Tanggap Beberaoa Varietas Padi Gogo Terhadap Interval dan Tingkat Pemberian Air

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada saat ini, masalah ketersediaan beras merupakan masalah yang cukup memprihatinkan, karena selain perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, juga akibat timbulnya masalah baru pada beberapa saat terakhir ini seperti adanya musim kering yang panjang, keterlambatan masa tanam dan adanya krisis ekonomi yang menyebabkan harga saprodi meningkat. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah memperluas areal pertanaman padi ke lahan kering di luar Jawa, seperti Sumatera dan Kalimantan.
Lahan kering yang berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan khususnya padi gogo ada sekitar 5,1 juta ha yang tersebar di berbagai propinsi (Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian 1998; Hidayat, Soekardi, Prasetyo, 1997). Secara umum budidaya padi gogo, banyak dilakukan petani pada: a) lahan terbuka (ladang/tradisional) dan sekitar bantaran sungai, b) sekitar perbukitan daerah aliran sungai (DAS), dan c) sebagai tanaman sela tanaman pada perkebunan dan tanaman industri (HTI) muda.
Potensi lahan kering di Indonesia cukup besar, sekitar 50,5 juta ha telah dimamfaatkan, diantaranya 8,6 juta ha untuk tegalan/kebun, 3,2 juta ha ladang/huma, 8.7 juta ha tanaman kayu-kayuan, 12,1 juta ha perkebunan swasta/negara (http://tumoutou.net/702_07134/supijatno.htm).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Pengembangan padi gogo untuk tumpangsari sebagai tanaman sela pada areal di bawah tegakan akan menghadapi berbagai kendala, yaitu intensitas cahaya yang rendah, kekeringan, pH rendah dengan Al tinggi serta penyakit blas/karat daun. Dari semua kendala tersebut, intensitas cahaya yang rendah dan kekeringan akan merupakan faktor pembatas terpenting untuk produksi padi gogo sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari tersebut, walaupun demikian perlu diperhatikan berbagai kendala lainnya. Curah hujan merupakan faktor yang penting bagi pertanian, curah hujan secara langsung akan berpengaruh terhadap ketersediaan air, kurangnya ketersediaan air akan berdampak kekeringan dan sebaliknya apabila kelebihan air akan menimbulkan banjir jika tidak dilakukan pengelolaan dengan baik dan benar. Kekeringan maupun banjir selalu terjadi setiap tahun di indonesia.
Air untuk tanaman padi gogo sangatlah sulit diatur karena sumber air berasal dari air curah hujan yang datangnya tidak tentu, tergantung cuaca. Pada saat musim hujan, sering air berlimpah, sedangkan pada musim kemarau sering kali kekurangan air, bahkan tidak ada air (Suparyono dan Setyono, 1997).
Padi gogo merupakan salah satu ragam budidaya padi yaitu penanaman padi dilahan kering. Padi gogo umumnya ditanam sekali setahun pada awal musim hujan. Rendahnya produksi padi gogo juga disebabkan masih banyaknya yang menanami lahan kering dengan padi gogo varietas lokal yang berumur panjang. Varietas padi gogo tersebut mempunyai beberapa kelemahan seperti tidak tahan rebah, mudah rontok, berdaya hasil rendah dan umumnya kurang toleran terhadap kekeringan (Prasetyo, 2002).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Faktor lain yang menyebabkan produktivitas padi gogo lebih rendah dibanding padi sawah oleh karena karakteristik pertumbuhan padi gogo kurang baik dibandingkan dengan padi sawah yaitu tanaman lebih pendek, jumlah anakan produktif lebih sedikit, luas daun lebih kecil, pembungaan lebih lambat, persentase gabah hampa lebih tinggi, produksi bahan kering lebih sedikit, dan indeks hasil lebih rendah dari padi sawah (Yoshida, 1975).
Strategi pengelolaan tanaman padi gogo untuk meningkatkan produktivitasnya antara lain (1) melaksanakan waktu tanam yang tepat dapat menjamin curah hujan dan unsur iklim lainnya yang cukup mulai dari fase vegetatif sampai fase reproduktuif : (2) pemilihan varietas tanaman yang toleran terhadap keadaan kurang air dan tahan serangan hama dan penyakit.
Berdasarkan latar belakang inilah saya tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul ”TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP TINGKAT DAN INTERVAL PEMBERIAN AIR”.
Perumusan Masalah
Faktor yang menyebabkan hasil padi gogo rendah adalah lahan kering yang pada umumnya diakibatkan sering terjadi kekurangan air pada fase vegetatip maupun fase reproduktip. Hal tersebut bisa terjadi karena sumber air bagi padi gogo hanya dari curah hujan semata.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Peningkatan produksi padi gogo melalui ekstensifikasi dihadapkan kepada kendala semakin menyempitnya areal produktif untuk padi sawah karena itu perluasan areal dimasa mendatang perlu diarahkan ke lahan marginal.
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari pertumbuhan dan produksi varietas padi gogo yang toleran terhadap tingkat interval dan pemberian air.

Hipotesis Penelitian 1. Ada perbedaan tanggap varietas padi gogo terhadap interval pemeberian air
yang berbeda. 2. Ada perbedaan tanggap varietas padi gogo terhadap tingkat pemberian air
yang berbeda. 3. Ada interaksi antara varietas padi gogo terhadap interval pemberian dan
tingkat pemberian air.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat dua spesies padi yang merupakan tanaman budidaya: Oryza sativa dan O.glaberrima. yang disebut pertama diduga berasal dari daerah hulu sungai di kaki pegunungan Himalaya (India dan Tibet/Tiongkok) dan yang kedua berasal dari Afrika Barat (hulu sungai Niger). Oriza sativa terdiri dari dua varietas : indica dan japonica sinonim sinica. Varietas japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki “bulu” (Ing awn), bijinya cenderung panjang. Varietas indica, sebaiknya berumur lebih pendek, postur lebih kecil, paleanya tidak berbulu atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval ( www. warintek, 2007).
Tumbuhan padi adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air (waterplant). Sebagai tanaman air bukanlah berarti bahwa tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi air, baik penggenangan itu terjadi secara alamiah sebagai terjadi pada tanah rawa-rawa, maupun penggenangan itu sengaja sebagai terjadi pada tanah-tanah sawah. Dengan megahnya juga tanaman padi itu dapat tumbuh di tanah daratan atau tanah kering, asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air (Siregar, 1981).
Keberhasilan budidaya tanaman ditentukan oleh pertumbuhannya. Jika pertumbuhan tanaman baik, umumnya hasil panen akan baik.
Dalam budidaya padi pertumbuhan atau fenotip merupakan gabungan beberapa indikator tumbuh seperti tinggi tanaman, anakan, warna dan luas daun, dan
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

berat bahan hijauan. Dengan memperhatikan masing-masing indikator tumbuh kita dapat menentukan apa yang terjadi pada suatu hamparan pertanaman padi, bahkan dari tanda-tanda yang didapat kita bisa memperkirakan produksi (BPTP, 1988).
Untuk pertumbuhan, tanaman memerlukan hara, air dan energi. Hara adalah unsur pelengkap dari komposisi asam nukleik hormon dan enzim yang berfungsi sebagai katalis yang merombak fotosintetat atau respirasi menjadi senyawa yang lebih sederhana dan energi. Hara dan air diperoleh tanaman padi dari tanah, sedangkan fotosintetat dihasilkan daun melalui fotosintesa.
Walaupun masing-masing indikator tumbuh sangat tergantung pada sifat genetik tanaman namun sifat genetik tanaman ini masih dapat berubah akibat pengaruh lingkungan sehingga akan terbentuk fenotip tertentu.
Pertanaman padi gogo seperti tanaman pangan lahan kering lainnya mempunyai persyaratan tumbuh yang hampir sama. Kendala utama pada pertumbuhan padi gogo adalah kurangnya air, karena kebutuhan air untuk tanaman hanya mengharapkan hujan semata.
Hasil akhir dari pertumbuhan padi adalah produksi gabah. Keseimbangan antara fotosintesa dan respirasi tercermin dari produksi gabah. Fotosintesa dan respirasi adalah proses biokimia tanaman padi yang sangat ditentukan oleh ketersediaan hara dan air serta keadaan cuaca/iklim (BPTP, 1999).
Tanah Tanah merupakan suatu lingkungan untuk pertumbuhan tanaman yang sangat
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008


kompleks. Bagian tanaman yang langsung berhubungan dengan tanah adalah akar, yang merupakan salah satu bagian vital yang berperanan dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman dengan jalan mengabsorpsi hara dan air. Di samping itu akar merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menegakkan dan berdirinya tanaman (Sarief, 1996).
Padi gogo dapat dikembangkan pada berbagai keadaan tanah dan iklim di mana saja karena tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang khusus, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Berdasarkan arahan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan), padi gogo akan diarahkan pengembangannya di 7 propinsi yaitu Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Barat. Dari ke tujuh propinsi tersebut, penyebaran lahan sesuai yang terluas terdapat di Kalimantan Barat (2,2 juta ha) dan Sumatera Selatan (1,4 juta ha) (http://www.litbang.deptan.go.id/ pdf).
Padi gogo ditanam pada beberapa jenis tanah, pada daerah datar maupun bergelombang. Untuk perkecambahan biji padi gogo, lahan kering menyediakan air untuk kebutuhan tanaman berasal dari curah hujan. Jenis tanah yang digunakan pada pertanaman padi gogo tidak ada yang spesifik bergantung pada tekstur tanah, pH, kandungan bahan organik dan seluruh faktor yang meliputi kesuburan tanah.
Banyak lahan kering yang tergolong untuk tanamana padi gogo, tetapi sebenarnya lahan marginal. Tanah podsolik yang berlereng antara 3-8 %, meskipun mempunyai potensi untuk padi gogo dan tanaman lain di lahan kering, lebih sesuai untuk tanaman tahunan (BPTP, 1988).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Menurut De Datta dan Feuer (1975) tanah vertisol dan alfisol merupakan tanah yang umum digunakan untuk lahan padi gogo di asia dan didaerah hutan hujan tropis Amerika Selatan. Tanah oksisol merupakan jenis tanah yang banyak dijumpai di Asia Tenggara, di Amerika Selatan dan sebagian Afrika. Tanah hidromorfik dengan permukaan air tanah dangkal selalu digunakan untuk pertanaman padi gogo. Struktur tanah yang baik dimana tanah mempunyai kemampuan menyimpan air yang cukup, mudah penetrasi akar tanaman merupakan tanah yang baik untuk produksi padib gogo.
Tingkat kemasaman, penetralan dan kebasaan tanah dinyatakan dalam pH, yaitu logaritma negatif dari konsentrasi ion H+, pH erat kaitannya dengan tingkat pelapukan, macam mineral liat dan KTK (Brady, 1974).
Reaksi tanah untuk pertanaman padi gogo adalah sekitar pH 5,5 – 5,6 begitupun banyak lahan padi gogo memiliki pH yang lebih rendah (De Datta dan Feur, 1975).
Ponnamperuma (1975) menyimpulkan faktor-faktor pembatas pada lahan padi gogo adalah terbatasnya kelembaban atau ketersediaan air dan keadaan ketersediaan nutrien. Umumnya unsur hara yang dikandung pada lahan kering dalam bentuk oksida, nitrat-nitrogen dan sulfat-sulfur mudah tercuci. Problema potensial kemasaman pada tanah kering adalah mangan (Mn) dan keracunan alumunium (Al) sedang pada tanah alkalin terdapat defisiensi ferrum (Fe).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Curah Hujan

Pengaruh Faktor Iklim

Curah hujan merupakan faktor iklim yang selalu berubah-ubah dan sulit diramalkan. Setiap daerah memiliki pola curah hujan yang berbeda sehingga baik jumlah sepanjang tahun berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya (Oldeman, 1984).
Berdasarkandistribusi curah hujan, Oldeman (1984) membagi pola curah hujan atas tiga tipe yaitu : (1) curah hujan merata sepanjang tahun dan tidak jelas perbedaan antara musim hujan dan musim kering (2) Pola curah hujan monomodal, yaitu dalam satu tahun hanya terdapat satu bulan dimana curah hujannya merupakan yang tertinggi ataupun terendah. Pola curah hujan tipe ini dipengaruhi oleh musim, dan jelas ada musim hujan dan musim kering, (3) pola curah hujan tipe bimodal yaitu dalam satu tahun terjadi dua kali periode dengan curah hujan tinggi dan diantaranya terdapat musim kering.
Pola curah hujan dilokasi penelitian yaitu Sumatera Utara adalah tipe curah hujan merata sepanjang tahun dan tidak jelas perbedaan antara musim hujan dan musim kering.

Dengan mengetahui pola curah hujan di suatu daerah maka ditetapkan musim pertanaman (growing season), yaitu periode dalam setahun dimana besarnya curah hujan lebih dari setengah evapotranspirasi potensial, ditambah waktu yang diperlukan

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

untuk menguapkan 100 mm air hujan yang masuk ke dalam tanah (Oldeman, Las dan Darwis, 1979)
Cahaya Matahari Fotosintesa merupakan hal pokok dalam metabolisme tanaman karena radiasi
matahari merupakan satu dari faktor-faktor lingkungan terpenting. Radiasi mempengaruhi organisme melalui energi yang dikandungnya yang diabsorbsi tanaman.
Tanaman padi gogo tergolong tanaman perlu cahaya, sehingga kekurangan cahaya berakibat fatal yaitu terganggunya proses metabolisme yang berimplikasi kepada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat (Murty, Dey, Swain and Baig.,1992). Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas padi gogo yang rendah di bawah naungan. Hale dan Orcutt (1987) berpendapat bahwa adaptasi terhadap naungan dapat melalui 2 cara: (a) meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit; contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk pertumbuhan akar, (b) mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan (http:/ww/tumoutou.net/702_07134/ supijatno.htm).
Pada intensitas cahaya rendah terjadi gangguan translokasi karbohidrat. Murty dan Sahu (1987) melaporkan peningkatan kandungan total amino-N dan N terlarut pada varietas padi yang peka, yang menyebabkan terganggunya sintesis protein dan rendahnya ketersediaan karbohidrat dan tingginya kehampaan.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Fotosintesa merupakan hal pokok dalam metabolisme tanaman karena radiasi matahari merupakan satu dari faktor-faktor lingkungan terpenting. Radiasi mempengaruhi organisme melalui energi yang di kandungnya yang diabsorbsi tanaman.
Fotosintesa berlangsung di kloroplas, terbukti bahwa kloroplas yang terisolasi mampu melakukan fotosintesis secara lengkap. Tidak semua sel mengandung kloroplas, hanya di dalam sel mesofil dan sel penutup stoma, epidermis batang muda, sel sub epidermal kelopak bunga (Santosa,1993).
Penyediaan, mobilitas dan serapan hara oleh tanaman padi juga dipengaruhi radiasi surya serta suhu udara dan suhu tanah (Yoshida, 1981 dalam Las dan Mulyadi, 1986). Apabila air cukup dan serta hara tidak menjadi faktor pembatas, maka intensitas radiasi surya merupakan unsur iklim yang sangat menentukan potensi hasil tanaman secara kwantitatif, terutama untuk jenis tanaman kelompok adaptasi C3 dan C4 (Las, 1985). Unsur hara yang terbawa air ke daun karena transpirasi merupakan enzim, co-enzim, hormon, sel-sel klorofil (fotosintetat). Laju fotosintesa sangat ditentukan oleh intensitas sinar surya yang sampai ke permukaan daun. Intensitas sinar surya selama 45-30 hari sebelum panen menentukan pengisian malai dan produksi padi (De Datta, 1981).
Pertumbuhan ditentukan oleh kerja sama antara faktor genetik dan faktor dalam lainnya dengan lingkungan. Karena tumbuhan tingkat tinggi merupakan system banyak sel, maka dapat dibedakan antara faktor dalam sel dan diluar sel. Pengaruh gen tentu berkaitan dengan pen. Hasil penelitian Stansel, Bollich, Thysell
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

and Hall (1965) dan De Datta (1981) menunjukkaan bahwa masa kritis kebutuhan radiasi surya bagi tanaman padi dimulai pada fase pembentukan primordia bunga sampai 10 hari sebelum pemasakan.
Radiasi surya juga mempengaruhi produksi klorofil, jumlah dan komposisi kloroplas, struktur daun, bentuk dan gerak membuka dan menutupnya stomata (Weaver dan Clement, 1980).
Proses difusi CO2, pergerakan stomata juga dipengaruhi radiasi surya. Pada keadaan CO2 cukup stomata akan tertutup dalam gelap dan stomata akan segera membuka jika ada radiasi surya.

Juga ditambahkan ketahanan stomata dari tanaman padi akan menurun secara eksponensial pada peningkatan intensitas cahaya (Horie, 1990).
Suhu Suhu berpengaruh langsung pada proses fotosintesa, respirasi, permeabilitas
dinding sel, absorpsi air dan hara, transpirasi, aktivitas enzim dan koagulasi protein. Untuk pertumbuhan normal tanaman padi memerlukan lingkungan suhu dalam kisaran 20oc sampai 35oc (Yoshida, 1981). Suhu kritis tersebut bervariasi menurut varietas, lamanya suhu kritis berlangsung, perubahan suhu harian siang dan malam, dan status fisiologi dari tanaman itu sendiri.
Padi tergolong jenis tanaman jalur C-3 dalam proses fotosintesanya. Sebagaimana tanaman C-3 maka padi mempunyai titik kompensasi CO2 tinggi dan
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

mampu mengadakan fotorespirasi (Murata, 1961). Suhu udara mempengaruhi baik fotosintesa maupun respirasi.
Suhu udara siang dan malam ternyata berpengaruh pada komponen hasil padi. Limbong, et al. menunjukkan bahwa peningkatan suhu di siang hari pada musim kemarau dapat meningkatkan jumlah anakan asalkan suhu malam tidak terlalu tinggi. Ini merupakan gambaran bahwa padi tidak selalu menghasilkan banyak malai pada musim kemarau di semua mintakat agroklimat, karena suhu malam juga menentukan. Yoshida (1981), menambahkan suhu rata-rata harian lebih kecil dari 20oC menyebabkan perkecambahan terlambat disklorasi daun, pembentukan malai tertahan, pembungaan terlambat dan kehampaan gabah tinggi.
Kelembaban Udara Kelembaban udara nisbi berpengaruh terhadap evapotranspirasi pada musim
kemarau dengan kelembaban rendah, intensitas sinar surya dan suhu tinggi mempercepat laju evapotranspirasi. Bila laju evapotranspirasi tidak diimbangi dengan laju translokasi air ke akar, tanaman padi akan mengalami kekeringan.
Kelembaban udara juga mempengaruhi aktivitas fotosintesa padi. Murata (1961) juga menambahkanadanya perubahan pola fotosintesa akibat perubahan kelembaban udara. Dimana ia menyebutkan adanya hubungan antara kelembaban dengan intensitas cahaya dan temperatur.
Miyasaka, Munakata, Akita dan Murata (1969), menyatakan hasil pengamatan pada perubahan harian fotosintesa tanaman padi. Kecepatan fotosintesa
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

mulai meningkat pada pagi hari dan mancapai maksimum pada pukul 11 kemudian fotosintesa menurun kembali menjelang sore. Miyasaka menambahkan perubahan kegiatan fotosintesa antara pagi dan sore hari disebabkan respirasi yang dipengaruhi oleh temperatur. Juga ditambahkan kemukngkinan ada perbedaan energi pada panjang gelombang antara pagi dan sore hari.
Kisaran kelembaban nisbi optimum untuk pagi adalah 50 – 90 %. Di Indonesia yang beriklim tropis tanah basah, kelembaban nisbi tidak merupakan kendala bagi usaha peningkatan produksi padi. Tetapi di dataran tinggi kelembaban lebih dari 95 % dapat menyebabkan agregasi tepung sari, dan ini dapat mengganggu penyerbukan (Las dan Fagi, 1988).
Pada lahan kering masalah utama adalah ketersediaan air yang sangat sedikit serta fluktuasi kadar air tanah yang besar. Hal ini menyebabkan seluruh proses metabolisme tanaman akan terhambat. Upaya pengembangan padi gogo akan dihadapkan pada kendala ketersediaan air yang rendah. Toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat melalui berbagai mekanisme seperti : menghindari stres (drought escape), mempertahankan potensial air yang tinggi dalam jaringan dan mempertahankan turgor melalui penyesuaian osmotik (osmotic adjusment) dengan mensintesis senyawa osmotikum seperti prolin, glycine betaine dan lainnya (Jones et al., 1981).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Potensi Varietas Padi Gogo Pengembangan padi gogo dihadapkan pada berbagai kendala yang sangat kompleks, sehingga diperlukan perbaikan varietas yang berdaya hasil tinggi dengan sifat multitoleran terhadap faktor biofisik dilahan kering. Perbaikan varietas padi gogo untuk lahan kering telah dilakukan cukup lama oleh beberapa peneliti (Lubis, Harahap, Diredja dan Kustianto,. 1993; Kaher, 1993; Lubis et al., 1994; Harahap dan Lubis, 1995; Suwarno dan Lubis, 1995; Harahap et al., 1995). Sebagai contoh adalah Varietas Jatiluhur diketahui toleran terhadap naungan. Potensi hasil varietas ini berkisar antara 2.5 - 3.5 ton/ha pada berbagai kondisi yang beragam, lebih tinggi dari varietas dodokan (1.0 - 3.9 ton/ha). Pada kondisi ternaungi 40 %, varietas Jatiluhur masih mampu berproduksi 2.0 ton/ha, 65 % lebih tinggi dari Dodokan. Selain toleran naungan, varietas Jatiluhur juga tahan penyakit blas, berumur genjah (102-110 hari), namun tidak toleran terhadap cekaman Al, serta rasa nasinya pera (Harahap et al., 1995). Beberapa galur seperti IRAT, Gajah Mungkur dan Selir Pikit yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Padi menunjukan sifat-sifat yang toleran terhadap kekeringan.

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan dirumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Pelaksanaan penelitian pada bulan Maret 2007 sampai bulan Juli 2007.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga varietas padi gogo, tanah top soil, pupuk Urea 150 kg/ha, TSP 135 kg/ha, KCl 60 kg/ha, dan pestisida. Serta alat-alat yang digunakan, leaf area meter untuk mengukur luas daun, timbangan, pipa plastik, gelas ukur, polybag dan alat-alat lain yang mendukung penelitian.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan petak terpisah (RPT) yang terdiri dari 3 faktor yaitu: Faktor I : Varietas, dengan simbol V sebagai petak utama terdiri dari 3 taraf yaitu : V1 = Varietas Batutugi V2 = Varietas Limboto V3 = Varietas lokal karo
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Faktor I I : Interval Pemberian Air, dengan simbol I sebagai anak petak terdiri dari 4

taraf yaitu :

I1 = setiap hari

I2 = 1 x 2 hari I3 = 1 x 3 hari I4 = 1 x 4 hari

Faktor III : Tingkat Pemberian Air, dengan simbol A sebagai anak-anak petak terdiri

dari 3 taraf yaitu:


A1 = 2 mm / hari = 251,2 cc / polybag

A2 = 4 mm / hari = 502,4 cc / polybag A3 = 6 mm / hari = 753,6 cc / polybag
Dengan demikian diperoleh 36 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi

perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Jumlah tanaman dengan 2 tanaman / polybeg.

Berdasarkan perlakuan petak utama, anak petak, dan anak-anak petak maka

kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut :

V1I1A1 V1I1A3 V1I1A2

V3I2A2 V3I2A1 V3I2A3

V1I4A3 V2I4A2 V2I4A1

V1I3A2 V1I3A1 V1I3A3

V3I3A3 V3I3A2 V3I3A1


V2I2A2 V2I2A1 V2I2A3

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

V1I2A3 V1I2A2 V1I2A1

V3I4A1 V3I4A3 V3I4A2

V2I1A1 V2I1A3 V2I1A2

V1I4A1 V1I4A3 V1I4A2

V3I1A2 V3I1A1 V3I1A3

V2I3A2 V2I3A1 V2I3A3

Data hasil pengamatan disusun dalam anova untuk masing-masing peubah. Jika pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati menunjukkan pengaruh yang nyata atau sangat nyata dapat dilanjutkan uji beda rataan dengan uji DMRT, analisis regresi dan korelasi.
Metode Analisa Data Percobaan dilakukan menggunakan RPT dalam RAK dengan model matematis adalah sebagai berikut : Y ijkm = + i + ij + ij + k+( )jk + jk +il ( l)jl+( l)jl+( ) jl
+( )jl+( ) jkl + ijk

Y ijk : nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan varietas ke j,faktor perlakuan air taraf ke – k, faktor perlakuan intrval pemberian air ke – l. : rata-rata umum nilai pengamatan

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

i : pengaruh ulangan pada taraf ke – i j : pengaruh perlakuan interval varietas ij : pengaruh galat pada taraf ke-i dan perlakuan varietas taraf ke-j k : pengaruh perlakuan tingkat pemberian air taraf ke-k ( )jk : pengaruh interaksi perlakuan varietas dengan perlakuan pemberian air taraf
ke-k jk : pengaruh galat pada taraf ke-l dan perlakuan varietas taraf ke j dan
perlakuan pemberian air pada taraf ke – k il : pengaruh perlakuan interval pemberian air ke - l ( l)jl : pengaruh perlakuan interval pemberian air ke – l dan interval pemberian air
taraf ke – l ( l)jl : pengaruh interaksi tingkat varietas taraf ke-k ( l)jl : pengaruh interaksi perlakuan interval pemberian air taraf ke-j dan tingkat
pemberian air taraf ke-l ( )jl : pengaruh interaksi perlakuan ijk : pengaruh galat pada taraf ke-I, perlakuan interval pemberian air taraf ke-j
dan tingkat pemberian air taraf ke-k.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan tanah Tanah top soil, dikering anginkan dan dihaluskan. Tanah diayak dengan
ayakan 3 mm, lalu tanah dimasukkan 10 kg per polybag. Tanah yang digunakan terlebih dahulu sifat fisik dan kimianya dianalisis di laboratorium disajikan pada Lampiran 2.
Pupuk Urea diberikan terbagi tiga kali yaitu masing-masing 1/6 dosis yaitu sebanyak 64,8 gr pada umur 2 MST, 3/6 dosis yaitu sebanyak 162 g pada umur 6 MST dan 2/6 dosis yaitu 97,2 g pada fase primordia bunga. Pupuk Tsp 385,92 g dan Kcl sebanyak 172,8 g diberikan saat tugal. Setiap polybag dilengkapi dengan pipa plastik yang ditempatkan dibagian pinggir polibag. Pipa pada bagian bawah (terbenam) diberi lubang, agar air dapat masuk ketanah melalui sisi pipa. Sebelum benih ditugal terlebih dahulu tanah dalam polybag disiram sampai mencapai kapasitas lapang.
Persiapan Bahan Tanaman Benih padi terlebih dahulu direndam dalam campuran Dithan M 45 sebanyak
2 g / l dan Curater 2G sebanyak 0,1 g. Dithan M 45 diperlukan untuk mencegah penyakit busuk daun. Sedangkan Curater 2G dibutuhkan untuk mencegah hama yang terdapat dalam tanah seperti cacing dan kepinding tanah. Campuran seed treatment tersebut ditambah air secukupnya lalu dimasukkan benih padi dan direndam selama
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008


24 jam. Benih yang telah mengalami seed treatment ditugal sedalam 2-3 cm sebanyak 5-6 butir per polybag.
Penjarangan Penjarangan dilakukan 2 MST, ditinggalkan 2 tanaman per polybag yang
homogen dan yang paling bagus pertumbuhannya.
Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi pemberantasan hama dan penyakit dilakukan
dengan menggunakan insektisida Baycarb dengan konsentrasi 0,5 – 1 l/ha. Frekwensi penyomprotan dilakukan sesuai dengan keadaan serangan hama dan penyakit. Gulma yang tumbuh dalam polybag dicabut secara intensif. Penyiraman
Penyiraman diberikan setiap pagi hari sesuai dengan perlakuan yaitu 2 mm/hari (251,2 cc/polybag), 4 mm/hari (502,4 cc/polybag) dan 6 mm/hari 753,6 cc/polybag).
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil
dengan metode destruktif. Selama pertumbuhan tanaman dari mulai tugal hingga panen diamati suhu dan kelembaban udara dalam rumah kaca seperti terlihat pada lampiran 16. Kadar air tanah (KAT) di ukur atau diamati tiap 2 minggu sekali
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

sebelum penyiraman, sehingga jumlah pengamatan KAT 6 kali yaitu (2, 4, 6, 8, 10,

dan 12 MST). Pengukuran kadar air tanah dengan rumus :

berat botol + tanah lembab

kadar air =

- 1 x 100


berat botol + tanah kering oven

Pengamatan komponen pertumbuhan diamati pada umur 3,6,9 dan 16 MST yang

meliputi :

1. Tinggi tanaman / rumpun di ukur dari permukaan tanah hingga ujung daun

tertinggi

2. Jumlah anakan / rumpun dihitung mulai umur 3 minggu sampai panen

3. Bobot kering jerami / rumpun. Tanaman dipotong-potong dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC sampai bobot stabil. Untuk saat panen berat jerami

termasuk berat malai dan gabah.

4. Luas daun

Di ukur dengan menggunakan leaf area meter.


Pengamatan komponen hasil meliputi :

1. Jumlah malai per rumpun dihitung pada waktu panen.

2. Bobot 1000 butir gabah pada kadar air 14%.

3. Produksi gabah kering per rumpun pada kadar air 14% .

4. Jumlah gabah hampa per rumpun

Analisa pertumbuhan dalam penelitian ini dengan formulasi analisis yang

digunakan adalah sebagai berikut : 1. LAB (Laju Asimilasi Bersih) (g.m_2.h_1)

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Nilai laju asimilasi bersih merupakan pertambahan material tanaman dari

asimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno, 1995) diamati sebanyak tiga

kali yaitu 6 mst - 3 mst, 9 mst - 6 mst dan 12 mst - 9 mst dengan persamaan

sebagai berikut :

LAB =

(W2 – W1) . ( ln A2 – ln A1) ( T2 – T1 ) ( A2 - A1 )

Dimana : W1 dan W2 = berat kering tanaman pengamatan ke 1 dan 2 A1 dan A2 = luas daun pengamatan ke 1 dan 2 T1 dan T2 = waktu pengamatan ke 1 dan 2
2. LTR (Laju Tumbuh Relatif) (g.tan 2.hari-1) laju tumbuh relatif merupakan hasil bahan kering persatuan bahan kering akhir dan awal dilakukan dan dihitung bersamaan dengan LAB, dengan persamaan sebagai berikut :

ln W2 – ln W1 LTR =
T2 – T1
Dimana : W1 dan W2 = berat kering tanaman pengamatan ke 1 dan 2
T1 dan T2 = waktu pengamatan ke 1 dan 2

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Tinggi Tanaman / rumpun (cm)
Sidik ragam tinggi tanaman padi pada umur 3,6, 9 dan 16 MST dapat dilihat pada Lampiran 5.
Dari sidik ragam tersebut terlihat bahwa varietas (V) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada semua pengamatan (3, 6, 9 dan 16 MST). Demikian juga pengaruh interval pemberian air (I) berpengaruh nyata pada umur 3, 6 MST dan sangat nyata pada umur 9 dan 16 MST. Sedangkan perlakuan tingkat pemberian air (A), berpengaruh nyata pada umur 6 MST dan sangat nyata pada umur 9 dan 16 MST.
Tinggi tanaman (cm) pada perlakuan varietas, interval dan tingkat pemberian air pada pengamatan 3, 6, 9 dan 16 mst tertera pada Tabel 1.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 3, 6, 9 dan 16 MST varietas yang tertinggi untuk parameter tinggi tanaman adalah varietas lokal karo (V3) dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas limboto (V2). Untuk interval pemberian air yaitu pada pemberian satu kali setiap dua hari (I2) memberikan tinggi tanaman tertinggi pada setiap pengamatan dibandingkan dengan I1 (setiap hari), I3 (1x3 hari), dan I4 (1x4 hari). Demikian juga tingkat pemberian air pada volume air 4 mm/hari = 502,4cc/polybag (A2) menunjukkan tinggi tanaman tertinggi dibandingkan
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

dengan tingkat pemberian pada volume 2 mm/hari = 251,2 cc/polybag (A1) dan 6
mm/hari = 753,6 cc/polybag (A3).
Tabel 1.Tanggap Tinggi Tanaman (cm) pada Perlakuan Varietas, Interval dan Tingkat Pemberian Air Pengamatan 3, 6, 9 dan 16 Mst

Varietas
V1 (Batutugi) V2 (Limboto) V3 (Lokal)

3 MST
50.24 bB 34.50 cC 65. 05 aA

Tinggi Tanaman (cm)

6 MST

9 MST

72.69 bB 59.90 cC 88.93 aA

133.87bB 107.13cC 161 . 99aA

16 MST
149.02 bB 123.12 cC 176.57 aA

I1 (Setiap Hari) I2 (1 x 2 ) I3 (1 x 3 ) I4 (1 x 4 )

49.69 b 50.22 a 50.16 a 49.66 b

73.54 b 74.27 a 74.11 ab 73.44 b

133.97 bB 134.99 aA 134.89 aA 133.47 bB

148.79 bB 150.39 aA 150. 23 aA 148.86 bB

A1(2 mm/251,2 cc) A2(4 mm/502,4 cc) A3(6 mm/753,6 cc)

49.83 50.14 49.83

73.75ab 74.17 a 73.59 b

134.32 bAB 134.84 aA 133.83 CB

149.57 bB 150.14 aB 149,00 cC

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1%

Perkembangan tinggi tanaman pada setiap varietas, interval pemberian air dan tingkat pemberian air disajikan pada gambar 1, 2 dan 3. keeratan hubungan antara tinggi tanaman dengan komponen tumbuh dan komponen hasil tertera pada Lampiran 14.

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Tinggi Tanaman (cm)

190 170 150 130 110
90 70 50 30 10

V 1 (B a tu tu g i) V 2 (L im b o to ) V 3 (L o k a l)

3 M ST

6 M ST

9 M ST

16 M ST

V A R IE T A S P A D I G O G O

Gambar 1. Tinggi Tanaman (cm) BeberapaVarietas Padi Gogo Umur 3,6,9 dan 16 Mst

160 140 120 100
80 60 40 20
0

1 = 131.68 + 2.89 I – 0.61 I2, R2 = 0.99 2 = 72.21 +1,70 I – 0.35 I 2, R 2 = 0.98 3 = 131.68 + 2.89 I – 0.61 I 2,R2 = 0.99 4 = 145.84 + 3.71 I – 0.74 I2, R2 = 0.99

3 MST 6 MST 9 MST 16MST

123 Interval Pemberian Air (hari)

4

Gambar 2. Tinggi Tanaman (cm) dengan Interval Pemberian Air pada Umur 3, 6, 9 dan 16 Mst

Tinggi Tanaman (cm)

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Tinggi Tanaman (cm)

1 = 72.33 + 0.96 A – 0,125 A 2, R2 = 1 2 = 132.3 + 1,39 A - 0,19 A2 , R2 = 1 3 = 147.32 + 1.55 A - 0.21 A2, R2 = 1

160

140

120 A1 A2
100 A3

80

60

40

20

6 mst

9 mst

16 mst

Tinggkat Pemberian Air (mm/hari)

Gambar 3. Tinggi Tanaman (cm) dengan Tingkat Pemberian Air pada Umur 6, 9 dan 16 Mst
Pada Gambar 1 terlihat bahwa varietas lokal karo (V3) menunjukkan tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas limboto (V2) . Gambar 2 dan 3 yang diuji memiliki respon pertumbuhan yang sama terhadap interval pemberian air dengan tinggi tanaman umur 3 – 16 mst menunjukkan hubungan kuadratik positif, sedangkan respon varietas terhadap tingkat pemberian air umur 6, 9 dan 16 mst juga menunjukkan hubungan kuadratik positif, hal ini mencerminkan adanya penurunan tinggi tanaman pada setiap interval dan tingkat pemberian air terhadap beberapa varietas padi gogo.
Pada tingkat pemberian air 2 mm/hari = 251,2 cc / polybag (A1) dan 6 mm/hari = 753,6 cc / polybag (A3) terjadi pengurangan dan kelebihan jumlah air yang

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

sangat drastis, dengan demikian memasuki fase reproduktif (inisiasi malai) terjadi cekaman air atau kelebihan air.
Kelebihan air menyebabkan tanah yang jenuh air dapat menyebabkan terhambatnya aliran udara ke dalam tanah sehingga mengganggu respirasi dan serapan hara oleh akar serta aktivitas mikrobia yang menguntungkan, sedangkan kekurangan air karena suplai air kurang dari akar tanaman. Jumlah Anakan / rumpun
Sidik ragam jumlah anakan per rumpun pada umur 3,6, 9 dan 16 mst dapat dilihat pada Lampiran 6.
Dari sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan per rumpun pada semua pengamatan (3, 6, 9 dan 16 mst). Perlakuan interval pemberian air (I) berpengaruh sangat nyata pada umur 6, 9 dan 16 mst. Sedangkan perlakuan tingkat pemberian air (A) berpengaruh sangat nyata pada semua umur pengamatan. Demikian juga Interaksi varietas terhadap interval pemberian air (V x I) berpengaruh sangat nyata pada umur 3 MST. Pengaruh varietas, interval pemberian air dan tingkat pemberian air (VxIxA) berpengaruh nyata pada umur 6 mst dan berpengaruh sangat nyata pada 16 mst.
Jumlah anakan tiap varietas padi gogo pada interval pemberian air pada pada pengamatan 3 mst tertera pada Tabel 2.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Tabel 2. Tanggap Interval Pemberian Air pada Tiap Varietas Padi Gogo Pengamatan Jumlah Anakan 3 MST

Jumlah Anakan

Perlakuan

I1

I 2 I 3 I4

V1

0.92 deB-E

1.11 b-dA-C

1.08 b-dA-C 1.47 aA

V2

1.28 a-cAB 1.36 abAB

1.36 abAB 1.14 b-dAB

V3

0.58 fDE

0.97 c-eB-D

0.67 efC-E 0.47 fD

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1%

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kombinasi interval pemberian air 1 x 2 hari (I2) dan 1 x 3 hari (I3 ) menunjukkan jumlah anakan tertinggi terhadap varietas limboto (V2) yaitu 1.36 dan yang terendah pada kombinasi interval pemberian air 1 x 4 hari (I4) terhadap varietas lokal(V3) yaitu 0.47.

Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan tiap varietas dibatasi oleh potensi keturunan dimana tiap varietas mempunyai daya tahan tertentu yang membatasi lingkungan yang tidak mendukung untuk pertumbuhannya.

Hubungan varietas padi gogo, interval pemberian air dan tingkat pemberian air pada jumlah anakan 6 dan 16 mst tertera pada Tabel 3 dan 4.
Dari Tabel 3 dan 4 dapat dilihat bahwa pada pengamatan umur 6 dan 16 MST varietas limboto (V2), interval pemberian setiap dua hari sekali (I2) dan tingkat pemberian air 4 mm/ hari = 502,4 cc/polybag (A2) menunjukkan hubungan yang

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

terbaik untuk parameter jumlah anakan per rumpun terbanyak dibandingkan dengan

perlakuan lainnya.

Tabel 3. Tanggap Interval Pemberian dan Tingkat Pemberian Air Terhadap Varietas Padi Gogo pada Jumlah Anakan Pengamatan Umur 6 Mst

Jumlah Anakan

Perlakuan

A1

A 2 A3

V1 I1 I2 I3 I4

3.50 h-k 3.75 gh 3.75 gh 3.16 i-l

3.33 h-k 3.75 gh 3.58 fg 3.58 fg

3.16 i-l 3.50 h-j 3.50 h-j 3.33 h-k

V2 I1 I2 I3 I4

5.00 cd 5.33 bc 5.00 cd 4.33 ef

5.25 bc 6.08 a 5.25 bc 4.58 de

4.41 ef 4.92 cd 5.67 ab 4.75 de

V3 I1 I2 I3 I4

3.00 k-n 3.25 h-l 2.75 mn 2.58 n

3.25 h-l 3.50 h-j 2.83 l-n 2.83 l-n

2.58 n 3.25 h-l 2.75 mn 2.75mm

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1%

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Tabel 4. Tanggap Interval Pemberian dan Tingkat Pemberian Air Terhadap Varietas Padi Gogo pada Jumlah Anakan Pengamatan Umur 16 Mst

Perlakuan
V1 I1 I2 I3 I4
V2 I1 I2 I3 I4
V3 I1 I2 I3 I4

A1
7.17 efgD-H 7.17 efgD-H 7.33 d-gC-H 6.67 fgH-K
8.33 a-dA-E 9.00 abAB 8.50 abcA-D 7.10 e-gD-H
8.17 b-d A-F 5.50 hjJ-L 5.33 iK-M 4.10 jM

Jumlah Anakan Umur
A2
7.33 d-gC-H 7.33 d-gC-H 7.17 e-gD-H 7.00 fgE-H
8.67 abA-C 9.33 aA 9.33 aA 7.70 c-f B-H
5.50 hjJ-L 6.50 g-lJ-L 6.33 g-lI-L 5.33 iK-M

A3
6.67 fgH-K 7.00 fgE-H 7.17 e-gD-H 6.83 fgF-I
8.17 b-dA-F 8.33 a-dA-E 8.50 a-cA-D 8.10 b-e A-G
4.10 jM 5.17 jLM 5.33 iK-M 5.17 jLM

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1%
Pengaruh jumlah anakan dengan interval pemberian air terhadap varietas padi gogo umur 3 mst berpola linier positif pada varietas batutugi (V1), kuadratik positif pada varietas limboto (V2) dan berpengaruh tidak nyata pada varietas lokal (V3) terlihat pada Gambar 4.

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Jumlah Anakan 3 Mst

2 1.5
1 0.5
0 0

1 = 0.162 I + 0.74,r = 0.66 2 = 1.015 + 0.333 I -0.075 I 2 ,R2 = 0.98 3 = tn

V1 V2

123 Interval Pem berian Air (hari)

4

Gambar 4. Hubungan Varietas dan Interval Pemberian Air Terhadap Jumlah Anakan pada Umur 3 Mst
Pada Gambar 5 varietas yang diuji memiliki respon yang berbeda terhadap interval pemberian air dan tingkat pemberian air terhadap jumlah anakan 6 mst menunjukkan hubungan pola linier negatif I1 (setiap hari), I2 ( interval satu kali setiap dua hari dan I3 (interval satu kali setiap tiga hari) sedangkan I4 ( interval satu kali setiap empat hari) berpola linier positif. Hal ini di duga dengan interval pemberian air setiap hari (I1), satu kali dua hari(I2) dan satu kali tiga hari (I3) pada tingkat pemberian air dengan volume air yang banyak dapat menurunkan jumlah anakan tetapi dapat meningkatkan jumlah anakan pada interval pemberian air satu kali setiap empat hari (I4) dengan tingkat pemberian air pada volume air yang banyak pada varietas batutugi (V1), ini disebabkan karena ekspresi gen dari varietas batutugi dengan perubahan-perubahan kondisi lingkungan (suhu dan internsitas cahaya) dirumah kaca selama penelitian. Pada umur 6 mst suhu dirumah kaca berkisar antara

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

JUMLAH ANAKAN 6 MST

29-30 oC maka memperkecil penguapan baik dari tanaman maupun dari tanah (evapotraspirasi) sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan jumlah anakan.

Y = 3.666 - 0.167 I 1(r = 0.98) Y = 3.86 - 0.125 I 2 (r = 0.91) 6 Y = 3.9733 - 0.21 I 3 (r = 0,97) Y = 1.67 - 1.28 I4 (r = 0.843)

varietas Batu Tegi (V1)

3

I1 I2 I3 I4 Li

0

2 mm/hari

4 mm/hari

6 mm/hari

Tingkat Pemberian Air

Gambar 5. Hubungan Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air terhadap Jumlah Anakan pada Umur 6 MST

1 = 3.67+ 1.87A-0.54A2, R2 = 1 2 = 2.67+ 3.615A -0.955A2 R2 = 1 3 = 0.335 I3 + 4.6367 (r = 0.96) 4 = 0.21 I4 + 4.1333 (r = 0.97)

VARIETAS LIMBOTO (V2)

I1 I2

8 I3

I4

6

4

2

0

2 mm/hari

4 mm/hari

6 mm/hari

Tingkat Pemberian Air

Gambar 6. Hubungan Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air terhadap Jumlah Anakan pada Umur 6 MST

JUMLAH ANAKAN 6 MST

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Gambar 6 varietas yang di uji memiliki respon yang berbeda terhadap interval

pemberian air dan tingkat pemberian air terhadap jumlah anakan 6 mst menunjukkan

hubungan linier positif (I4, dan I3) sedangkan I1 dan I2 berpola kuadratik positif terhadap varietas limboto (V2).

Menurut Filter dan Hay (1994) respon suatu varietas berbeda terhadap

perubahan-perubahan lingkungan, respon tersebut dapat berupa respon yang positif

dan negatif tergantung varietas yang di uji.

1 = 3.67+ 1.87A-0.54A2,R2 = 1 2 = 2.67+ 3.615A-0.955A2,R2 = 1 3 = 0.335 A + 4.6367 (r = 0.95) 4 = 4+ 0.37x-0.04x2,R2 = 1

VARIETAS LOKAL (V3) 6

JUMLAH ANAKAN 6 MST

4

2

0

2 mm/hari

4 mm/hari

6 mm/hari

Tingkat Pemberian Air

I1 I2 I3 I4

Gambar 7. Hubungan Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air terhadap Jumlah Anakan Umur 6 MST
Sedangkan Gambar 7 menunjukkan hubungan kuadratik positif (I1, I2 dan I4) sedangkan I3 berpola linier positif. Hal ini berarti dengan interval pemberian air yang lama pada pemberian air dengan volume yang banyak dapat meningkatkan jumlah anakan tetapi dapat menurunkan jumlah anakan pada I2 dan I3 dengan tingkat pemberian air pada volume yang banyak, ini disebabkan bila tanaman sudah

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

mencapai maksimum dalam kebutuhan air maka bila volume ditingkatkan akan menurunkan jumlah anakan pada varietas lokal (V3).
Untuk tanaman lahan kering selama pertumbuhan pada kanopi penuh, jumlah kebutuhan airnya adalah sekitar 125 mm per bulan (Oldeman dkk, 1979).
Gambar 8 varietas yang di uji memiliki respon yang berbeda terhadap interval pemberian air dan tingkat pemberian air pada jumlah anakan umur 16 mst, menunjukkan hubungan kuadratik positif (I1, I2 dan I4) dan berpengaruh tidak nyata pada interval pemberian air satu kali setiap tiga hari (I3).

Jumlah Anakan 16 Mst

1 = 6.19+ 1.39A-0.41A2,R2 = 1 2 = 6.52+ 0.895A-0.245A2,R2 = 1 3 = tn 4 = 5.84+ 1.08A-0.25A2,R2 = 1
Varietas Batu Tugi (V1)

8

7 I1 6 5 I2

4 I4 3

2

1

0

2 m m /hari

4 m m /hari

6 m m /hari

Tingkat Pem berian Air (hari)

Gambar 8. Hubungan Interval Pemberian Air pada Tingkat Pemberian Air Terhadap Jumlah Anakan Umur 16 Mst

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

JUMLAH ANAKAN 16 MST

1 = 7.15+ 1.6A-0.42A2,R2 = 1 2 = tn 3 = 6.01+ 3.32A-0.83A2,R2 = 1 4 = 6.3+ 0.9A-0.1A2,R2 = 1

12

VARIETAS LIMBOTO (V2)

I1 I3

10 I4

8

6

4

2

0

2 mm/hari

4 mm/hari

6m m /h ari

Tingkat Pemberian Air

Gambar 9. Hubungan Interval Pemberian Air pada Tingkat Pemberian Air Terhadap Jumlah Anakan Umur 16 Mst

Gambar 9 varietas yang di uji juga memiliki respon yang berbeda terhadap interval pemberian air dan tingkat pemberian air pada jumlah anakan umur 16 mst menunjukkan hubungan kuadratik positif pada (I1,I3 dan I4) sedangkan I2 berpengaruh tidak nyata. Sedangkan gambar 10 varietas yang di uji menunjukkan hubungan kuadratik positif (I2, dan I4) dan I1 berpola kuadratik nergatif dan I3 berpengaruh tidak nyata.

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

JUMLAH ANAKAN UMUR 16

1 = 12.114-.575A-0.635A2, R2 = 1 2 = 2.17+ 4.495A-1.165A2,R2 = 1 4 = 1.48+ 3.315A -0.695A2,R2 = 1
3 = tn

VARIETAS LOKAL (V3)

I1 8 I2 6 I4 4 2 0

2 mm/hari

4 mm/hari

6 mm/hari

Tingkat Pemberian Air

Gambar 10. Hubungan Jumlah Anakan dengan Tingkat Pemberian Air Terhadap Interval Pemberian Air Umur 16 Mst

Bobot Kering Tanaman / rumpun (g) Sidik ragam bobot kering tanaman / rumpun pada umur 3,6, 9 dan 16 MST
dapat dilihat pada Lampiran 7. Dari sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh
sangat nyata terhadap berat kering tanaman per rumpun pada semua pengamatan (3, 6, 9 dan 16 MST). Pengaruh interval pemberian air (I) berpengaruh nyata pada 6 MST serta sangat nyata pada umur 9 MST. Sedangkan perlakuan tingkat pemberian air (A) berpengaruh nyata pada umur 3 MST dan 9 MST. Demikian juga dengan interaksi interval pemberian air (I x A) berpengaruh nyata pada umur 9 mst.
Berat kering tanaman / rumpun pada perlakuan varietas, interval dan tingkat pemberian air pada pengamatan 3, 6, 9 dan 16 mst tertera pada Tabel 5.

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Tabel 5. Tanggap Berat Kering Tanaman / rumpun pada Perlakuan Varietas, Interval dan Tingkat Pemberian Air pada Pengamatan 3, 6, 9 dan 16 Mst

Varietas
V1 (Batutugi) V2 (Limboto) V3 (Lokal)

3 MST
0,12 bB 0,20 aA 0,08 cC

Berat Kering Tanaman / rumpun (gr)

6 MST

9 MST

16 MST

1,34 bB 1,66 aA 1,19 cC

22,27 bB 37,12 aA 13,02 cC

112,99 bB 123,83 aA 107,95 cC

I1 (Setiap Hari) I2 (1 x 2 ) I3 (1 x 3 ) I4 (1 x 4 )

0,14 0,14 0,12 0,12

1,38 dD 1,41 aA 1,41 bA 1,39 cC

23,18 25,26 25,21 22,90

114,36 115,52 115,36 114,36

A1(2 mm/251,2 cc) 0,13 b

1,39

23,75 b

114,56

A2(4 mm/502,4 cc) 0,14 a

1,41

24,68 a

115,31

A3(6 mm/753,6 cc) 0,13 bb

1,39

23,98 b

114,89

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom

yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1%

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 3, 6, 9 dan 16 MST

varietas yang terbaik untuk parameter berat kering tanaman / rumpun adalah varietas

limboto (V2) dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal karo

(V3). Untuk interval pemberian air 6 mst yaitu pada pemberian satu kali setiap dua

hari (I2) memberikan berat kering tanaman / rumpun terberat pada setiap pengamatan dibandingkan dengan I1 (setiap hari), I3 (1x3 hari), dan I4 (1x4 hari). Demikian juga tingkat pemberian air umur 9 mst pada volume air 4 mm/hari = 502,4 cc / polybag

(A2) menunjukkan berat kering tanaman / rumpun terbanyak dibandingkan dengan

tingkat pemberian pada volume air 2 mm/hari = 251,2 cc/polybag (A1) dan 6 mm/hari

= 753,6 cc/polybag (A3).

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Perkembangan berat kering tanaman per rumpun pada tiap varietas padi gogo seperti tertera pada Gambar 11.

Berat Kering Tanaman (g)

13 9 .5 119 .5 99.5 79.5 59.5 39.5 19 .5 -0.5

3 mst

6 mst

9 mst

varietas Padi Gogo

16 m st

V1 (Batutugi) V2 (Lim boto) V3 (Lokal)

Gambar 11. Berat Kering Tanaman (g) Tiap Varietas Padi Gogo Pengamatan Umur 3, 6, 9 dan 16, mst

= 0.1 + 0.02 A – 0.003 A2, R2 = 1

0.2

0.1

0

2 mm/hari

4 mm/hari

6 mm/hari

Tingkat Pemberian Air

Gambar 12. Berat Kering Tanaman (cm) pada Tingkat Pemberian Air Umur 3 mst

Berat Kering Tanaman (g) 3 mst

LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008

Berat Kering Tanaman(g) 6 MST

= 1.31 + 0.08I - 0.017 I2, R2 = 0.96
2
1
0 01234 INTERVAL PEMBERIAN AIR (hari)
Gambar 13. Berat Kering Tanaman per rumpun pada Interval Pemberian Air Umur 6 MST
Gambar 11 berat kering tanaman per rumpun (g) pada tiap varietas padi gogo umur 3 sampai 16 mst terlihat bahwa varietas limboto (V2) memiliki bobot kering terberat dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal (V3).
Gambar 12 berat kering tanaman per rumpun (g) pada berbagai tingkat pemberian air umur 3 mst menunjukkan pola kuadratik positif begitu juga dengan gambar 13 interval pemberian air 6 mst menunjukkan pola kuadratik positif. Tinggi rendahnya bobot kering tanaman ditentukan oleh laju fotosintesis yang merupakan penimbunan fotosintat selama pertumbuhan. Hal Ini menunjukkan bahwa dengan penambahan jumlah air pada s