Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Rancangan Penelitian Analisis Data

3.4.2 Diagram Alir

Gambar 1. Diagram alir pembuatan tepung tulang.

3.5 Pengamatan Penelitian

3.5.1 Kadar Air

Perhitungan kadar air pada penelitian ini dilakukan dengan metode oven. Metode oven menggunakan prinsip menguapkan air yang ada dalam bahan dengan pemanasan. Perhitungannya yaitu dengan menghitung selisih bobot awal dan bobot akhir sampel yang dioven dengan suhu 105 °C selama 24 jam. Selisih bobot yang didapat kemudian dibagi dengan berat awal dan dikali 100 maka akan didapat kadar air bahan. Sampel diambil dari tepung yang sudah diayak. Sebelum digunakan, cawan dibersihkan dan dikeringkan dengan oven terlebih dahulu dengan suhu 105 °C selama 15 menit kemudian dinginkan dalam desikator selama 10 menit dan ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dalam cawan yang telah diketahui beratnya dengan menggunakan timbangan digital. Keringkan sampel dalam oven dengan suhu 105 °C selama 24 jam lalu dinginkan dalam desikator selama 10 menit dan timbang. Kadar air dihitung dengan rumus Sudarmadji dkk, 1997 : Kadar air bb = x 100 ............. 1 Keterangan :

3.5.2 Keseragaman Ukuran Modulus Kehalusan

Modulus kehalusan dinilai berdasarkan hasil ayakan. Tepung diayak selama sepuluh menit kemudian tepung yang tertinggal pada tiap saringan ditimbang. Untuk menentukan modulus kehalusan, terlebih dahulu dihitung fraksi bahan tertinggalnya. Fraksi bahan tertinggal dihitung dengan rumus Henderson dan Perry, 1989 : ……………………………….... 2 Keterangan : Xi = fraksi bahan tertinggal pada saringan ke-n Wi = berat bahan pada saringan ke-n g Wtot =total berat bahan g Setelah fraksi bahan diketahui nilainya, dilakukan peghitungan modulus FM kehalusan dengan rumus : ............... 3

3.5.3 Warna Tepung

Pada penelitian ini pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan tabel warna Cemani Toka. Tepung tulang diambil sampelnya kemudian dicocokkan warnanya dengan warna yang ada pada tabel. Hasil dari pengukuran selanjutnya dijelaskan secara deskriptif.

3.5.4 Rendemen

Rendemen diukur dengan membandingkan berat tepung yang dihasilkan dengan berat bahan sebelum disangrai. Rendemen dihitung dengan rumus Lubis, 2008 : Rendemen = …… 4

3.5.5 Kadar Kalsium dan Posfor

Kadar kalsium dianalisis dengan menggunakan metode AAS-Flame dan posfor dianalisis dengan menggunakan metode spektofotometri dari tiga sampel yang diambil secara acak. Bahan-bahan organik yang terkandung dalam sampel dihilangkan terlebih dahulu dengan pengabuan kering dengan cara menimbang 10 grama sampel dalam cawan platinasilika. Masukkan sampel kedalam tanur dengan suhu 250 °C, perlahan-lahan naikkan menjadi 350 °C kemudian naikkan lagi sampai 500 °C dan diabukan selama 15 jam atau semalaman. Setelah itu keluarkan cawan dari dalam tanur dan biarkan dingin. Sampel yang telah dingin kemudian diuji. Sampel yang akan diuji kalsiumnya dimasukkan dalam nyala api yang ada didalam AAS atomic absorbtion spectrophotometer sehingga absorbsi atau emisi logam dapat dianalisis dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm. Sedangkan ekstrak yang akan diuji posfornya dimasukkan dalam spektofometer dengan panjang gelombang 650 nm.

3.6 Analisis Data

Data hasil pengukuran kadar air, rendemen, dan tingkat kehalusan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam taraf 0,05, apabila berpengaruh nilai F 0,05 akan dilakukan uji lanjut dengan Duncan grouping kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan gambar. Analisis statistik menggunakan program SAS versi 9.0.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1. Berdasarkan uji sidik ragam yang dilakukan dengan taraf α 0,05 didapat kesimpulan bahwa suhu dan lama penyangraian tidak berpengaruh terhadap kadar air, rendemen dan modulus kehalusan. Akan tetapi tulang yang disangrai dengan suhu yang lebih tinggi, tingkat kekerasannya cenderung lebih kecil. 2. Kadar air yang didapat sudah memenuhi SNI, yakni berkisar 2,70 – 4,71 . Rendemen yang dihasilkan mencapai 70 . Modulus kehalusan berkisar 2,73 -3,06 dalam skala 0-4 namun ukuran partikelnya belum sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan ketentuan SNI. Warna tepung yang dihasilkan adalah coklat tua. Kadar kalsium dan posfor yang diperoleh rata-rata sebesar 39,9 dan 11,7 . 3. Warna tepung yang dihasilkan dari perlakuan yang diberikan tidak terlihat perberbedaannya secara signifikan.

5.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah 1. Perlu dilakukan uji kimia seperti uji protein, kadar abu dan kadar lemak terhadap tepung tulang untuk membandingkan dengan SNI. 2. Perlu dilakukan penelitian seberapa besar tekanan yang harus diberikan untuk mendapatkan rendemen dengan ukuran yang sesuai dengan SNI. 3. Perlu dilakukan uji awal kandungan bahan supaya dapat dibandingkan dengan hasilnya nanti sekaligus supaya dapat mengetahui kualitas bahan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah Usaha Pertanian Subsektor Peternakan. http:st2013.bps.go.iddevst2013index.phpsiteindex. Diakses tanggal 16 Maret 2014. Departemen Pertanian. 2011. Inovasi Mekanisasi Mendukung Nilai Tambah Produk Pertanian. http:www.litbang.deptan.go.iddownloadone109fileAlsin-Pengolah- Buru-Hotong.pdf. diakses tanggal 26 Maret 2014. Departemen Pertanian. 2013. Produksi, Konsumsi, dan Populasi Ternak Menurut Provinsi. http:www.deptan.go.idinfoeksekutifnakisi_dt5thn_nak.php. Diakses tanggal 27 Februari 2014. Dewan Standardisasi Nasional. 1992. SNI Tepung untuk Bahan Makanan Ternak. Standar Nasional Indonesia 01-3158-1992. Djatmiko, B. 1979 dalam Widarta, T.L. 2005. Pengaruh Tebal Irisan Terhadap Tingkat Kehalusan Tepung Salak Pondoh Sumatera Selatan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Eddy, A dan L. Evi. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 146 hlm Henderson, S.M, dan R.L. Perry. 1982. Agricultural Process Engineering. The Avi Publishng Company. Connecticut. 422 hlm. Lubis, I.H. 2008. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan terhadap Mutu Tepung Pandan. Skripsi. USU. Medan. Martunis. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan terhadap Kualitas Pati Kentang Varietas Granola. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. Vol 4. No 3:26-30. Muchtadi. 1997 dalam Martunis. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan terhadap Kualitas Pati Kentang Varietas Granola. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. Vol 4 No 3:26-30. Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 128 hlm. Nitti, N. 2004. Pengaruh Suhu dan Lama Penyangraian Biji Melinjo terhadap kualitas Produksi Emping Melinjo. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Nugroho J. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Penyangraian terhadap Sifat Fisik Mekanis Kopi Robusta. Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian. ISSN 2081-715. Mataram. 9 hlm. Palupi, N.S., F.R Zakaria, dan E. Prangdimurti. 2007. Pengaruh Pengolahan terhadap Nilai Gizi Pangan. Modul e-learning ENBP. Fateta IPB. Bogor. 14 hlm. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia. Jakarta. 852 hlm. Pratomo, M. 1982 dalam Widarta, T.L. 2005. Pengaruh Tebal Irisan Terhadap Tingkat Kehalusan Tepung Salak Pondoh Sumatera Selatan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Rasidi. 1999. 302 Formulasi Pakan Lokal Alternatif untuk Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. 122 hlm. Ratu, A.D.S. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Proses Menggoreng terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. Jurnal Makara Sains. Vol 13 No 1 : 23- 28. Salamah, E., S. Purwaningsih, dan R. Kurnia. 2012. Kandungan Mineral Remis Corbicula javanica Akibat Proses Pengolahan. Jurnal Akuatika. Vol 3 No 1 : 74-83. Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Universitas Sumatera Utara. Medan. 24 hlm. Singh, I. 1991. Histologi Manusia. Binarupa Aksara. Jakarta. 266 hlm. Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC. Jakarta. 389 hlm. Soeharto. 1991 dalam Nitti, N. 2004. Pengaruh Suhu dan Lama Penyangraian Biji Melinjo terhadap kualitas Produksi Emping Melinjo. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.160 hlm.