Kematian Ibu dan Kakek Pengalaman-pengalaman Penting yang dialami Muhammad SAW sebelum

kekuning-kuningan dan pucat lalu dengan rasa takut dan cemah Halimah menanyakan tentang apa yang menimpanya. Lalu Muhammad memberitahukan bahwasanya dia dalam keadaan baik, dan menceritakan bahwa ada dua orang laki-laki berpakaian putih yang menghampirinya, kemudian membelah dadanya untuk mengeluarkan hatinya, lalu mengeluarkan segumpal darah hitam darinya dan membuangnya. Lalu mencuci hatinya dengan air dingin dan mengembalikannya kedalam rongga tubuh untuk kemudian mengusap dadanya. Setelah itu mereka meninggalkan tempat dan menghilang. Halimah berusaha meraba-raba tempat dada yang dibelah, Ia tidak melihat bekas sedikitpun, kemudian Ia kembali bersama Muhammad kerumahnya. Dan menjelang fajar pada hari berikutnya Halimah membawa Muhammad kepada ibunya di Mekkah. Aminah merasa heran dengan kembalinya Halimah bukan pada waktunya padahal Ia sangat menyukai anak ini. Lalu Aminah menanyakan penyebabnya dan Halimah pun menceritakan tentang peristiwa pembelahan dada Muhammad kepada Aminah.

5. Kematian Ibu dan Kakek

Pada usia enam tahun Muhammad SAW diajak oleh ibunya ke Madinah bersama- sama dengan ummu Aiman pembantunya. Dengan tujuan untuk memperkenalkan kepada neneknya dari bani Najjar serta menziarahi makam ayahnya yang dikebumikan di Madinah. Mereka tinggal disitu kira-kira satu bulan, kemudian pulang kembali ke Mekkah. Dalam perjalanan meraka pulang, pada suatu tempat Abwa’ namanya, tiba-tiba Aminah jatuh sakit sehingga meninggal dan dimakamkan disitu. Betapa sedih dan bingungnya Muhammad SAW pada waktu itu, karena Ia sudah yatim piatu tiada berayah dan beribu. Selanjutnya Muhammad SAW tinggal bersama kakeknya Abdul Muthalib di Mekkah. Muhammad SAW dipelihara dengan penuh kecintaan dan kasih sayang dari kakeknya. Sehingga Muhammad dapat melupakan kematian ibunya. Namun sayang, keadaan itu tidak berlangsung lama karena kakeknya Abdul Muthalib meninggal dunia setelah dua tahun memeliharanya. Kesedihan yang sangat luar biasa yang dirasakan oleh Muhammad karena ditinggal oleh oran-orang yang dicintai dan mencintainya. Pada saat itu usia Muhammad delapan tahun. Faozi Amirudin | UNIDARMA Indramayu 5

6. Pengalaman-pengalaman Penting yang dialami Muhammad SAW sebelum

menjadi Nabi Pada umur dua belas tahun Muhammad SAW pernah mengikuti pamannya Abu Thalib berdagang ke negeri Syam beserta kafilah rombongan, baru sampai di Bushroh sebelum sampai kenegeri syam, bertemulah kafilah Abu Thalib dengan pendeta Nasrani yang alim yang bernama Buhaira. Pendeta Buhaira melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad SAW. Lalu dinasihatilah Abu Thalib agar segera pulang ke Mekkah. Sebab khawatir kalau-kalau Muhammad SAW ditemukan oleh orang Yahudi yang pasti akan menganiayanya bahkan membunuhnya. Maka Abu Thalib segera menyelesaikan dagangannya dan kembali ke Mekkah. Pada umur lima belas tahun ikut membantu paman-pamannya ketika terjadi peperangan antar suku diwilayah Mekkah. Pada usia dua puluh lima tahun Muhammad SAW menikah dengan seorang janda pengusaha dan kaya raya yaitu Siti Khadijah. Muhammad SAW yang ikut membantu menjualkan barang dagangan Siti Khadijah adalah seorang pemuda yang pandai, jujur dan bertanggung jawab. Hal itu membuat Siti Khadijah yang pada waktu itu berumur empat puluh tahun menjadi sangat tertarik lalu berkeinginan untuk menjadikan Muhammad sebagai suaminya. Dari hasil perkawinan dengan Siti Khadijah, Muhammad SAW memiliki beberapa putri yaitu : Zainab, Ruqoyah, Ummi Kulsum, dan Fatimah. dan dua orang putra yaitu : Qosim dan Abdullah yang keduanya meninggal dunia ketika masih kecil. Pada usia tiga puluh lima tahun Muhammad SAW berhasil mendamaikan para pemuka Quraisyi dalam sengketa memperbarui bentuk Ka’bah. Pada mulanya mereka nampak bersatu dan bergotong royong mengejakan pembaruan Ka’bah. Namun pada saat peletakan batu hitam hajar aswad yang bergeser dari tempat asalnya akibat banjir, mereka berselisih dan bertengkar. Karena masing-masing merasa berhak untuk mengembalikan hajar aswad ke tempat asal. Akhirnya disepakati yang akan menjadi hakim pada perselisihan ini adalah orang yang pertama kali datang esok harinya. Dan ternyata Muhammad SAW lah orang yang pertama kali datang yang akhirnya menjadi hakim dalam perselisihan ini. Faozi Amirudin | UNIDARMA Indramayu 6 Maka diambilnya lah sehelai kain lalu dihamparkannya dan hajar aswad diletakan ditengahnya. Kemudian disuruhnya tiap-tiap pemuka Quraisyi bersama-sama mengangkat tepi kain ketempat asal hajar aswad dan ketika sampai ketempat asalnya, hajar aswad itu diletakan dengan tangan Muhammad SAW sendiri ketempatnya. Atas peristiwa ini Muhmmad SAW mendapat gelar “Al Amin” yang artinya orang yang dapat dipercaya.

7. Muhammad Menjadi Rasul