asosiasi
pengobat

tradisional

yang

terkait,

maka

pemohon

wajib

memperoleh rekomendasi dari asosiasi pengobat tradisional
sejenis di Provinsi atau di tingkat Pusat.

STPT/SIPT bagi seorang pengobat tradisional diberikan paling
banyak

untuk

3

(tiga)

tempat

pelayanan

dalam

1(satu)

kabupaten/kota. SIPT berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun ,
sedangkan STPT berlaku hanya untuk jangka waktu 2 (dua)
tahun

dan tempat pelayanan

masih

sesuai

dengan

yang

tercantum dalam STPT/SIPT.

28

Apabila proses registrasi dan perizinan pengobat tradisional
dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis di Daerah/Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu, harus ada rekomendasi dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

Pengajuan permohonan izin Griya Sehat harus melampirkan
persyaratan sebagai berikut :
a.

Surat

rekomendasi

dari

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat;
b.

Salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk
kepemilikan perorangan;

c.

Identitas lengkap pemohon;

d.

Surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah
daerah setempat;

e.

Bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin
penggunaan bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan
bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal 5 (lima)
tahun

bagi

yang

menyewa

bangunan

untuk

penyelenggaraan kegiatan;
f.

Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL);

g.

Profil Griya Sehat yang akan didirikan meliputi struktur
organisasi kepengurusan, daftar tenaga meliputi jumlah
dan jenisnya, sarana dan prasarana, peralatan serta
jenis pelayanan yang diberikan;

h.

Persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

29

Pimpinan Griya Sehat merupakan pengobat tradisional yang
telah memiliki STPT/SIPT dan merupakan penanggung jawab
Griya Sehat dan merangkap sebagai pengobat tradisionai.
B.   Registrasi Dan Perizinan Pelaksana Pelayanan kesehatan
Tradisional di Puskesmas, Sentra P3T, BKTM ILKTM
Pelaksana pelayanan kesehatan keterampilan di Rumah Sakit,
Puskesmas, Sentra P3T dan BKTM/LKTM
kesehatan

yang

sudah

mendapat

adalah tenaga

pelatihan

dan

memiliki

sertifikat tentang pelayanan kesehatan tradisional keterampilan
tertentu

yang

diakreditasi

oleh

BPPSDM

Kementerian

Kesehatan atau Organisasi profesi sejenis yang ditetapkan
sesuai

peraturan

perundang-undangan

dan/atau

tenaga

kesehatan yang memiliki pendidikan secara terstruktur dalam
bidang kesehatan tradisionai.
Tata cara

registrasi

dan

perizinan

pelayanan

kesehatan

tradisional oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit, Puskesmas,
Sentra P3T dan BKTM/LKTM ditentukan berdasarkan tata cara
perizinan tenaga kesehatan pelayanan kesehatan tradisional di
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai peraturan dan perundang undangan yang berlaku.
Dalam hal Sentra P3T bekerjasama dengan pengobat tradisional
dalam rangka pengkajian, penelitian dan pengujian pelayanan
kesehatan tradisional keterampilan maka pengobat tradisional
tersebut harus memiliki STPT atau SIPT

30

C. Perpanjangan,

Pembaharuan

Registrasi

dan

Perizinan

Pengobat Tradisional
1,

Perpanjangan STPT/SIPT:
a.

SIPT

berlaku

untuk

masa

waktu

3

(tiga)

tahun ,

sedangkan STPT berlaku untuk masa waktu 2 (dua)
tahun
b.   Persyaratan perpanjangan STPT/SIPT, sama dengan
pengajuan STPT/SIPT bam
c,   Permohonan perpanjangan

STPT/SIPT dilakukan 3

(tiga) bulan sebelum habis masa berlaku STPT/SIPT
2.   STPT/SIPT dinyatakan tidak berlaku lagi apabila :
a,

Habis masa berlakunya

b.   Tempat pelayanan tidak sesuai dengan alamat yang
tercantum dalam STPT/SIPT

c.

Pengobat tradisional meninggal dunia

d.   Dicabut karena adanya sanksi

31

BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A.

Pencatatan

1.   Pencatatan yang diperlukan pad a Praktik Mandiri dan
Griya Sehat meliputi:
a.   Pencatatan klien
1) Pencatatan klien menjelaskan informasi
tentang :
a) Identitas klien (nama , umur, jenis kelamin ,
alamat)
b) Kunjungan baru dan kunjungan lama
c) Keluhan klien
d) Tindakan yang diberikan
e) Keterangan (nasihat, anjuran atau keterangan
lain yang diperlukan)
2) Sarana pencatatan :
a) Catatan pelayanan kesehatan tradisional
kunjungan setiap klien
b) Buku catatanlregister
c)   F