Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium
UJI RESISTENSI KLON IRR SERI 400 TERHADAP PENYAKIT GUGUR
DAUN Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc PADA TANAMAN
KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH
ELIANA PERANGIN-ANGIN
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
UJI RESISTENSI KLON IRR SERI 400 TERHADAP PENYAKIT GUGUR
DAUN Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc PADA TANAMAN
KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH :
ELIANA PERANGIN-ANGIN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Menempuh Ujian Sarjana
di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Judul Skripsi : UJI RESISTENSI KLON IRR SERI 400 TERHADAP
PENYAKIT GUGUR DAUN Colletotrichum
gloeoesporioides (Penz.) Sacc PADA TANAMAN KARET
(Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di LABORATORIUM.
Nama
: Eliana Perangin-angin
NIM
: 030302035
Departemen : Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Disetujui oleh:
Komisi Pembimbing:
(Ir.Lahmuddin Lubis, MP)
Ketua
(Ir.Kasmal Aripin, MSi)
Anggota
(Dra.Sekar Woelan, MP)
Pembimbing Lapangan
Mengetahui:
(Ir. Marheni, MP)
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
ABSTRACT
Eliana Perangin-Angin " Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap
Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeoesporioides (Penz). Sacc Pada
Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Laboratorium ". With the
conselling Mr. Ir. Lahmuddin Lubis, MP as leader, Mr. Ir. Kasmal Aripin, MSi as
couthor and Mrs. Dra. Sekar Woelan, MP as counselling field.
The research was conducted in Laboratory Plant Protection Sungei Putih
Rubber Research Center since August 2007 to October 2007.
The aims of the research was to know level of resitance of rubber IRR
400 clones to fall of leaf C. gloeoesporioides disease.
The research used the desigen Complete Random Device (CRD) non
factorial with 29 treatmens (25 clones treatment of IRR 400 series and 4 control
clone) and 3 mutliplication. The rubber IRR 400 series were used is IRR 400,
IRR 401, IRR 402, IRR 403, IRR 404, IRR 405, IRR 406, IRR 407, IRR 408, IRR
409, IRR 410, IRR 411, IRR 412, IRR 413, IRR 414, IRR 415, IRR 416, IRR
417, IRR 418, IRR 419, IRR 420, IRR 421, IRR 422, IRR 423, IRR 424 and BPM
1, BPM 24, RRIC 100, and PB260 is control clones.
The result of research Mean showed that the IRR 400 series and 4 control
clones were resistence which do not varieted to C. gloeoesporioides. Klon BPM 1
was rather resistence. IRR 400, IRR 401, IRR 402, IRR 403, IRR 404, IRR 405,
IRR 406, IRR 407, IRR 408, IRR 409, IRR 410, IRR 411, IRR 412, IRR 413, IRR
414, IRR 415, IRR 416, IRR 417, IRR 418, IRR 419, IRR 420, IRR 421, IRR
422, IRR 423, IRR 424, BPM 24, RRIC 100 and PB 260 was moderate
The result of research mean showed that growth fast pock-market
(mm/day) highest found is clone IRR 420 and growth fast pock-market (mm/day)
lower found is IRR 423.
Key word : Clone, C. gloeoesporioides
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
ABSTRAK
Eliana Perangin-angin ” Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap
Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeoesporioides (Penz). Sacc Pada
Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Laboratorium”. Dengan
komisi pembimbing Bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP selaku ketua,
Bapak Ir. Kasmal Aripin, MSi selaku anggota dan Ibu Dra. Sekar woelan, MP
selaku pembimbing lapangan.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai
Penelitian Sungei Putih dari bulan Agustus sampai Oktober 2007.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat resitensi klon karet
IRR seri 400 terhadap penyakit gugur daun C. gloeoesporioides.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial
dengan 29 perlakuan (25 perlakuan klon IRR seri 400 dan 4 klon pembanding)
dan 3 ulangan. Klon IRR seri 400 yang digunakan dalam penelitian adalah IRR
400, IRR 401, IRR 402, IRR 403, IRR 404, IRR 405, IRR 406, IRR 407, IRR
408, IRR 409, IRR 410, IRR 411, IRR 412, IRR 413, IRR 414, IRR 415, IRR
416, IRR 417, IRR 418, IRR 419, IRR 420, IRR 421, IRR 422, IRR 423, IRR 424
dan klon pembanding yang digunakan adalah BPM 1, BPM 24, RRIC 100 dan
PB260.
Hasil rata-rata penelitian menunjukkan bahwa klon IRR seri 400 dan 4
klon pemanding yang di uji menunjukkan tingkat resistensi yang tidak bervariasi
terhadap C. gloeoesporioides. Klon BPM 1 adalah klon yang tergolong agak
tahan. Klon IRR 400, IRR 401, IRR 402, IRR 403, IRR 404, IRR 405, IRR 406,
IRR 407, IRR 408, IRR 409, IRR 410, IRR 411, IRR 412, IRR 413, IRR 414,
IRR 415, IRR 416, IRR 417, IRR 418, IRR 419, IRR 420, IRR 421, IRR 422,
IRR 423, IRR 424, BPM 24, RRIC 100 dan PB 260 adalah klon yag tergolong
moderat
Hasil rata-rata penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bercak
(mm/hari) tertinggi pada perlakuan IRR 420 dan laju pertumbuhan bercak
(mm/hari) terendah terdapat pada perlakuan IRR 423.
Kata kunci : Klon, C. gloeoesporioides
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmad-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Adapun judul Skipsi ini adalah Uji Resistensi Klon IRR Seri 400
Terhadap Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc
pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Laboratorium yang
merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di
Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera utara, Medan.
Penulis
Ir.
Lahmuddin
mengucapakan
Lubis,
MP.
terima
selaku
kasih
ketua
kepada
komisi
Bapak
pembimbing,
Bapak Ir. Kasmal Aripin Msi. selaku anggota, dan Ibu Dra. Sekar Woelan, MP.
selaku pembimbing lapangan, serta kepada seluruh staf pengajar Departemen
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Penulis juga mengucapkan termakasih kepada semua pihak yang
membantu sampai selesainya Skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan Skripsi
ini dan semoga
bermamfaat bagi pembaca.
Medan, Maret 2008
Penulis
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
ABSTRACT ………………………....…………………………...
ABSTRAK ………………………………………………. ………
KATA PENGANTAR………………………………… ……….....
DAFTAR ISI ……………………………………………………….
DAFTAR TABEL ………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
Hal
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………..
Tujuan Penelitian…………………………………………..
Hipotesa Penelitian………………………………………...
Kegunaan Penelitian……………………………………….
1
4
5
5
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Penyakit…………………………………………...
Gejala Serangan……………………………………………
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit……………...
6
8
10
Daur Hidup Penyakit………………………………………
12
Pengendalian Penyakit…………………………………….
Karateristik Klon ………………………………………….
12
13
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian…………………………….
Bahan dan Alat…………………………………………...
Metode Penelitian ………………………………………..
Pelaksanaan Penelitian…………………………………....
Persiapan Bahan Inokulasi......................................
Inokulasi pada Cakram Daun (Leaf disc)...............
Parameter Pengamatan…………………………………....
Pengamatan warna koloni dan morfologi...............
Intensitas serangan pada cakram daun...................
Laju Pertumbuhan Bercak......................................
15
15
16
17
17
20
20
21
21
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..................................................................................
Morfologi dan Warna Koloni Jamur ..........................
Intensitas Serangan (%) .............................................
Laju Pertumbuhan Bercak (%)...................................
Pembahasan.......................................................................
Morfologi dan Warna Koloni Jamur ..........................
Intensitas Serangan (%) .............................................
Kecepatan Pertumbuhan Bercak (%) .........................
24
24
24
25
29
29
29
32
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ......................................................................
Saran..................................................................................
38
38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Hlm
1. Klasifikasi Penilaian Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides …… 21
2. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides untuk
Setiap Waktu Pengamatan (hsi) ………………………….……………. 34
3. Uji Beda Rataan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
untuk Setiap Waktu Pengamatan (hsi) ………………….....…………… 37
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hlm
Gejala Serangan C. gloeosporioides ..................................................
Heamacytometer ................................................................................
Biakan Murni Jamur C. Gloeosporioides...........................................
Spora C. gloeosporioides .................................................................
Histogram Intensitas Serangan (%)C. gloeosporioides ……….……
Histogram Kecepatan Tumbuh Bercak (%) C. gloeosporioides …..
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
10
18
23
24
35
36
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
Hlm
1. Bagan Penelitian………….……………………………………………41
2. Nilai SkalaBercak……………… …………………………………….42
3. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 2 hsi...................................................................................43
4. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 2 hsi Setelah Di Transformasi
Arc . Sin√x............................................................................................44
5. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 3 hsi...................................................................................45
6. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 3 hsi Setelah Di Transformasi Arc . Sin√x.......................46
7. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 4 hsi...................................................................................47
8. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 4 hsi Setelah Di Transformasi Arc . Sin√x......................48
9. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 5 hsi..................................................................................49
10. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 5 hsi Setelah Di Transformasi Arc . Sin√x......................50
11. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 6 hsi..................................................................................51
12. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 6 hsi Setelah Di Transformasi Arc . Sin√x.......................52
13. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 7 hsi...................................................................................53
14. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 7 hsi Setelah Di Transformasi Arc . Sin√x.......................54
15. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 8 hsi..................................................................................55
16. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 8 hsi Setelah Di Transformasi Arc . Sin√x.......................56
17. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
C. Gloeosporioides Pada Pengamatan 2 hsi........................................57
18. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
C. Gloeosporioides pada Pengamatan 2 hsi Setelah
Di Transformasi
( x + 0.5) ……...................................................58
19. Data
Pengamatan
Laju
Pertumbuhan
Bercak
(mm/hari)
C. Gloeosporioides
pada Pengamatan 3 hsi.....................................59
20. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
pada Pengamatan 3 hsi Setelah Di Transformasi ( x + 0.5) …………60
21. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
C. Gloeosporioides pada Pengamatan 4 hsi............................................61
22. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
C. Gloeosporioides
Pada Pengamatan 4 hsi Setelah Di Transformasi ( x + 0.5) ………...62
23. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
Pada Pengamatan 5 hsi...........................................................................63
24. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
C. Gloeosporioides
pada Pengamatan 5 hsi Setelah Di Transformasi ( x + 0.5) ……….....64
25. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
C. Gloeosporioides
pada Pengamatan 6 hsi.............................................................................65
26. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
pada Pengamatan 6 hsi Setelah Di Transformasi ( x + 0.5) ………...…66
27. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
pada Pengamatan 7 hsi..............................................................................67
28. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
pada Pengamatan 7 hsi Setelah Di Transformasi ( x + 0.5) …………..68
29. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
pada Pengamatan 8 hsi..............................................................................69
30. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
C. Gloeosporioides
pada Pengamatan 8 hsi Setelah Di Transformasi ( x + 0.5) …………...70
31. Foto daun klon IRR seri 400 dan klon pembanding..................................71
32. Cakram daun………………………………………….………………….72
33. Lokasi pengambilan sampel daun klon IRR seri 400 di lahan
Sungei Putih...............................................................................................73
34. Uji Jarak BNT............................................................................................74
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
PENDAHULUAN
Latar belakang
Usaha perkebunan karet dimulai di daerah-daerah jajahan negara Eropa
terutama oleh Inggris dan Belanda. Pada tahun 1876 Henry Wickhnam
memasukkan biji karet yang berasal dari Amerika Selatan ke kebun Raya Bogor,
kemudian terbukti bahwa pertumbuhan karet di Bogor sangat memuaskan, oleh
karena itu kemudian disusul pemasukan bibit-bibit karet berikutnya yaitu pada
tahun 1890 dari Kew Garden ke Bogor (Setyamidjaja, 1995).
Karet merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai peranan
penting bagi Indonesia maupun negara-negara produsen karet lainnya. Di
Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian yang banyak menunjang
perekonomian rakyat maupun negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet
cukup besar, bahkan Indonesia
pernah
menguasai produksi karet dunia
(Anonimb, 2007).
Mobilitas manusia dan barang memerlukan komponen yang terbuat dari
karet, misalnya ban mobil, converyor belt, komponen otomotif, sepatu, sandal,
dan lain-lain. Itu pula yang mendorong naiknya permintaan akan karet alam
maupun karet sintetis, naiknya permintaan membuat ekspor karet alam dan barang
karet Indonesia pada Januari-Agustus 2006 mencatat rekor fantasis 3.75 miliar
dolar. Pada priode yang sama tahun 2005 nilai ekspor karet masih 2.173 miliar
dolar. Pada priode yang sama tahun 2006 ekspor karet alam Indonesia mencapai 4
miliar dollar. Ini artinya kinerja ekspor karet mulai mengejar crude palm oil
(CPO), yang senilai 4.5 - 5 miliar dollar per tahun (Anonim b, 2007).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Produksi karet nasional meningkat seiring dengan membaiknya harga pada
tahun 2004. Pada tahun 2003 produksi karet 1.79 ton, pada tahun 2004 Produksi
karet 2.06 ton, pada tahun 2005 produksi karet 2.13 juta ton (Anonimc, 2007),
Menurut Ariyani (2006) produksi karet pada tahun 2007 diperkirakan mencapai
2.4 juta ton.
Dalam usaha meningkatkan pendapatan petani/perkebunan karet dan
meningkatkan ekspor non migas, pemerintah telah mengembangkan penanaman
karet dengan perluasan areal, peremajaan, rehabilitasi. Namun demikian
pengunaan klon sebagai bahan tanaman merupakan salah satu faktor yang sangat
penting bagi budidaya karet, terutama klon yang mempunyai ketahanan terhadap
penyakit (Azwar dkk., 1998).
Klon
dalam
budidaya
karet
merupakan
bahan
tanaman
yang
dikembangkan dan dianjurkan antara lain untuk memperoleh hasil dan mutu yang
tinggi dan seragam. Di alam produktivitas karet sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu genetik, lingkungan dan manajemen. Salah satu respon faktor genetik
terhadap lingkungan adalah sifat ketahanannya terhadap penyakit. Penyakit
tanaman karet merupakan kendala dominan di bandingkan dengan gangguan
lainnya. Di samping dapat menurunkan produksi karet, sering juga penyakit dapat
mengakibatkan
gagalnya suatu program pengembangan tanaman karet.
Dalam tiga dasawarsa terakhir, pada semua negara penghasil karet, penyakit
gugur
daun C. gloeosporioides dan C. cassiicola dikenal sebagai faktor
yang dapat menimbulkan kerugian yang besar dan bahkan berkelanjutan
(Pawirosoemardjo dkk., 1998).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Klon
memiliki
keunggulan
dibandingkan
dengan
tanaman
yang
dikembangkan melalui biji. Keungulan yang dimiliki oleh klon antara lain
tumbuhnya tanaman lebih seragam, umur produksinya lebih cepat dan produksi
lateks yang dihasilkan juga lebih banyak. Adapun klon juga memiliki kekurangan
seperti daya tahan masing-masing klon terhadap hama penyakit tidak sama
sehingga klon unggul yang diinginkan harus mempunyai sifat yang ideal yaitu
produksi lateks yang tinggi, resisten terhadap pengaruh hama, penyakit dan
pengaruh angin dan batang yang tumbuh lurus (Anonima, 1996).
Klon IRR Seri 400 merupakan klon unggul harapan turunan dari hasil
persilangan 1992, sebanyak 25 klon yang diseleksi untuk masuk ke pengujian plot
promosi. Untuk dapat di rekomendasikan sebagai klon unggul baru, diperlukan
suatu data informasi mengenai ketahanan penyakit, khususnya penyakit daun.
Karena itu diperlukan suatu
pengujian ketahanan terhadap penyakit daun
(Woelan, 2006).
Penyakit gugur daun Colletotrichum atau gugur daun skunder menjadi
salah satu kendala utama bagi perkebunan karet seperti di propinsi Kalimantan
Barat dan dibeberapa daerah di Indonesia yang mempunyai iklim basah dengan
curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun. Penyakit tersebut disebabkan oleh
cendawan Glomerella cingulata atau sering dinamakan dengan nama fase
telemorf C. gloeosporioides. Penyakit tersebut merupakan penyakit penting pada
tanaman karet dan menjadi ancaman bagi kelangsungan budidaya karet di
Indonesia. Penurunan produksi yang ditimbulkan akibat penyakit tersebut
berbeda-beda menurut lokasinya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
beberapa perkebunan di Jawa Barat, penurunan akibat penyakit tersebut
bervariasi antara 7 – 40 % (Suwarto dkk., 1995).
Penyakit C. gloeosporioides merupakan penyakit yang relatif baru pada
karet di Indonesia dan baru mendapat perhatian pada tahun 1970. Pada tahun
1989-1992 timbul epidemi penyakit gugur daun C. gloeosporioides di Kalimantan
terutama di Kalimantan Barat. Akibat serangan penyakit tersebut adalah tanaman
meranggas, banyak ranting dan dahannya yang mati. Terjadinya epidemi ini di
duga disebabkan karena penanaman klon unggul sebagai contoh GT 1 yang hasil
seleksi dari Jawa pada suatu wilayah sangat luas (Semangun, 2000).
Di Malaysia dan Sri Langka penyakit ini belum lama dikenal, di Jawa
Barat penyakit ini dapat menyebabkan kerugian 7 – 40% (Soepadmo, 1975).
Sedang di Sri Langka kerugian rata-rata hampir mendekati 12%. Penyakit daun
Colletotrichum
merupakan penyakit karet yang paling luas penyebarannya,
terdapat disemua negara penghasil karet alam. Penyakit ini dapat timbul pada
semua umur, dari mulai di pembibitan sampai ditanaman tua (Semangun, 2000).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat resistensi klon karet IRR seri 400 terhadap
penyakit
gugur
daun
Colletotrichum
gloeosporioides
(Penz.)
Sacc.
Laboratorium.
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
di
Hipotesa Penelitian
Diantara klon karet IRR seri 400 terdapat tingkat resistensi yang berbedabeda terhadap penyakit Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc. di
laboratorium.
Kegunaan Penelitian
-
Sebagai bahan kelengkapan informasi
bagi perkebunan karet untuk
mengetahui tingkat resistensi klon karet IRR seri 400 terhadap penyakit
gugur daun Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.
-
Sebagai bahan penulisan skripsi untuk memenuhi persyaratan dalam
menempuh ujian sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
TINJAUAN LITERATUR
Biologi penyakit
Klasifikasi
penyakit
C.
gloeosporioides
(Penz.)
Sacc
menurut
Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut:
Divisio
: Mycota
Sub divisi
: Eumycotyna
Kelas
: Deuteromyces
Ordo
: Melanconiales
Family
: Melanconiaceae
Genus
: Colletotrichum
Species
: Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.
C. gloeosporioides umumnya mempunyai konidium hialin berbentuk
silinder dengan ujung-ujung tumpul, kadang-kadang berbentuk agak jorong
dengan ujung agak membulat dengan pangkal yang agak sempit terpancung, tidak
bersekat, berinti satu, panjang 9 – 24 x 3 - 6 m, terbentuk pada konidiofor seperti
fialid berbentuk silinder, hialin berwarna agak kecoklatan (Semangun, 2000).
Ordo dari kelas Deutromyces ini mempunyai konidiofor yang pendek dan
beregresi (berkumpul) pada permukaan yang tipis dari perenkhimoid dan stroma
(satu aservulus). Konidia dibentuk dalam aservulus (Djas, 1980).
Konidia terbentuk tunggal pada ujung-ujung konidiofor, konidiofor
pendek, tidak berwarna, tidak bercabang, tidak bersekat. Sering diemukan pada
aservuli dari jamur Colletotrichum, tetapi tidak tetap tergantung kondisi tempat
tumbuhnya (Allexopolus and Mims, 1979).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Aservuli tersusun di bawah epidermis tumbuhan inang. Epidermis pecah
apabila konidia telah dewasa. Konidia keluar sebagai percikan berwarna putih,
kuning, jingga, hitam atau warna lain sesuai pigmen yang dikandung konidia.
Diantara
Ordo
Gloeosporium
Melanconiales
dan
yang
Colletotrichum,
konidianya
keduanya
cerah
mempunyai
(hialin)
konidia
adalah
yang
memanjang dengan penyempitan di bagian tengah (Dwidjoseputro, 1978).
C. gloeoeosporioides termasuk parasit fakultatif, termasuk ke dalam ordo
Melanconiales, jamur ini memproduksi hialin, konidia bersel satu, berbentuk oval
memanjang, bergaris ramping, panjang 10-15 m dan lebar 5-7 m. Massa spora
berwarna merah jambu atau warna salmon. Aservuli dapat menyerang kulit dan
jaringan tanaman,
konidiofornya
tegak,
pendek
dan tidak bersekat
(Anonimd, 2007).
Koloni jamur pada medium Agar Dexstroe kentang berwarna kelabu
sampai merah jingga. Miselium bersekat dan konidia berbentuk lonjong, bening
dan terdiri dari satu atau dua sel (Pawirosoemardjo dkk.., 1998).
Terdapat keragaman (variabilitas) genetik dalam satu species patogen
yaitu terdapat perbedaan ras-ras patogen, yang serangannya terbatas pada varietas
tertentu dari satu species inang. Dalam satu species patogen, terdapat ras-ras
fisiologis patogen yang secara morfologis tidak dapat dibedakan, tetapi berbeda
kemampuannya dalam menginfeksi kelompok-kelompok varietas inang yang
berbeda, hal ini membantu menjelaskan mengapa varietas yang tahan pada suatu
daerah geografis tertentu menjadi rentan pada daerah geografis lain, mengapa
ketahanan berubah dari tahun ketahun dan mengapa varietas tahan dengan tiba-
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
tiba menjadi rentan, hal ini berhubungan dengan ras fisiologis yang berbeda-beda
(Agrios, 1996).
Patogen menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan cara melemahkan
inang dengan cara menyerap makanan secara terus menerus dari sel inang untuk
kebutuhannya, menghentikan atau mengganggu metabolisme sel inang dengan
toxin, enzim atau zat pengatur tumbuh yang disekresikannya, menghambat
transportasi makanan, hara mineral, dan air melalui jaringan pengangkut dan
mengkonsumsi kandungan sel inang setelah terjadi kontak (Agrios,1996).
Dalam kombinasi inang patogen, patogen (biasanya jamur) dapat
memproduksi toksin spesifik-inang yaitu toksin yang bertanggungjawab
terjadinya gejala, dan diduga bereaksi terhadap reseptor spesifik atau sisi sensitif
dalam sel inang. Hanya tanaman yang mempunyai reseptor sensitif atau sisi
sensitif semacam ini yang akan menjadi sakit. Spesies atau verietas tanaman yang
tidak mempunyai reseptor ini atau tidak mempunyai sisi sensitif semacam ini akan
tetap tahan terhadap toksin dan tidak akan terjadi gejala (Abadi, 2003).
Gejala Serangan Colletotrichum gloeosporioides.
Penyakit gugur daun Colletotrichum khususnya menyerang daun karet
muda yang baru terbentuk. Daun karet berumur kurang dari 20 hari merupakan
kondisi daun yang sangat peka terhadap C. gloeosporioides, karena itu
pembentukan daun baru setelah tanam mengugurkan daunnya secara alamiah yang
diikuti dengan musim penghujan berkepanjangan dapat menyebabkan daun muda
yang terbentuk menjadi gugur kembali, sehingga tanaman meranggas. Serangan
Colletotrichum terjadi secara terus menerus mengakibatkan pertumbuhan
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
terhambat, masa matang sadap menjadi terhambat. Pada tanaman menghasilkan
(TM) serangan yang berat mengakibatkan penurunan produksi hingga mencapai
7– 40 % (Pawirosoemardjo dkk., 1998).
Daun-daun muda rentan selama lebih kurang 5 hari pada waktu kuncup
membuka (bud break) dan daun selama 10 hari, daun berkembang sampai
membuka penuh, warnanya berubah dari warna perunggu menjadi hijau pucat.
Pada waktu ini kutikula sudah terbentuk dan daun menjadi cukup tahan. Pada
daun yang lebih dewasa serangan Colletotrichum dapat menyebabkan tepi dan
ujung daun berkeriput, dan pada permukaan daun terdapat bercak-bercak bulat
berwarna coklat dengan tepi kuning, bergaris tengah 1 – 2 mm. Bila stadia umur
daun bertambah, bercak akan berlubang ditengahnya dan bercak tampak
menonjol dari permukan daun. Hal ini dapat digunakan sebagai salah satu
penanda
yang
penting
adanya
serangan
penyakit
Colletotrichum
(Semangun, 2000).
Daun yang masih berwarna merah kecoklatan sangat rentan bila diserang
penyakit C. gloeosporioides. Serangan di tandai dengan bintik-bintik hitam,
bentuknya bergelombang atau tidak rata. Pada stadia daun yang lebih tua muncul
bercak coklat dengan warna coklat dan warna kuning disekelilingnya. Bercak
dapat berlubang dan permukaan tidak rata atau bercak bergabung yang
mengakibatkan cacat daun. Apabila serangan terjadi cukup berat, daun dapat
mengalami gugur atau ranting menjadi mati pucuk. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan produkvitas mengalami penurunan (Soekirman dan Budi, 2005).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Bercak daun
C. gloeosporioides
Gambar.1. Gejala Serangan C. gloeosporioides
Sumber: Balai Penelitian Sungei Putih.
Klasifikasi penilaian serangan penyakit C. gloeosporioides yaitu kategori
resisten 0-20 %, agak resisten 21-40%, moderat 41-60 %, agak rentan 61-80 %,
dan rentan 81-100 % (Pawirosoemardjo, 1999).
Faktor Mempengaruhi Penyakit
Dalam cuaca yang lembab massa spora menjadi lunak dan mudah tersebar
dengan perantara angin hingga ke jarak yang sangat jauh. Pada perkebunan karet
yang terletak di dataran tinggi atau yang mempunyai curah hujan tinggi akan
menderita serangan penyakit daun C. gloeosporioides yang lebih berat, hal ini
juga terlihat pada kebun-kebun yang mempunyai kelembaban tinggi yang di
sebabkan jarak tanam yang terlalu rapat, terletak di lembah, di rawa-rawa atau
daerah yang gulmanya tidak dikendalikan (Basuki, 1990).
Colletotrichum adalah jamur yang bersifat kosmopolitan, sehingga dapat
menyebabkan timbulnya penyakit pada berbagai jenis tanaman termasuk tanaman
karet. Colletotrichum bersporulasi pada media PDA pada suhu 10 – 40ûC. Sinar
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
ultra violet dapat mengaktifkan spora-spora Colletotrichum. Perkecambahan spora
juga dapat terjadi pada kelembaban relatif
90% dengan suhu 15 – 35ûC,
walaupun kelembaban relatif optimum untuk perkecambahan spora jamur ini
90 %. Spora Colletotrichum juga dapat bertahan pada suhu di atas 35 ûC, kondisi
ini yang mendukung perkembangan penyakit pada pertanaman karet di Sri
Langka, di luar musim hujan (Fernando et all., 1999).
Pada umumnya C. gloeosporioides umum terdapat di berbagai macam
tanaman sehingga diduga bahwa sumber infeksi selalu ada, jamur di sebarkan
dengan spora (konidium). Dalam cuaca yang lembab massa spora yang berwarna
merah jambu menjadi lunak dan mudah tersebar oleh percikan air hujan dan oleh
aliran
udara
yang
lembab
dan
juga
dapat
disebarkan
oleh
hewan
(Semangun, 2000).
Kondisi tanaman yang kekurangan unsur hara,
kurang pemeliharaan,
suhu udara 29 - 300C dan kelembaban udara yang tinggi lebih dari 95 %, serta
adanya air pada permukaan daun dan ranting, sangat memudahkan jamur ini untuk
dapat
berkembang
dengan
cepat
dan
menginfeksi
tumbuhan
sehingga
menimbulkan penyakit yang kronis (Soekirman dan Budi, 2005).
Sumber
infeksi
jamur
C.
gloeosporioides
tersebar
merata
dan
penyebarannya dalam bentuk spora (konidia). Pada kondisi lembab spora menjadi
lunak dan mudah penyebarannya oleh adanya tetesan air hujan dan aliran udara.
Penyebaran juga dapat di lakukan oleh hewan (Semangun, 2000).
Daur Penyakit
Konidium membentuk buluh kecambah yang membentuk apresorium pada
ujungnya. Penetrasi terjadi langsung dengan menembus kutikula, merusak dinding
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
sel dan benang-benang jamur berkembang di dalam dan di antara sel-sel. Mulamula kloroplas rusak dan diikuti dengan rusaknya mitokondria, selama proses
infeksi patogen melepaskan enzim poligalakturonase, selulase, dan toksin
(Semangun, 2000).
Spora hanya dapat berkecambah bila ada air bebas, atau bila kelembaban
nisbi udara tidak kurang dari 95%. Infeksi tidak akan terjadi bila kelembaban
udara
kurang dari 96%, spora tumbuh paling baik pada suhu 25û- 28ûC
(Semangun, 2000).
Pengendalian Penyakit
Pengendalian penyakit Colletotrichum dapat dilakukan dengan cara:
- Memperbaiki saluran pembuangan air dan memberantas gulma secara intensif,
yang mempunyai tujuan untuk mengurangi kelembaban dalam rangka
menghambat perkembangan penyakit.
- Memberikan pupuk yang berimbang dan ekstra sesuai dengan anjuran, yang
mempunyai tujuan adalah menyehatkan tanaman sehingga tidak mudah
menderita ganguan jamur Colletotrichum.
- Menyemprot atau mengasapi tunas-tunas muda dengan fungisida sebanyak tiga
kali dengan interval tujuh hari dalam periode pembentukan tunas, yang
mempunyai tujuannya untuk menekan laju perkembangan serangan penyakit
Colletotrichum.
- Menanam klon yang resisten di daerah rawan penyakit gugur daun
Colletotrichum, yang mempunyai tujuan untuk memangkas siklus penyakit .
(Pawirosoemardjo dan Budi, 2005).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Pada pembibitan tanaman karet diusahakan agar kelemaban nisbinya tidak
mencapai 95 %, di pembibitan tanaman okulasi dalam kantong plastik jangan
disusun terlalu rapat. Menanam klon karet yang tahan, menurut anjuran klon karet
yang tahan terhadap Collotrichum yaitu klon RRIC 100, BPM1. Klon yang rentan
terhadap penyakit ini diberi pupuk yang berimbang untuk mengurangi
pengguguran daun (Semangun, 2000).
Karakteristik Klon
Beberapa klon yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit daun antara
lain : BPM 1, RRIC 100, BPM 24 dan PB 260. karakteristik dari masing-masing
klon akan di terangkan sebagai berikut:
Klon BPM 1 mempunyai ketahanan yang cukup baik terhadap penyakit
Corynespora dan Colletotrichum sedangkan terhadap Oidium moderat. Potensi
produksi awal dapat mencapai rata-rata produksi aktual 1685 kg/ha/th selama 8
tahun penyadapan. Daerah pengembangan yang sesuai untuk klon PBM 1 yaitu
pada daerah beriklim sedang sampai dengan kering (Woelan dkk, 1999).
Klon RRIC 100 ketahanannya terhadap beberapa penyakit daun
(Colletotrichum, Corynespora dan Oidium) cukup baik. Potensi produksi awal
rendah dengan rata-rata produksi aktual 1567 kg/ha/th selama 8 tahun
penyadapan, lateks berwarna putih. Pengembangannya dapat dilakukan pada
daerah beriklim sedang sampai basah (Woelan dkk, 1999).
Klon BPM 24 merupakan hasil seleksi dari persilangan antara klon GT 1 x
klon AVROS. Ketahanan terhadap penyakit daun Corynespora cukup baik,
sedangkan
ketahanan
terhadap
Colletotrichum
kurang.
Perioritas
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
pengembangannya dapat di lakukan di daerah beriklim sedang. Lateks berwarna
putih kekuningan, dan dapat diolah menjadi SIR 3L (Woelan dkk, 1999).
Klon PB 260 tergolong tahan terhadap terhadap penyakit daun utama
(Corynespora, Colletotrichum dan Oidium), tetapi kurang tahan terhadap angin.
Potensi produksi awal cukup tinggi dengan rata-rata produksi aktual 2107 kg/ha/th
selama
9
tahun
penyadapan,
warna
lateksnya
putih
kekuningan.
Pengembangannya dapat dilakukan pada daerah beriklim sedang sampai dengan
basah (Woelan dkk, 1999).
Klon IRR seri 400 merupakan hasil persilangan tahun 1992, dan dari hasil
seleksi yang terbaik sebanyak 10 % masuk ke dalam Pengujian pendahuluan dan
1% masuk ke dalam pengujian plot promosi. Dari hasil pengamatan pertumbuhan
di pengujian plot promosi, beberapa klon IRR seri 400 menunjukkan pertumbuhan
lebih baik dibandingkan klon pembanding BPM 24, RRIC 100, PB 217 dan
PB 260, kecuali IRR 416 (Woelan, 2007).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai
Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet, kecamatan Galang, pada
ketinggian tempat ± 54 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada
bulan September 2007 sampai dengan bulan Oktober 2007
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : isolat
Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc, Klon Karet IRR seri 400 yang
terdiri dari : IRR 400, IRR 401, IRR 402, IRR 403, IRR 404, IRR 405, IRR 406,
IRR 407, IRR 408, IRR 409, IRR 410, IRR 411, IRR 412, IRR 413, IRR 414, IRR
415, IRR 416, IRR 417, IRR 418, IRR 419, IRR 420, IRR 421, IRR 422, IRR
423, IRR 424, dan klon pembanding BPM 24, RRIC 100, BPM I, PB 260,
akuades steril, alkohol 96 %, klorox 0,1 %, kapas, kertas saring, kain muslin,
kertas label, PDA (Potato Dextrose Agar).
Alat yang digunakan adalah petridish, erlenmeyer, tabung reaksi, beker
glass, gelas ukur, autoclave, mikroskop, mikropipet, haemacytomer, kotak
inokulasi, cover glass, lampu bunsen, pinset, hot plate, jarum inokulasi, preparat,
centrifuge,
pelubang
gabus,
waterbath
dan
alat-alat
yang
mendukung
terlaksananya penelitian.
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan mengunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) non faktorial yang terdiri dari 29 perlakuan dengan 3 ulangan. sehingga di
dapat perlakuan 29 x 3 = 87 perlakuan (Lampiran 1).
Klon IRR seri 400 yang digunakan terdiri dari 29 perlakuan yaitu 25
perlakuan dan 4 faktor pembanding. Adapun klon IRR seri 400 yang digunakan
dalam penelitian yaitu:
K1 = IRR 400
K11 = IRR 411
K21 = IRR 421
K2 = IRR 401 `
K12 = IRR 412
K22 = IRR 422
K3 = IRR 402
K13 = IRR 413
K23 = IRR 423
K4 = IRR 404
K14 = IRR 414
K24 = IRR 424
K5 = IRR 405
K15 = IRR 415
K25 = BPM 24 *
K6 = IRR 406
K16 = IRR 416
K26 = RRIC 100 *
K7 = IRR 407
K17 = IRR 417
K27 = IRR 403
K8 = IRR 408
K18 = IRR 418
K28 = PB 260 *
K9 = IRR 409
K19 = IRR 419
K29 = BPM I *
K10 = IRR 410
K20 = IRR 420
Keterangan : * Klon Pembanding
Jumlah perlakuan (t) : 29
Jumlah ulangan (r) : 3
(t-1) (r-1) ≥ 15
(29-1) (r-1) ≥ 15
28r
≥ 43
r
= 43/28
r = 1,5
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Metode linier yang digunakan adalah :
Yij = µ + i + ij
Dimana :
Yij
= Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke i ulangan ke j
µ
= Nilai tengah umum.
i
= Pengaruh perlakuan ke i.
ij
= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke i ulangan ke j.
Jika efek perlakun nyata atau sangat nyata, maka di lanjutkan dengan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) (Bangun, 1990).
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan bahan inokulasi
Daun yang yang sakit diambil dari lapangan, dibiakkan dalam media PDA
sampai di peroleh biakan yang murni. Isolat C. gloeoesporioides (penz). Sacc
dimurnikan pada media PDA. Dari biakan murni, jamur kembali dibiakkan dalam
media PDA, lalu diinkubasikan dalam inkubator selama 3 x 24 jam pada suhu 28
ºC dan RH 89 %. Konidia yang terbentuk dirontokkan dengan cara : biakan murni
C. gloeosporioides ditetesi dengan akuades steril secukupnya, kemudian dikikis
dengan mengunakan jarum ose, sehingga seluruh konidia yang terdapat pada
ujung konidiofor terlepas dan masuk ke dalam larutan. Campuran larutan ini
disaring dengan mengunakan kain muslin, sehingga potongan-potongan misellium
atau bagian-bagian yang kasar dari media akan tertinggal pada kain muslin,
sedangkan yang dapat lolos hanya filtrat selanjutnya disentrifuge untuk
mendapatkan suspensi konidia. Kemudian suspensi ini diencerkan dengan akuades
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
steril sehingga mencapai kerapatan konidia sebanyak 7.104 konidia/ml.
Konsentrasi ini dapat dihitung dengan mengunakan haemacytometer
Jumlah konidia C. gloeosporioides dihitung dengan menggunakan alat
hitung Haemacytometer
Gambar 2. Haemacytometer
Kotak a,b, c, d dan e adalah kotak yang dihitung jumlah konidianya. Adapun
cara kerjanya sebagai berikut:
1. Bersihkan permukaan kamar hitung dengan air mengalir dan kemudian
keringkan dengan tissue atau kain yang lembut.
2. Tempatkan gelas penutup di atas slide, kemudian dijepit dengan penjepit
yang yang ada disebelah kanan-kiri.
3. Siapkan suspensi sel yang dihitung, usahakan sel yang tersuspensi dalam
cairan menyebar merata.
4. Ambil sedikit suspensi sel dengan dropping pipet dan teteskan sebanyak 2
tetes di tepi gelas penutup. Suspensi akan masuk ke kamar hitung dan
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
mengisi seluruh ruangan yang ada pada bilik tersebut. Suspensi yang
berlebih akan terbuang ke dalam parit pembuangan.
5. Biarkan selama 1 – 2 menit, agar sel yang ada di dalam bilik stabil.
6. Tempatkan heamacytometer pada meja mikroskop dan hitung jumlah sel
yang ada dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah sel/ml = ∑ (a + b + c + d + e) X 50000
Hasil perhitungan konidia Jamur C. gloeosporioides .
•
Isolat C. gloeosporioides
a : 18 Konidia
b : 22 konidia
c : 24 Konidia
d : 17 Konidia
e : 21 Konidia
+
102 konidia
Jumlah Konidia = ∑( a + b + c + d + e ) x 50000
= ( 18 + 22 + 24 + 17 + 21 ) x 50000
= 102 x 50000
= 5100000
= 5,1 . 106
Maka untuk membuat kerapatan 7 . 104 konidia ml/ air digunakan rumus
pengenceran sebagai berikut:
V1N1
= V2N2
100 x 5,1.106 = V2 x 7.104
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
= 0.728. 104 ml = 7280ml
V2
Maka penembahan akuadest sebagai pengenceran untuk menghasilkan kerapatan
konidia 7.104 ml/air adalah : 7280 – 100 = 7180 ml.
Inokulasi pada Cakram daun (leaf disc)
Daun yang akan di gunakan dalam pengujian diambil dari areal pengujian
plot promosi (lampiran 33). Daun yang diambil dari payung ke-3, umur ±10 hari
setelah muncul dan membuka sempurna. Setiap daun dari klon IRR seri 400 yang
diuji dilubangi dengan alat pelubang gabus (cork borer) sehingga terbentuk
cakram daun dengan diameter 1,2 cm. kemudian cakram daun direndam dengan
suspensi C. goeosporioides dengan kerapatan 7.104 konidia/ ml selama 1-2 menit.
Selanjutnya cakram daun
tersebut diletakkan ke dalam cawan petri yang
dilapaisai dengan kertas saring yang lembab. Pada setiap cawan petri diletakkan
10 cakram daun yang tersusun secara acak (lampiran 32).
Parameter Pengamatan
Pengamatan warna koloni dan morfologi jamur C. gloeosporioides
Biakan murni sebelum di Inokulasikan diamati warna koloni secara
visual dan morfologinya secara mikroskopis.
Intensitas serangan pada cakram daun (leaf disc).
Potongan
cakram
daun
yang
telah
diinoukulasi
dengan
suspensi
C. gloeosporioides diamati pada hari ke 1 - 9. pengamatan dilakukan dengan
membandingkan luas bercak yang timbul dengan luas cakram daun secara visual.
Nilai skala bercak daun ditetapkan 0-4 (Lampiran 2.)
Skala 0 = tidak terdapat bercak
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Skala 1 = terdapat bercak < 1/4 bagian
Skala 2 = terdapat bercak < 1/2 bagian
Skala 3 = terdapat bercak > 1/2-3/4 bagian
Skala 4 = terdapat bercak > 3/4 bagian
(Pawirosoemardjo,1999)
Nilai Intensitas Serangan dinyatakan dengan rumus:
IS =
∑ (nxv) x100%
ZxN
Keterangan:
I = Intensitas serangan
n = Jumlah daun tiap kategori serangan
v = Nilai skala dari siap kategori serangan
Z = Nilai skala dari kategori tertinggi
N = Jumlah daun yang diamati
Klasifikasi penilaian intensitas serangan penyakit C. gloeosporioides di
sajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Penilaian Serangan Penyakit C. gloeosporioides:
Klasifikasi
Nilai
Resisten
0 - 20 %
Agak resisten
21 - 40 %
Moderat
41 - 60 %
Agak rentan
61 - 80 %
Rentan
81 - 100 %
(Pawirosoemardjo, 1999).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Laju pertumbuhan bercak (mm/hari)
Menghitung laju pertumbuhan bercak (mm/hari) pada tiap pengamatan
dengan membandingkan laju pertumbuhan bercak pada waktu pengamatan dengan
laju pertumbuhan bercak sebelumnya.
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Morfologi dan Warna Koloni Jamur C. gloeosporioides.
Warna koloni yang di peroleh sebelum di inokulasikan pada cakram daun
berwarna putih. Massa spora berwarna merah jambu atau berwarna salmon. Pada
media yang telah tua di tumbuhi miselium berwarna putih cerah, seperti yang
telah tersaji pada gambar 3a, 3b, 3c dan 3d.
Gambar 3a. Biakan jamur 2 hsi
Gambar 3c. Biakan jamur 16 hsi
Sumber : Foto langsung
Gambar 3b. Biakan Jamur 9 hsi
Gambar 3d. Biakan jamur 22 hsi
Hasil pengamatan morfologi jamur yang di amati secara mikroskopik,
konidium berbentuk silinder dengan ujung-ujung tumpul sampai meruncing,
kadang-kadang berbentuk agak jorong dengan ujung agak membulat dengan
pangkal yang agak sempit terpancung. Tidak bersekat, berinti satu, berbentuk
oval memanjang bergaris ramping. Panjang 10-15
m dan lebar 5-7
Eliana Per
DAUN Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc PADA TANAMAN
KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH
ELIANA PERANGIN-ANGIN
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
UJI RESISTENSI KLON IRR SERI 400 TERHADAP PENYAKIT GUGUR
DAUN Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc PADA TANAMAN
KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH :
ELIANA PERANGIN-ANGIN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Menempuh Ujian Sarjana
di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Judul Skripsi : UJI RESISTENSI KLON IRR SERI 400 TERHADAP
PENYAKIT GUGUR DAUN Colletotrichum
gloeoesporioides (Penz.) Sacc PADA TANAMAN KARET
(Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di LABORATORIUM.
Nama
: Eliana Perangin-angin
NIM
: 030302035
Departemen : Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Disetujui oleh:
Komisi Pembimbing:
(Ir.Lahmuddin Lubis, MP)
Ketua
(Ir.Kasmal Aripin, MSi)
Anggota
(Dra.Sekar Woelan, MP)
Pembimbing Lapangan
Mengetahui:
(Ir. Marheni, MP)
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
ABSTRACT
Eliana Perangin-Angin " Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap
Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeoesporioides (Penz). Sacc Pada
Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Laboratorium ". With the
conselling Mr. Ir. Lahmuddin Lubis, MP as leader, Mr. Ir. Kasmal Aripin, MSi as
couthor and Mrs. Dra. Sekar Woelan, MP as counselling field.
The research was conducted in Laboratory Plant Protection Sungei Putih
Rubber Research Center since August 2007 to October 2007.
The aims of the research was to know level of resitance of rubber IRR
400 clones to fall of leaf C. gloeoesporioides disease.
The research used the desigen Complete Random Device (CRD) non
factorial with 29 treatmens (25 clones treatment of IRR 400 series and 4 control
clone) and 3 mutliplication. The rubber IRR 400 series were used is IRR 400,
IRR 401, IRR 402, IRR 403, IRR 404, IRR 405, IRR 406, IRR 407, IRR 408, IRR
409, IRR 410, IRR 411, IRR 412, IRR 413, IRR 414, IRR 415, IRR 416, IRR
417, IRR 418, IRR 419, IRR 420, IRR 421, IRR 422, IRR 423, IRR 424 and BPM
1, BPM 24, RRIC 100, and PB260 is control clones.
The result of research Mean showed that the IRR 400 series and 4 control
clones were resistence which do not varieted to C. gloeoesporioides. Klon BPM 1
was rather resistence. IRR 400, IRR 401, IRR 402, IRR 403, IRR 404, IRR 405,
IRR 406, IRR 407, IRR 408, IRR 409, IRR 410, IRR 411, IRR 412, IRR 413, IRR
414, IRR 415, IRR 416, IRR 417, IRR 418, IRR 419, IRR 420, IRR 421, IRR
422, IRR 423, IRR 424, BPM 24, RRIC 100 and PB 260 was moderate
The result of research mean showed that growth fast pock-market
(mm/day) highest found is clone IRR 420 and growth fast pock-market (mm/day)
lower found is IRR 423.
Key word : Clone, C. gloeoesporioides
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
ABSTRAK
Eliana Perangin-angin ” Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap
Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeoesporioides (Penz). Sacc Pada
Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Laboratorium”. Dengan
komisi pembimbing Bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP selaku ketua,
Bapak Ir. Kasmal Aripin, MSi selaku anggota dan Ibu Dra. Sekar woelan, MP
selaku pembimbing lapangan.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai
Penelitian Sungei Putih dari bulan Agustus sampai Oktober 2007.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat resitensi klon karet
IRR seri 400 terhadap penyakit gugur daun C. gloeoesporioides.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial
dengan 29 perlakuan (25 perlakuan klon IRR seri 400 dan 4 klon pembanding)
dan 3 ulangan. Klon IRR seri 400 yang digunakan dalam penelitian adalah IRR
400, IRR 401, IRR 402, IRR 403, IRR 404, IRR 405, IRR 406, IRR 407, IRR
408, IRR 409, IRR 410, IRR 411, IRR 412, IRR 413, IRR 414, IRR 415, IRR
416, IRR 417, IRR 418, IRR 419, IRR 420, IRR 421, IRR 422, IRR 423, IRR 424
dan klon pembanding yang digunakan adalah BPM 1, BPM 24, RRIC 100 dan
PB260.
Hasil rata-rata penelitian menunjukkan bahwa klon IRR seri 400 dan 4
klon pemanding yang di uji menunjukkan tingkat resistensi yang tidak bervariasi
terhadap C. gloeoesporioides. Klon BPM 1 adalah klon yang tergolong agak
tahan. Klon IRR 400, IRR 401, IRR 402, IRR 403, IRR 404, IRR 405, IRR 406,
IRR 407, IRR 408, IRR 409, IRR 410, IRR 411, IRR 412, IRR 413, IRR 414,
IRR 415, IRR 416, IRR 417, IRR 418, IRR 419, IRR 420, IRR 421, IRR 422,
IRR 423, IRR 424, BPM 24, RRIC 100 dan PB 260 adalah klon yag tergolong
moderat
Hasil rata-rata penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bercak
(mm/hari) tertinggi pada perlakuan IRR 420 dan laju pertumbuhan bercak
(mm/hari) terendah terdapat pada perlakuan IRR 423.
Kata kunci : Klon, C. gloeoesporioides
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmad-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Adapun judul Skipsi ini adalah Uji Resistensi Klon IRR Seri 400
Terhadap Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc
pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Laboratorium yang
merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di
Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera utara, Medan.
Penulis
Ir.
Lahmuddin
mengucapakan
Lubis,
MP.
terima
selaku
kasih
ketua
kepada
komisi
Bapak
pembimbing,
Bapak Ir. Kasmal Aripin Msi. selaku anggota, dan Ibu Dra. Sekar Woelan, MP.
selaku pembimbing lapangan, serta kepada seluruh staf pengajar Departemen
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Penulis juga mengucapkan termakasih kepada semua pihak yang
membantu sampai selesainya Skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan Skripsi
ini dan semoga
bermamfaat bagi pembaca.
Medan, Maret 2008
Penulis
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
ABSTRACT ………………………....…………………………...
ABSTRAK ………………………………………………. ………
KATA PENGANTAR………………………………… ……….....
DAFTAR ISI ……………………………………………………….
DAFTAR TABEL ………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
Hal
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………..
Tujuan Penelitian…………………………………………..
Hipotesa Penelitian………………………………………...
Kegunaan Penelitian……………………………………….
1
4
5
5
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Penyakit…………………………………………...
Gejala Serangan……………………………………………
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit……………...
6
8
10
Daur Hidup Penyakit………………………………………
12
Pengendalian Penyakit…………………………………….
Karateristik Klon ………………………………………….
12
13
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian…………………………….
Bahan dan Alat…………………………………………...
Metode Penelitian ………………………………………..
Pelaksanaan Penelitian…………………………………....
Persiapan Bahan Inokulasi......................................
Inokulasi pada Cakram Daun (Leaf disc)...............
Parameter Pengamatan…………………………………....
Pengamatan warna koloni dan morfologi...............
Intensitas serangan pada cakram daun...................
Laju Pertumbuhan Bercak......................................
15
15
16
17
17
20
20
21
21
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..................................................................................
Morfologi dan Warna Koloni Jamur ..........................
Intensitas Serangan (%) .............................................
Laju Pertumbuhan Bercak (%)...................................
Pembahasan.......................................................................
Morfologi dan Warna Koloni Jamur ..........................
Intensitas Serangan (%) .............................................
Kecepatan Pertumbuhan Bercak (%) .........................
24
24
24
25
29
29
29
32
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ......................................................................
Saran..................................................................................
38
38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Hlm
1. Klasifikasi Penilaian Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides …… 21
2. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides untuk
Setiap Waktu Pengamatan (hsi) ………………………….……………. 34
3. Uji Beda Rataan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
untuk Setiap Waktu Pengamatan (hsi) ………………….....…………… 37
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hlm
Gejala Serangan C. gloeosporioides ..................................................
Heamacytometer ................................................................................
Biakan Murni Jamur C. Gloeosporioides...........................................
Spora C. gloeosporioides .................................................................
Histogram Intensitas Serangan (%)C. gloeosporioides ……….……
Histogram Kecepatan Tumbuh Bercak (%) C. gloeosporioides …..
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
10
18
23
24
35
36
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
Hlm
1. Bagan Penelitian………….……………………………………………41
2. Nilai SkalaBercak……………… …………………………………….42
3. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 2 hsi...................................................................................43
4. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 2 hsi Setelah Di Transformasi
Arc . Sin√x............................................................................................44
5. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 3 hsi...................................................................................45
6. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 3 hsi Setelah Di Transformasi Arc . Sin√x.......................46
7. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 4 hsi...................................................................................47
8. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 4 hsi Setelah Di Transformasi Arc . Sin√x......................48
9. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 5 hsi..................................................................................49
10. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 5 hsi Setelah Di Transformasi Arc . Sin√x......................50
11. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 6 hsi..................................................................................51
12. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 6 hsi Setelah Di Transformasi Arc . Sin√x.......................52
13. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 7 hsi...................................................................................53
14. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 7 hsi Setelah Di Transformasi Arc . Sin√x.......................54
15. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 8 hsi..................................................................................55
16. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 8 hsi Setelah Di Transformasi Arc . Sin√x.......................56
17. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
C. Gloeosporioides Pada Pengamatan 2 hsi........................................57
18. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
C. Gloeosporioides pada Pengamatan 2 hsi Setelah
Di Transformasi
( x + 0.5) ……...................................................58
19. Data
Pengamatan
Laju
Pertumbuhan
Bercak
(mm/hari)
C. Gloeosporioides
pada Pengamatan 3 hsi.....................................59
20. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
pada Pengamatan 3 hsi Setelah Di Transformasi ( x + 0.5) …………60
21. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
C. Gloeosporioides pada Pengamatan 4 hsi............................................61
22. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
C. Gloeosporioides
Pada Pengamatan 4 hsi Setelah Di Transformasi ( x + 0.5) ………...62
23. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
Pada Pengamatan 5 hsi...........................................................................63
24. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
C. Gloeosporioides
pada Pengamatan 5 hsi Setelah Di Transformasi ( x + 0.5) ……….....64
25. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
C. Gloeosporioides
pada Pengamatan 6 hsi.............................................................................65
26. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
pada Pengamatan 6 hsi Setelah Di Transformasi ( x + 0.5) ………...…66
27. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
pada Pengamatan 7 hsi..............................................................................67
28. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
pada Pengamatan 7 hsi Setelah Di Transformasi ( x + 0.5) …………..68
29. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari) C. gloeosporioides
pada Pengamatan 8 hsi..............................................................................69
30. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Bercak (mm/hari)
C. Gloeosporioides
pada Pengamatan 8 hsi Setelah Di Transformasi ( x + 0.5) …………...70
31. Foto daun klon IRR seri 400 dan klon pembanding..................................71
32. Cakram daun………………………………………….………………….72
33. Lokasi pengambilan sampel daun klon IRR seri 400 di lahan
Sungei Putih...............................................................................................73
34. Uji Jarak BNT............................................................................................74
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
PENDAHULUAN
Latar belakang
Usaha perkebunan karet dimulai di daerah-daerah jajahan negara Eropa
terutama oleh Inggris dan Belanda. Pada tahun 1876 Henry Wickhnam
memasukkan biji karet yang berasal dari Amerika Selatan ke kebun Raya Bogor,
kemudian terbukti bahwa pertumbuhan karet di Bogor sangat memuaskan, oleh
karena itu kemudian disusul pemasukan bibit-bibit karet berikutnya yaitu pada
tahun 1890 dari Kew Garden ke Bogor (Setyamidjaja, 1995).
Karet merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai peranan
penting bagi Indonesia maupun negara-negara produsen karet lainnya. Di
Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian yang banyak menunjang
perekonomian rakyat maupun negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet
cukup besar, bahkan Indonesia
pernah
menguasai produksi karet dunia
(Anonimb, 2007).
Mobilitas manusia dan barang memerlukan komponen yang terbuat dari
karet, misalnya ban mobil, converyor belt, komponen otomotif, sepatu, sandal,
dan lain-lain. Itu pula yang mendorong naiknya permintaan akan karet alam
maupun karet sintetis, naiknya permintaan membuat ekspor karet alam dan barang
karet Indonesia pada Januari-Agustus 2006 mencatat rekor fantasis 3.75 miliar
dolar. Pada priode yang sama tahun 2005 nilai ekspor karet masih 2.173 miliar
dolar. Pada priode yang sama tahun 2006 ekspor karet alam Indonesia mencapai 4
miliar dollar. Ini artinya kinerja ekspor karet mulai mengejar crude palm oil
(CPO), yang senilai 4.5 - 5 miliar dollar per tahun (Anonim b, 2007).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Produksi karet nasional meningkat seiring dengan membaiknya harga pada
tahun 2004. Pada tahun 2003 produksi karet 1.79 ton, pada tahun 2004 Produksi
karet 2.06 ton, pada tahun 2005 produksi karet 2.13 juta ton (Anonimc, 2007),
Menurut Ariyani (2006) produksi karet pada tahun 2007 diperkirakan mencapai
2.4 juta ton.
Dalam usaha meningkatkan pendapatan petani/perkebunan karet dan
meningkatkan ekspor non migas, pemerintah telah mengembangkan penanaman
karet dengan perluasan areal, peremajaan, rehabilitasi. Namun demikian
pengunaan klon sebagai bahan tanaman merupakan salah satu faktor yang sangat
penting bagi budidaya karet, terutama klon yang mempunyai ketahanan terhadap
penyakit (Azwar dkk., 1998).
Klon
dalam
budidaya
karet
merupakan
bahan
tanaman
yang
dikembangkan dan dianjurkan antara lain untuk memperoleh hasil dan mutu yang
tinggi dan seragam. Di alam produktivitas karet sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu genetik, lingkungan dan manajemen. Salah satu respon faktor genetik
terhadap lingkungan adalah sifat ketahanannya terhadap penyakit. Penyakit
tanaman karet merupakan kendala dominan di bandingkan dengan gangguan
lainnya. Di samping dapat menurunkan produksi karet, sering juga penyakit dapat
mengakibatkan
gagalnya suatu program pengembangan tanaman karet.
Dalam tiga dasawarsa terakhir, pada semua negara penghasil karet, penyakit
gugur
daun C. gloeosporioides dan C. cassiicola dikenal sebagai faktor
yang dapat menimbulkan kerugian yang besar dan bahkan berkelanjutan
(Pawirosoemardjo dkk., 1998).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Klon
memiliki
keunggulan
dibandingkan
dengan
tanaman
yang
dikembangkan melalui biji. Keungulan yang dimiliki oleh klon antara lain
tumbuhnya tanaman lebih seragam, umur produksinya lebih cepat dan produksi
lateks yang dihasilkan juga lebih banyak. Adapun klon juga memiliki kekurangan
seperti daya tahan masing-masing klon terhadap hama penyakit tidak sama
sehingga klon unggul yang diinginkan harus mempunyai sifat yang ideal yaitu
produksi lateks yang tinggi, resisten terhadap pengaruh hama, penyakit dan
pengaruh angin dan batang yang tumbuh lurus (Anonima, 1996).
Klon IRR Seri 400 merupakan klon unggul harapan turunan dari hasil
persilangan 1992, sebanyak 25 klon yang diseleksi untuk masuk ke pengujian plot
promosi. Untuk dapat di rekomendasikan sebagai klon unggul baru, diperlukan
suatu data informasi mengenai ketahanan penyakit, khususnya penyakit daun.
Karena itu diperlukan suatu
pengujian ketahanan terhadap penyakit daun
(Woelan, 2006).
Penyakit gugur daun Colletotrichum atau gugur daun skunder menjadi
salah satu kendala utama bagi perkebunan karet seperti di propinsi Kalimantan
Barat dan dibeberapa daerah di Indonesia yang mempunyai iklim basah dengan
curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun. Penyakit tersebut disebabkan oleh
cendawan Glomerella cingulata atau sering dinamakan dengan nama fase
telemorf C. gloeosporioides. Penyakit tersebut merupakan penyakit penting pada
tanaman karet dan menjadi ancaman bagi kelangsungan budidaya karet di
Indonesia. Penurunan produksi yang ditimbulkan akibat penyakit tersebut
berbeda-beda menurut lokasinya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
beberapa perkebunan di Jawa Barat, penurunan akibat penyakit tersebut
bervariasi antara 7 – 40 % (Suwarto dkk., 1995).
Penyakit C. gloeosporioides merupakan penyakit yang relatif baru pada
karet di Indonesia dan baru mendapat perhatian pada tahun 1970. Pada tahun
1989-1992 timbul epidemi penyakit gugur daun C. gloeosporioides di Kalimantan
terutama di Kalimantan Barat. Akibat serangan penyakit tersebut adalah tanaman
meranggas, banyak ranting dan dahannya yang mati. Terjadinya epidemi ini di
duga disebabkan karena penanaman klon unggul sebagai contoh GT 1 yang hasil
seleksi dari Jawa pada suatu wilayah sangat luas (Semangun, 2000).
Di Malaysia dan Sri Langka penyakit ini belum lama dikenal, di Jawa
Barat penyakit ini dapat menyebabkan kerugian 7 – 40% (Soepadmo, 1975).
Sedang di Sri Langka kerugian rata-rata hampir mendekati 12%. Penyakit daun
Colletotrichum
merupakan penyakit karet yang paling luas penyebarannya,
terdapat disemua negara penghasil karet alam. Penyakit ini dapat timbul pada
semua umur, dari mulai di pembibitan sampai ditanaman tua (Semangun, 2000).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat resistensi klon karet IRR seri 400 terhadap
penyakit
gugur
daun
Colletotrichum
gloeosporioides
(Penz.)
Sacc.
Laboratorium.
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
di
Hipotesa Penelitian
Diantara klon karet IRR seri 400 terdapat tingkat resistensi yang berbedabeda terhadap penyakit Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc. di
laboratorium.
Kegunaan Penelitian
-
Sebagai bahan kelengkapan informasi
bagi perkebunan karet untuk
mengetahui tingkat resistensi klon karet IRR seri 400 terhadap penyakit
gugur daun Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.
-
Sebagai bahan penulisan skripsi untuk memenuhi persyaratan dalam
menempuh ujian sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
TINJAUAN LITERATUR
Biologi penyakit
Klasifikasi
penyakit
C.
gloeosporioides
(Penz.)
Sacc
menurut
Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut:
Divisio
: Mycota
Sub divisi
: Eumycotyna
Kelas
: Deuteromyces
Ordo
: Melanconiales
Family
: Melanconiaceae
Genus
: Colletotrichum
Species
: Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.
C. gloeosporioides umumnya mempunyai konidium hialin berbentuk
silinder dengan ujung-ujung tumpul, kadang-kadang berbentuk agak jorong
dengan ujung agak membulat dengan pangkal yang agak sempit terpancung, tidak
bersekat, berinti satu, panjang 9 – 24 x 3 - 6 m, terbentuk pada konidiofor seperti
fialid berbentuk silinder, hialin berwarna agak kecoklatan (Semangun, 2000).
Ordo dari kelas Deutromyces ini mempunyai konidiofor yang pendek dan
beregresi (berkumpul) pada permukaan yang tipis dari perenkhimoid dan stroma
(satu aservulus). Konidia dibentuk dalam aservulus (Djas, 1980).
Konidia terbentuk tunggal pada ujung-ujung konidiofor, konidiofor
pendek, tidak berwarna, tidak bercabang, tidak bersekat. Sering diemukan pada
aservuli dari jamur Colletotrichum, tetapi tidak tetap tergantung kondisi tempat
tumbuhnya (Allexopolus and Mims, 1979).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Aservuli tersusun di bawah epidermis tumbuhan inang. Epidermis pecah
apabila konidia telah dewasa. Konidia keluar sebagai percikan berwarna putih,
kuning, jingga, hitam atau warna lain sesuai pigmen yang dikandung konidia.
Diantara
Ordo
Gloeosporium
Melanconiales
dan
yang
Colletotrichum,
konidianya
keduanya
cerah
mempunyai
(hialin)
konidia
adalah
yang
memanjang dengan penyempitan di bagian tengah (Dwidjoseputro, 1978).
C. gloeoeosporioides termasuk parasit fakultatif, termasuk ke dalam ordo
Melanconiales, jamur ini memproduksi hialin, konidia bersel satu, berbentuk oval
memanjang, bergaris ramping, panjang 10-15 m dan lebar 5-7 m. Massa spora
berwarna merah jambu atau warna salmon. Aservuli dapat menyerang kulit dan
jaringan tanaman,
konidiofornya
tegak,
pendek
dan tidak bersekat
(Anonimd, 2007).
Koloni jamur pada medium Agar Dexstroe kentang berwarna kelabu
sampai merah jingga. Miselium bersekat dan konidia berbentuk lonjong, bening
dan terdiri dari satu atau dua sel (Pawirosoemardjo dkk.., 1998).
Terdapat keragaman (variabilitas) genetik dalam satu species patogen
yaitu terdapat perbedaan ras-ras patogen, yang serangannya terbatas pada varietas
tertentu dari satu species inang. Dalam satu species patogen, terdapat ras-ras
fisiologis patogen yang secara morfologis tidak dapat dibedakan, tetapi berbeda
kemampuannya dalam menginfeksi kelompok-kelompok varietas inang yang
berbeda, hal ini membantu menjelaskan mengapa varietas yang tahan pada suatu
daerah geografis tertentu menjadi rentan pada daerah geografis lain, mengapa
ketahanan berubah dari tahun ketahun dan mengapa varietas tahan dengan tiba-
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
tiba menjadi rentan, hal ini berhubungan dengan ras fisiologis yang berbeda-beda
(Agrios, 1996).
Patogen menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan cara melemahkan
inang dengan cara menyerap makanan secara terus menerus dari sel inang untuk
kebutuhannya, menghentikan atau mengganggu metabolisme sel inang dengan
toxin, enzim atau zat pengatur tumbuh yang disekresikannya, menghambat
transportasi makanan, hara mineral, dan air melalui jaringan pengangkut dan
mengkonsumsi kandungan sel inang setelah terjadi kontak (Agrios,1996).
Dalam kombinasi inang patogen, patogen (biasanya jamur) dapat
memproduksi toksin spesifik-inang yaitu toksin yang bertanggungjawab
terjadinya gejala, dan diduga bereaksi terhadap reseptor spesifik atau sisi sensitif
dalam sel inang. Hanya tanaman yang mempunyai reseptor sensitif atau sisi
sensitif semacam ini yang akan menjadi sakit. Spesies atau verietas tanaman yang
tidak mempunyai reseptor ini atau tidak mempunyai sisi sensitif semacam ini akan
tetap tahan terhadap toksin dan tidak akan terjadi gejala (Abadi, 2003).
Gejala Serangan Colletotrichum gloeosporioides.
Penyakit gugur daun Colletotrichum khususnya menyerang daun karet
muda yang baru terbentuk. Daun karet berumur kurang dari 20 hari merupakan
kondisi daun yang sangat peka terhadap C. gloeosporioides, karena itu
pembentukan daun baru setelah tanam mengugurkan daunnya secara alamiah yang
diikuti dengan musim penghujan berkepanjangan dapat menyebabkan daun muda
yang terbentuk menjadi gugur kembali, sehingga tanaman meranggas. Serangan
Colletotrichum terjadi secara terus menerus mengakibatkan pertumbuhan
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
terhambat, masa matang sadap menjadi terhambat. Pada tanaman menghasilkan
(TM) serangan yang berat mengakibatkan penurunan produksi hingga mencapai
7– 40 % (Pawirosoemardjo dkk., 1998).
Daun-daun muda rentan selama lebih kurang 5 hari pada waktu kuncup
membuka (bud break) dan daun selama 10 hari, daun berkembang sampai
membuka penuh, warnanya berubah dari warna perunggu menjadi hijau pucat.
Pada waktu ini kutikula sudah terbentuk dan daun menjadi cukup tahan. Pada
daun yang lebih dewasa serangan Colletotrichum dapat menyebabkan tepi dan
ujung daun berkeriput, dan pada permukaan daun terdapat bercak-bercak bulat
berwarna coklat dengan tepi kuning, bergaris tengah 1 – 2 mm. Bila stadia umur
daun bertambah, bercak akan berlubang ditengahnya dan bercak tampak
menonjol dari permukan daun. Hal ini dapat digunakan sebagai salah satu
penanda
yang
penting
adanya
serangan
penyakit
Colletotrichum
(Semangun, 2000).
Daun yang masih berwarna merah kecoklatan sangat rentan bila diserang
penyakit C. gloeosporioides. Serangan di tandai dengan bintik-bintik hitam,
bentuknya bergelombang atau tidak rata. Pada stadia daun yang lebih tua muncul
bercak coklat dengan warna coklat dan warna kuning disekelilingnya. Bercak
dapat berlubang dan permukaan tidak rata atau bercak bergabung yang
mengakibatkan cacat daun. Apabila serangan terjadi cukup berat, daun dapat
mengalami gugur atau ranting menjadi mati pucuk. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan produkvitas mengalami penurunan (Soekirman dan Budi, 2005).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Bercak daun
C. gloeosporioides
Gambar.1. Gejala Serangan C. gloeosporioides
Sumber: Balai Penelitian Sungei Putih.
Klasifikasi penilaian serangan penyakit C. gloeosporioides yaitu kategori
resisten 0-20 %, agak resisten 21-40%, moderat 41-60 %, agak rentan 61-80 %,
dan rentan 81-100 % (Pawirosoemardjo, 1999).
Faktor Mempengaruhi Penyakit
Dalam cuaca yang lembab massa spora menjadi lunak dan mudah tersebar
dengan perantara angin hingga ke jarak yang sangat jauh. Pada perkebunan karet
yang terletak di dataran tinggi atau yang mempunyai curah hujan tinggi akan
menderita serangan penyakit daun C. gloeosporioides yang lebih berat, hal ini
juga terlihat pada kebun-kebun yang mempunyai kelembaban tinggi yang di
sebabkan jarak tanam yang terlalu rapat, terletak di lembah, di rawa-rawa atau
daerah yang gulmanya tidak dikendalikan (Basuki, 1990).
Colletotrichum adalah jamur yang bersifat kosmopolitan, sehingga dapat
menyebabkan timbulnya penyakit pada berbagai jenis tanaman termasuk tanaman
karet. Colletotrichum bersporulasi pada media PDA pada suhu 10 – 40ûC. Sinar
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
ultra violet dapat mengaktifkan spora-spora Colletotrichum. Perkecambahan spora
juga dapat terjadi pada kelembaban relatif
90% dengan suhu 15 – 35ûC,
walaupun kelembaban relatif optimum untuk perkecambahan spora jamur ini
90 %. Spora Colletotrichum juga dapat bertahan pada suhu di atas 35 ûC, kondisi
ini yang mendukung perkembangan penyakit pada pertanaman karet di Sri
Langka, di luar musim hujan (Fernando et all., 1999).
Pada umumnya C. gloeosporioides umum terdapat di berbagai macam
tanaman sehingga diduga bahwa sumber infeksi selalu ada, jamur di sebarkan
dengan spora (konidium). Dalam cuaca yang lembab massa spora yang berwarna
merah jambu menjadi lunak dan mudah tersebar oleh percikan air hujan dan oleh
aliran
udara
yang
lembab
dan
juga
dapat
disebarkan
oleh
hewan
(Semangun, 2000).
Kondisi tanaman yang kekurangan unsur hara,
kurang pemeliharaan,
suhu udara 29 - 300C dan kelembaban udara yang tinggi lebih dari 95 %, serta
adanya air pada permukaan daun dan ranting, sangat memudahkan jamur ini untuk
dapat
berkembang
dengan
cepat
dan
menginfeksi
tumbuhan
sehingga
menimbulkan penyakit yang kronis (Soekirman dan Budi, 2005).
Sumber
infeksi
jamur
C.
gloeosporioides
tersebar
merata
dan
penyebarannya dalam bentuk spora (konidia). Pada kondisi lembab spora menjadi
lunak dan mudah penyebarannya oleh adanya tetesan air hujan dan aliran udara.
Penyebaran juga dapat di lakukan oleh hewan (Semangun, 2000).
Daur Penyakit
Konidium membentuk buluh kecambah yang membentuk apresorium pada
ujungnya. Penetrasi terjadi langsung dengan menembus kutikula, merusak dinding
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
sel dan benang-benang jamur berkembang di dalam dan di antara sel-sel. Mulamula kloroplas rusak dan diikuti dengan rusaknya mitokondria, selama proses
infeksi patogen melepaskan enzim poligalakturonase, selulase, dan toksin
(Semangun, 2000).
Spora hanya dapat berkecambah bila ada air bebas, atau bila kelembaban
nisbi udara tidak kurang dari 95%. Infeksi tidak akan terjadi bila kelembaban
udara
kurang dari 96%, spora tumbuh paling baik pada suhu 25û- 28ûC
(Semangun, 2000).
Pengendalian Penyakit
Pengendalian penyakit Colletotrichum dapat dilakukan dengan cara:
- Memperbaiki saluran pembuangan air dan memberantas gulma secara intensif,
yang mempunyai tujuan untuk mengurangi kelembaban dalam rangka
menghambat perkembangan penyakit.
- Memberikan pupuk yang berimbang dan ekstra sesuai dengan anjuran, yang
mempunyai tujuan adalah menyehatkan tanaman sehingga tidak mudah
menderita ganguan jamur Colletotrichum.
- Menyemprot atau mengasapi tunas-tunas muda dengan fungisida sebanyak tiga
kali dengan interval tujuh hari dalam periode pembentukan tunas, yang
mempunyai tujuannya untuk menekan laju perkembangan serangan penyakit
Colletotrichum.
- Menanam klon yang resisten di daerah rawan penyakit gugur daun
Colletotrichum, yang mempunyai tujuan untuk memangkas siklus penyakit .
(Pawirosoemardjo dan Budi, 2005).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Pada pembibitan tanaman karet diusahakan agar kelemaban nisbinya tidak
mencapai 95 %, di pembibitan tanaman okulasi dalam kantong plastik jangan
disusun terlalu rapat. Menanam klon karet yang tahan, menurut anjuran klon karet
yang tahan terhadap Collotrichum yaitu klon RRIC 100, BPM1. Klon yang rentan
terhadap penyakit ini diberi pupuk yang berimbang untuk mengurangi
pengguguran daun (Semangun, 2000).
Karakteristik Klon
Beberapa klon yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit daun antara
lain : BPM 1, RRIC 100, BPM 24 dan PB 260. karakteristik dari masing-masing
klon akan di terangkan sebagai berikut:
Klon BPM 1 mempunyai ketahanan yang cukup baik terhadap penyakit
Corynespora dan Colletotrichum sedangkan terhadap Oidium moderat. Potensi
produksi awal dapat mencapai rata-rata produksi aktual 1685 kg/ha/th selama 8
tahun penyadapan. Daerah pengembangan yang sesuai untuk klon PBM 1 yaitu
pada daerah beriklim sedang sampai dengan kering (Woelan dkk, 1999).
Klon RRIC 100 ketahanannya terhadap beberapa penyakit daun
(Colletotrichum, Corynespora dan Oidium) cukup baik. Potensi produksi awal
rendah dengan rata-rata produksi aktual 1567 kg/ha/th selama 8 tahun
penyadapan, lateks berwarna putih. Pengembangannya dapat dilakukan pada
daerah beriklim sedang sampai basah (Woelan dkk, 1999).
Klon BPM 24 merupakan hasil seleksi dari persilangan antara klon GT 1 x
klon AVROS. Ketahanan terhadap penyakit daun Corynespora cukup baik,
sedangkan
ketahanan
terhadap
Colletotrichum
kurang.
Perioritas
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
pengembangannya dapat di lakukan di daerah beriklim sedang. Lateks berwarna
putih kekuningan, dan dapat diolah menjadi SIR 3L (Woelan dkk, 1999).
Klon PB 260 tergolong tahan terhadap terhadap penyakit daun utama
(Corynespora, Colletotrichum dan Oidium), tetapi kurang tahan terhadap angin.
Potensi produksi awal cukup tinggi dengan rata-rata produksi aktual 2107 kg/ha/th
selama
9
tahun
penyadapan,
warna
lateksnya
putih
kekuningan.
Pengembangannya dapat dilakukan pada daerah beriklim sedang sampai dengan
basah (Woelan dkk, 1999).
Klon IRR seri 400 merupakan hasil persilangan tahun 1992, dan dari hasil
seleksi yang terbaik sebanyak 10 % masuk ke dalam Pengujian pendahuluan dan
1% masuk ke dalam pengujian plot promosi. Dari hasil pengamatan pertumbuhan
di pengujian plot promosi, beberapa klon IRR seri 400 menunjukkan pertumbuhan
lebih baik dibandingkan klon pembanding BPM 24, RRIC 100, PB 217 dan
PB 260, kecuali IRR 416 (Woelan, 2007).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai
Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet, kecamatan Galang, pada
ketinggian tempat ± 54 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada
bulan September 2007 sampai dengan bulan Oktober 2007
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : isolat
Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc, Klon Karet IRR seri 400 yang
terdiri dari : IRR 400, IRR 401, IRR 402, IRR 403, IRR 404, IRR 405, IRR 406,
IRR 407, IRR 408, IRR 409, IRR 410, IRR 411, IRR 412, IRR 413, IRR 414, IRR
415, IRR 416, IRR 417, IRR 418, IRR 419, IRR 420, IRR 421, IRR 422, IRR
423, IRR 424, dan klon pembanding BPM 24, RRIC 100, BPM I, PB 260,
akuades steril, alkohol 96 %, klorox 0,1 %, kapas, kertas saring, kain muslin,
kertas label, PDA (Potato Dextrose Agar).
Alat yang digunakan adalah petridish, erlenmeyer, tabung reaksi, beker
glass, gelas ukur, autoclave, mikroskop, mikropipet, haemacytomer, kotak
inokulasi, cover glass, lampu bunsen, pinset, hot plate, jarum inokulasi, preparat,
centrifuge,
pelubang
gabus,
waterbath
dan
alat-alat
yang
mendukung
terlaksananya penelitian.
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan mengunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) non faktorial yang terdiri dari 29 perlakuan dengan 3 ulangan. sehingga di
dapat perlakuan 29 x 3 = 87 perlakuan (Lampiran 1).
Klon IRR seri 400 yang digunakan terdiri dari 29 perlakuan yaitu 25
perlakuan dan 4 faktor pembanding. Adapun klon IRR seri 400 yang digunakan
dalam penelitian yaitu:
K1 = IRR 400
K11 = IRR 411
K21 = IRR 421
K2 = IRR 401 `
K12 = IRR 412
K22 = IRR 422
K3 = IRR 402
K13 = IRR 413
K23 = IRR 423
K4 = IRR 404
K14 = IRR 414
K24 = IRR 424
K5 = IRR 405
K15 = IRR 415
K25 = BPM 24 *
K6 = IRR 406
K16 = IRR 416
K26 = RRIC 100 *
K7 = IRR 407
K17 = IRR 417
K27 = IRR 403
K8 = IRR 408
K18 = IRR 418
K28 = PB 260 *
K9 = IRR 409
K19 = IRR 419
K29 = BPM I *
K10 = IRR 410
K20 = IRR 420
Keterangan : * Klon Pembanding
Jumlah perlakuan (t) : 29
Jumlah ulangan (r) : 3
(t-1) (r-1) ≥ 15
(29-1) (r-1) ≥ 15
28r
≥ 43
r
= 43/28
r = 1,5
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Metode linier yang digunakan adalah :
Yij = µ + i + ij
Dimana :
Yij
= Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke i ulangan ke j
µ
= Nilai tengah umum.
i
= Pengaruh perlakuan ke i.
ij
= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke i ulangan ke j.
Jika efek perlakun nyata atau sangat nyata, maka di lanjutkan dengan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) (Bangun, 1990).
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan bahan inokulasi
Daun yang yang sakit diambil dari lapangan, dibiakkan dalam media PDA
sampai di peroleh biakan yang murni. Isolat C. gloeoesporioides (penz). Sacc
dimurnikan pada media PDA. Dari biakan murni, jamur kembali dibiakkan dalam
media PDA, lalu diinkubasikan dalam inkubator selama 3 x 24 jam pada suhu 28
ºC dan RH 89 %. Konidia yang terbentuk dirontokkan dengan cara : biakan murni
C. gloeosporioides ditetesi dengan akuades steril secukupnya, kemudian dikikis
dengan mengunakan jarum ose, sehingga seluruh konidia yang terdapat pada
ujung konidiofor terlepas dan masuk ke dalam larutan. Campuran larutan ini
disaring dengan mengunakan kain muslin, sehingga potongan-potongan misellium
atau bagian-bagian yang kasar dari media akan tertinggal pada kain muslin,
sedangkan yang dapat lolos hanya filtrat selanjutnya disentrifuge untuk
mendapatkan suspensi konidia. Kemudian suspensi ini diencerkan dengan akuades
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
steril sehingga mencapai kerapatan konidia sebanyak 7.104 konidia/ml.
Konsentrasi ini dapat dihitung dengan mengunakan haemacytometer
Jumlah konidia C. gloeosporioides dihitung dengan menggunakan alat
hitung Haemacytometer
Gambar 2. Haemacytometer
Kotak a,b, c, d dan e adalah kotak yang dihitung jumlah konidianya. Adapun
cara kerjanya sebagai berikut:
1. Bersihkan permukaan kamar hitung dengan air mengalir dan kemudian
keringkan dengan tissue atau kain yang lembut.
2. Tempatkan gelas penutup di atas slide, kemudian dijepit dengan penjepit
yang yang ada disebelah kanan-kiri.
3. Siapkan suspensi sel yang dihitung, usahakan sel yang tersuspensi dalam
cairan menyebar merata.
4. Ambil sedikit suspensi sel dengan dropping pipet dan teteskan sebanyak 2
tetes di tepi gelas penutup. Suspensi akan masuk ke kamar hitung dan
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
mengisi seluruh ruangan yang ada pada bilik tersebut. Suspensi yang
berlebih akan terbuang ke dalam parit pembuangan.
5. Biarkan selama 1 – 2 menit, agar sel yang ada di dalam bilik stabil.
6. Tempatkan heamacytometer pada meja mikroskop dan hitung jumlah sel
yang ada dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah sel/ml = ∑ (a + b + c + d + e) X 50000
Hasil perhitungan konidia Jamur C. gloeosporioides .
•
Isolat C. gloeosporioides
a : 18 Konidia
b : 22 konidia
c : 24 Konidia
d : 17 Konidia
e : 21 Konidia
+
102 konidia
Jumlah Konidia = ∑( a + b + c + d + e ) x 50000
= ( 18 + 22 + 24 + 17 + 21 ) x 50000
= 102 x 50000
= 5100000
= 5,1 . 106
Maka untuk membuat kerapatan 7 . 104 konidia ml/ air digunakan rumus
pengenceran sebagai berikut:
V1N1
= V2N2
100 x 5,1.106 = V2 x 7.104
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
= 0.728. 104 ml = 7280ml
V2
Maka penembahan akuadest sebagai pengenceran untuk menghasilkan kerapatan
konidia 7.104 ml/air adalah : 7280 – 100 = 7180 ml.
Inokulasi pada Cakram daun (leaf disc)
Daun yang akan di gunakan dalam pengujian diambil dari areal pengujian
plot promosi (lampiran 33). Daun yang diambil dari payung ke-3, umur ±10 hari
setelah muncul dan membuka sempurna. Setiap daun dari klon IRR seri 400 yang
diuji dilubangi dengan alat pelubang gabus (cork borer) sehingga terbentuk
cakram daun dengan diameter 1,2 cm. kemudian cakram daun direndam dengan
suspensi C. goeosporioides dengan kerapatan 7.104 konidia/ ml selama 1-2 menit.
Selanjutnya cakram daun
tersebut diletakkan ke dalam cawan petri yang
dilapaisai dengan kertas saring yang lembab. Pada setiap cawan petri diletakkan
10 cakram daun yang tersusun secara acak (lampiran 32).
Parameter Pengamatan
Pengamatan warna koloni dan morfologi jamur C. gloeosporioides
Biakan murni sebelum di Inokulasikan diamati warna koloni secara
visual dan morfologinya secara mikroskopis.
Intensitas serangan pada cakram daun (leaf disc).
Potongan
cakram
daun
yang
telah
diinoukulasi
dengan
suspensi
C. gloeosporioides diamati pada hari ke 1 - 9. pengamatan dilakukan dengan
membandingkan luas bercak yang timbul dengan luas cakram daun secara visual.
Nilai skala bercak daun ditetapkan 0-4 (Lampiran 2.)
Skala 0 = tidak terdapat bercak
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Skala 1 = terdapat bercak < 1/4 bagian
Skala 2 = terdapat bercak < 1/2 bagian
Skala 3 = terdapat bercak > 1/2-3/4 bagian
Skala 4 = terdapat bercak > 3/4 bagian
(Pawirosoemardjo,1999)
Nilai Intensitas Serangan dinyatakan dengan rumus:
IS =
∑ (nxv) x100%
ZxN
Keterangan:
I = Intensitas serangan
n = Jumlah daun tiap kategori serangan
v = Nilai skala dari siap kategori serangan
Z = Nilai skala dari kategori tertinggi
N = Jumlah daun yang diamati
Klasifikasi penilaian intensitas serangan penyakit C. gloeosporioides di
sajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Penilaian Serangan Penyakit C. gloeosporioides:
Klasifikasi
Nilai
Resisten
0 - 20 %
Agak resisten
21 - 40 %
Moderat
41 - 60 %
Agak rentan
61 - 80 %
Rentan
81 - 100 %
(Pawirosoemardjo, 1999).
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
Laju pertumbuhan bercak (mm/hari)
Menghitung laju pertumbuhan bercak (mm/hari) pada tiap pengamatan
dengan membandingkan laju pertumbuhan bercak pada waktu pengamatan dengan
laju pertumbuhan bercak sebelumnya.
Eliana Perangin-Angin : Uji Resistensi Klon IRR Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium, 2008
USU Repository © 2008
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Morfologi dan Warna Koloni Jamur C. gloeosporioides.
Warna koloni yang di peroleh sebelum di inokulasikan pada cakram daun
berwarna putih. Massa spora berwarna merah jambu atau berwarna salmon. Pada
media yang telah tua di tumbuhi miselium berwarna putih cerah, seperti yang
telah tersaji pada gambar 3a, 3b, 3c dan 3d.
Gambar 3a. Biakan jamur 2 hsi
Gambar 3c. Biakan jamur 16 hsi
Sumber : Foto langsung
Gambar 3b. Biakan Jamur 9 hsi
Gambar 3d. Biakan jamur 22 hsi
Hasil pengamatan morfologi jamur yang di amati secara mikroskopik,
konidium berbentuk silinder dengan ujung-ujung tumpul sampai meruncing,
kadang-kadang berbentuk agak jorong dengan ujung agak membulat dengan
pangkal yang agak sempit terpancung. Tidak bersekat, berinti satu, berbentuk
oval memanjang bergaris ramping. Panjang 10-15
m dan lebar 5-7
Eliana Per