Strategi adaptasi komunitas lokal menanggapi kehadiran kampus IPB di Darmaga: studi kasus komunitas Desa Babakan, Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menelaah strategi adaptasi komunitas
Babakan menanggapi industrialisasi berbasis pendidikan yang berlangsung
di desa mereka sejak tahun 1961. Penelitian beranjak dari hipotesis bahwa
efektifitas strategi adaptasi komunitas berkaitan dengan derajat kesenjangan
fungsi industrial antara komunitas Babakan dan IPB sebagai sebuah industri
pendidikan, serta peranan perantaraan yang dimainkan oleh birokrasi lokal.
Penelitian ini menemukan kornunitas Desa Babakan lebih banyak
menerapkan strategi akomodasi (asosiatif), yaitu kecenderungan rnenerima
berbagai dimensi perbedaan struktur dan orientasi nilai budaya, yang
muncul dari kehadiran industri IPB dan segenap efek dan dampaknya, tetapi
tidak berrnaksud menginternalisasinya ke dalam tata kehidupan sosial
komunitas mereka. Tetapi, ironisnya, dorninasi strategi akomodasi ini justru
mengantarkan komunitas Desa Babakan pada posisi sosial yang lemah,
seperti ditunjukkan oleh peralihan sebagian besar asset tradisional berupa
rumah dan pekarangan kepada para pendatang dan pernodal. Sementara
bagian terbesar dari komunitas Babakan telah tersingkir atau terpaksa
berpindah ke desa-desa yang tak jauh-jauh dari Babakan, mereka yang
dewasa ini tetap bertahan di Desa Babakan sebenarnya tak lebih dari
sekedar rnenunggu giliran tersingkir dari karnpung halarnan mereka.
Akhirnya, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa akomodasi bukan tipe

strategi yang efektif bagi komunitas Desa Babakan dalarn mengatasi
kesenjangannya dengan IPB yang rnenjalankan fungsi industri tersier .
Kata kunci : komunitas tradisional, akornodasi, industri tersier

STRATEGI ADAPTASI KOMUNITAS LOKAL MENANGGAPI
KEHADIRAN KAMPUS IPB Dl DARMAGA
(Studi Kasus Komunitas Desa Babakan , Kecamatan Darmaga,
Kabupaten Bogor)

Oleh:
Siti Sehat Tan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa, tesis yang berjudul "Strategi Adaptasi
Komunitas Lokal Menanggapi Kehadiran Kampus IPB Di Darrnaga" (Studi Kasus

Komunitas Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor), adalah benar
karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks ini dan dicantumkan dalam
Daftar Pusataka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2006
Siti Sehat tan

SPD: 99143

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menelaah strategi adaptasi komunitas
Babakan menanggapi industrialisasi berbasis pendidikan yang berlangsung
di desa mereka sejak tahun 1961. Penelitian beranjak dari hipotesis bahwa
efektifitas strategi adaptasi komunitas berkaitan dengan derajat kesenjangan
fungsi industrial antara komunitas Babakan dan IPB sebagai sebuah industri
pendidikan, serta peranan perantaraan yang dimainkan oleh birokrasi lokal.
Penelitian ini menemukan kornunitas Desa Babakan lebih banyak
menerapkan strategi akomodasi (asosiatif), yaitu kecenderungan rnenerima

berbagai dimensi perbedaan struktur dan orientasi nilai budaya, yang
muncul dari kehadiran industri IPB dan segenap efek dan dampaknya, tetapi
tidak berrnaksud menginternalisasinya ke dalam tata kehidupan sosial
komunitas mereka. Tetapi, ironisnya, dorninasi strategi akomodasi ini justru
mengantarkan komunitas Desa Babakan pada posisi sosial yang lemah,
seperti ditunjukkan oleh peralihan sebagian besar asset tradisional berupa
rumah dan pekarangan kepada para pendatang dan pernodal. Sementara
bagian terbesar dari komunitas Babakan telah tersingkir atau terpaksa
berpindah ke desa-desa yang tak jauh-jauh dari Babakan, mereka yang
dewasa ini tetap bertahan di Desa Babakan sebenarnya tak lebih dari
sekedar rnenunggu giliran tersingkir dari karnpung halarnan mereka.
Akhirnya, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa akomodasi bukan tipe
strategi yang efektif bagi komunitas Desa Babakan dalarn mengatasi
kesenjangannya dengan IPB yang rnenjalankan fungsi industri tersier .
Kata kunci : komunitas tradisional, akornodasi, industri tersier

RINGKASAN

SIT1 SEHAT TAN.


"Strategi Adaptasi Komunitas Lokal Menanggapi
Kehadiran Kampus IPB Di Darmaga: Studi Kasus Komunitas Desa Babakan,
Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor (dibawah komisi pembimbing Soeryo
Adiwibowo selaku ketua, dan Fredian Tonny, sebagai anggota).

Studi ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa setelah era reformasi,
kehadiran industri penghasil barang-barang (primer dan sekunder) ditengah
masyarakat pedesaan sering mendapat tekanan dan penolakan dari masyarakat
sekitar. Konflik dan ketidakharmonisan hubungan antara industri dan masyarakat,
disebabkan karena adanya kesenjangan struktural dan kesalahpahaman
antarbudaya antara industri dan masyarakat lingkarnya. Disamping jenis industri
di atas, kehadiran industri tersierljasa pun memiliki potensi mengalami sengketa
dengan masyarakat, ha1 ini berkaitan dengan ketidakseimbangan distribusi resiko
dan manfaat antara industri disatu pihak dan masyarakat sekitar dipihak lain.
Dalam konteks ini, lnstitut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu bentuk
industri jasa yang relevan dicermati. Kehadiran IPB di Darmaga telah mendorong
urbanisasi dan perubahan sosial yang penting, dan sekaligus agak luput dari
perhatian. Permasalahannya adalah bagaimana strategi yang diterapkan oleh
komunitas pribumi Desa Babakan menghadapi efek dan dampak kehadiran
Karnpus IPB di lingkungan mereka?.


Selaras dengan permasalahan dalam studi ini maka secara rinci penelitian
ini bertujuan untuk: (1) Menelaah peran-peran yang terbuka bagi komunitas lokal
lingkar kampus sebagai akibat pemusatan kegiatan IPB di kampus Darmaga; (2)
Menelaah strategi adaptasi komunitas lingkar kampus dalam menghadapi dan
merespons kesempatan berperan yang terbuka di lingkar kampus IPB Darmaga;
dan (3) menelaah dampak strategi-strategi adaptasi tersebut terhadap stratifikasi

masyarakat, khususnya posisi komunitas lokal dalam struktur sosial lingkar
kampus.
Penelitian dilakukan di Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, kabupaten
Bogor, propinsi Jawa Barat dan berlangsung dalam dua tahap, yaitu tahap
pengenalan umum dari bulan April hingga Juni 2004 dan empirisasi kerangka
teoritis yaitu bulan Februari 2005.

Masalah dan tujuan penelitiaan ini dijawab

dengan pendekatan kualitatif, dengan menerapkan teknik-teknik yang lazim
digunakan yaitu wawancara mendalam (indepth interiew), pengamatan partisipan,
penulusuran riwayat hidup, observasi dan angket. Selain itu pengumpulan data

sekunder juga dilakukan, yaitu datadata

yang tersedia di lingkungan

pemerintahan desa, perpustakaan IPB, organisasi masyarakat warga dan sumbersumber lain yang dianggap relevan.
Hasil penelitian dalam studi menunjukan bahwa, IPB menyediakan banyak
peran industrial bagi masyarakat, tetapi hanya sedikit saja yang dapat diraih oleh
Komunitas Babakan lokal yang secara historis dan tradisional merupakan unsur
pokok struktur sosial di Wilayah Lingkar Kampus. Kesenjangan struktural yang
kentara menyebabkan komunitas lokal tidak mampu menyesuaikan diri,
mengintegrasikan diri, atau menginternalisasi nilai-nilai baru yang dibawa oleh IPB
ke Wilayah Lingkar Kampus (enkulturasi) secara tepat guna. Sebaliknya, struktur
tradisional justru terserap ke dalam struktur baru dimana IPB bertindak sebagai
aktor yang dominan dan mendominasi.
Menghadapi keadaan ini, komunitas lokal Desa Babakan lebih banyak
menerapkan strategi akomudasi, yaitu kecendrungan menerima berbagai dimensi
perbedaan struktur dan orientasi nilai budaya, yang muncul dari kehadiran IPB
serta segenap efek dan dampaknya, tetapi tidak bermaksud menginternalisasiilya
kedalam tata kehidupan sosial komunitas mereka.


Tetapi ironisnya, rutinitas

strategi ini selama empat dekade ini justru mengantarkan komunitas pribumi Desa
babakan pada posisi sosial yang lemah, seperti ditunjukan oleh peralihan
sebagian besar asset tradisional berupa rumah dan pekarangan kepada para
pendatang dan pemodal.
Strategi disosiatif (menentang) telah muncul menandai bahwa sebagian
besar warga komunitas Desa Babakan sedang menghadapi kondisi yang makin
berat untuk dapat bertahan hidup.

Kaum pribumi yang bertempat tinggal di Desa

Babakan semakin jauh tertekan ke dalam lapisan terbawah struktur sosial lokal.
Bagian terbesar dari kaum pribumi sedang menunggu giliran tersingkir dari habitat
dan komunitas tradisionalnya, sebuah harga yang harus dibayar oleh satu
komunitas yang tidak dilibatkan dalam menentukan arah industrialisasi pendidikan
di Darmaga.

STRATEGI ADAPTASI KOMUNITAS LOKAL MENANGGAPI
KEHADlRAN KAMPUS IPB Dl DARMAGA

(Studi Kasus Komunitas Desa Babakan , Kecamatan Darmaga,
Kabupaten Bogor)

Siti Sehat Tan

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Sosiologi Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul Tesis

: STRATEGI ADAPTASI KOMUNITAS LOKAL
MENANGGAPI KEHADIRAN KAMPUS IPB Dl
DARMAGA (Studi Kasus Komunitas Desa

Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten
Bogor)

Nama

: Siti Sehat Tan

NRP

Disetujui
Komisi Pembimbing

J

Dr. Ir. Soervo Adiwibowo,MS
Ketua

Ir. Fredian Tonny,MS
Anggota


Diketahui

Ketua Program Studi
Sosiologi Pedesaan

____c_--

0r.lr.M.T. Felix Sitorus

Tanggal Ujian: 08 Juli 2005

u*-.

-

."

s*

afrida Manuwoto,MSc


Tanggal Lulus: 1 5 FEB 2006

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains pada Program
Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.
Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian lapang yang ditujukan untuk
menggambarkan dan rnenelaah

strategi adaptasi komunitas lokal dalam

menanggapi kehadiran lnstitut Pertanian Bogor (IPB) di Darmaga. Penelitian ini
merupakan suatu studi kasus yang dilaksanakan pada komunitas lokal di Desa
Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Studi ini dilatarbelakangi oleh
pemikiran bahwa setelah era reformasi, kehadiran industri penghasil barang-arang
(primer dan sekunder) ditengah masyarakat pedesaan sering mendapat tekanan
dan penolakan dari masyarakat sekitar. Konflik dan ketidakharmonisan hubungan
antara industri dan masyarakat, disebabkan karena adanya kesenjangan struktural
dan kesalahpahaman antarbudaya antara industri dan masyarakat lingkarnya.
Disamping jenis industri di atas, kehadiran industri tersierljasa pun memiliki
potensi mengalami sengketa dengan masyarakat, ha1 ini berkaitan dengan
ketidakseimbangan distribusi resiko dan manfaat antara industri disatu pihak dan
masyarakat sekitar dipihak lain. Dalam tesis ini, penulis mencoba memaparkan
hasil telaah rnengenai strategi penyesuaian komunitas lokal Desa Babakan dalam
menanggapi kehadiran IPB di Darmaga.
Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari proses dan konsultasi dengan
komisi pembimbing, serta berbagai pengalaman belajar lainnya. Untuk itu pada
kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Soeryo
Adiwiboyo, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Fredian Tonny, MS

selaku anggota kornisi pernbirnbing yang telah banyak mernberikan arahan dan
birnbingan dalarn penulisan tesis ini. Disarnping itu penulis juga rnenghaturkan
terirna kasih kepada Bapak Dr. Ir. M.T.Felix Sitorus, selaku ketua Program Studi
Sosiologi Pedesaan, serta semua staf pengajar Program Studi Sosiologi
pedesaan, dan teman-ternan peserta Program Magister sains PS. Sosiologi
Pedesaan IPB, yang telah banyak rnernberikan kritik dan saran, serta bantuannya
dalarn rnenyelesaikan tesis ini. Penulis juga tidak lupa rnenyarnpaikan terirna
kasih kepada Pirnpinan serta Staf Proyek ARMP yang telah mernbantu penulis
dalam ha1 biaya selama studi di lnstitut Pertanian Bogor. Terirna kasih juga
penulis haturkan kepada Pirnpinan dan rekan-rekan Badan Pengkajian Teknologi
Pertanian Arnbon, Masyarakat Desa Babakan, serta sernua pihak yang telah
mernbantu sehingga penulis dapat menyajikan tesis ini. Terirna kasih untuk suami
dan anak-anak terkasih Asido, Aristo dan Asima, serta sernua keluarga yang
selalu setia mernberikan dorongan dan doa untuk keberhasilan studi selarna di
Program Pascasarjana IPB.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis masih belurn sernpurna. Untuk
itu, segala saran dan kritik yang konstruktif sangat diperlukan dalarn rangka
penyempurnaannya.

Akhirnya penulis juga berharap agar tesis ini menjadi

masukan yang bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2006

Siti Sehat Tan

Penulis dilahirkan di Namlea, Maluku pada tanggal 26 Januari 1965
sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Abd Muid Tan Jan
Halimah.
Penulis lulus dari Sekolah Dasar Alhillaal, Namlea pada tahun 1977, lulus
Sekolah Menengah Pertama Negeri, Namlea pada Tahun 1981, dan lulus Sekolah
Menengah Atas Pertiwi, Namlea pada Tahun 1985. Pada Tahun yang sama
penulis melanjutkan studi di Fakultas Perikanan Universitas Pattimura , Arnbon
dan lulus sebagai Sarjana Perikanan pada Tahun 1991. Pada Tahun 1999 penulis
mendapat kesempatan belajar di Program Pascasarjana (S2) lnsititut Pertanian
Bogor, Bogor pada program studi Sosiologi Pedesaan dengan beasiswa dari
ARMP.
Penulis adalah Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Ambon. Penulis telah menikah dan mempunyai dua orang putra (Asido Aldion
Yunior dan Aristo Adri Caprio) dan satu putri (Nadya Asima Gravita).

DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL .............................................................................

.........................................................................
DAFTAR FOTO..............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................
DAFTAR GAMBAR

.

I PENDAHULUAN ...........................................................

Latar Belakang .......................................................
Perumusan Masalah ................................................
Tujuan ..................................................................
Kegunaan ...............................................................

.

II PENDEKATAN TEORlTlS ..............................................

Tinjauan Pustaka ...................................................
lndustrialisasi dan Migrasi Pendidikan...............
Strategi Adaptasi Komunitas Lokal..................
Proses Asosiatif ..........................................
Proses Disosiatif .........................................
Stratifikasi .................................................
Kerangka Pemikiran ..............................................

.

Ill METODE PENELTITIAN ............................................

Pendekatan Penelitian ..........................................
.

Penentuan Lokasi Penelitian ...................................
Jenis Data Dan Metode Pengumpulan Data ..............
Metode Analisis Data ..........................................
Waktu Penelitian .................................................

.

IV DESA BABAKAN DALAM KONTEKS LINGKAR KAMPUS IPB

Gambaran Umum .................................................
Aksesbilitas ................................................
Kependudukan ............................................
Ikhtisar................................................................

iv
v
vi
vii

.......

V. INDUSTRIAALISASI PENDIDIKAN DI DESA BABAKAN

Komunitas Desa Babakan Sebelum dan Sesudah Kehadiran IPB ...
Komunitas Desa Babakan Sebelum Kehadiran IPB.........
Komunitas Desa Babakan Setelah Kehadiran IPB...........
Efek dan Dampak Kehadiran lndustri Pendidikan di Desa Babakan..
Peran-peran Yang terbuka.....................................
Hubungan Komunitas Lokal dengan IPB sebagai Institusi.
Ketenagakerjaan..................................................
Pengadaan Jasa-jasa khusus.................................
Program Pengabdian Masyarakat IPB......................
Hubungan Komunitas dengan Mahasiswa................
Peranan Mahasiswa dalam perekonomian Komunitas

..
Babakan............................................................

Penerimaan mahasiswa bulanan...........................
Permintaan kebutuhan harian...............................
Usaha Rumah makan. Warung Dan kedai Klontongan ........
Usaha Jasa Pendukung Pendidikan .................................
Usaha Jasa Fotocopy ........................................
Usaha Jasa Warung Telepon ..............................
Usaha Jasa Teknologi lnformasi .........................
Usaha Perbankan ............................................
Alat Tulis dan Toko Buku ..................................

.................................................
Usaha Jasa Olahraga Dan Hiburan .....................
Usaha Angkot

.

.

Dinamika Usaha .............................. .........................
Ikhtisar.......................................................................
VI. STRATEGI ADAPTASI KOMUNITAS DESA BABAKAN.........
Strategi Menghadapi IPB dalam konflik kepentingan ekonomi
Strategi Menghadapi Mahasiswa Dan pendatang ............
Strategi PenyesuaianAntar Lapisan...........................
Lapisan Elit Lokal............................................
Lapisan Menengah Lokal.................................
Lapisan Bawah Lokal.......................................

Jejaring ................................................................
Ikhtisar.......................................................................
VII. KECENDERUNGAN POSlSl SOSIAL KAUM PRlBUMl ......
Ikhtisar........................................................................

.

VIII PENUTUP .......................................

.

.........................
Kesimpulan ............................................................
Saran....................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................
LAMPIRAN ......................................................................
s

+

DAFTAR TABEL

:.

Teks
Tujuan Penelitian, Data dan Metode Pengumpuian Data .......
Struktur Penggunaan Lahan di Desa Babakan dan Wilayah
Lingkar Kampus Tahun 2002... ................................. .......
Kepadatan Penduduk Desa Babakan dan Desa WLK Lainnya
Tahun 2003.............................. ............ ........................
Jumlah Penduduk Menurut Etnis di Desa Babakan...............
Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Babakan ... ......
Jumlah Usaha Jasa dan Perdagangan Penduduk Desa Babakan
Tahun 2002 ....................................... ... ...... .................
Biaya Pondokan Mahasiswa IPB di Desa Babakan Tahun 2005.
Biaya dan Penenmaan Mahasiswa IPB di Desa Babakan......
Struktur pengeluaran Mahasiswa di Desa Babakan .............
Struktur pengeluaran Mahasiswa di Desa Babakan Pertahun.
Dinamika Jumlah penumpang Angkot di Desa Babakan .........

Hal

DAFTAR GAMBAR

No
1.

Teks
Kerangka Pemikiran: Strategi Adaptasi Masyarakat
Lingkar Kampus IPB Darrnaga......................................

2.

Hal

35

Kepadatan penduduk Desa Babakan Dengan Atau
Tanpa Kampus IPB Tahun 2003 ...................................

37

3.

Piramida Penduduk Desa Babakan Tabun 2003................

45

4.

llustrasi Kalender Musim Konsumsi Mahasiswa IPB akan
Barang dan Jasa .........................................................

5.

96

Kecenderungan Posisi Sosial Kaum Pribumi........................... 134

DAFTAR PHOTO

No

Teks

Hal

1.

Fondasi Fakultas Kehutanan IPB Darmaga .........................

154

2.

Peletakan batu pertama Fakultas Kehutanan IPB Darmaga......

154

3.

Fakultas Kedokteran Kampus Darmaga ..............................

155

4.

Babakan Raya, Pusat Jajanan Mahasiswa .........................

155

5.

Gedung Fakultas Kedokteran Hewan IPB Kampus Darrnaga ...

156

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 . Tabel-Tabel
No

Hal

Teks

I.a.

Struktur Persewaan Rumah di RT X Desa Babakan Tahun 2005... ..I48

1.b.

Luas Penggunaan Lahan Desa Babakan............ .................. . . . 148

1.c.

Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Babakan Tahun 2002. 148

2.

Posisi Sosial Pribumi dan Pendatang Dalam Struktur Usaha dan
Pekerjaan di Desa Babakan......... ............ .............

. . ... . .... 149

;.

Lampiran 2. Kasus-Kasus
1.

Pak Sis............... ..............................................................

150

2.

Ibu Hajjah Ng.................. .......................... ........................

150

3.

RTUX"............................................................................... 151

Lampiran 2.Gambar
1.

Pemilikan Rumah Kos antara penduduk lokal dan pendatang.. ..... 153

Lampiran 3. Foto-foto.. ........................................................... 154

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang

Koeksistensi antara industri dan masyarakat merupakan salah satu
diantara isu-isu yang menonjol memasuki era keterbukaan reformasi di Indonesia
sejak Tahun 1998. Jikalau pada regim pemerintahan sebelumnya masyarakat
lingkar industri tampaknya dapat menerima kehadiran industri secara terbuka di
sekitar mereka, maka pada era baru ini industri keadaan sebaliknya. lndustri
kerap menjadi objek tindakan agresif dan kemarahan massa (Mirajiani, 2004).
Bahkan tak jarang industri berbasis luas dan berpola kantong (enclave industry),
seperti

pertambangan, perkebunan,

dan

kehutanan

yang

terpaksa

menghentikan kegiatan operasinya sementara (intmpted) karena mendapat
tekanan dan penolakan dari masyarakat sekitar. Kesenjangan struktural yang
ditimpali oleh kesalahpahaman antarbudaya merupakan altematif pemicu yang
tampaknya mendasari konflik dan ketidakharmonisan hubungan industri dan
masyarakat pada kebanyakan kasus.
Bicara pola hubungan dan interaksi antara industri dan masyarakat,
pumpunan para pemerhati cenderung terarah pada industri estat penghasil
barang-barang. Sebaliknya, industri jenis lain, seperti industri jasa, sering luput
dari perhatian. Namun ha1 itu bukan berarti hubungan industrial yang terakhir ini
tanpa masalah. Sepanjang terdapat potensi dan fakta kesenjangan sosial di
dalamnya, sekurang-kurangnya menurut perspektif teoritis, industri jasa pun
memiliki potensi mengalami sengketa dengan masyarakat. Potensi konflik dan
sengketa berkaitan dengan ketidakseimbangan distribusi risiko dan manfaat
antara industri di satu pihak dan masyarakat sekitar di pihak lain.

Dalam konteks ini, lnstitut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu
bentuk industri jasa yang relevan dicermati. Kehadiran IPB di Darmaga telah
mendorong urbanisasi dan perubahan sosial yang penting, dan sekaligus agak
luput dari perhatian. IPB berandil besar membawa masyarakat desa-desa lingkar
kampus yang sebelumnya homogen petani dan didominasi komunitas-komunitas
Suku Sunda menjadi masyarakat suburban yang kian heterogen dan
berdinamika industrial. Dewasa ini, Wilayah Lingkar Kampus (WLK) merupakan
salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan ruang terpenting di pinggiran Kota
Bogor (PPW-LPPM, 2002).
Dalam proses industrialisasi WLK, IPB tidak hanya bertindak sebagai
aktor perintis dan pemicu (trigger agent), tetapi juga sebagai pusat orientasi yang
bertindak sebagai aktor utama yang mengarahkan dinamika dan perubahan
sosial, di lingkar kampus. Pemindahan hampir semua kegiatan sivitas akademika
dari kampus-kampus lama yang berada di pusat Kota Bogor (Baranangsiang,
Taman Kencana, Gunung Gede) dengan sendirinya memperkuat peran tersebut.
Meskipun berlangsung secara bertahap dan relatif efektif mencegah apa yang
dikenal dengan fenomena bomming city, namun ha1 itu tidak berarti
menghilangkan dampak-dampak esensialnya terhadap komunitas-komunitas
tradisional lingkar kampus.
Aspek penting kehadiran kampus IPB di Darmaga adalah mobilitas
penduduk. Pertama, IPB membawa mahasiswa dari berbagai strata (SO sampai
S3) dengan jumlah kira-kira 25.000 jiwa (PPW-LPM, 2002) dan para tenaga

akademik dan non akademik kira-kira 5.000 orang. Jikalau mahasiswa, terutama
yang berasal dari luar daerah sebagian besar memilih tempat tinggal di desadesa sekitar kampus, maka para pegawai sebagian masih bertempat tinggal di
perurnahan-perumahan IPB yang berada di sekitar kampus lama.

Namun,

diantara kelompok yang disebut terakhir ini pun terdapat kecenderungan untuk

mencari tempat tinggal di sekitar Kampus IPB Darmaga, misalnya karena alasan
menghindari kemacetan lalu lintas atau menghemat waktu dan ongkos.
Kedua, pemusatan kegiatan sivitas akademika di Kampus Darrnaga juga
berarti pemusatan kegiatan ekonomi di lingkar kampus. Daya beli kalangan ini
menciptakan peluang pasar yang mengundang tidak hanya modal tetapi juga
penduduk pendatang yang bermaksud mengarnbil bagian di dalamnya. Jumlah
penduduk pendatang ini relatif besar, meski diperkirakan tidak melebihi jurnlah
mahasiswa.
Bersama dengan kalangan sivitas akadernika, kehadiran para pendatang
menyumbang pada serangkaian fenomena penting di desa lingkar kampus.
Pertama, industrialisasi pendidikan di Darmaga, dengan IPB sebagai pelaku
intinya. Kedua, peningkatan kepadatan penduduk, yang disertai perubahan
kegunaan ruang dan waktu (utility) serta persaingan rnemperoleh manfaat yang
ditimbulkannya. Ketiga, perubahan struktur sosiodemografis, yang menempatkan
penduduk pribumi menjadi minoritas atas pendatang yang mayoritas. Perubahan
struktur sosiodemografi ini diperkirakan membawa problematika sosial tersendiri,
yang sejauh ini tampaknya belum banyak terungkap. Perbedaan kepribadian dan
tingkah laku budaya antar golongan identitas memungkinkan hubungan dan
interaksi sosial berlangsung dinamis dan karenanya memerlukan penyesuaian
tepat guna dari masing-masing lapisan dan golongan.
Sebagaimana terjadi di berbagai tempat di belahan dunia sejak era
revolusi industri, industrialisasi selalu mengubah rnatrik sosial;

industri dan

komunitas lokal berinteraksi secara terus-menerus dan saling mempengaruhi.
lndustrialisasi menyeleksi peran-peran lama membentuk peran-peran baru
sebagai bagian yang tak terelakkan dari perubahan struktur sosial dan tuntutan
industrialisme. Struktur

sosial lama yang

berbasis hubungan primer-

struktur dan orientasnya yang senjang dengan komunitas sekitarnya.
Kesenjangan ini potensial rnenirnbulkan berbagai persoalan sosial, seperti
pemiskinan atau rnarginalisasi atas golongan yang tidak
(disadvantages)

atau

potensi

konflik

yang

berpeluang

diuntungkan
menimbulkan

ketidakstabilan sosial. Industrialisme telah menciptakan perbedaan besar dalam
kekayaan, rasa arnan, standar hidup, dan cara

hidup;

menimbulkan

ketidakmerataan secara sosial ekonomi tetapi juga ketidakmerataan yang disertai
dengan rasa ketidakadilan. Penjajaran semua kebudayaan yang berbeda dengan
cepat rnenghancurkan konsensus dan kesatuan kornunitas lama.
Ketika penduduk pendatang dominan dan mernbawa tingkah laku budaya
yang beragam dan berbeda, maka situasi baru juga menuntut warga komunitas
asli

sendiri

melakukan

penyesuaian

diri

agar

dapat

melanjutkan,

rnempertahankan, dan mengembangkan peranan mereka di lingkar kampus.
Komunitas lokal harus menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan sosial baru
yang boleh jadi menjadi asing rneskipun berada di kampung sendiri, seperti
tuntutan standar dan gaya hidup rnahasiswa.
Jikalau istilah industri kantong, yang lazim dikenakan pada industri primer
dan berbasis luas, seperti kehutanan, perkebunan, dan pertarnbangan, sering
diartikulasikan sebagai tingkahlaku perusahaan industri yang tertutup atau
rnenutup diri dari rnasyarakat sekitar, maka menara gading merupakan istilah
yang lazirn disernatkan pada perguruan tinggi yang rnerniliki tingkah laku tak
tanggap terhadap masalah dan kebutuhan masyarakat. Penelitian ini, tidak
berpretensi menjelaskan fenornena tersebut secara khusus, tetapi dengan
mempelajari tanggapan komunitas-kornunitas lokal terhadap segala dampak
yang ditimbulkan oleh kehadiran IPB, maka sebagian dari fenornena itu niscaya
dapat diverfikasi dan dijelaskan.

komunitarian, bergeser dan menuntut peran baru berbasis hubungan formalindustrial.
Namun, agak berbeda dengan industri primer dan sekunder pada
umumnya, industri tersier seperti industri pendidikan yang digerakkan oleh IPB
memiliki ciri-ciri matriks sosial yang khusus. Sebagai perguruan tinggi kejuruan
pertanian terdepan di Indonesia, orientasi kegiatan IPB cenderung luas dan lintas
batas wilayah administratif, baik dalam ha1 masukan maupun luaran. Mahasiswa
IPB, sebagai analogi bahan baku dalam industri manufaktur, direkrut secara
terbuka dari berbagai pelosok tanah air. Kebijakan IPB yang konsisten merekrut
70 persen calon mahasiswa lewat jalur non tes terbuka', menjadikan IPB sebagai
perguruan tinggi negeri paling luas jangkauan asal-usul mahasiswanya di
Indonesia. Tak sedikit mahasiswa IPB yang adalah lulusan SMA dari kecamatankecamatan terpencil. Asal usul pegawai akademik, yang menjadi motor utama
sistem pendidikan tinggi di IPB juga mengikuti pola yang sama. Begitu pula
luarannya, berupa alumni yang berpencar ke dalam spektrurn minat profesi dan
wilayah yang luas, nasional dan bahkan luar negeri.
Fungsi industrial yang menghubungkan IPB dengan komunitas-komunitas
lingkar kampus diperkirakan terpusat pada dua jalur, yaitu penyediaan tenaga
kerja non akademik berkeahlian rendah atau tenaga operator dan penyediaan
kebutuhan pokok mahasiswa di dalam maupun di luar kampus, seperti
kebutuhan pangan, sandang, papan, serta jasa-jasa lainnya yang tidak terkait
langsung dengan bisnis utama IPB.
Dalam konteks matriks sosial industrial, kaitan itu relatif minimal dan tidak
langsung. Dengan kata lain, IPB tampaknya bukan jenis industri yang berbasis
komunitas. IPB lebih menyerupai tipe industri kantong (enclave industry) dengan
1

Seperti jalur Penelusuran Minat dan Kernampuan (PMDK)atau Undangan Saringan
Masuk IPB (USMI).

Perurnusan Masalah
lndustrialisasi yang mengenai komunitas tradisional sering menimbulkan
kesenjangan sosial. Kesenjangan tersebut dimungkinkan lebih tegas apabila
struktur dan orientasi antara industri di satu sisi dan komunitas-komunitas kitaran
di sisi lain berlainan.
Dalam kondisi apa pun komunitas lokal senantiasa aktif melakukan
penyesuaian diri menghadapi perubahan, dengan berbagai strategi yang mereka
kenal, sesuai orientasi nilai budayanya. Namun strategi tersebut tidak selalu
efektif menghadapi ancaman dan peluang perubahan sosial yang terjadi,
sehingga sebagian atau seluruh lapisan komunitas lokal dapat teralienasi atau
bahkan tersingkir. Bagaimana strategi yang diterapkan oleh komunitas pribumi
Desa Babakan menghadapi efek dan dampak kehadiran Kampus IPB di
lingkungan mereka?
Efektifitas strategi adaptasi komunitas diindikasikan oleh kemampuan
beragam lapisan dalam struktur komunitas meraih peluang-peluang peran yang
terbuka dalam matriks industrial IPB, baik langsung maupun tidak langsung.
Matriks sosial tersebut berisi seperangkat peluang usaha dan kesempatan kerja
yang mensyaratkan terpenuhinya kompetensi tertentu serta risiko tertentu pula.
Peluang peran apa yang terbuka dalam matriks industrial IPB, dan peran-peran
apa yang secara faktual dapat diraih atau sebaliknya tidak diraih oleh beragam
lapisan dalam struktur Komunitas Babakan?
Matriks sosial antar IPB dengan komunitas-komunitas lokal terbentuk di
dalarn konteks struktur sosial yang kompleks dan terbuka. Selain kedua aktor
masih terdapat aktor-aktor lain yang memainkan peran sama penting, seperti
birokrasi pemerintah, penduduk pendatang dan pemodal. Aktor-aktor tersebut
tidak hanya membuka peluang tetapi juga ancaman bagi peran-peran tradisional

komunitas lokal?

Bagaimana hubungan antara peranan aktor-aktor tersebut

dengan strategi penyesuaian diri komunitas Desa Babakan untuk meraih,
mempertahankan, dan mengembangkan peran-peran mereka?
Masyarakat desa lingkar Kampus IPB Darmaga telah semakin heterogen.
Selain penduduk pribumi yang secara historis menguasai asset ekonomi
tradisional di wilayah ini, terutama rumah dan pekarangan, juga terdapat semakin
dominan penduduk pendatang yang sengaja berusaha dan membawa modal
atau sekedar mengadu nasib di wilayah ini. Apakah terdapat perbedaan strategi
adaptasi antar 'pribumi dan pendatang, dan bagaimana perbedaan tersebut
mempengaruhi mobiltas sosial kaurn pribumi dalam struktur komunitas lokal?

Tujuan
Penelitian ini bertujuan menelaah dan menggarnbarkan strategi adaptasi
masyarakat lingkar Kampus IPB dalam menghadapi industrialisasi yang terjadi di
sekitar mereka akibat kehadiran Kampus IPB.

Secara lebih khusus, tujuan

penelitian ini adalah :
1. Menelaah peran-peran yang terbuka bagi komunitas-komunitas lokal lingkar
kampus sebagai akibat pernusatan kegiatan IPB di Kampus Darmaga.
2. Menelaah strategi adaptasi komunitas lingkar kampus dalam menghadapi
dan merespons kesempatan berperan yang terbuka di lingkar Kampus IPB
Darmaga.

3. Menelaah dampak strategi-strategi adaptasi tersebut terhadap mobilitas
sosial masyarakat, khususnya posisi komunitas lokal dalam struktur sosial
lingkar kampus.

Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
mengenai industrialisasi berbasis jasa

pendidikan, khususnya dinarnika

masyarakat lingkar kampus yang terpicu oleh kehadiran IPB.

Sejauh ini

pengetahuan spesifik mengenai fenomena lingkar kampus tampaknya masih
agak tirnpang.

Fenomena biofisik dan kirniawi mengenai agroekosistem di

lingkar kampus IPB Darmaga telah banyak dipelajari dan diteliti, umumnya oleh
para peneliti dan akademisi fakultas-fakultas ilmu eksakta di IPB. Sebaliknya
penelitian dengan subjek masyarakat lingkar IPB Darmaga sangat jarang
dilakukan. Hal itu sekurang-kurangnya tercermin dari fakta bahwa sumbersumber (buku, laporan, karya tulis akhir) yang terkait dengan tema ini tidak
banyak yang tercatat di Perpustakaan Lembaga Sumberdaya lnformasi IPB.
Secara lebih khusus, hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi
tilikan bagi beragam pihak yang berkepentingan dengan masyarakat lingkar
kampus IPB Darmaga, baik IPB sendiri, maupun pemerintah daerah dan
organisasi masyarakat warga lainnya.

Hasil penelitian ini semakin penting

artinya menyongsong perubahan-perubahan tertentu yang berbeda: antara
demokratisasi dan keterbukaan mengenai masyarakat warga lingkar kampus di
satu sisi dan perubahan dalam manajemen sistem pendidikan nasional yang
mengenai IPB di sisi lain. IPB adalah satu di antara perguruan tinggi negeri
percontohan yang baru saja memperoleh status Badan Hukum Milik Negara

(BHMN), satu bentuk praksis kapitalisme pendidikan yang mendapat tanggapan
kontraversia12.Perubahan-perubahan yang bersumber dari kebijakan supra-lokal
diperkirakan berkonsekuensi pada matriks hubungan dan interaksi sosial di
lingkar kampus.
2

Satu perspektif mengenai ha1 ini, misalnya dapat mengikuti pemikiran Francis Wahono.
Kapitalisrne Pendidikan.
'

8

II. PENDEKATAN TEORlTlS
Tinjauan Pustaka
Fokus penelitian ini terarah pada strategi penyesuaian diri komunitas lokal
dalam menghadapi kehadiran IPB di sekitar mereka. Sebelum memeriksa apa
dan bagaimana strategi komunitas tersebut berlaku, lebih awal perlu dipelajari
konsep, teori dan perspektif yang berkenaan dengan kehadiran IPB sebagai
sebuah institusi besar di tengah masyarakat pedesaan terrnasuk peranannya
dalam mendorong atau memfasilitasi perubahan-perubahan tertentu dalam
sistem sosial perdesaan. Kehadiran IPB di tengah masyarakat tidak hanya dilihat
sebagai efek dari kehadiran dirinya sendiri, melainkan juga berbagai dampak
yang logis dan faktual turut mengiringnya.
Strategi adaptasi komunitas lokal, dengan demikian, juga bukan sekedar
tanggapan terhadap kehadiran IPB sebuah lembaga atau industri pendidikan,
tetapi juga kehadiran aktor-aktor lain dan tingkah laku yang mengiringinya. IPB
dan komunitas membentuk suatu matriks sosial yang dilingkupi oleh kontekskonteks dimana hubungan dan interaksi kedua subjek dibentuk dan difasilitasi
atau

sebaliknya dibelokkan atau dihambat. Jikalau subjek-subjek dianggap

senantiasa aktif dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, maka arti strategi
adaptasi dalam tesis ini adalah tanggapan, dalam ha1 ini komunitas lokal,
terhadap perubahan dalam pola hubungan dan interaksi sosial yang sebagian
besar diperkirakan bersumber dari tindakan sosial IPB.

lndustrialisasi Pendidikan

Memposisikan lembaga pendidikan semacam IPB sebagai sebuah industri
mungkin mengundang tanda tanya3, tetapi sebagaimana akan dianalisis segera,
pilihan ini secara teoritis dapat diterima dan efektif menjawab masalah dan
tujuan penelitian. IPB adalah sebuah lembaga yang berfungsi menyelenggarakan
kegiatan produksi jasa yang dikerjakan berdasar nilai-nilai moderen (rasional).
lndustri adalah produk otentik kebudayaan masyarakat modern4.
Definisi industri,

dan karenanya industrialisasi, begitu beragam.

Perbedaan sudut pandang melahirkan aneka penekanan, tetapi variasi definisi
sesungguhnya tidak mengaburkan pengertian pokok. Merujuk pada Schneider
(1986), industri diartikan sebagai organisasi sosial yang di dalamnya terdapat
lembaga-lembaga yang saling terkait, misalnya antara pabrik sebagai lembaga
inti dengan transportasi, produksi bahan-bahan mentah, dan penyelesaian
barang-barang jadi.
Kehadiran industri di tengah komunitas lokal, dengan sendirinya
rnendorong proses industrialisasi dalam beragam skala dan intensitasnya. Herg
(1992) berpendapat industrialisasi merupakan perkembangan organisasi sosial
secara umum dalam negara dimana muncul kewirausahaan dalam bidang
pengolahan (manufaktur) dan didukung oleh lembaga-lembaga swasta dan
pemerintah. Jary dan Jary (1991) mengatakan industrialisasi suatu proses
dirnana ekonomi dan rnasyarakat pertanian serta kerajinan berubah menjadi
masyarakat yang dinamikanya terutama digerakkan oleh pabrikasi industri-

Di Indonesia, proses pendidikan tidak selalu mengacu kepada konsep industri.
Pendidikan pesantren misalnya, lebih rnenggarnbarkan sebuah struktur yang berbasis
hubungan sosial primer ketimbang hubungan formal rasional.
4
lndustrialisasi dan modernisasi sering dianggap sebagai dua sisi mata uang karena
memiliki asas-asas yang sama. Jika pengertian industrialisasi tampaknya lebih
menonjolkan aspek penerapan teknologi produksi yang rasional ke dalam organisasi
sosial maka modernisasi lebih menekankan aspek organisasi sosial yang memungkinkan
terselenggaranya produksi yang rasional.

industri besar. Sanderson (2000) mendefinisikan industrialisasi sebagai proses
yang membuat masyarakat mengikuti suatu sistem ekonomi dan bentuk-bentuk
kehidupan sosial yang berbasis kerja mesin-mesin dan sistem pabrik.
Pendefinisian klasik mengenai industri yang menekankan elemen
pabrikasi tidak lepas dari konteks sejarah Revolusi lndustri di lnggris pada abad
ke 18. Ketika itu, masyarakat Eropah, khususnya lnggris Raya, dihadapkan pada
perubahan-perubahan mendasar dalam cara-cara produksi barang dan jasa,
baik dalam skala dan rentang maupun bentuk dan jenis masukan (input),
pengolatian (processing) dan keluaran (oufput).

Produksi yang sebelumnya

banyak menyedot tenaga manusia dengan sistem gilda dan putting out warisan
abad pertengahan dalam kurun waktu singkat telah digantikan oleh mesin-mesin
otomat yang digerakkan oleh energi batu bara dan minyak. Begitu juga bahan
baku yang sebelumnya berskala terbatas dari pasokan domestik dan regional,
sesudahnya dipasok secara melimpah dari seberang lautan. Luaran, berupa
bahan jadi dan setengah jadi tidak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat
nasional, melainkan diekspor ke berbagai penjuru dunia (Schneider, 1986).
Tidak hanya masukan, proses, dan luaran yang berubah dalam
industrialisasi. Sistem produksi baru ini juga mengukuhkan industrialisme, yaitu
seperangkat tipe ideal mengenai tingkah laku, kepribadian, struktur sosial, dan
orientasi nilai budaya baru yang sesuai dengan tuntutan sistem industri. Sistem
produksi berbasis mesin-mesin memerlukan peran-peran baru dan disiplin
khusus yang berbeda dengan peran dan disiplin dalam sistem produksi berbasis
tenaga manusia (tradisional) (Schneider, 1986).
Tuntutan industrialisme berkaitan langsung dan tidak langsung dengan
komunitas-komunitas dari mana tenaga kerja, teknologi, dan bahan baku
bersumber atau pada masyarakat mana produk dipasarkan. Dalam aspek
ketenagakerjaan dan teknologi; industrialisme memerlukan peran dari pihak lain

di luar industri, yaitu lembaga pendidikan yang secara sengaja mengorientasikan
kegiatannya pada pemenuhan tenaga kerja terdidik bagi industri. Jalur
pendidikan membuka peluang bagi tenaga kerja memperoleh status dan peran
baru, baik dalam industri maupun dalam masyarakat; status dan peran baru
tersebut merupakan esensi pokok dari perubahan sosial.
Selain kaitan ketenagakerjaan, lembaga pendidikan juga berperan aktif
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan oleh beragam
jenis industri. Temuan ilmu pengetahuan baru (invention) dan teknologi baru
(innovation) merupakan kebutuhan pokok industri dalam meningkatkan efisiensi
produksi yang diperlukan untuk memenangkan persaingan pasar yang terbuka
dan keras.
Sedangkan dalam pasaran hasil-hasil, industri berkepentingan dengan
masyarakat konsumen. Bagaimana fungsi konsumsi berkaitan dengan status
sosial telah banyak dijelaskan oleh kalangan sosiolog. Konsumsi memiliki fungsi
status, bahwa seseorang atau sekelompok orang yang hendak mempertahankan
statusnya harus membayarnya dengan mengkonsumsi barang-barang yang
terkonstruksikan mewakili kelas-kelas sosial tertentu. Jadi industri, lewat organ
pemasarannya misalnya berperan aktif membentuk, memperkuat, atau bahkan
mengubah selera konsumen melalui iklan, dan selera terkait dengan status dan
peran antar kelas dalam masyarakat..
Apa yang hendak ditekankan dari ilustrasi kesalingterkaitan industri
dengan masyarakat di sekitarnya adalah bahwa konsepsi industri sendiri sejak
masa Revolusi lndustri telah melampaui batas-batas fisik sebuah pabrik instalasi
mesin-mesin yang didukung oleh buruh dan operator. Perbedaannya dengan
kondisi mutakhir adalah bahwa struktur industri yang pada masa-masa awal
kelahirannya memang berintikan pabrik-pabrik dimana modal, keahlian, dan
organisasi terpusat. -

Pada masa kini, bahkan, kekuatan industri tidak lagi terkonsentrasi pada
proses pengolahan barang-barang di pabrik-pabrik, tetapi pada aliran modal.
Kekuatan industri, kini berada di tangan pengelola dana (fund manager) yang
memobilisasi dan mempertukarkan modal global di lantai bursa untuk
menggerakkan industri yang ditangani oleh perusahaan-perusahaan berskala
multinasional (trans and multinational companies, TNCsMNCs). Kedudukan
pabrik pengolahan yang pada zaman Revolusi lndustri merupakan sebuah
sistem yang relatif otonomi, sekarang telah terdegradasi menjadi sebuah sub
sistem yang saling tergantung dengan sub sistem lain dari sistem industri yang
kompleks, lintas ruang, waktu, budaya dan tradisi. Pabrikasi memiliki
kesalingterkaitan dengan dua arah yang berlainan, yaitu industri hulu dan industri
hilir.
Hubungan yang demikian kompleks dalam struktur industri dapat
disederhanakan ke dalam tiga kategori pokok. Pertama, industri primer yaitu
bentuk proses produksi yang mengolah hasil alam menjadi barang setengah
baku, seperti pertanian, perikanan, kehutanan dan pertambangan.

Kedua,

industri sekunder, yaitu proses produksi yang mengolah bahan baku menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi seperti listrik, energi, air minum,
manufaktur, dan bangunanlkonstruksi.

Ketiga, industri tersier yaitu proses

produksi yang mengolah barang dan non barang (keahlian dan daya manusia)
untuk menghasilkan jasa-jasa pelayanan, seperti perdagangan, transportasi dan
komunikasi, perbankan, akomodasi dan persewaan, dan jasa-jasa lainnya.
Dengan kategorisasi semacam itu lembaga pendidikan tinggi seperti IPB
adalah sebuah industri tersier. Sebagai sebuah komponen dari sistem industri
yang lebih luas, lembaga pendidikan seperti IPB berperan sebagai industri hulu
bagi pengguna tenaga kerja, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Tetapi IPB juga
berperan sebagai konsumen bagi industri pemasok alat tulis kantor, bahan habis

dan peralatan laboratorium, dan industri meubeler atau industri hilir bagi
perguruan tinggi di dalarn dan luar negeri tempat para dosen bersekolah atau
sekolah-sekolah menengah atas dan kejuruan (SMUISMK) dari seluruh
Indonesia yang memasok IPB dengan calon-calon mahasiswa berkualifikasi.
Fungsi IPB dapat merujuk kepada konsep Tridarma Perguruan Tinggi,
yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat5.

Ketiga darma

tersebut saling terkait satu sama lain. Darma pendidikan bertujuan menghasilkan
lulusan pencari kerja yang handal, darma penelitian bertujuan menghasilkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang efektif dan efisien, dan darma pengabdian
masyarakat bertujuan rnenghasilkan kinerja yang berorientasi pada penyelesaian
rnasalah atau perubahan sosial.
Telah diungkap di atas bahwa sebuah unit industri pada dasarnya hanya
sebuah subsistem yang saling terkait dengan subsistern lain. Schneider (1986)
mengatakan terdapat tiga bentuk hubungan dalam matriks sosial industri dengan
komunitas sekitar atau masyarakat yang lebih luas, yaitu : (1) kebutuhan industri
akan tenaga kerja; (2) Kornunitas menjadi pasar yang besar bagi produk industri
tersebut; (3) lndustri rnembutuhkan jasa khusus untuk rnendukung jalannya
proses produksi. Ketiga jalur ini mengaitkan industri dengan rnasyarakat yang
lebih luas.
Ketiga jalur hubungan dan interaksi menyediakan peran-peran tertentu
bagi komunitas-kornunitas lingkar kampus. Lewat peran-peran tersebut warga
komunitas-komunitas kampus dapat mencapai tujuan-tujuannya. Scheneider
(1986) menjelaskan ada lima tujuan yang disediakan oleh peran. Pertama, tujuan
instrumental, yaitu kesempatan untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Kedua,
penghargaan, yaitu kesempatan untuk dihargai oleh orang lain. Meskipun
5

Memasuki era reformasi, banyak perguruan tinggi yang telah rnengubah istilah dan
orientasi Darma yang terakhir ini. Di IPB misalnya, istilah Pengabdian Masyarakat telah
diubah menjadi Pemberdayaan Masyarakaf.

terdapat peluang orang yang dapat mengembangkan rasa penghargaan diri
sendiri tanpa rnemperhatikan pendapat orang lain (self esteem) namun jarang
orang yang seperti itu. Perhargaan memacu orang untuk berusaha memperoleh
status yang lebih tinggi, yaitu orang yang mendamba prestise, kehorrnatan, dan
privileges. Ketiga, rasa aman, secara ekonomis, sosial, dan psikologis. Rasa
aman diberikan sebagai imbalan dari peran atau rangsangan untuk mengejar
status dan peran yang lebih tinggi. Keempat, respons, yaitu kesempatan yang
diberikan oleh peran-peran tertentu untuk mernbentuk hubungan sosial yang
memuaskan dimana orang rnerasa yakin akan kesinarnbungan respons yang
rnenyenangkan dari orang-orang yang penting baginya. Kelima,

kesempatan

untuk memperoleh pengalaman baru. Semakin banyak tujuan yang bisa dicapai
atau disediakan oleh suatu peran semakin bergairah orang untuk rnencapai dan
menjalankannya.
Dengan perspektif yang tidak terlalu berbeda, White (1990) membedakan
bentuk hubungan industri dengan komunitas sekiiar atau masyarakat yang lebih
luas ke dalam lima jenis, yaitu:
1. lndustri yang rnengandalkan pasar lokal (local market based industries),
termasuk berbagai industri atau kerajinan tradisional untuk penggunaan
sehari-hari yang semuanya menggantungkan diri pada pasaran setempat.
2. lndustri yang berbasis pada sumberdaya lokal (local resource-based

industries), adalah industri yang rnernpergunakan bahan baku dari pedesaan
seperti industri pengolahan hasil pertanian dan industri bahan galian.
3. lndustri yang mengandalkan tenaga kerja murah (low waged based

industries). lndustri jenis ini berada di pedesaan bukan karena adanya bahan
baku atau pasaran lokal, melainkan karena tersedianya tenaga kerja murah.

4. Industri-industri "kotof yaitu industri yang menghasilkan pencemaran
sumberdaya udara, air dan sebagainya, dan akan menghadapi hambatan
resmi atau perlawanan rakyat jika menempatkan diri di perkotaan.
5 . lndustri yang berlokasi di pedesaan bukan karena faktor keunggulan atau

karena tujuan tertentu, melainkan karena diwajibkan oleh pihak berwenang
sesuai dengan tata ruang setempat. Industri-industri semacam ini biasanya
tidak mempunyai kaitan berarti dengan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
IPB tampaknya lebih dekat dengan jenis ke lirna, yaitu industri yang
berlokasi di pedesaan tetapi tidak memiliki kaitan yang berarti atau memiliki
kaitan yang lemah dengan masyarakat sekitar. Kategori ini membenarkan
anggapan bahwa IPB cenderung berciri industri kantong. IPB sebelumnya
merupakan badan pendidikan milik Negara, menyerupai perusahaan industri
berstatus Badan Usaha Milik Negara yang bertugas menyelenggarakan
pendidikan tinggi. Meskipun demikian, ada beberapa perbedaan penting, antara
IPB dengan perusahaan swasta, yaitu tujuan formalnya tidak mengarah pada
maksimalisasi profit.
Namun demikian, dalam konteks lokal, keterkaitan industrial seperti
diungkap di atas hanyalah satu aspek saja dari matriks sosialnya dengan
masyarakat. Di luar itu rnasih terdapat dimensi dan bentuk keterkaitan lain, yang
mempengaruhi proses produksi baik secara langsung atau tidak langsung,
seperti hubungannya dengan kekuasaan lokal.
Siregar (2004) mengatakan bahwa matriks sosial sebagaimana
pandangan Schneider (1986) dapat digunakan untuk melihat intensitas interaksi
dan pola hubungan antara industri dan komunitas lokal, namun mutu hubungan
itu sangat tergantung kepada bagaimana industri mendefinisikantanggung jawab
sosial mereka (corporate social responsibilify).

Tanggung jawab sosial

perusahaan industri dapat dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu struktural dan
kognitif. Tanggung jawab struktural adalah tanggung jawab yang diwujudkan
oleh perusahaan karena terdapat prosedur-prosedur dan aturan-aturan
pemerintah yang mengharuskan perusahaan industri, seperti perusahaan HPH,
perkebunan atau

pertambangan besar

pengembangan masyarakat.

melaksanakan

program-program

Sedangkan tanggung jawab kognitif adalah

tanggung jawab yang diwujudkan oleh perusahaan kar