KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TERKAIT PENYELENGGARAAN PERPAJAKAN PERPARKIRAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI FISKAL

PENYELENGGARAAN PERPAJAKAN PERPARKIRAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI FISKAL

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh Hamdan Rahmat Suqya NIM. E0008160 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

Penulisan Hukum (Skripsi) KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TERKAIT PENYELENGGARAAN PERPAJAKAN PERPARKIRAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI FISKAL

Oleh

Hamdan Rahmat Suqya

NIM. E0008160

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta, Juni 2012

Pembimbing I

Suranto, S.H., M.H. NIP. 195608121986011001

Pembimbing II

Adriana Grahani F, S.H., M.H. NIP. 198107212005012003

commit to user

Penulisan Hukum (Skripsi) KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TERKAIT PENYELENGGARAAN PERPAJAKAN PERPARKIRAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI FISKAL

Oleh: Hamdan Rahmat Suqya NIM. E0008160

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Tanggal : 16 Juli 2012 DEWAN PENGUJI

1. Sugeng Praptono, S.H., M.H. : ......................................................

Ketua

2. Suranto, S.H., M.H.

: ......................................................

Sekretaris

3. Adriana Grahani Firdausi S.H., M.H. : ......................................................

Anggota

Mengetahui Dekan,

Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum

NIP. 195702031985032001

commit to user

Nama

: Hamdan Rahmat Suqya

NIM

: E0008160

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TERKAIT PENYELENGGARAAN

PERPAJAKAN PERPARKIRAN DALAM

RANGKA DESENTRALISASI FISKAL adalah betul-betul karya sendiri. Hal- hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Juni 2012 Yang membuat pernyataan,

Hamdan Rahmat Suqya NIM. E0008160

commit to user

Hamdan Rahmat Suqya, E.0008160. 2012. KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TERKAIT PENYELENGGARAAN PERPAJAKAN PERPARKIRAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI FISKAL. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah mengamanatkan desentralisasi fiskal. Amanat dari undang-undang ini memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah, khususnya pemerintah kota Surakarta, untuk mengelola sumber pendapatannya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang terdapat di daerah terutama pada sektor pajak daerah. Pajak daerah sebagai salah satu unsur sumber pendapatan daerah memungkinkan pemerintah daerah melakukan optimalisasi pungutan dan pengelolaan terhadap pajak daerah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pemerintahan daerah dan pembangunan infrastruktur daerah. Dalam prakteknya, sumber-sumber pendapatan daerah dan sektor pajak sebagai sumber pendapatan utama sulit untuk mengikuti perkembangan dan kompleksitas dari pelayanan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Salah satu jenis pajak daerah tersebut adalah pajak parkir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kewenangan pemerintah kota Surakarta terkait penyelenggaraan perpajakan perparkiran dalam rangka desentralisasi fiskal serta permasalahan dan solusi dalam pelaksanaan kewenangan pemerintah kota Surakarta terkait penyelenggaraan perpajakan perparkiran. Penelitian ini merupakan penelitian hukum campuran yang bersifat preskriptif dengan menggabungkan antara penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Jenis data penelitian yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder dimana data primer terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen/ bahan pustaka dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah penalaran (logika) deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kewenangan pemerintah kota Surakarta dalam penyelenggaraan perpajakan perparkiran diatur dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah yang terdiri atas kewenangan melakukan pemungutan pajak parkir, menetapkan besaran tarif pajak parkir, mengeluarkan surat-surat terkait pajak parkir, melakukan pemeriksaan, penyelidikan, dan penyidikan terhadap dugaan pelanggaran pajak parkir, menetapkan sanksi administratif, dan menjatuhkan sanksi pidana.

Kata Kunci : Pemerintah Kota Surakarta, Pajak Pakir, Desentralisasi Fiskal

commit to user

Hamdan Rahmat Suqya, E.0008160. 2012. THE AUTHORITIES OF SURAKARTA

IMPLEMENTATION OF PARKING TAXATION IN ORDER OF FISCAL DECENTRALIZATION. Faculty of Law, Sebelas Maret University.

The act number 32 of 2004 about local government and the Act number

33 of 2004 about financial balance between the central government and regions mandates desentralisai fiscal. The mandate of the Act gives authority to local governments, especially the Surakarta city govenrment, to manage its own sources of revenues in accordance with the needs and potential of the region, especially in the sectors of the local tax. Local tax as one of the elements a source of local income allow local governments to perform optimization collection and management of local taxes in meeting the needs of the activity of local governments and infrastructure development regions. In practice, sources of local income and the tax sector as a main source of income difficult to closely follow the developments and the complexity of the service must be implemented by the local government. One of the types of local tax was parking tax.

This research aims to know the authorities of Surakarta city government related to the implementation of parking taxation in order of fiscal decentralization and problems and solutions in exercise of the authorities of Surakarta city government related to the implementation of taxation parking. This research is the mixture law research that is spatially prescriptive by combining between normative law research and empirical law research. The kind of data research consist of primary data and secondary data. The primary data research consist of a primary material law and secondary material law. The technique of the collection of data used is a study of the document / material library and an interview. . Techniques of data analysis is reasoning ( logic ) deductive method.

The result shows hat the authorities of Surakarta city government in the implementation of taxation parking regulated by law the local act of Surakarta number 4 of 2011 about local taxes which consists of the authority do tax collection parking, determine the tax of parking tariff, issue a tax-related papers, conduct an examination and the investigation of alleged violations of parking tax, set administrative sanctions, and drop criminal sanctions.

Keywords : Surakarta City Government, Parking Taxation, Fiscal Decentralization

commit to user

Perjalanan ribuan mil dimulai dari langkah pertama (pepatah kuno cina)

Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai - Schopenhauer -

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak - Aldus Huxley -

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak

menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat

mereka menyerah - Thomas Alva Edison -

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Confusius -

commit to user

Penulisan Hukum ini penulis persembahkan kepada:

Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah memberikan limpahan

Rahmat dan Hidayah-Nya

Kedua orang tua penulis, Bapak Adjuri Habibie dan Ibu Siti Nuryanti, yang selalu mencurahkan cinta, kasih sayang,

do’a yang tak pernah putus

Adik-adikku Muhammad Farhan Alwani dan Arina Ilma Zahiya yang senantiasa menghadirkan semangat dan

keceriaan di rumah

Teman-teman dekat dan sahabat yang tidak berhenti memberikan semangat, dukungan, motivasi, dan berbagi

pengalaman dalam suka dan duka

Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses

penyelesaian penulisan hukum ini

viii

commit to user

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulisan

hukum (skripsi) yang berjudul “KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

PERPARKIRAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI FISKAL” dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Penulisan hukum ini diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh derajat S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan hukum ini tidak akan terselesaikan dengan lancar dan baik tanpa dukungan dan kerjasama dari semua pihak. Untuk alasan itulah penulis merasa perlu mengucapakan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Prof. Hartiniwingsih, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Suranto, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing I dalam penyusunan penulisan hukum ini.

4. Ibu Maria Madalina, S.H., M.Hum. selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Adriana Grahani Firdausy, S.H., M.H. selaku pembimbing II penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

6. Ibu Maya Pramita S.H., M.Hum selaku Kasubag Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) kota Surakarta.

7. Ibu Dra.Vic. Heny Sulistyarini selaku Kasie Penerbitan Surat Ketetapan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) kota Surakarta.

commit to user

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) kota Surakarta.

9. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala bekal ilmu yang bermanfaat selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

10. Segenap karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada penulis selama berada di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

11. Kedua orang tua penulis, Bapak Adjuri Habibie dan Situ Nuryanti, serta adik- adikku Muhammad Farhan Alwani dan Arina Ilma Zahiya yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, serta doa untuk menyelesaikan penulisan hukum ini.

12. Teman-teman seperjuangan di BEM FH UNS, FOSMI FH UNS, dan angkatan 2008 FH UNS untuk setiap ilmu dan pengalaman untuk bekal penulis.

13. Teman-teman UNYU KOST, Aji, Johan, Gias, Radit, Iwan, Mas Pras, Mas Hapid, Hari yang selalu memberikan keceriaan dan kekeluargaan kepada penulis.

14. Putri Aji Dwi Jayani, yang senantiasa memberikan do’a, semangat, dan dorongan moral kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

Penulis sadar bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan hukum ini. Semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih.

Surakarta, Juni 2012 Penulis

commit to user

a. Pajak

1) Pengertian Pajak ...........................................

22

2) Unsur-unsur Definisi Pajak ..........................

23

3) Ciri-ciri Pajak ...............................................

24

4) Fungsi Pajak .................................................

24

b. Pajak Daerah

1) Pengertian Pajak Daerah ...............................

25

2) Kriteria Pajak Daerah .................................... 26

3) Jenis Pajak Daerah ........................................

27

4) Prinsip Pajak Daerah ..................................... 28

c. Pajak Parkir

1) Pengertian Pajak Parkir ................................. 29

2) Terminologi Pajak Parkir ..............................

30

3) Dasar Hukum Pemungutan Pajak Parkir ....... 31

4) Objek Pajak Parkir ......................................... 31

5) Subjek dan Wajib Pajak Parkir ...................... 32

3. Tinjauan tentang Desentralisasi Fiskal

a. Pengertian Desentralisasi Fiskal ........................... 34

b. Tujuan Desentralisasi Fiskal ................................. 36

B. Kerangka Pemikiran ............................................................ 37

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi ……………………………………... 39

2. Kewenangan Pemerintah Kota Surakarta dalam Pengelolaan Pajak Perparkiran Kota Surakarta ............. 49

3. Daftar Wajib Pajak Parkir Kota Surakarta ..................... 63

4. Permasalahan yang Muncul dalam Pelaksanaan Kewenangan Pengelolaan Perpajakan Perparkiran oleh Pemerintah Kota Surakarta .................................... 66

commit to user

1. Kewenangan Pemerintah Kota Surakarta Terkait Penyelenggaraan Perpajakan Perparkiran Dalam Rangka Desentralisasi Fiskal ......................................... 70

2. Permasalahan Dalam Pelaksanaan Kewenangan Pemerintah Kota Surakarta Terkait Penyelenggaraan Perpajakan Perparkiran dan Solusinya ........................... 87

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 94

B. Saran ...................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 97 LAMPIRAN

commit to user

Bagan 1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 37 Bagan 2. Bagan Organisasi Perangkat Daerah Kota Surakarta ....................... 41

Bagan 3. Bagan Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota Surakarta ..................................................................... 53

commit to user

Tabel 1. Tabel Daftar Wajib Pajak Parkir Kota Surakarta tahun 2012 ............ 63

xv

commit to user

Lampiran 1 : Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Pajak Daerah

xvi

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara kesatuan dengan sistem desentralisasi telah membawa konsekuensi tertentu berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya mengenai hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Dalam rangka implementasi konsep desentralisasi, maka pengertian otonomi sebagai hak untuk mengatur dan mengurus kepentingan serta aspirasi daerah harus diletakkan juga dalam kerangka pembiayaan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah. Membiayai diri sendiri atau pendapatan sendiri menunjukan bahwa daerah (harus) mempunyai sumber-sumber pendapatan sendiri. Salah satu sumber pendapatan asli adalah pungutan yang diperoleh dari pajak dan retribusi daerah. Kewenangan untuk mengadakan pungutan bukan sekedar sebagai sumber pendapatan, tetapi sekaligus melambangkan kebebasan untuk menentukan sendiri cara-cara mengatur dan mengurus rumah tangga daerah yang bersangkutan (Muhammad Fauzan, 2006 : 227-228).

Pemerintah Daerah merupakan suatu sub sistem dari pemerintah pusat yang berwenang mengurus dan mengelola daerah sesuai dengan aturan perundang-undangan. Dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Pelaksanaan pemerintahan daerah tidak bisa lepas dari urusan keuangan. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengelola dan mengatur sumber-sumber keuangannya sendiri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing daerah. Salah satu sumber pemasukan daerah yang potensial adalah pajak daerah. Optimalisasi pengelolaan pajak daerah mampu memberikan kontribusi pemasukan

commit to user

daerah. Pajak sebagai sumber penerimaan daerah telah dipungut sejak awal kemerdekaan Indonesia. Sumber penerimaan ini terus dipertahankan sampai pada era otonomi daerah dewasa ini. Pajak daerah sebagai sumber penerimaan daerah ditetapkan berdasarkan dengan dasar hukum yang kuat, yaitu dengan Undang- Undangan khususnya Undang-Undang tentang pemerintahan daerah maupun tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan daerah.

Pajak daerah, sebagai salah satu pendapatan asli daerah diharapkan menjadi salah satu sumber penyelenggaraan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Meskipun beberapa jenis pajak daerah telah ditetapkan dalam undang-undang, daerah kabupaten/ kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah memberikan kewenangan secara luas kepada daerah untuk menggali sumber keuangannya sendiri, kiranya perlu disambut dan ditindaklanjuti oleh daerah. Konteks ini adalah kewenangan meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor pajak dan retribusi (Nurmayani, 2008: 28).

Pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah telah menimbulkan dampak pemungutan berbagai jenis pajak dan retribusi daerah yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Masyarakat harus memahami hal ini sebagai sumber penerimaan yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah harus mampu mengelola pajak daerah dan retribusi daerah dengan bijak untuk meningkatkan pembangunan daerah dan pengelolaan pemerintahan yang baik. Dengan sumber penerimaan sendiri berupa pajak dan retribusi daerah, pemerintah

commit to user

pengeluaran daerah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing daerah.

Keberadaan pajak daerah sebagai salah satu unsur sumber pendapatan daerah memungkinkan pemerintah daerah melakukan optimalisasi pungutan dan pengelolaan terhadap pajak daerah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pemerintahan daerah dan pembangunan infrastruktur daerah yang memerlukan dana operasional yang tidak sedikit. Dalam prakteknya, sumber-sumber pendapatan daerah dan sektor pajak dan retribusi daerah sebagai sumber pendapatan utama sulit untuk mengikuti perkembangan dan kompleksitas dari pelayanan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah sebagai satuan pemerintahan yang mempunyai hubungan sangat dekat dengan masyarakat.

Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi banyak menerapkan sistem sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan sebagian wewenang yang tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah atau pemda. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.

Menurut Baghir Manan sebagaimana dikutip oleh Mudrajad Kuncoro (2004: 30), kesulitan sumber pendapatan daerah untuk mengikuti perkembangan fungsi pelayanan karena pajak dan retribusi daerah merupakan sumber utama pendapatan daerah. Kemudian sumber tersebut sangat tergantung pada pemerintah pusat. Sesuai dengan pembawaanya urusan keuangan dimana pun senantiasa dikategorikan sebagai urusan yang diatur dan diurus oleh pusat. Daerah hanya boleh mengatur dan mengurus sepanjang ada penyerahan dari pusat yang diatur dalam perudang-undangan.

commit to user

Keuangan Pusat dan Daerah diterapkan, masih muncul berbagai permasalahan terutama soal desentralisasi fiskal dan kewenangan pengelolaan Sumber Daya Alam. Penerapan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah tak serta merta memuaskan semua pihak. Banyak pihak yang tidak yakin atas adanya implementasi Undang-Undang tersebut. Tantangan pemerintah daerah dalam kewenangannya mengelola pajak dan retribusi daerah menjadi sebuah masalah yang harus dapat diselesaikan oleh pemerintah daerah guna mendapatkan pemasukan yang optimal dari sumber pajak dan retribusi daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Macam-macam pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdiri atas pajak provinsi dan pajak kabupaten/ kota. Jenis Pajak Provinsi terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Pemukaan, dan Pajak Rokok. Sedangkan Jenis Pajak Kabupaten/ Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangumam Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2010 menandai reformasi perpajakan daerah dan retribusi daerah di Indonesia. Reformasi perpajakan tersebut dilakukan dengan menambah 1 (satu) jenis pajak provinsi dan

4 (empat) jenis pajak kabupaten/ kota serta 4 (empat) jenis retribusi daerah yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah di Indonesia. Hal ini sekaligus mengubah prinsip pemungutan pajak dan retribusi oleh pemerintah daerah yang sifatnya menjadi daftar tertutup (clossed list) yang berarti pemerintah daerah hanya boleh memungut pajak dan retribusi daerah terbatas pada jenis pajak dan retribusi yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

commit to user

Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagaimana telah dicabut dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Dearah dan Retribusi Daerah yang memperbolehkan pemerintah daerah untuk memungut pajak dan retribusi selain yang tercantum dalam Undang-Undang tersebut sepanjang memenuhi syarat yang ditentukan.

Upaya mendongkrak efektifitas pemungutan pajak daerah dilakukan dengan meningkatkan pemahaman masyarakat, petugas pajak, dan setiap pihak yang terkait dimana dalam pemungutannya harus sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang serta Peraturan Daerah. Hal ini memerlukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Salah satu pungutan pajak dan retribusi daerah yang memiliki potensi pemasukan yang besar bagi daerah adalah pajak parkir.

Pajak parkir merupakan salah satu jenis pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah secara langsung yang diatur dengan Peraturan Daerah di daerah yang bersangkutan. Pengelolaan pajak parkir diserahkan kepada perorangan atau badan hukum dengan kewajiban untuk membayar pajak dengan jumlah tertentu kepada pamerintah daerah. Pungutan pajak parkir berbeda dengan palaksanaan pungutan retribusi parkir dimana pajak parkir tidak dipungut setiap saat sebagai bentuk prestasi langsung atau timbal balik dari penggunaan sarana dan prasarana parkir.

Optimalisasi pengelolaan pajak parkir sebagai salah satu pajak daerah perlu digalakkan mengingat sumber pajak ini merupakan sumber pajak yang sangat potensial di daerah. Parkir berkaitan dengan hajat hidup orang banyak dan menjadi salah satu kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan sehari- hari masyarakat. Salah satu daerah yang telah melakukan pengaturan pajak parkir adalah Kota Surakarta dengan disahkannya Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dimana di dalamnya terdapat pengaturan mengenai perpajakan perparkiran. Dengan Peraturan Daerah tentang pajak daerah ini diharapkan pemungutan dan pengelolaan pendapatan daerah dari

commit to user

yang besar sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk menyusun dan mengkaji lebih mendalam mengenai kewenangan pemerintah daerah Surakarta dalam mengelola perpajakan perparkiran melalui sebuah tulisan yang berjudul

“KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TERKAIT

PENYELENGGARAAN PERPAJAKAN PERPARKIRAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI FISKAL ”.

B. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas agar permasalahan yang ada dapat dibahas secara lebih terarah dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan, penulis akan merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kewenangan Pemerintah Kota Surakarta terkait penyelenggaraan Perpajakan Perparkiran dalam rangka Desentralisasi Fiskal?

2. Apakah permasalahan dalam pelaksanaan kewenangan Pemerintah Kota Surakarta terkait penyelenggaraan Perpajakan Perparkiran dan bagaimana solusinya?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas sehingga dapat memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Terdapat dua macam tujuan yang dikenal dalam suatu penelitian, yaitu tujuan objektif dan tujuan subjektif. Tujuan objektif merupakan tujuan yang berasal dari tujuan penelitian itu sendiri, sedangkan tujuan subjektif berasal dari penulis. Adapun tujuan objektif dan subjektif yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui bagaimana kewenangan Pemerintah Kota Surakarta terkait penyelenggaraan Perpajakan Perparkiran dalam rangka Desentralisasi Fiskal.

commit to user

Surakarta terkait penyelenggaraan Perpajakan Perparkiran dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis di bidang kebijakan desentralisasi fiskal terutama pada pengelolaan pajak daerah khususnya pada pengelolaan perpajakan perparkiran di kota Surakarta.

b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna mencapai gelar sarjana hukum pada bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penulisan hukum diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna baik bagi perkembangan ilmu hukum itu sendiri maupun dapat diterapkan dalam praktiknya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan hukum ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya dan Hukum Tata Negara pada khususnya.

b. Menambah referensi ilmiah di bidang hukum tentang perpajakan dearah khususnya pada pengelolaan perpajakan perparkiran dalam rangka desentralisasi fiskal.

c. Penulisan hukum ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penulisan sejenis untuk selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir ilmiah, sekaligus menerapkan ilmu yang telah diperoleh.

commit to user

sebagai bahan informasi dalam kaitannya dengan perimbangan yang menyangkut masalah.

c. Hasil dari penulisan hukum ini diharapkan dapat membantu pengembangan hukum terutama dalam pengelolaan perpajakan daerah khususnya perpajakan perparkiran di Indonesia.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari dan mengkaji suatu gejala hukum tertentu dengan menganalisisnya. Sedangkan metode penelitian merupakan suatu tipe pemikiran yang digunakan dalam penelitian dan penilaian.

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2009: 35). Metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum campuran dimana menggabungkan antara penelitian hukum normatif (doctrinal research) dan penelitian hukum empiris (non- doctrinal research).

Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan hukum pustaka yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan-bahan hukum tersebut disusun secara sistematis, dikaji dan dianalisis, kemudian ditarik kesimpulan dalam hubungannya terkait kewenangan pemerintah daerah kota Surakarta dalam penyelenggaraan perpajakan perparkiran dalam rangka desentralisasi fiskal. Penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti langsung ke lapangan. Penulis menggunakan jenis penelitian campuran karena selain menggunakan sumber bahan hukum

commit to user

dengan melakukan penelitian di lapangan.

2. Sifat Penelitian Dalam melakukan penelitian hukum ini, penulis menggunakan penelitian hukum yang bersifat preskriptif. Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Maksudnya adalah ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan hukum, ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan- ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2009: 22).

3. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi dari berbagai aspek untuk menemukan jawaban atas isu yang sedang diteliti. Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan Undang-Undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach ), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2009: 93).

Pendekatan yang akan digunakan oleh penulis adalah pendekatan Undang-Undang (statute approach) dan pendekatan historis (historical approach ). Pendekatan Undang-Undang dilakukan dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan historis dilakukan dengan menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan perkembangan pengaturan mengenai isu yang dihadapi.

4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini penulis lakukan di Pemerintah Kota Surakarta sebagai instansi pemerintah yang mengeluarkan regulasi terkait pengelolaan perpajakan perparkiran di kota Surakarta. Lebih khusus penulis melakukan penelitian di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA)

commit to user

Sekretariat Daerah kota Surakarta sebagai dinas yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan daerah.

5. Jenis dan Sumber Data Penelitian Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang utama. Data sekunder antara lain mencakup dokumen- dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitan yang berwujud laporan dan sebagainya (Soetandyo Wignjosoebroto, 2008: 141). Sumber data primer dan data sekunder dalam penelitian hukum ini adalah:

a. Data primer dalam penelitian hukum ini yaitu data hasil wawancara dari pihak yang terkait secara langsung dengan permasalahan yang akan diteliti. Pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1) Maya Pramita S.H., M.Hum selaku Kasubag Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) kota Surakarta;

2) Dra.Vic.Heny Sulistyarini selaku Kasie Penerbitan Surat Ketetapan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) kota Surakarta;

3) Effendi selaku Staff Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) kota Surakarta.

b. Data sekunder dalam penelitian ini diambil dari bahan hukum. Bahan

hukum yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah:

1) Bahan hukum primer yang akan digunakan digunakan adalah:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah;

c) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

commit to user

dan Retribusi Daerah;

e) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Pajak Daerah;

f) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta;

g) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

2) Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, dan teks yang mendukung penulisan hukum ini khususnya mengenai perpajakan daerah khususnya perpajakan perparkiran di kota Surakarta.

6. Teknik Pengumpulan Data Di dalam penelitian, pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview (Soerjono Soekanto, 2010: 21). Dalam penelitian hukum ini penulis menggunakan teknik pengumpulan bahan hukum studi dokumen atau bahan pustaka dan wawancara atau interview.

a. Studi dokumen atau bahan pustaka Penulis mengumpulkan, membaca dan mengkaji dokumen, buku-buku, peraturan perundang-undangan, majalah dan bahan pustaka lainnya berbentuk data tertulis yang diperoleh di lokasi penelitian atau di tempat lain.

b. Wawancara Metode ini merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi secara langsung guna memperoleh data, baik lisan maupun tertulis atas sejumlah keterangan dan data yang diperlukan.

commit to user

Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penalaran (logika) deduktif, yaitu hal-hal yang dirumuskan secara umum kemudian menarik kesimpulan yang sesuai dengan kasus faktual yang sedang diteliti. Penggunaan metode deduksi ini berpangkal dari pengajuan premis mayor. Kemudian diajukan premis minor. Dari kedua premis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclussion (Peter Mahmud Marzuki, 2009: 47).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai isi penulisan hukum ini. Penulisan hukum ini dibagi dalam 4 (empat) bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penulisan Hukum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

B. Kerangka Pemikiran

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Pemerintah Daerah

a. Pengertian Pemerintah Daerah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring memberikan definisi pemerintah daerah sebagai penguasa yang memerintah di daerah, yang secara luas dapat dikonotasikan bahwa pemerintah daerah sebagai suatu sistem pemerintahan dalam pengelolaan admnistrasi dan pembangunan daerah baik provinsi maupun kabupaten/ kota.

Daerah, dalam konteks pembagian administratif di Indonesia, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Daerah terdiri atas Provinsi, Kabupaten, atau Kota. Sedangkan kecamatan, desa, dan kelurahan tidaklah dianggap sebagai suatu Daerah (daerah otonom). Daerah dipimpin oleh Kepala Daerah (gubernur/bupati/walikota), dan memiliki Pemerintahan Daerah serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Wikipedia, http://id.wikipedia.org/ wiki/Daerah).

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan pengertian pemerintah daerah.

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Lebih spesifik disebutkan mengenai pemerintah daerah dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa “Pemerintahan Daerah Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau

commit to user

pemerintahan daer ah”. Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menerangkan bahwa karena negara Indonesia adalah suatu negara kesatuan, Indonesia tidak akan mempunyai daerah di dalam lingkungannya yang juga berbentuk negara. Wilayah Indonesia dibagi menjadi daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi pula menjadi daerah yang lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat otonom atau administratif belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan Undang-Undang. Di daerah-daerah yang bersifat otonom diadakan badan perwakilan daerah, karena di daerahpun pemerintah akan bersendikan pada permusyawaratan (C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2002: 2-3).

Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah (H.A.W Widjaja, 2005: 36).

b. Tugas dan Kewajiban Kepala Daerah. Penyelenggara pemerintahan adalah presiden yang dalam menjalankan tugasnya, presiden dibantu oleh seorang wakil presiden. Penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD. Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintahan daerah atau kepala daerah. Untuk provinsi kepala daerah disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, sedangkan untuk kota disebut walikota. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala daerah dibantu oleh seorang wakil kepada daerah.

commit to user

2008: 55) :

1) memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;

2) mengajukan rancangan Peraturan Daerah;

3) menetapkan Peraturan Daerah yang telah mendapat persetujuan

bersama DPRD;

4) menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Daerah tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;

5) mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;

6) mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan;

7) melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan

perUndang-Undangan.

Tugas wakil kepala daerah adalah (Siswanto Sunarno, 2008: 55-

56) :

1) membantu kepada daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan

daerah;

2) membantu kepala daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;

3) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan

kabupaten dan kota bagi wakil kepala daerah provinsi;

4) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan, kelurahan dan/atau desa bagi wakil kepala daerah kabupaten/ kota;

5) memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala dearah dalam

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah

commit to user

diberikan oleh kepala daerah;

7) melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala

daerah berhalangan.

Wakil kepada daerah bertanggung jawab langsung kepada kepala daerah. Wakil kapala daerah dapat menggantikan kepala daerah sampai masa jabatannya habis apabila kepala daerah meninggal, berhenti maupun diberhentikan, atau tidak dapat menjalankan kewajibannya dan tugasnya sebagai kepala daerah selama 6 (enam) bulan masa jabatannya secara terus menerus.

Kepala daerah, dalam melaksanakan tugasnya mempunyai kewajiban sebagai berikut (Siswanto Sunarno, 2008: 56) :

1) memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihata keutuhan NKRI;

2) meningkatkan kesejahteraan rakyat;

3) memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

4) melaksanakan kehidupan demokrasi;

5) menaati dan menegakkan seluruh peraturan perUndang-Undangan;

6) menjaga etika dan norma dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah;

7) memajukan dan mengembangkan daya saing daerah;

8) melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik;

9) melaksanakan dan mempertanggungjawabkan keuangan daerah;

10) menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah

dan semua perangkat daerah;

11) menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan pemerintahan

dearah di hadapan rapat paripurna DPRD.

commit to user

pemerintah provinsi wajib bertanggung jawab kepada presiden. Dalam kedudukan sebagai wakil pemerintah di daerah, gubernur mempunyai tugas dan wewenang, yakni (Siswanto Sunarno, 2008: 55-56) :

1) pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupaten/ kota;

2) koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi

dan kabupaten/ kota;

3) koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas

pembantuan di provinsi dan kabupaten/ kota.

c. Lembaga Teknis Daerah Dalam menjalakan tugas pemerintahan daerah, Kepala Daerah dibantu oleh Lembaga Teknis Daerah. Dalam Pasal 125 ayat (1) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk Badan, Kantor, atau Rumah Sakit Umum Daerah. Badan, kantor atau rumah sakit umum daerah tersebut dipimpin oleh kepala badan, kepala kantor, atau kepala rumah sakit umum daerah yang diangkat oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Lembaga Teknis Daerah tersebut bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.

Lembaga Teknis Daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah. Daerah dapat berarti provinsi, kabupaten, atau kota. Untuk daerah provinsi, Lembaga Teknis Daerah dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur melalui Sekretaris Daerah. Demikian pula untuk daerah kabupaten/ kota, Lembaga Teknis Daerah dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/ walikota melalui Sekretaris

commit to user

tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup oleh Sekretariat Daerah dan dinas daerah dalam lingkup tugasnya. Tugas tertentu tersebut meliputi bidang penelitian dan pengembangan, perencanaan, pengawasan, pendidikan dan pelatihan, perpustakaan, kearsipan dan dokumentasi, kependudukan, dan pelayanan kesehatan. Lembaga Teknis Daerah menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya, serta penunjang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(Wikipedia,

http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_teknis_ daerah). Lembaga Teknis Daerah dapat berbentuk Badan, Kantor, dan Rumah Sakit. Contoh Lembaga Teknis Daerah adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Badan Layanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah, serta Kantor Satuan Polisi Pamong Praja. Penjelasan terkait contoh Lembaga Teknis Daerah diatas adalah sebagai berikut:

1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah atau disingkat Bappeda merupakan unsur perencana penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah. Bappeda merupakan badan yang vital dalam pengelolaan pembangunan daerah. Bappeda yang bertugas menyusun rencana pembangunan daerah baik dalam tingkat provinsi maupun kabupaten/ kota.

2) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawain Daerah menyebutkan bahwa Badan Kepegawaian Daerah atau BKD adalah perangkat daerah yang melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam membantu tugas pokok Pejabat Pembina

commit to user

di bawah Kepala Daerah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. BKD mempunyai tugas pokok membantu Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Badan Kepegawaian Daerah merupakan unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang mempunyai tugas pokok untuk membantu Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah (PPKD) dalam melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD). Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Badan Kepegawaian Daerah mempunyai fungsi sebagai berikut:

a) Penyiapan penyusunan peraturan perundangan daerah di bidang kepegawaian sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan Pemerintah;

b) Perencanaan dan pengembangan kepegawaian daerah;

c) Penyiapan kebijakan teknis pengembangan kepegawaian daerah;

d) Penyiapan dan pelaksanaan pengangkatan, kenaikan pangkat, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

e) Pelayanan administrasi kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural atau fungsional sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan dengan peraturan perundang- undangan;

f) Penyiapan dan penetapkan pensiun Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;

g) Penyiapan penetapan gaji, tunjangan dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang telah ditetapkam dengan peraturan perundang-undangan;

commit to user

i) Pengelolaan sistem informasi kepegawaian daerah; dan j) Penyampian informasi kepegawaian daerah kepada Badan