Pelaksanaan APBN dan APBD.

kebijakankegiatan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN Peraturan Daerah tentang APBD. Ketentuan sanksi tersebut dimaksudkan sebagai upaya preventif dan represif, serta berfungsi sebagai jaminan atas ditaatinya Undang-undang tentang APBNPeraturan Daerah tentang APBD yang bersangkutan. Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku universal bahwa barang siapa yang diberi wewenang untuk menerima, menyimpan dan membayar atau menyerahkan uang, surat berharga atau barang milik negara bertanggungjawab secara pribadi atas semua kekurangan yang terjadi dalam pengurusannya. Kewajiban untuk mengganti kerugian keuangan negara oleh para pengelola keuangan negara dimaksud merupakan unsur pengendalian intern yang andal. 3

B. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 54 Tahun 2010 Tentang

Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Kementrian atau penyelenggara pemerintahan dalam hal ini dalam kementrian agama harus melakukan pengadaan barangjasa Pemerintah yang efisien, terbuka dan kompetitif sangat diperlukan bagi ketersediaan BarangJasa yang terjangkau dan berkualitas, sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik. Pengadaan BarangJasa menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut 1. Efisien 2. Efektif 3 Undang-undang No 17 Tahun 2003 3. Transparan 4. Terbuka 5. Bersaing 6. Adil atau tidak diskriminatif 7. Akuntabel Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barangjasa harus mematuhi etika sebagai berikut: 1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran, dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang dan jasa. 2. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang dan jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa. 3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat terjadinya persaingan tidak sehat. 4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai kesepakatan tertulis para pihak. 5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang dan jasa. 6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Negara dalam pengadaan barang dan jasa.