Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal T

DAMPAK KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH DI INDONESIA
Bonar M. Sinaga1), Hermanto Siregar
Kebijakan desentralisasi 1fiskal, sebagaimana diamanatkan oleh UU            No.
22/1999   tentang   Pemerintahan   Daerah   dan   UU   No.   25/1999   tentang
Perimbangan   Keuangan   Pemerintah   Pusat   dan   Daerah   yang   masing­masing
telah direvisi menjadi UU No. 32/2004 dan UU No. 33/2004, ditetapkan oleh
pemerintah   dengan   maksud   untuk   mengakselerasi   peningkatan   kinerja
perekonomian   daerah.     Penelitian   pada   tahun   ketiga   ini   secara   khusus
bertujuan   untuk   :   1)   mengevaluasi   pelaksanaan   desentralisasi   fiskal   dan
kinerja   fiskal   di   daerah;   2)   menganalisis   faktor­faktor   (potensi   daerah)   yang
mempengaruhi   produksi,   tenaga   kerja   dan   permintaan   agregat   serta
penerimaan dan pengeluaran daerah;                                 3) menganalisis dampak
desentralisasi   fiskal   terhadap   investasi   dan   perdagangan   serta   kinerja   fiskal
dan   perekonomian   (pertumbuhan,   penyerapan   tenaga   kerja,   inflasi,
kemiskinan dan pemerataan) daerah;     4) menganalisis pengaruh alokasi dana
sektoral   (pengeluaran   rutin   dan   pembangunan)   terhadap   perekonomian
daerah;   5)   menganalisis   dampak   kebijakan   realokasi   pengeluaran
pembangunan   antar   sektor,   perubahan   pengeluaran   pemerintah   daerah   dan
investasi swasta terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja, dan 6)
meramalkan   dampak   desentralisasi   fiskal   terhadap   pembangunan   ekonomi

daerah untuk 3 – 5 tahun mendatang.
Studi ini menggunakan model ekonometrika, dalam bentuk sistem persamaan
simultan yang menggunakan pooled data (kombinasi data time series tahunan
cross   section  kabupaten/kota)   dan   model   input­output.     Model   persamaan
simultan   diestimasi   dengan   metode  Two   Stage   Least   Squares  (2SLS)   dengan
bantuan program  komputer  SAS/ETS  versi  6.12.    Sedangkan  analisis input­
output   dilakukan   dengan   bantuan   program   komputer   GRIMP.   Daerah
penelitian   tahun   pertama   sampai   ketiga   mencakup   Propinsi   Sumatra   Utara,
Sulawesi   Utara,   Sulawesi   Selatan,   Jawa  Timur,   Nusa   Tenggara   Timur,   Riau,
Jawa   Barat,   Jawa   Tengah   dan   Indonesia.       Analisis   input­output   hanya
dilakukan di Sumatra Utara, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kota Medan.
Penerapan kebijakan desentralisasi fiskal berpengaruh positif terhadap kinerja
fiskal   daerah.     Setelah   kebijakan   tersebut   diterapkan,   total   penerimaan
pemerintah   daerah   dan   total   pengeluaran   pemerintah   daerah   menjadi   lebih
tinggi.     Dari   sisi   penerimaan,   pajak   daerah,   retribusi,   bagi   hasil   pajak,   dan
dana alokasi umum (DAU) lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sebelum
penerapan   kebijakan   desentralisasi   fiskal.     Komponen   terpenting   dari   sisi
penerimaan adalah DAU.   Terdapat kecenderungan umum bahwa pemerintah
daerah­daerah yang diteliti sangat tergantung pada DAU.   Dengan kata lain,
effort untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) relatif kecil.

11) Staf Pengajar Dep. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB

Dari   sisi   pengeluaran,   pengeluaran   rutin   dan   pengeluaran   pembangunan
secara  absolut  menjadi   lebih   tinggi   pada   periode   setelah   diterapkannya
kebijakan   desentralisasi   fiskal.   Pengeluaran   pembangunan   memiliki   proporsi
yang   secara   relatif   jauh   lebih   kecil   dibandingkan   dengan   pengeluran   rutin.
Namun demikian, terdapat kecenderungan bahwa pengeluaran pembangunan
untuk   pertanian   menjadi   relatif   lebih   tinggi.     Sebaliknya,   pengeluaran
pembangunan   untuk   infrastruktur   dan   juga   untuk   pelayanan   sosial   relatif
kecil perubahannya.
Kinerja   fiskal   daerah   yang   cenderung   meningkat   tersebut   pada   gilirannya
berpengaruh   pada   kinerja   perekonomian   daerah.     Selain   kinerja   fiskal,
perekonomian   daerah   adalah   investasi   swasta.     Faktor   ini   berpengaruh
signifikan dalam menciptakan output, pendapatan dan kesempatan kerja, baik
di   daerah   maju   maupun   daerah   tertinggal.     Untuk   dapat   meningkatkan
investasi   swasta   di   daerah,   maka   diperlukan   stimulus   fiskal   berupa
pengeluaran pemerintah yang memadai untuk pembangunan infrastruktur dan
sektor­sektor ekonomi, penyederhanaan birokrasi dalam mengurusn perizinan
usaha,   serta   insentif   pajak   terutama   pada   daerah/kabupaten   yang   relatif
tertinggal.

Walaupun   mampu   meningkatkan   kinerja   perekonomian   daerah,   yakni
mendorong   peningkatan   output,   pendapatan   dan   tenaga   kerja,   namun
kebijakan   desentralisasi   fiskal   ternyata   belum   efektif   dalam   mengurangi
kesenjangan output antar daerah.   Meskipun demikian, setelah tahun kedua
pelaksanaan   kebijakan   desentralisasi   fiskal,   terdapat   kecenderungan   bahwa
kebijakan tersebut dapat menurunkan kesenjangan.   Ini bisa jadi disebabkan
oleh   kurang   tepatnya   rumus   yang   digunakan   pemerintah   pusat   dalam
menentukan dana perimbangan.   Dalam suatu daerah tertentu, kesenjangan
tersebut   dapat   pula   disebabkan   oleh   belum   adanya   aturan   standar   dalam
pengalokasian   pengeluaran,   sehingga   hanya   sekitar   20   persen   pengeluaran
digunakan untuk pembangunan.     Akibatnya kawasan yang relatif lebih maju
(dengan infrastruktur yang lebih memadai) akan semakin maju, meninggalkan
kawasan­kawasan yang lebih terbelakang.
Perubahan   kebijakan   terkait   dengan   desentralisasi   fiskal   berdampak   pada
kinerja   perekonomian   daerah   (produksi,   penyerapan   tenaga   kerja)   namun
dampaknya  beragam  antar  daerah.   Secara   umum, peningkatan  penerimaan
daerah   berdampak   positif   terhadap   pengeluaran   daerah   dan   kinerja
perekonomian. Peningkatan pengeluaran daerah yang bersumber dari transfer
dana   pusat   (DAU)   dan   atau   bagi   hasil)   berdampak   lebih   besar   terhadap
perekonomian daerah dibandingkan dengan peningkatan pengeluaran daerah

yang   bersumber   dari   peningkatan   pajak   atau   retribusi   dareah.     Di   sisi   lain
peningkatan   pengeluaran   investasi   memiliki   dampak   lebih   besar   terhadap
perekonomian   daerah   dibandingkan   dengan   pengeluaran   pembangunan
kepada   sektor­sektor   yang   memiliki   produktivitas   lebih   tinggi   (memiliki
multiplier   yang   besar)   berdampak   pada   peningkatan   kinerja   perekonomian
daerah.

Walaupun   kebijakan   desentralisasi   fiskal   belum   efektif   menurunkan
kesenjangan   ekonomi   antar   daerah,   namun   kebijakan   tersebut   cenderung
mampu   memperbaiki   kesenjangan   pendapatan   antar   kelompok   pendapatan
masyarakat yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya Indeks Gini dan secara
umum dapat mengurangi tingkat kemiskinan.

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

Dampak diversifikasi produk terhadap perubahan hasil penjualan dan laba pada UD. Kenanga Banyuwangi

1 19 74

Dampak sosial pernikahan usia dini studi kasus di desa Gunung sindur-Bogor

3 68 79

Pengaruh Kebijakan Alokasi Aset dan Pemilihan Sekuritas terhadap Kinerja Reksadana Campuran Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

0 54 101

Dampak konsensus Washington dan ratifikasi gats terhadap kebijakan pendidikan tinggi di Indonesia studi kasus : undang- undang pendidikan tinggi no. 12 tahun 2012

0 66 212

Pengaruh Kebijakan Hutang Dan Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden Pada PT. Indosat

8 108 124

Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan FreeCash Flow Terhadap Kebijakan Hutang

7 97 68

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59