6
dilakukan oleh Pemerintah, berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran
uang. Derajat
desentralisasi fiskal
yang dimaksud adalah kemampuan suatu daerah untuk membiayai kegiatan
pembangunan dan pelayanan publik, dengan melihat pendapatan asli daerah.
Derajat Desentralisasi Fiskal dapat diukur
dari nisbah
rasio antara
realisasi PAD yang terdiri dari : Pajak Dasar, Retribusi Dasar, Laba BUMD
dan lain-lain pendapatan dengan Total Pendapatan Daerah.
2.4 Kemandirian Fiskal Daerah
Hasil penelitian otonomi daerah yang dilakukan oleh Fisipol UGM
bekerja sama dengan Depdagri 1991 menyatakan bahwa ada 6 macam faktor
yang digunakan
untuk mengukur
kemampuan suatu
daerah melaksanakan otonomi daerah, yaitu
kemampuan keuangan
daerah, kemampuan
aparatur, kemampuan
aspirasi masyarakat,
kemampuan ekonomi, kemampuan organisasi dan
demografi. Adapun yang dimaksud dengan
kemampuan keuangan
itu sendiri adalah kemampuan daerah
membiayai segala
urusan rumah
tangganya baik pmerintahan maupun pembangunan dengan mengandalkan
sumber-sumber pendapatan
yang berasal dari daerah itu sendiri atau PAD
Pendapatan Asli Daerah. Kemampuan keuangan ini biasa disebut derajat
desentralisasi fiskal dimana indikator yang digunakan adalah persentase PAD
dibandingkan
dengan seluruh
penerimaan daerah yang bersangkutan, sehingga peningkatan Pendapatan Asli
Daerah erat
kaitannya dengan
kemandirian fiskal suatu daerah. Hal yang sama dikatakan bahwa indikator
desentralisasi fiskal adalah rasio antara PAD dengan Total APBD Kuncoro,
1995: 8.
3. METODE PENELITIAN
Desain kajian ini menggunakan kuantitatif analisis dan deskripsi analitis
yang bertujuan
meneliti dan
menganalisa objek pendapatan dan pengeluaran Daerah. Metode deskriptif
dapat diartikan: Penelitian yang dilakukan untuk
menemukan penjelasan tentang suatu kejadian atau gejala
terjadi. Hasil
akhir dari
penelitian ini adalah gambaran mengenai
hubungan sebab
akibat yang
seringkali diidentikan dengan penelitian
yang menggunakan pertanyaan ”BAGAIMANA”
dalam mengembangkan
informasi yang ada Prasetyo, 2005:43.
Teknik pengumpulan
yang
digunakan sebagai berikut: 1. Observasi, yaitu pengumpulan data
dimana peneliti atau kolabolatornya mencatat informasi sebagaimana
yang disaksikan selama penelitian. Observasi
yang dilakukan
menggunakan observasi
secara tidak langsung, dimana peneliti
mengamati, meminta data dan informasi yang diperlukan melalui
observasi non partisipan.
2. Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran daftar
pertanyaan kepada informan. 3. Studi Pustaka, yaitu pengumpulan
data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang ada
hubungannya dengan masalah atau objek yang diteliti.
Sedangkan analisa data untuk mengukur Derajat Desentralisasi Fiskal
DDF atau
tingkat kemandirian
keuangan daerah dalam membiayai pelaksanaan otonomi dilakukan dengan
cara membandingkan
prosentase antara PAD dan TPD. Alat analisis
untuk mengukur DDF menggunakan rumus matematis sederhana sebagai
berikut:
Derajat Desentralisasi Fiskal
PAD DDF =
x 100 TPD
- o,oo – 10,10 sangat kurang
- 10,11 - 20,00 kurang - 20,01 - 30,00 sedang
- 30,01 - 10,00 cukup - 40,00 - 50,00 baik
- Di atas 50,00 sangat baik
7
Gambar 1 Keterkaitan Hubungan Antara Derajat Desentralisasi Fiskal, PAD dan Kinerja
Ekonomi Dengan Kemandirian Fiskal Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah
Selanjutnya untuk mengetahui
kemampuan daerah dalam menggali sumber-sumber
keuangan guna
membiayai kegiatan pemerintah daerah dapat dilihat dari berapa besar PAD
yang dapat
dikumpulkan setiap
tahunnya. Dipihak lain besarnya PAD tersebut dapat dipengaruhi pula oleh
kinerja ekonomi
seperti Produk
Domestik Regional
Bruto PDRB.
Variabel-variabel kinerja
ekonomi dimaksud
adalah infrastruktur,
pendapatan perkapita dan sumber daya manusia.
Kesemuanya itu
mencerminkan kemampuan masyarakat dalam hal membayar pajak dan retribusi
daerah. Semakin
besar intensitas
ekonomi suatu daerah maka sktivitas ekonomi akan mendorong terbukanya
kesempatan kerja, lapangan usaha, tingkat pendidikan, infrastruktur dan
pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat. Tinggi
rendahnya pendapatan
masyarakat merupakan salah satu faktor yang
menentukan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kewajibannya dalam
memanfaatkan berbagai barang dan jasa yang tersedia.
Dalam hubungan
dengan peningkatan pendapatan asli daerah
Kabupaten Bandung, maka akan dilihat seberapa besar tingkat pertumbuhan
perekonomian PDRB di Kabupaten Bandung
berpengaruh terhadap
penerimaan pendapatan asli daerah. Sehingga
pada gilirannya
akan mempengaruhi pula terhadap besarnya
derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Bandung.
Gambar 2 Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal
OTONOMI DAERAH Fenomena
- Keuangan Daerah belum memadai DERAJAT DESENTRALISASI FISKAL
Kekuatan Transformasi
- PAD Kabupaten Bandung - Kinerja Ekonomi
- SumbanganBantuan infrastruktur, income perkapita dan SDM
- PDRB Kabupaten Bandung
ALAT ANALISIS
DERAJAT DESENTRALISASI
FISKAL
TRANSFORMASI
KINERJA EKONOMI KEKUATAN
PENDAPATAN DAERAH
PAD -
PAJAK DAERAH
- RETRIBUSI
DAERAH -
BUMDPD -
LAIN-LAIN PAD
INFRASTRUKUR
PENDAPATAN PERKAPITA
SUMBER DAYA MANUSIA
KEMANDIRI AN FISKAL
OTONOMI DAERAH
8
3.2 Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal