Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-cofarm, Kampus IPB Darmaga Bogor

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA

E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR

SKRIPSI

MUHAMMAD REZA YUSA H34066090

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

MUHAMMAD REZA YUSA. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HARMINI).

Sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam total PDB setelah industri pengolahan dengan memberikan kontribusi sebesar 14,68% dari total PDB nasional pada tahun 2008. Selain itu sektor pertanian mampu menyerap 8,46 juta tenaga kerja yang ada di Indonesia. Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Subsektor peternakan mampu tumbuh dengan cepat karena didukung oleh perkembangan industri pengolahan komoditi yang dihasilkan. Salah satu komoditi yang dihasilkan subsektor peternakan adalah susu yang memiliki kandungan protein dan asam amino esensial yang penting bagi kesehatan tubuh. Susu yang merupakan bahan pangan hasil ternak yang mudah rusak, sehingga dibutuhkan suatu proses penanganan dan pengolahan yang baik. Produk susu olahan diantaranya adalah susu bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya yang menggunakan susu sebagai bahan bakunya seperti keju dan mentega. Yoghurt yang merupakan salah satu hasil olahan dari susu, sangat diminati oleh masyarakat karena memiliki citarasa yang khas, tekstur yang lebut dan memiliki manfaat untuk kesehatan tubuh. Salah satu keunggulan yoghurt dibandingkan dengan susu segar dalah kandungan bakteri probiotik pada yoghurt yang dapat membantu melancarakan pencernaan manusia.

E-coFarm yang dibentuk dari hasil kerjasama Departemen Pertanian Indonesia dan Fakultas Peternakan IPB merupakan salah satu usaha kecil yang memproduksi produk olahan susu berupa yoghurt, susu pasteurisasi dan puding susu. Dalam menjalankan usahanya, E-coFarm yang memiliki skala usaha rumah tangga ini memiliki beberapa kendala seperti kendala produksi dan pemasaran. E-coFarm harus memiliki strategi yang tepat sehingga dapat berkembang dan mampu bertahan di dunia usahanya.

Penelitian yang dilakuakan di E-coFarm Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga Bogor ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha yoghurt E-coFarm dan merumuskan alternatif strategi serta menetapkan prioritas strategi yang bisa diterapkan oleh E-coFarm. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana pemilihan responden dilakukan secara sengaja. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah dua orang, yaitu pihak internal E-coFarm dan pihak eksternal dari pesaing terdekat. Keterlibatan pihak eksternal diharapkan dapat menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. Penentuan alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT dan penentuan prioritas strategi yang bisa diterapkan dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan manajer lapang E-coFarm.

Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan terdapat sembilan alternatif strategi yang bisa diterapkan oleh E-coFarm yaitu 1) mempertahankan dan


(3)

meningkatkan kualitas/mutu produk yoghurt, 2) memperluas wilayah distribusi produk, 3) mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas terkait, 4) memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha, 5) memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan labelisasi halal dari dinas terkait, 6) mempertahankan harga yang terjangkau dan pelayanan kepada konsumen untuk menghadapi persaingan, 7) melakukan diferensiasi produk yoghurt yang berkualitas dan terus melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru, 8) meningkatkan kualitas SDM dan 9) pengelolaan keuangan perusahaan. Kemudian dari hasil wawancara yang dilakukan untuk menentukan urutan prioritas strategi yang bisa diterapkan oleh E-coFarm, strategi memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha menjadi strategi pertama dalam urutan prioritas strategi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan usaha E-coFarm.


(4)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA

E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR

MUHAMMAD REZA YUSA H34066090

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-cofarm, Kampus IPB Darmaga Bogor

Nama : Muhammad Reza Yusa

NIM : H34066090

Disetujui, Pembimbing

Ir. Harmini. MSi NIP. 196009211987032002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 195809081984031002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mananpun. Sumber informasi yang berasal atau dikkutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Muhammad Reza Yusa H34066090


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Februari 1985, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak Yusuf Bashir Ahmad dan Ibu Siti Syamsiah, S.sos.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK PTP X Regional III Bandar Lampung (1989-1991), SDN Kartika Chandra Kirana-II Bandar Lampung (1991-1997), SMP Negeri 25 Bandar Lampung (1997-2000), dan SMA Negeri 9 Bandar Lampung (2000-2003). Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa D3 Peternakan (TUTU) Institut Pertanian Bogor. Penulis kemudian melanjutkan perkuliahan ke Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor”, disusun berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal E-coFarm, dan merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh pihak E-coFarm sesuai dengan lingkungan usahanya. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengembangkan usaha produk olahan susu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2011


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai kemudahan dalam segala hal. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak, Ibu, dan adik tersayang serta seluruh keluarga atas segala dukungan, pengorbanan, kasih sayang dan do’a yang tak pernah putus selama penulis menempuh pendidikan.

2. Ir. Harmini MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, bantuan dan kesabaran yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji utama yang berkenan memberikan

saran dan masukannya.

4. Rahmat Yanuar, SP, Msi selaku dosen komite pendidikan yang memberikan saran dan masukannya.

5. Pihak E-coFarm atas kesediaannya untuk menjadi tempat penelitian dan kerja sama serta bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

6. Ratu Fika Hertaviani SPt atas dukungan, kesabaran, motivasi dan do’a yang di berikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

7. Teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan I, khususnya teman-teman yang terus berjuang sampai akhir atas segala bantuan dan semangat yang diberikan.

8. Teman-teman dari Warkop Baraya dan warga Bateng yang telah bersedia menerima penulis dan memberikan dukungan untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas do’a, bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Bogor, Juli 2011


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ternak Sapi Perah ... 8

2.2. Susu ... 8

2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan ... 9

2.4. Produksi Susu ... 10

2.5 Susu Pasteurisasi... 10

2.6. Yoghurt ... 11

2.6.1. Tipe Yoghurt ... 12

2.6.2. Manfaat Yoghurt ... 12

2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt ... 14

2.7. Penelitian Terdahulu ... 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

3.1.1. Manajemen Strategis ... 20

3.1.2. Perencanaan Strategis Bisnis ... 21

3.1.3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ... 21

3.1.4. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ... 22

3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ... 24

3.2. Kerangka Operasional ... 27

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2. Metode Penentuan Sampel ... 30

4.3. Data dan Instrumentasi ... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31

4.5.1. Analisis SWOT ... 31

4.5.2. Penentuan Alternatif Strategi ... 34

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Unit Usaha E-coFarm ... 35

5.2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 35


(11)

iv

5.4. Struktur Organisasi ... 37

5.5. Produk Perusahaan ... 38

VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA 6.1. Analisis Lingkungan Internal ... 39

6.1.1. Manajemen ... 39

6.1.2. Pemasaran ... 41

6.1.3. Keuangan... 43

6.1.4. Produksi ... 44

6.1.5. Sumberdaya Manusia ... 45

6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ... 45

6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh ... 45

6.2.1.1. Faktor Ekonomi ... 46

6.2.1.2. Faktor Sosial ... 49

6.2.1.3. Faktor Politik ... 50

6.2.1.4. Faktor Teknologi ... 51

6.2.2. Analisis Lingkungan Industri ... 51

6.2.2.1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru ... 51

6.2.2.2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok ... 51

6.2.2.3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli ... 52

6.2.2.4. Ancaman Produk Pengganti ... 52

6.2.2.5. Persaingan diantara Para Pesaing yang Ada 53

VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Internal ... 55

7.1.1. Kekuatan Perusahaan ... 55

7.1.2. Kelemahan Perusahaan ... 57

7.2. Identifikasi Faktor Eksterrnal ... 60

7.2.1. Peluang Perusahaan ... 60

7.2.2. Ancaman Perusahaan ... 62

7.3. Analisis SWOT ... 65

7.4. Pemilihan Strategi ... 69

VIII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 8.1. Kesimpulan ... 70

8.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA 72


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Persentase Sumbangan Sektor/SubsektorPertanian terhadap PDB Atas

Dasar Harga yang Berlaku (2005-2008) ... 1

2. Komposisi Susu Sapi Segar ... 2

3. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Jawa Barat (2003-2007) ... 3

4. Konsumsi Susu dan Laju Pertumbuhan Konsumsi Susu di Indonesia Tahun 2004-2007 ... 3

5. Laju Pertumbuhan Produksi Susu di Kabupaten Bogor (2006-2009) ... 4

6. Jumlah Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Per Bulan Penduduk Jawa Barat untuk Produk Telur dan Susu (2007 dan 2008) ... 5

7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan ... 9

8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt Per 100 gram ... 13

9. Harga Jual Produk E-coFarm ... 42

10. PDRB Sektor Industri Non-Migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Bogor (2003-2007) ... 46

11. Perkembangan Harga Rata-rata Gula (Januari 2008-Februari 2009) ... 47

12. Perkembangan Harga Gas Elpiji Per Kemasan (Rp/Kg) ... 48

13. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata Minuman Kesehatan Per Kapita Per Bulan Tahun 2008 ... 49

14. Identifikasi Faktor-faktor Kekuatan dan Kelemahan ... 60

15. Identifikasi Faktor-faktor Peluang dan Ancaman ... 64


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Model Komprehensif Manajemen Strategi ... 20

2. Kekuatan-kekuatan Persaingan Industri ... 27

3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 29

4. Matriks SWOT ... 33

5. Struktur Organisasi E-coFarm... 37


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis SWOT ... 75

2. Alternatif Strategi Analisis SWOT ... 76

3. Kemasan Produk E-coFarm ... 77

4. Tempat Penyimpanan Produk ... 78

5. Kegiatan Produksi E-coFarm ... 79


(15)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, hal ini juga menarik perhatian pemerintah untuk menitikberatkan sektor pertanian agar terwujud pertanian yang tangguh. Berdasarkan data BPS (2008), pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam total Produk Domestik Bruto (PDB) setelah industri pengolahan, dimana sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar Rp 180,6 trilyun atau 14,68% dari total PDB nasional. Salah satu bagian dari sektor pertanian adalah sub sektor peternakan yang juga memegang peranan penting dalam perekonomian nasional yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan. Hal ini dapat terlihat dari persentase sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap PDB yang terus menunjukkan peningkatan hingga tahun 2008 yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Sumbangan Sektor/Subsektor Pertanian terhadap Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga yang Berlaku Tahun 2005-2008.

No. Sektor/Subsektor Tahun

2005 2006* 2007** 2008***

1.

Tanaman Bahan

Makanan 6,54 6,42 6,78 7,94

2. Tanaman Perkebunan 2,03 1,90 2,13 1,94

3.

Peternakan dan

Hasilnya 1,59 1,53 1,57 1,57

4. Kehutanan 0,81 0,90 0,90 0,76

5. Perikanan 2,15 2,23 2,45 2,46

6. Pertanian 13,13 12,97 13,83 14,68

Produk Domestik Bruto

364.169,3 433.223,4 547.235,6 345.302,8 (Milyar Rupiah)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008 Keterangan: * Angka sementara

** Angka sangat sementara *** Angka sangat sangat sementara

Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang signifikan di dalam pembangunan pertanian Indonesia. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, khususnya pasar domestik, yang akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Peningkatan pendapatan penduduk akan mendorong peningkatan permintaan


(16)

2 produk-produk peternakan. Hal ini disebabkan semakin tinggi pendapatan seseorang maka konsumsi terhadap sumber karbohidrat akan menurun dan konsumsi berbagai macam makanan yang kaya akan protein akan meningkat.

Subsektor peternakan memiliki peranan penting dalam menopang perekonomian regional maupun nasional. Masalah peternakan ini sudah tidak dapat dinomorduakan karena hal tersebut akan dominan ikut menentukan kelangsungan hidup suatu negara ataupun bangsa (Saragih, 2008). Subsektor peternakan mampu tumbuh dengan cepat, karena salah satunya didukung oleh perkembangan industri pengolahan komoditi peternakan. Salah satu komoditi yang dihasilkan peternakan adalah susu. Susu memiliki kandungan protein dan asam amino esensial yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Protein dan asam amino dibutuhkan sebagai komponen penghasil energi, sumber pembangun dan sumber pengatur tubuh, baik pada masa pertumbuhan maupun masa perkembangan, termasuk berfungsi sebagai nutrisi dalam perkembangan otak (brain developmental). Oleh karena itu asam amino serta protein harus tercukupi kebutuhannya agar pertumbuhan dan perkembangan tubuh dapat berlangsung secara optimal. Protein dan lemak susu mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan protein nabati karena mengandung asam amino essensial seperti triptofan dan lysin yang tidak ditemukan dalam tumbuhan. Kualitas susu dapat dilihat dari komposisi susu yang dihasilkan. Kualitas susu juga sangat menentukan dalam penerimaan susu oleh konsumen dan menentukan dalam penetapan harga susu oleh industri pengolahan susu. Inovasi-inovasi dan terobosan baru dalam bidang peternakan diperlukan untuk mendapatkan kondisi peternakan yang dapat memenuhi kebutuhan susu dengan kualitas yang baik. Komposisi susu menurut Buckle et al (1987) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Komposisi Susu Sapi Segar

No Jenis Kandungan Bahan Komposisi (%)

1 Air 87,1

2 Lemak 3,9

3 Protein 3,4

4 Laktosa 4,8

5 Abu 0,72


(17)

3 Data total produksi susu nasional tahun 2008 tercatat sebanyak 764.77 ton. Produksi tersebut dihasilkan dari sapi laktasi sebanyak 227.396 ekor dengan jumlah total populasi sapi sebesar 413.448 ekor (Departemen Perindustrian RI 2009). Produksi susu di Indonesia sebagian besar di Pulau Jawa. Tabel 3 menunjukkan data populasi sapi dan produksi susu di Jawa Barat yang cenderung meningkat.

Tabel 3. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Jawa Barat Tahun 2003-2007 Tahun Populasi Sapi Perah (ekor) Produksi Susu (ton)

2003 95.513 207.854,79

2004 98.598 215.351,78

2005 92.755 201.852,85

2006 97.367 211.889,46

2007 103.489 225.212,15

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan 20081

Berdasarkan data pada Tabel 3, populasi sapi perah pada tahun 2007 mencapai 103.489 ekor dengan produksi susu sebanyak 225.212,15 ton. Populasi sapi dan produksi susu di Jawa Barat tersebut meningkat sebesar 6,29 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut data Departemen Pertanian tahun 2008, secara umum konsumsi susu dari subsektor peternakan di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan. Tabel 4 di bawah ini menunjukkan data konsumsi susu dan laju pertumbuhan konsumsi susu di Indonesia.

Tabel 4. Konsumsi Susu dan Laju Pertumbuhan Konsumsi Susu di Indonesia Tahun 2004-2007

Tahun Konsumsi Susu (ribu ton) Laju Pertumbuhan (dalam persen)

2004 957.575 --

2005 845.744 -11,68

2006 1.854.744 119,37

2007 1.984.875 7,00

Sumber: www.deptan.go.id, 2008 (diolah)

1


(18)

4 Meskipun secara umum konsumsi susu nasional mengalami peningkatan, namun konsumsi susu per kapita per tahun di Indonesia masih tergolong rendah. Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), pada tahun 2007 angka per kapita konsumsi susu di Indonesia hanya sebesar sembilan liter per kapita per tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara lain di Asia diantaranya Malaysia mencapai 25,4 liter per tahun, Vietnam 10,7 liter per tahun2.

Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produksi Susu di Kabupaten Bogor tahun 2006-2009 Tahun Produksi Susu (Liter) Laju Pertumbuhan (%)

2006 9.038.816 -

2007 9.294.648 2.83

2008 10.422.075 12.34

2009 10.767.500 3.31

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (diolah)

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat produksi susu yang terus meningkat sejak tahun 2006 sampai 2009. Meningkatnya produksi susu ini menandakan adanya perkembangan pada industri susu yang berada di Kabupaten Bogor bukan hanya pada tingkat peternakan sapi perah tetapi juga pada tingkat pengolahan susu. Dengan kata lain permintaan untuk susu dan produk olahannya meningkat. Meningkatnya permintaan akan suatu produk bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah jumlah penduduk. Data BPS tahun 2010 menunjukan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor terus bertambah. Pada tahun 2009, jumlah penduduk di Kabupaten Bogor mencapai 4.477.344 jiwa, atau naik sekitar 3,15% dari tahun 2008.

Pada Tabel 6, dapat dilihat adanya peningkatan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk telur dan susu di propinsi Jawa Barat. Berdasarkan data tersebut, baik penduduk perkotaan maupun penduduk pedesaan mengalami peningkatan pengeluaran untuk produk telur dan susu pada tahun 2008 yaitu sebesar 13,29 persen dan 17,02 persen dibandingkan tahun 2007.

2


(19)

5 Tabel 6. Jumlah Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Perbulan Penduduk Jawa

Barat untuk Produk Telur dan Susu Tahun 2007 dan 2008

Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008

Penduduk Perkotaan Rp 14.405 Rp. 16.320

Penduduk Pedesaan Rp 6.275 Rp. 7.322

Perkotaan+Pedesaan Rp 11.048 Rp. 12.613

Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)

Peningkatan populasi dan produksi susu yang diiringi oleh peningkatan konsumsi susu menunjukkan bahwa produk susu memiliki peluang yang besar untuk terus dikembangkan khususnya di Jawa Barat. Hal ini disebabkan susu merupakan produk yang dibutuhkan oleh banyak orang yang meliputi berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, fungsi susu sebagai salah satu sumber bahan pangan yang kaya protein dan bergizi tinggi.

Menurut Rahman et al (1992), susu mengandung berbagai komponen bahan pangan yang sangat sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri, kapang maupun khamir. Akibat pertumbuhan berbagai jenis mikroba ini, maka susu merupakan suatu bahan pangan hasil ternak yang mudah rusak sehingga diperlukan suatu proses penanganan yang baik. Salah satu cara penanganan susu tersebut adalah dengan cara pengolahan. Produk susu olahan diantaranya susu bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya yang mengandung susu seperti keju dan mentega. Produk susu olahan tersebut banyak diminati masyarakat. Pada tahun 2008, konsumsi olahan dalam negeri mencapai 1.022.864 ton, dengan konsumsi per kapita sebesar 8,02 kg per tahun (Dinas Perindustrian RI 2009).

1.2. Perumusan Masalah

Perkembangan usaha pengolahan susu sapi dalam negeri masih memiliki berbagai tantangan yang harus dihadapi sekaligus berbagai peluang yang harus dimanfaatkan. Tantangan yang harus dihadapi antara lain pengolahan susu yang masih tradisional dengan skala usaha yang kecil, keterbatasan modal usaha, dan wilayah pemasaran yang sangat kecil. Sedangkan kebutuhan dan konsumsi susu yang semakin tinggi setiap tahunnya merupakan peluang yang harus dimanfaatkan peternak.


(20)

6 Education Corporate Farming (E-coFarm) Fakultas Peternakan IPB berdiri pada bulan Maret 2006 dengan modal awal yang dimiliki adalah 20 ekor sapi perah betina dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, 12 ekor sapi dara bunting dari Kementrian Negara Koperasi dan UMKM. Pegawai yang bekerja sebanyak 7 orang (4 orang pegawai kandang dan 3 orang pencari rumput). Saat ini jumlah sapi yang dimiliki E-coFarm berjumlah 21 ekor, terdiri dari 14 ekor sapi periode laktasi, 2 dara dan 4 anakan. Rata-rata produksi susu segar yang dihasilkan E-coFarm sebanyak 60-80 liter perhari.

Produk yang dihasilkan dan dijual oleh E-coFarm tidak hanya susu segar tetapi juga produk olahan susu berupa susu pasteurisasi, yoghurt, dan puding. Produk berupa susu segar sebagian dijual ke D-Farm Fapet IPB dan beberapa konsumen lain yang memiliki usaha pengolahan susu yang berskala rumah tangga. Sedangkan sebagian lagi digunakan untuk membuat produk olahan yang kemudian dijual di wilayah Kampus IPB.

E-coFarm memiliki harapan untuk bisa memproduksi dan menjual lebih banyak produk olahan. Usaha pengolahan sendiri memiliki manfaat untuk mendapatkan nilai tambah dari susu murni yang dihasilkan. Tetapi pada kenyataannya sampai saat ini E-coFarm belum mampu untuk memenuhi harapannya dalam hal memproduksi lebih banyak produk dan memperluas wilayah pemasaran. E-coFarm yang wilayah pemasarannya hanya disekitar Kampus IPB ini, memproduksi produk olahan berdasarkan stok yang tersedia. Dengan demikian, E-coFarm tidak bisa meningkatkan produksi produk olahannya walaupun E-coFarm memiliki bahan baku utama yaitu susu segar yang cukup banyak. Sebagai contohnya, E-coFarm rata-rata hanya menggunakan 76 liter susu per bulan untuk menghasilkan 140 liter yoghurt, sedangkan E-coFarm mampu memproduksi susu segar sebanyak 60-80 liter perhari. Selain itu E-coFarm belum memiliki tempat penyimpanan susu yang memadai. Susu segar yang dihasilkan harus segera diolah atau disimpan di mesin pendingin agar susu tidak rusak. Kondisi inilah yang menyebabkan E-coFarm tidak memiliki pilihan selain menjual susu segarnya ke konsumen yang juga melakukan usaha pengolahan susu.


(21)

7 Berdasarkan penjelasan diatas, ada beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian adalah:

1. Faktor internal dan eksternal apa saja yang berpengaruh terhadap usaha E-coFarm, Darmaga-Bogor?

2. Bagaimana alternatif dan prioritas strategi yang tepat untuk di terapkan pada pihak E-coFarm sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha E-coFarm.

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh pihak E-coFarm.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak diantaranya:

1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dalam menerapkan teori-teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan.

2. Bagi E-coFarm, penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kondisi lingkungan usaha dan memberikan alternatif perumusan strategi pengembangan usaha sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

3. Bagi pembaca, sebagai wawasan dan bahan kajian mengenai studi strategi pengembangan usaha serta sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi studi lingkungan usaha dan penyusunan strategi pengembangan melalui analisis faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh E-coFarm. Penelitian ini hanya sampai pada formulasi dari manajemen strategis. Sedangkan untuk tahap implementasi strategi merupakan wewenang manajemen perusahaan.


(22)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ternak Sapi Perah

Berdasarkan skala usahanya peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan menjadi perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat (Sudono, 1999). Perusahaan peternakan merupakan peternakan yang dikelola oleh suatu perusahaan komersial dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan mempunyai izin usaha serta sudah menggunakan teknologi baru dalam proses produksinya. Sedangkan peternakan rakyat merupakan usaha yang dilakukan oleh rakyat disamping usaha taninya, sehingga sifat pengelolaannya masih tradisional dengan kepemilikan sapi perah kurang dari 20 ekor.

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan sapi perah adalah pada pemberian pakan. Sapi perah dapat berproduksi tinggi jika mendapat pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga menghasilkan susu yang optimal. Cara pemberian pakan yang salah dapat menyebabkan penurunan produksi, gangguan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian (Sudono et al. 2003).

Sudono (1999), menyatakan ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan mengembangkan usaha peternakan sapi perah, yaitu:

1. Peternakan sapi perah adalah suatu usaha yang tetap

2. Sapi perah merupakan ternak yang paling efisien dalam mengubah pakan menjadi protein hewani dan kalori

3. Memberikan jaminan pendapatan

4. Penggunaan tenaga kerja yang tetap sepanjang tahun

5. Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan memanfaatkan kotoran sapi perah sebagai pupuk.

2.2. Susu

Menurut Edelsten (1988), secara umum susu adalah sekresi kelenjar ambing dari hewan yang menyusui anaknya. Rahman et al. (1992) menambahkan, secara kimia susu didefinisikan sebagai emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam, mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal. Menurut


(23)

9 SNI No 01-3141-1998 (Dewan Standardisasi Nasional 1998) susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi yang sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu segar adalah susu murni yang disebutkan di atas dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.

2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan susu adalah bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus, umur sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan tatalaksana pemberian pakan (Sudono et al. 1999). Menurut Imelda dan Edward (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas atau mutu air susu yang dihasilkan antara lain kondisi sapi, kebersihan kandang dan lingkungan sekitar serta pakan yang diberikan.

Tabel 7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan Produksi Air Susu (liter) Frekuensi Pemerahan (kali)

5 1

5-10 2

10-20 3

20-40 4

Sumber: Dinas Peternakan Jawa Barat (2002)

Frekuensi atau banyaknya dilakukan pemerahan setiap hari pada sapi ditentukan oleh jumlah air susu yang dihasilkan, pemberian pakan, pemeliharaan dan tenaga kerja. Produksi susu bertambah dengan meningkatnya frekuensi pemerahan, bahkan hal ini terjadi juga pada sapi yang produksi susunya rendah.

Frekuensi pemerahan pada umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Jika jarak pemerahan sama, yaitu 12 jam, maka susu yang dihasilkan pagi hari akan sama dengan jumlah susu pada sore hari. Pada saat dilakukan pemerahan, ambing dan tangan atau alat pemerah harus bersih agar susu yang dihasilkan bersih dan sapi tetap sehat, terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya (Sudono et al. 2003).


(24)

10 Susu segar yang baru diperah harus segera mendapatkan penanganan karena sifatnya yang mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Peralatan yang digunakan untuk menampung susu disebut milk can. Sebelum dimasukkan ke dalam milk can, susu harus disaring terlebih dahulu agar bersih dari kotoran seperti bulu sapi dan vaselin yang tercampur dengan susu. Pendinginan susu pada suhu 4°C yang bertujuan agar susu dapat tahan lebih lama dan bakteri tidak mudah berkembang biak (Sudono et al. 2003).

2.4. Produksi Susu

Produksi susu di Indonesia sampai saat ini belum mencukupi kebutuhan dan permintaan konsumen. Hal ini antara lain disebabkan jumlah/populasi ternak yang masih kurang, selain daya produksi susu per ekor yang belum mencapai titik optimum (Sudarwanto 1999). Rataan produksi susu sapi Fries Holstein (FH) adalah 10.209,96 Kg per laktasi. Total produksi susu umumnya bertambah untuk bulan pertama setelah melahirkan, kemudian perlahan-lahan berkurang pada bulan laktasi berikutnya (Ensminger dan Tyler 2006). Sebagaimana yang dinyatakan Schmidt (1971) sebelumnya bahwa produksi susu relatif banyak dan akan bertambah empat sampai enam minggu setelah melahirkan, kemudian produksi susu menurun sampai berakhirnya periode laktasi. Menurut Sudono et al. (2003), produksi susu sapi FH di Amerika serikat rata-rata 7.425 kg per laktasi dan di Indonesia 10 liter per ekor per hari atau lebih kurang 3.050 kg per laktasi.

2.5. Susu Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku dengan suhu dibawah titik didih. Teknik ini digunakan untuk mengawetkan bahan pangan seperti susu. Pasteurisasi tidak mematikan semua mikroorganisme, tetapi hanya yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora. Oleh sebab itu, proses ini sering diikuti teknik lain misalnya pendinginan dan pemberian gula. Produk pasteurisasi bila disimpan dalam suhu kamar hanya bertahan 1 sampai 2 hari sedangkan jika disimpan pada suhu rendah dapat tahan selama 1 minggu. Pasteurisasi memiliki tujuan diantaranya adalah membunuh bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia, memperpanjang daya simpan, menimbulkan citarasa yang lebih baik, dan dapat menginaktifkan enzim fosfatase dan katalase yang membuat susu cepat rusak.


(25)

11 Susu pasteurisasi adalah susu segar yang dipanaskan dengan menggunakan metode high temperature short time. Suhu saat dilakukan pemanasan berkisar antara 71oC sampai 75oC agar dapat mematikan bakteri penyebab penyakit. Pada suhu 4oC susu pasteurisasi dapat bertahan selama 5-7 hari. Susu pasteurisasi memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah meningkatkan stamina dan kekebalan tubuh, mengurangi tekanan darah, mencegah osteoporosis, mencegah kangker usus, membatu proses pertukaran zat dalam tubuh, sebagai sumber vitamin, lemak dan protein.

2.6. Yoghurt

Menurut Rahayu dan Sudarmadji (1998), yoghurt adalah bahan pangan hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus) yang mempunyai flavor khas, tekstur semi padat dan halus, kompak dengan rasa asam yang segar. Hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat tersebut mengahasilkan bentuk atau konsistensi yang menyerupai pudding.

Yoghurt adalah produk susu yang mengalami fermentasi. Pembuatannya telah berevolusi dari pengalaman dari beberapa abad yang lalu dengan membiarkan susu yang tercemar secara alami menjadi masam pada suhu panas, sekitar 40°-50°C. Dalam pembuatan yoghurt secara alami, susu yang akan difermentasi dipanaskan sampai 90°C selama 15-30 menit, kemudian didinginkan sampai 43°C, diinokulasi dengan 2% kultur campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dan dibiarkan pada suhu ini selama kira-kira 3 jam sampai tercapai keasaman yang dikehendaki 0,85-0,90% dan pH 4,0-4,5. Kemudian produk didinginkan sampai 5°C untuk dikemas (Buckle et al. 1987).

Tahapan pemanasan ini akan membunuh organisme pencemar, menurunkan potensi redoks campuran tersebut dan menghasilkan faktor-faktor dan kondisi menguntungkan untuk perkembangan bakteri yang dimasukkan sebagai inokular. Pemanasan juga menyebabkan denaturasi sifat protein whey dan perubahan menjadi casein yang memberi konsistensi yang lebih baik dan lebih seragam pada produk akhir (Buckle et al. 1987).

Saat ini minuman Yoghurt sudah dikenal oleh banyak bangsa dan berkembang ke seluruh dunia. Berikut terdapat beberapa istilah yang digunakan


(26)

12 untuk menyebut produk yoghurt dari beberapa negara diantaranya adalah Jugurt (Turki), Dahee (India), Fiilmjolk (Skandinavia), Tarho (Hongaria), Naja (Bulgaria), Kissel mleka (Balkan), Zabady (Mesir dan Sudan), Mast (Iran), Roba (Irak), Mazun (Armenia), Tiaourti (Yunani), Cieddu (Italia), Mezzoradu (Sisilia), Filli (Finlandia), dan Leban (Libanon) (Rahman et al. 1992).

2.6.1 Tipe Yoghurt

Yoghurt dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan perbedaan metode pembuatannya tipe yoghurt dibagi menjadi dua jenis yaitu set yoghurt dan stirred yoghurt. Klasifikasi ini didasarkan pada sistem pembuatannya dan struktur fisik dari koagulan. Set yoghurt adalah produk dimana pada waktu inkubasi atau fermentasi susu berada dalam kemasan kecil, sehingga memungkinkan koagulannya tidak berubah. Sedangkan pada pembuatan stirred yoghurt, proses fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah yang besar kemudian proses pengemasan dilakukan setelah inkubasi sehingga memungkinkan koagulannya pacah atau rusak sebelum pendinginan dan pengemasan selesai (Rahman et al. 1992).

Selain klasifikasi yoghurt berdasarkan metode pembuatannya, menurut Rahman et al. (1992), masih sering dijumpai produk-produk yoghurt lain yang telah dimodifikasi antara lain:

a. Yoghurt pasteurisasi, yaitu yoghurt yang setelah proses inkubasi lalu dipasteurisasi untuk memperpanjang umur simpannya

b. Yoghurt beku, yaitu yoghurt yang disimpan pada suhu beku

c. Dietic yoghurt, yaitu yoghurt yang dibuat dengan rendah kalori, rendah laktosa, ataupun ditambahkan vitamin atau protein

d. Konsentrat yoghurt, yaitu yoghurt dengan total padatan sekitar 24% atau yoghurt kering dengan total padatan sekitar 90-94%.

2.6.2. Manfaat Yoghurt

Yoghurt mengandung kalori, protein, karbohidrat, kalsium dan potasium lebih tinggi dibandingkan susu segar, tetapi kandungan lemaknya lebih rendah. Yoghurt dapat mensuplai hampir seluruh asam amino esensial dan nutrisi lainnya, tetapi yoghurt tidak cukup mengandung vitamin C, vitamin B komplek dan


(27)

13 mineral besi. Vitamin B komplek akan digunakan oleh bakteri dalam fermentasi, sehingga yoghurt akan kekurangan vitamin B komplek. Hasil analisis kandungan gizi susu dan yoghurt dalam Tamime dan Robinson (1989) dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt per 100 g

No Kandungan (unit/ 100g Susu Yoghurt

1 Kalori 67,5 72

2 Protein (g) 3,5 3,9

3 Lemak (g) 4,25 3,4

4 Karbohidrat (g) 4,75 4,9

5 Calsium (mg) 119 145

6 Sodium (mg) 50 47

7 Potasium (mg) 152 186

Sumber : Tamime dan Robinson (1989)

Yoghurt dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia. Bakteri baik yang terdapat dalam yoghurt sangat diperlukan untuk membantu melancarkan pencernaan. Di dalam saluran usus manusia terdapat lebih dari 100 triliyun bakteri yang terdiri dari sekitar 100 spesies. Bakteri-bakteri tersebut bersama dengan mikroba lain secara kolektif membentuk kelompok mikroba di dalam tubuh manusia yang disebut mikroflora usus atau kadang-kadang secara singkat hanya disebut sebagai flora usus (Winarno 1997).

Menurut Winarno (1997), mikroflora usus mengandung bakteri tertentu yang dapat digolongkan ke dalam kelompok yang membantu kesehatan dan kelompok lain yang bersifat patogen. Jika jumlah bakteri yang merugikan (patogen) melebihi jumlah bakteri yang menguntungkan, maka akan terjadi gangguan pada pencernaan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan sakit. Banyak spesies bakteri yang menguntungkan bagi kesehatan, sebagian besar merupakan bakteri asam laktat (Lactobacilli, Streptococci, Enterococci dan Bifidobacteria). Beberapa bakteri asam laktat telah diketahui mampu menekan produksi senyawa karsinogen dalam usus dan mampu menstimulasi respon imunitas sehingga fungsi pencegahan kanker dan berbagai penyakit infeksi dapat ditangani.

Menurut Robinson (1999), terdapat beberapa efek kesehatan (Theraupeticpurpose) yang telah dibuktikan dengan mengkonsumsi susu


(28)

14 fermentasi, yaitu: memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja usus besar (mengatasi konstipasi dan diare), memiliki efek anti kanker, dapat mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan mengatasi srtess, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekanan darah.

Lactose intolerance merupakan suatu gejala tidak tahan terhadap laktosa susu sehingga menyebabkan diare. Hal ini disebabkan kekurangan enzim pencerna yaitu laktase. Enzim laktase diperlukan untuk memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Menurut Winarno (2002), susu yang telah mengalami fermentasi dapat menurunkan 25 persen kadar laktosa yang ada dan tersisa sekitar 75 persen, sehingga penderita Lactose intolerance dapat mengkonsumsi produk fermentasi susu dengan tidak menyebabkan gejala-gejala yang merugikan.

2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt

Pembuatan yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan awal sampai didapatkan susu yang siap untuk difermentasi dan menghasilkan yoghurt. Persiapan yang dilakukan meliputi pelarutan susu sapi dan gula, pemanasan awal, homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penambahan kultur starter dan inkubasi (Tamime dan Robinson 1989). Pelarutan dilakukan dengan cara memasukkan susu sapi dan gula ke dalam wadah sambil diaduk secara perlahan sampai merata. Susu sapi yang telah dilarutkan dengan gula dipanaskan sampai suhunya mencapai 70°C. Perlakuan pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses pemanasan awal sebelum masuk mesin homogen (Tamime dan Robinson 1989).

Proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan mesin homogen dengan tekanan sebesar 2400 Psi. Homogenisasi bertujuan untuk menurunkan diameter rata-rata globula lemak menjadi kurang dari 2 mikron, memperbaiki viskositas yoghurt karena terjadi peningkatan absorpsi lemak terhadap misel kasein menurunkan sineresis, susu menjadi lebih putih dan menjamin campuran lebih homogen (Tamime dan Robinson 1989).

Pasteurisasi dilakukan pada suhu 85-90°C selama 15 menit. Proses pasteurisasi susu sebelum fermentasi bertujuan untuk 1) mendenaturasi whey protein (albumin dan globulin) agar susu yang dihasilkan kental, 2)


(29)

15 menghilangkan kandungan mikroba awal yang terdapat dalam susu agar pertumbuhan dari mikroba starter tidak tersaingi pada masa pertumbuhan, 3) mengurangi jumlah O2 dalam susu yang secara normal bersifat mikroaerofilik sehingga bakteri yoghurt dapat berkembang biak dengan baik dan 4) merusak protein dalam batas-batas tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh kultur yoghurt untuk pertumbuhannya (Tamime dan Robinson 1989).

Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu pasca pasteurisasi secara cepat dan menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 40-45°C. Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan starter yoghurt yang ditambahkan. Penambahan kultur starter ke dalam susu menggunakan dosis yang telah ditentukan sebelumnya. Kultur starter yang ditambahkan merupakan kultur campuran yang terdiri dari Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus (Tamime dan Robinson 1989).

Tahap terakhir adalah inkubasi yang merupakan proses fermentasi yang dilakukan di dalam inkubator yang suhunya diatur pada kisaran 40-45°C. Proses fermentasi (inkubasi) dihentikan setelah terbentuk struktur susu yang yang menggumpal dan memiliki karakteristik pH atau derajat keasaman antara 4,4-4,6. Hasil fermentasi susu tersebut dinamakan stirred yoghurt yang kemudian disimpan pada suhu dingin (Tamime dan Robinson 1989).

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang yoghurt sebelumnya pernah dilakukan oleh Indriyani (2009), yaitu meneliti tentang Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt (Studi Kasus pada Unit Peternakan Darul Fallah ”Dafarm”, Desa Benteng Ciampea, Bogor-Jawa Barat). Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pada Unit Peternakan Darul Fallah ”Dafarm”, serta merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan pihak perusahaan dengan kondisi lingkungan usaha, serta menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha yoghurt yang dapat diterapkan oleh Dafarm. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk


(30)

16 mengetahui lingkungan internal dan eksternal perusahaan, sedangkan analisis kuantitatif digunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM.

Berdasarkan analisis lingkungan usaha, lingkungan Dafarm terbagi menjadi lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan utama Dafarm yaitu produk bersertifikat halal dan memiliki mutu yang relatif baik, sedangkan kelemahan utamanya adalah produk belum memiliki izin dari BPOM dan labelisasi kemasan yang belum lengkap. Pada lingkungan eksternal faktor-faktor yang menjadi peluang utama adalah permintaan produk yang seluruhnya terpenuhi, dan yang menjadi ancaman utamanya adalah potensi persaingan industri yoghurt yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis IFE, EFE, matriks IE dan SWOT, maka diperoleh delapan alternatif strategi pengembangan usaha bagi Dafarm.

Berdasarkan analisis matriks QSP, urutan prioritas strategi pengembangan usaha bagi Dafarm adalah sebagai berikut: 1) melengkapi label produk dan mengurus perizinan ke BPOM, 2) merekrut manajer profesional, 3) meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan kerja sama dengan peternak mitra untuk memenuhi seluruh permintaan, 4) mempertahankan harga jual produk dan terus berupaya meningkatkan mutu produk, 5) meningkatkan pelayanan kepada pelanggan (distributor), 6) menciptakan diferensiasi produk, 7) melakukan promosi dan sosialisasi manfaat yoghurt secara intensif dan 8) memperluas wilayah pemasaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Risman (2009) yaitu mengenai Strategi Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Daru Fallah Kecamatan Ciampea. Dari penelitian ini diperoleh hasil penelitian IE yang menunjukkan kuadran V (bertahan dan memelihara)

Kajian Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dilakukan oleh Soleh (2009). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap usaha ternak sapi perah di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur dan merumuskan alternatif strategi yang tepat dalam usaha ternak sapi perah di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Metode analisis yang digunakan antara lain analisis deskriptif usaha peternakan


(31)

17 sapi perah, dan analisis strategi pengembangan usaha ternak. Proses penyusunan strategi pengembangan usaha dilakukan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap pemasukan data, tahap pemaduan data dan tahap keputusan. Alat yang dipakai untuk analisis lingkungan adalah matriks IFE dan matriks EFE, sedangkan alat untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan strategi usaha digunakan analisis SWOT serta untuk memprioritaskan strategi alat yang digunakan adalah QSPM.

Alternatif strategi yang bisa diterapkan untuk pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Sukaresmi berdasarkan analisis SWOT adalah meningkatkan skala usaha, memperbaiki manajemen usaha, membuat diversifikasi produk di tingkat peternak atau kelompok ternak, mempermudah akses permodalan dan memperkuat peran kelompok ternak. Berdasarkan hasil analisis QSPM diperoleh urutan strategi yang menjadi prioritas untuk diimplementasikan. Urutan prioritas strategi tersebut adalah meningkatkan skala usaha, membuat diversifikasi produk di tingkat peternak atau kelompok ternak, memperbaiki manajemen usaha, membuka akses ke perbankan untuk meningkatkan permodalan, dan memperkuat fungsi kelompok ternak.

Kajian Strategi Pengembangan Usaha Susu Pasteurisasi dilakukan oleh Tagor (2004). Penelitian tersebut dilakukan pada Firma Surya Dairy Farm yang berlokasi di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal perusahaan, merumuskan strategi usaha yang dapat di terapkan bagi perusahaan dan memilih perioritas strategi yang paling tepat diterapkan oleh Firma Surya Dairy Farm. Alat yang dipakai untuk analisis lingkungan adalah matriks IFE dan matriks EFE, untuk mengetahui jenis strategi yang baik bagi perusahaan digunakan matriks IE, untuk menyusun strategi yang cocok digunakan matriks SWOT, serta untuk memprioritaskan strategi alat yang digunakan adalah QSPM.

Faktor-faktor yang menjadi peluang bagi Firma Surya Dairy Farm adalah krisis ekonomi yang berangsur-angsur pulih di Indonesia, konsumsi masyarakat akan susu olahan cair, daerah pemasaran produk yang masih luas, tersedianya tenaga kerja yang potensial, perkembangan tingkat harga produk susu cair olahan, serta pasokan bahan baku yang kontinyu. Ancaman perusahaan adalah kondisi


(32)

18 politik dan keamanan negara yang tidak stabil, banyaknya produk substitusi di pasar, pasokan susu segar impor yang lebih berkualitas, dan perkembangan jenis penyakit pada hewan ternak sapi perah.

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah produk yang berkualitas, lokasi kantor pemasaran yang strategis, pelayanan konsumen yang sudah baik, pertumbuhan laba bersih usaha dalam 5 tahun terakhir, kemampuan memberikan kesejahteraan yang relatif memadai bagi karyawan, dan pengalaman perusahaan yang lebih dari 37 tahun. Kelemahan yang dimiliki adalah sifat produk yang mudah rusak, kurangnya promosi, produksi belum optimal, jangkauan pemasaran yang masih terbatas, dan teknologi produksi yang relatif sederhana.

Hasil analisis menggunakan matriks IE menunjukkan strategi perusahaan yang paling tepat adalah strategi hold and maintain. Kemudiah setelah menghasilkan strategi, maka urutan strategi bagi Firma Surya Dairy Farm adalah memelihara kualitas serta mutu pelayanan kepada konsumen, mengoptimalkan litbang untuk menghasilkan diversifikasi produk, mengoptimalkan volume produksi serta melakukan efisiensi biaya produksi dan pemasaran, memantapkan pijakan pasar pada daerah pemasaran yang sudah ada serta memperluas jaringan distribusi pemasaran, merekrut karyawan sebagai staf pemasaran serta meningkatkan kerja divisi pemasaran, dan melakukan kegiatan promosi melalui iklan secara gencar dan efektif.

Mahmud (2002), meneliti tentang strategi pemasaran produk susu cup. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Pangalengan Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari bauran pemasaran produk susu cup yang telah dilakukan ole KPBS Pangalengan, mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal usaha produk susu cup, dan mengajukan alternatif strategi pemaaran dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan posisi usaha.

Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode SWOT (Strenght, Weekness, Opportunity, Threat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis daur hidup produk , KPBS memiliki perkembangan volume penjualan dan waktu. Volume penjualan produk susu memiliki nilai yang terus meningkat sejak mulai diproduksi pada tahun 1997, hingga akhir tahun 2000.


(33)

19 Sampai dengan akhir tahun 2000, perusahaan berada pada tahap pertumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh alternatif strategi pemasaran berupa diversifikasi dari segi rasa, menetapkan harga yang terjangkau bagi konsumen, penjualan melalui toko-toko atau supermarket, dan strategi promosi melalui promosi langsung kepada konsumen.

Manfaat ekonomis yang dirasakan adalah sebanyak 80 persen responden berpendapat bahwa harga beli susu oleh KPBS lebih tinggi daripada di luar. Setelah adanya produk susu cup, sebanyak lebih dari 80 persen menyatakan volume susu yang disetorkan sama. Semua responden menyatakan pendapatan meningkat karena harga beli susu oleh koperasi semakin meningkat. Manfaat dari segi sosial adalah sebanyak 66,7 persen menyatakan puas atas pelayanan koperasi. Sebanyak 60 persen responden menjawab pernah mendapatkan pembinaan khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ternak. Sedangkan yang berpendapat pernah melakukan kerjasama dengan anggota lain sebanyak 44,3 persen. Dalam partisipasi anggota sebanyak 13,3 persen menyatakan selalu hadir, 66,7 persen tidak selalu hadir dan 20 persen tidak pernah hadir. Dari segi permodalan sebanyak seratus persen membayar simpanan pokok dan simpanan wajib secara teratur. Sebanyak 43,3 persen memiliki simpanan sukarela. Serta sebanyak 76,67 persen responden pelanggan tetap koperasi.


(34)

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Manajemen Strategis

Manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengambangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang, perencanaan jangka panjang, sebaliknya, mencoba untuk mengoptimalkan kecenderungan sekarang untuk masa datang (David 2006). Proses manajemen strategis menurut David (2006), terdiri atas tiga tahap: formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi, dengan alur proses manajemen strategi seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategi (David 2006) Menjalankan

Audit Eksternal

Menjalankan Audit Internal

Menetapkan Tujuan Jangka

Panjang Merumuskan, Mengevaluasi dan Memilih Strategi Implementasi Strategi-Isu Manajemen Implementasi Strategi Isu-isu Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Penelitian dan Pengembangan, Sistem Informasi Manajemen Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja Mengembangkan Pernyataan Visi dan Misi


(35)

21 3.1.2.Perencanaan Strategi Bisnis

Tujuan utama perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Perencanaan strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.

Menurut Porter (1997) perencanaan strategis adalah proses manajerial untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian dan sumberdaya organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah. Tujuan perencanaan strategis adalah untuk membentuk dan menyempurnakan usaha serta produk perusahaan sehingga memenuhi target laba pertumbuhan. Perencanaan strategis memerlukan tiga kegiatan kunci, yaitu:

1. Perusahaan mengelola usahanya sebagai portofolio investasi. Setiap usaha memiliki potensial laba yang berbeda, dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan harus dialokasikan dengan tepat.

2. Perusahaan mengevaluasi setiap unit usaha secara tepat dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian perusahaan dalam pasar tersebut.

3. Perusahaan harus mengembangkan suatu rencana permainan untuk mencapai tujuan jangka panjang dan menentukan strategi apa yang paling sesuai dari sudut pandang posisi industri dan tujuan, peluang, keahlian, dan sumberdayanya.

3.1.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

Visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk diwujudkan oleh seluruh personel perusahaan. Cita-cita masa depan yang ada dalam benak pendiri yang kira-kira mewakili seluruh anggota perusahaan disebut dengan visi. Sedangkan misi merupakan penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan (Umar 2008). Visi diperlukan untuk memotivasi tenaga kerja secara efektif, visi bersama antara manajer dan karyawan menciptakan perhatian bersama yang dapat mengangkat pekerja dari


(36)

22 kebosanan kerja dan menempatkan mereka ke dunia baru yang penuh peluang dan ancaman (David, 2006). Tujuan perusahaan menerjemahkan pernyataan misi ke dalam sasaran organisasi yaitu berfokus pada kinerja, khususnya kinerja yang dapat diukur. Dalam menetapkan tujuan, organisasi memformulasikan metode-metode tentang pengejaran misi yang dapat diukur.

Misi mengartikulasi tentang perusahaan yang sebenarnya dan apa yang dapat dicapai. Misi timbul bukan sebagai suatu konsep tetapi sebagai suatu pernyataan. Pernyataan misi perusahaan menyajikan suatu artikulasi tentang sasaran umum ke dalam tema utama strategi perusahaan. Pernyataan misi mencerminkan pernyataan strategi perusahaan yang luas dan merupakan alat penting untuk ahli strategi. Pernyataan misi yang jelas diperlukan sebelum strategi alternatif dapat dirumuskan dan diimplementasikan. Pernyataan misi yang baik mengungkapkan pelanggan, produk atau jasa, pasar, teknologi, pemikiran untuk bertahan hidup, falsafah, konsep, pemikiran untuk citra publik, dan pemikiran untuk karyawan (David, 2006).

3.1.4. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan

Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam berbagai bidang fungsional bisnis. Analisis internal mengidentifikasi kekuatan dan kelemahaan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Kekuatan perusahaan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kelemahan perusahaan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor internal perusahaan adalah faktor manajemen, faktor pemasaran dan distribusi, faktor keuangan dan akuntasi, faktor produksi, faktor penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi (David, 2006).

1. Faktor Manajemen

Faktor manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, pengontrolan, dan pengendalian. Perencanaan mencakup semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Pengorganisasian termasuk dalam semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang.


(37)

23 Pemotivasian adalah termasuk usaha yang diartikan untuk membentuk tingkah laku manusia. Sedangkan pengendalian merujuk pada semua aktivitas yang diarahkan yang memastikan hasil dan dapat konsisten dengan hasil yang diharapkan. Agar setiap fungsi dalam manajemen dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tugasnya masing-masing, maka diperlukan koordinasi yang baik dan efesien. Koordinasi fungsional harus ditingkatkan apabila berbagai unit organisasi menjadi lebih sering tergantung, ukuran dan fungsinya menjadi lebih luas agar organisasi dapat mencapai sasarannya.

2. Faktor Pemasaran dan Distribusi

Pemasaran dan distribusi adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yang memungkinkan pembeli melakukan pembelian dan mempengaruhi pembeli untuk melakukan pembelian. Pemasaran dan distribusi memerlukan analisis pelanggan, riset pemasaran, biaya input dan produksinya, perencanaan pengembangan produk, penetapan harga dan memutuskan cara pengiklanan dan promosi, serta tanggungjawab sosial dan lingkungan.

3. Faktor Keuangan dan Akuntansi

Kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan dan sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan pelaksanaan kegiatan usaha. Sistem keuangan harus dikelola dengan baik, sehingga seluruh dana dapat diedarkan ke semua bagian kegiatan. Kelebihan atau kekurangan dana menandakan kurang tepatnya pengelolaan sistem keuangan (David, 2006).

4. Faktor Produksi

Faktor produksi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang mengubah masukkan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi menangani masukan, pengubahan dan keluaran yang bervariasi antara industri dan pasar. Aktivitas dalam memproduksi merupakan bagian terbesar dari aset manusia dan modal. Faktor produksi terdiri dari proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu. Kekuatan dan kelemahan dalam faktor produksi akan menentukan sukses atau gagalnya perusahaan.


(38)

24 5. Faktor Penelitian dan Pengembangan

Perusahaan yang dikelola dengan baik akan berusaha mengatur aktivitas penelitian dan pengembangan (litbang) dengan cara memecahkan keterisolasian litbang dari bagian perusahaan yang lain dan mendorong semangat kemitraan antara manajer litbang dan manajer lain dalam perusahaan. Organisasi melakukan investasi dalam litbang karena investasi tersebut dapat mengarah pada barang atau jasa superior dan mendapat keunggulan bersaing.

Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya, memperbaiki mutu produk, atau memperbaiki proses manufaktur untuk mengurangi biaya. Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk harus mempunyai orientasi penelitian dan pengembangan yang kuat.

6. Faktor Sistem Informasi

Informasi mengikat semua fungsi bisnis menjadi dasar untuk semua keputusan manajerial. Informasi mewakili sumber utama keunggulan dan kelemahan bersaing. Tujuan sistem informasi adalah memperbaiki prestasi perusahaan dengan memperbaiki mutu keputusan manajerial, karena organisasi menjadi lebih kompleks, terdesentralisasi, dan tersebar secara global, sehingga faktor sistem informasi menjadi sangat penting. Sistem informasi merupakan sumberdaya strategi utama, mengikuti perubahan lingkungan, mengenali ancaman persaingan, dan membantu dalam implementasi, evaluasi dan mengendalikan strategi.

3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan

Menurut David (2006), analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan, sehingga perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan kepada evaluasi terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan.

Lingkungan eksternal dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: 1) Lingkungan Jauh Perusahaan

Menurut Pearce and Robinson (2009) lingkungan jauh eksternal terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan


(39)

25 dengan situasi operasional perusahaan yaitu politik, ekonomi, sosial, budaya, demografi, teknologi atau sering disebut PEST.

a. Faktor Politik

Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-undang antitrust, program perpajakan, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif dan berbagai tindakan yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan. Faktor politik dapat memberikan dan menjadi peluang atau ancaman bagi suatu perusahaan.

b. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi berkaitan erat dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi. Pola konsumsi dipengaruhi oleh kesejahteraan relatif berbagai segmen pasar, dalam perencanaan strateginya perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen yang mempengaruhi industri. Faktor-faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan adalah tingkat penghasilan yang dapat dibelanjakan (disposable income), kecenderungan belanja masyarakat (propensity to spend), suku bunga primer, laju inflasi serta kecenderungan pertumbuhan pendapatan nasional bruto (PNB) (Pearce dan Robinson 1997).

c. Faktor Sosial Budaya

Kekuatan sosial selalu berubah sebagai akibat upaya seseorang memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan. Perubahan sikap sosial diiringi dengan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis barang dan jasa. Perusahaan harus dapat memanfaatkan perubahan kekuatan sosial sebagai peluang untuk melakukan ekspansi. Berbagai faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan antara lain kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup masyarakat di lingkungan ekstern perusahaan, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan etnik.


(40)

26 d. Faktor Teknologi

Perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi industri untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran. Terobosan teknologi dapat memberikan peluang berupa membuka pasar dan produk yang canggih, dan dapat berupa ancaman terhadap fasilitas produksi.

2) Lingkungan Industri

Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan permainan persaingan selain juga strategi-strategi yang secara potensial tersedia bagi perusahaan. Menurut Porter (1997), keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan persaingan pokok, yang diperlihatkan pada Gambar 3. Gabungan dari kelima kekuatan ini menentukan potensi laba akhir dalam industri. Lima kekuatan persaingan yaitu masuknya pendatang baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan tawaar-menawar pemasok (suppliers), serta persaingan di antara para pesaing yang ada. Kelima hal tersebut mencerminkan kenyataan bahwa persaingan dalam suatu industri tidak hanya terbatas pada para pemain yang ada. Kelima kekuatan persaingan tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan kemampuan dalam industri, atau kekuatan yang paling besar akan menentukan serta menjadi sangat penting dari sudut pandang perumusan strategi (Porter 1997). Menurut David (2006), persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Kelima kekuatan persaingan menurut Porter (1997) ditunjukkan pada Gambar 2.


(41)

27 Gambar 2. Kekuatan-kekuatan Persaingan Industri

(Sumber : Porter 1997)

3.2. Kerangka Operasional

Unit Peternakan E-coFarm memiliki usaha pengolahan susu yang cukup berpotensi untuk terus dikembangkan. Namun di sisi lain unit usaha ini harus menghadapi persaingan usaha dan berbagai kondisi yang ada dalam lingkungan internal maupun eksternal. Potensi E-coFarm yang belum dimaksimalkan dan diiringi dengan permasalahan internal yang muncul menjadi salah satu alasan mengapa analisis strategi pengembangan usaha perlu dilakukan.

Langkah awal yang dilakukan untuk memformulasikan strategi adalah mengidentifikasi visi, misi dan tujuan organisasi. Perumusan strategi pengembangan usaha selanjutnya akan dikaji berdasarkan kondisi eksternal dan internal E-coFarm. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi. Perumusan strategi dilakukan dengan menggunakan tiga tahap yang teridiri atas tahap pertama yang merupakan tahap input (input stage), tahap dua merupakan tahap pencocokkan (matching stage), dan tahap terakhir adalah tahap keputusan (decision stage).

Pesaing Industri

Persaingan di antara perusahan yang telah ada

Ancaman Produk pengganti (subtitusi)

Kekuatan Tawar-menawar

Pembeli Kekuatan

Tawar-menawar Pemasok

Ancaman Pendatang baru


(42)

28 Tahap pertama dalam kerangka kerja perumusan strategi adalah dengan mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan. Pada tahap kedua digunakan matriks SWOT untuk mendapatkan alternatif strategi. Tahap ketiga adalah menentukan prioritas alternatif strategi yang tepat untuk bisa digunakan oleh perusahaan. Secara lengkap kerangka pemikirian operasional penelitian dijelaskan pada Gambar 3.


(43)

29 Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

Unit Petenakan E-coFarm

E-coFarm belum mampu memaksimalkan usahanya

Dibutuhkan Analisis Strategi Pengembangan Usaha

Identifikasi Visi, Misi dan Tujuan Unit Peternakan E-coFarm

Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal E-coFarm

Identifikasi Faktor-faktor Internal: Manajemen

Pemasaran dan Distribusi Faktor Keuangan dan Akuntansi. Produksi

Sumber Daya Manusia

Identifikasi Lingkungan Eksternal: 1. Lingkungan Jauh

(ekonomi, sosial budaya, teknologi dan politik)

2. Faktor Lingkungan Industri Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Kekuatan Tawar Menawar

Pemasok

Ancaman Produk Pengganti Ancaman Pendatang Baru Persaingan dalam Industri

Kekuatan dan Kelemahan

Alternatif Strategi

Prioritas Strategi Pengembangan

Strategi Pengembangan Usaha

Peluang dan Ancaman


(44)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di E-coFarm (Education Corporate Farming) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor. E-coFarm bergerak dibidang penjualan dan pengolahan susu segar. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa E-coFarm merupakan salah satu unit usaha yang bergerak dalam penjualan dan pengolahan susu segar dibawah naungan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Selain itu pertimbangan lain berupa adanya ketersediaan data yang dibutuhkan dan kesediaan manajemen perusahaan menjadikan perusahaan tersebut sebagai lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan sejak Desember 2009 sampai Mei 2010.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive). Menurut david (2006), dalam analisis ini untuk menentukan responden, tidak ada jumlah minimal yang diperlukan, sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli di bidangnya. Responden adalah orang-orang yang mengenal betul dinamika dan keadaan bisnis yang dijalani. Responden dalam penelitian ini terdiri dari dua orang responden yang berasal dari internal dan eksternal yaitu manajer lapang E-coFarm dan pesaing terdekat pada unit usaha yaitu D-Farm. Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

4.3. Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari perusahaan (E-coFarm) baik dari hasil wawancara dan dari hasil observasi langsung yaitu dengan melihat dan mengamati situasi perusahaan, mengumpulkan dan mencatat data penjualan produksi susu. Data primer berupa faktor-faktor strategis internal dan eksternal diperoleh dengan cara wawancara menggunakan responden sebagai narasumber. Narasumber dalam pengambilan informasi tentang faktor-faktor internal dipilih


(45)

31 dari pihak perusahaan. Tujuan dari pemilihan responden tersebut adalah dengan anggapan bahwa pihak perusahaan akan lebih mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang dapat mempengaruhi perusahaan. Wawancara juga dilakukan dengan pesaing terdekat untuk membandingkan kondisi eksternal usaha.

Data sekunder dapat diperoleh dari beberapa buku yang terkait dengan penelitian, studi pustaka, literatur dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Ditjen Peternakan, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, jurnal dan artikel. Data sekunder berupa pendukung penelitian melalui penelitian-penelitian sebelumnya dapat diperoleh dari skripsi sebelumnya dan browsing internet guna mencari data yang mendukung penenlitian.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dari bulan Desember 2009 sampai Mei 2010 di E-coFarm (Fapet IPB). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan metode observasi langsung, wawancara, studi pustaka, literatur dari BPS, Ditjen Peternakan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, jurnal dan arikel serta browsing internet.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Tujuan metode deskriptif adalah untuk memberikan gambaran secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif melalui pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui lingkungan perusahaan terkait dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yaitu menggunakan analisis SWOT dalam penentuan alternatif strategi.

4.5.1. Analisis SWOT

Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan maka dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yaitu menganalisis peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Untuk menentukan


(46)

32 faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman dilakukan wawancara interatif dengan pihak perusahaan. Pada proses awal wawancara peneliti berusaha mencari informasi keadaan internal diantaranya mengenai manajemen, pemasaran dan distribusi, keuangan dan akuntansi, produksi dan sumberdaya manusia. Setelah informasi tersebut terkumpul kemudian peneliti membuat daftar faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan yang kemudian dikonfirmasikan kembali dengan pihak perusahaan dengan tujuan memastikan bahwa daftar kekuatan dan kelemahan yang dibuat tersebut sudah menggambarkan kondisi internal perusahaan. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perusahaan berdasarkan lingkungan jauh dan lingkungan industri. Pada tahapan ini peneliti memberikan panduan secara umum tentang faktor-faktor yang ada didalam lingkungan jauh dan lingkungan industri. Kemudian pihak perusahaan memberikan penjelasan tentang pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap perusahaan. Dari hasil penjelasan yang didapat peneliti membuat daftar peluang dan ancaman yang kemudian di konfirmasikan kembali dengan pihak perusahaan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak pesaing terdekat untuk mendapatkan informasi apakah faktor yang menjadi peluang dan ancaman pada E-coFarm juga berpengaruh terhadap usaha yang dijalankan pihak pesaing. Setelah mendapatkan data peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan, tahap yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis SWOT.

Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan bagi para manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi: SO (kekuatan-peluang), WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman). Mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian sulit terbesar untuk mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik, dan tidak ada satu pun kecocokan terbaik (David 2006). Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan.

Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau strategi


(47)

33 kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal.

Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa organisasi yang pasti selalu menghadapi ancaman frontal dalam lingkungan eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman lingkungan.

Matriks SWOT menampilkan sembilan sel, yaitu empat sel faktor kunci yang menentukan, empat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci yang diberi nama S, W, O, dan T, dan satu sel yang selalu dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel strategi yang diberi nama dengan Penyusunan matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 4. Faktor-faktor Internal Faktor-faktor Eksternal Kekuatan (S) Daftar kekuatan Kelemahan (W) Daftar kelemaha Peluang (O) Daftar peluang-peluang Strategi S-0 Membuat strategi dengan

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang

Strategi W-O Membuat strategi yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan Ancaman (T) Daftar ancaman-ancaman eksternal Strategi S-T Membuat strategi yang menggunakan kekuatan

untuk menghindari ancaman

Strategi W-T Membuat strategi yang

meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman. Gambar 4. Matriks SWOT

Sumber: David (2006)

Berdasarkan Gambar 4. diperoleh delapan langkah dalam menyusun matriks SWOT, yaitu:

1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal organisasi atau perusahaan 2. Menentukan faktor-faktor ancaman organisasi atau perusahaan

3. Menentukan faktor-faktor kekuatan organisasi atau perusahaan 4. Menentukan faktor-faktor kelemahan organisasi atau perusahaan


(48)

34 5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan

strategi S-O. Catat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan.

6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W-O. Catat hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan.

7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T. Catat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan. 8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi WT. Catat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan.

4.5.2. Penentuan Alternatif Strategi

Penentuan alternatif strategi ini dilakukan dengan cara wawancara secara langsung dengan manajer perusahaan. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui alternatif strategi yang bisa dijalankan oleh perusahaan dengan mengacu pada hasil analisis SWOT, kemudian menentukan alternatif strategi yang mungkin untuk terlebih dahulu dijalankan secara berurutan.


(49)

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Unit Usaha E-coFarm

Education Corporate Farming (E-coFarm) Fakultas Peternakan IPB berdiri pada bulan Maret 2006 dengan modal awal yang dimiliki adalah 20 ekor sapi perah betina dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, 12 ekor sapi dara bunting dari Kementrian Negara Koperasi dan UMKM. Pegawai yang bekerja sebanyak 7 orang (4 orang pegawai kandang dan 3 orang pencari rumput). Saat ini jumlah sapi yang dimiliki E-coFarm berjumlah 20 ekor, terdiri dari 14 ekor sapi periode laktasi, 2 dara dan 4 anakan. Jumlah pegawai yang sekarang bekerja di E-coFarm berjumlah 10 orang yaitu 1 orang penanggung jawab, 1 orang manajer, 6 orang bagian peternakan dan 2 orang tenaga kerja bagian pengolahan dan pemasaran. Produksi rata-rata susu segar yang dihasilkan E-coFarm sebanyak 60-80 liter perhari.

E-coFarm merupakan kegiatan usaha peternakan dalam kawasan pendidikan yang melibatkan peternak sebagai pelaku bisnis atau peserta pembelajaran dan menitikberatkan pada proses pendidikan dengan semua kegiatan yang berbasis pada penelitian dan output utamanya adalah sumberdaya manusia peternakan yang semakin berkualitas. Program yang direncanakan dalam E-coFarm meliputi program pembelajaran bagi peternak pada fasilitas produksi Fakultas Peternakan (IPB) dan program usaha unit produksi yang dilakukan oleh peternak atau calon peternak yang akan dikembangkan. Dengan berbagai potensi yang dimiliki, seperti ketersediaan bahan baku dan sumberdaya peternak (tenaga kerja), E-coFarm memiliki peluang untuk menjadi salah satu sentra pengolahan susu sapi bukan hanya di lingkungan kampus IPB tetapi juga di daerah Bogor.

5.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

Adapun visi dan misi yang terdapat dalam program Education Corporate Farming (E-coFarm) adalah:

1. Pendidikan (Education); program ini menitikberatkan pada proses pendidikan yang digambarkan dengan semua kegiatan yang berbasis pada penelitian dan output utamanya adalah sumberdaya manusia peternakan yang semakin berkualitas,


(1)

74

Umar, Husein. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


(2)

Lampiran 1.

Analisis SWOT

Kekuatan (Strengths-S) 1. Hubungan baik antara pekerja dan penanggung jawab

E-coFarm

2. Harga jual terjangkau dan adanya diskon/potongan harga 3. Hubungan yang baik dengan konsumen

4. Memiliki inovasi produk 5. Kemudahan akses bahan baku utama

6. Ketersediaan tenaga kerja yang berada di sekitar unit usaha

Kelemahan (Weaknesses-W)

1. Pemilik usaha kurang fokus terhadap bisnis yang dijalankan 2.Tidak memiliki distributor

3. Produk belum memiliki izin dari BPOM dan belum bersertifikat halal 4. Penggunaan peralatan produksi masih sederhana

5. Sistem akuntansi keuangan masih sederhana

6. Kurangnya ketersediaan modal

Peluang (Opportunities-O) 1. Banyak kredit bagi usaha kecil menengah

2. Peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan dengan mengkonsumsi minuman kesehatan 3. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia pada umumnya dan kabupaten Bogor pada khususnya 4. Perkembangan teknologi dibidang informasi, produksi, komunikasi dan distribusi Strategi S-O 1.Mempertahankan dan meningkatkan kualitas/mutu produk (S1,S2,S4,S5,S6,O1,O2, dan O4)

2. Memperluas wilayah distribusi produk (S2, S3,S6,O1,O2,O3, dan O4) 3. Mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas terkait

(S1,S2,S3,S6, dan O1) 4. Meningkatkan kegiatan promosi

(S2,S3,S4,S6,O1,O2,O3dan O4)

Strategi W-O

1. Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha (W1,W2,W3,W4,W5,W6,O1,O2,O3, dan O4)

2. Memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan labelisasi halal dari dinas terkait (W5,W6,O1 dan O4)

Ancaman (Threats-T) 1.Meningkatnya biaya bahan baku (gula dan BBM) 2. Adanya kebijakan keamanan pangan bagi suatu produk

3. Perubahan tarif import susu menjadi 0 persen 4. Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara jumlah perusahaan yang semakin banyak

5. Berkembangnya produk dengan beragam inovasi 6. Kecilnya hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri pengolahan susu

7. Jaringan distribusi pesaing lebih luas

Strategi S-T 1. Mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen untuk menghadapi persaingan (S1,S2,S3,S4,S5,S6,T1,T3,T5,T 6 dan T7)

2. Melakukan diferensiasi produk yang berkualitas dan terus melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru

(S2,S4,S5,T2,T3,T4,T5 dan T6)

Strategi W-T 1. Meningkatkan kualitas SDM (W1,W2,W5,W6,T2,T5,T6, dan T7) 2. Pengelolaan keuangan perusahaan (W1,W3,W4,W5,W6,T1,T3,T4,T5 dan T6)


(3)

Lampiran 2. Alternatif Strategi Analisis SWOT

Berdasarkan Analisis SWOT diperoleh 10 alternatif strategi berikut ini:

Strategi 1: Mempertahankan dan meningkatakan kualitas/mutu produk yoghurt

untuk memenuhi permintaan konsumen

Strategi 2: Memperluas wilayah distribusi produk

Strategi 3: Mempertahankan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas

terkait

Strategi 4: Meningkatkan kegiatan promosi

Strategi 5: Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha

Startegi 6: Memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan labelisasi

halal/kemasan pangan dari dinas terkait

Strategi 7: Mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen

untuk menghadapi persaingan

Strategi 8: Meningkatkan diferensiasi produk yoghurt yang berkualitas dengan terus

melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru

Strategi 9: Meningkatkan kualitas SDM


(4)

Lampiran 3. Kemasan Produk E-coFarm


(5)

Lampiran 4. Tempat Penyimpanan Produk


(6)

Lampiran 5.

Kegiatan Produksi E-coFarm