Analisa Ekonomi Pengaruh Penambahan Imbuhan Pakan (Bio Mos) Kedalam Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Terhadap Broiler

ANALISA EKONOMI PENGARUH PENAMBAHAN IMBUHAN PAKAN
(Bio Mos) KEDALAM SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata)
TERHADAP BROILER

SKRIPSI

Oleh :
TARUNA WIJAYA P.
050306024

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

ANALISA EKONOMI PENGARUH PENAMBAHAN IMBUHAN PAKAN
(Bio Mos) KEDALAM SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata)
TERHADAP BROILER


SKRIPSI

Oleh :
TARUNA WIJAYA P.
050306024

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana
Di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian
Nama
NIM

Departemen
Program Studi

: Analisa Ekonomi Pengaruh Penambahan Imbuhan Pakan
(Bio Mos) Kedalam Semak Bunga Putih (Chromolaena
Odorata) Terhadap Broiler.
: Taruna Wijaya P.
: 050306024.
: Peternakan.
: Ilmu Produksi Ternak.

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

(Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA)
Ketua

(Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, MS)
Anggota


Diketahui Oleh :

( Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP )
Ketua Departemen

Tanggal ACC

:

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

TARUNA WIJAYA PINEM: The Influence of Economic Analysis into the feed
additive Shrubs White Flower (Chromolaena odorata) on Broilers. ARMYN
HAKIM DAULAY under the guidance of the father as chairman of the
commission Daulay supervisor and father of Sayed Omar as a member of the
supervising committee.
This study aims to determine the level of leaf powder using a white flower
bush (Chromolaena odorata) with the addition of Feed Supplement (Bio-Mos) is

economically used in broiler rations. The design used in this research is
descriptive method. The result showed the highest total production costs are
treated on R0 (Rp 2. 256. 155, -) and total production costs the lowest in the
treatment of R3 (Rp 2. 016. 377, -). The highest total production output in
treatment R1 (Rp 2. 292 864, -) and total production was lowest on treatment R0
(Rp 2. 218 688, -). The highest earnings total at R3 treatment (Rp 202. 823, -) and
losses on treatment R0 (Rp 37. 467, -). The mean Income Over Feed Cost (IOFC),
the highest for the treatment of R3 (Rp 7. 233, 556, -) and averaging the lowest in
treatment R0 (Rp 4. 817, 979, -). The conclusion from this study indicate that the
addition of feed additive (Bio-Mos) into a white flower bush leaf powder as an
ingredient of cattle feed in this study is more economical because it can reduce
production costs. While the use of a white flower bush leaf powder without
penembahan feed supplement (Bio-Mos) on the diet did not provide an economic
advantage in broiler rations.
Keywords: feed additive, Chromolaena odorata, cake Intisawit, economic
analysis, broiler

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK


TARUNA WIJAYA PINEM: Analisa Ekonomi Pengaruh Penambahan Imbuhan
Pakan kedalam Semak Bunga Putih (ChromolaenaOdorata) Terhadap Broiler.
Dibawah bimbingan bapak ARMYN HAKIM DAULAY sebagai ketua komisi
pembimbing dan bapak SAYED UMAR sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan tepung daun
semak bunga putih (Chromolaena odorata) dengan penambahan Imbuhan Pakan
(Bio Mos) yang ekonomis digunakan dalam ransum broiler. Rancangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dari hasil penelitian
menunjukkan total biaya produksi tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (Rp. 2.
256. 155,-) dan total biaya produksi terendah pada perlakuan R3 (Rp. 2. 016. 377,). Total hasil produksi tertinggi pada perlakuan R1 (Rp. 2. 292.864,-) dan total
hasil produksi terendah pada perlakuan R0 (Rp. 2. 218.688,-). Total laba tertinggi
pada perlakuan R3 (Rp. 202. 823,-) dan kerugian pada perlakuan R0 (Rp. 37. 467,). Rataan Income Over Feed Cost (IOFC) tertinggi pada perlakuan R3 (Rp. 7. 233,
556,-) dan rataan terendah pada perlakuan R0 (Rp. 4. 817, 979,-). Kesimpulan dari
penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan Imbuhan pakan (Bio Mos)
kedalam tepung daun semak bunga putih sebagai bahan pakan ternak pada
penelitian ini lebih ekonomis karena dapat mengurangi biaya produksi. Sementara
penggunaan tepung daun semak bunga putih tanpa penembahan imbuhan pakan
(Bio Mos) dalam ransum tidak memberikan keuntungan secara ekonomis dalam
ransum broiler.

Kata Kunci: Imbuhan pakan, Chromolaena odorata, Bungkil Intisawit,
analisa ekonomi, broiler

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi

ini

adalah “Analisa Ekonomi Pengaruh

Penambahan Imbuhan Pakan (Bio Mos) Kedalam Semak Bunga Putih
(Chromolaena Odorata ) Terhadap Broiler” yang merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA. selaku Ketua Komisi Pembimbing

dan

Bapak Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan dorongan maupun
memberikan informasi yang berharga bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan
skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2010

Penulis

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP


Taruna Wijaya P, lahir di Lingga, Sumatera Utara, 10 February 1987.
Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara, anak kandung dari bapak D.
Pinem dan ibu R. br Sinulingga.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negri 1, Kaban jahe dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur
ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi
Ilmu Produksi Ternak, Departemen Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Departemen Peternakan bidang Penelitian dan Pengembangan.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di peternakan domba
pada tanggal 22 Juni-22 Juli tahun 2008 di Desa Suka Jadi Kecamatan Tanjung
Beringin Kabupaten Langkat Sumatera Utara dan penulis melaksanakan penelitian
Skripsi pada bulan Oktober tahun 2009 hingga bulan November tahun 2009 di
Unit Penelitian dan Latihan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI


ABSTRACT ....................................................................................................
ABSTRAK .....................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
RIWAYAT HIDUP .........................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar belakang.........................................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................................
Hipotesis Penelitian.................................................................................
Kegunaan penelitian................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
Ayam broiler ...........................................................................................
Kebutuhan nutrisi ayam broiler...............................................................
Pertambahan bobot badan broiler............................................................
Konversi ransum .....................................................................................
Ransum broiler ........................................................................................
Biosuplemen (Bio Mos) ..........................................................................

Probiotik dan prebiotik ...........................................................................
Bungkil inti sawit ...................................................................................
Semak Bunga Putih (Chromolaena Odorata).........................................
Analisa ekonomi .....................................................................................
Total biaya produksi .......................................................................
Total hasil produksi ........................................................................
Laba/rugi .........................................................................................
Income Over Feed Cost (IOFC) .....................................................
BAHAN DAN METODE PENELITIAN........................................................
Tempat dan waktu penelitian ..................................................................
Bahan ......................................................................................................
Alat..........................................................................................................
Metode penelitian....................................................................................
Parameter penelitian................................................................................
Pelaksanaan penelitian ............................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................
Hasil .......................................................................................................
Pembahasan ............................................................................................
Total Biaya Produksi .....................................................................
Total Hasil Produksi ......................................................................

Laba/Rugi ......................................................................................
Income Over Feed Cost (IOFC) ....................................................

i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
1
1
3
3
3
4
4
5
6
6
7
8
9
11
16
18
18
19
20
21
22
22
22
22
23
24
27
29
29
32
32
34
35
36

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................
Kesimpulan ...........................................................................................
Saran .....................................................................................................

38
38
38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Karakteristik dan Nilai Nutrisi Bungkil Inti Sawit .........................

15

Tabel 2.2. Komposisi dan Ketersediaan Asam Amino Pada BIS ...................

16

Tabel 2.3. Kandungan Nutrisi pada Chromolaena odorata ............................

18

Tabel 4.1. Asumsi analisa Ekonomi dengan skala 100 ekor broiler ...............

31

Tabel 4.4. Rataan Income Over Feed Cost (IOFC) .........................................

32

Tabel 4.5. Asumsi analisa Ekonomi dengan skala 5000 ekor broiler .............

32

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No.

Hal

1. Grafik total biaya produksi ..........................................................................

28

2. Grafik total hasil produksi ...........................................................................

32

3. Grafik laba/rugi ...........................................................................................

34

4. Grafik Income Over Feed Cost (IOFC) ......................................................

36

 

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

TARUNA WIJAYA PINEM: The Influence of Economic Analysis into the feed
additive Shrubs White Flower (Chromolaena odorata) on Broilers. ARMYN
HAKIM DAULAY under the guidance of the father as chairman of the
commission Daulay supervisor and father of Sayed Omar as a member of the
supervising committee.
This study aims to determine the level of leaf powder using a white flower
bush (Chromolaena odorata) with the addition of Feed Supplement (Bio-Mos) is
economically used in broiler rations. The design used in this research is
descriptive method. The result showed the highest total production costs are
treated on R0 (Rp 2. 256. 155, -) and total production costs the lowest in the
treatment of R3 (Rp 2. 016. 377, -). The highest total production output in
treatment R1 (Rp 2. 292 864, -) and total production was lowest on treatment R0
(Rp 2. 218 688, -). The highest earnings total at R3 treatment (Rp 202. 823, -) and
losses on treatment R0 (Rp 37. 467, -). The mean Income Over Feed Cost (IOFC),
the highest for the treatment of R3 (Rp 7. 233, 556, -) and averaging the lowest in
treatment R0 (Rp 4. 817, 979, -). The conclusion from this study indicate that the
addition of feed additive (Bio-Mos) into a white flower bush leaf powder as an
ingredient of cattle feed in this study is more economical because it can reduce
production costs. While the use of a white flower bush leaf powder without
penembahan feed supplement (Bio-Mos) on the diet did not provide an economic
advantage in broiler rations.
Keywords: feed additive, Chromolaena odorata, cake Intisawit, economic
analysis, broiler

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

TARUNA WIJAYA PINEM: Analisa Ekonomi Pengaruh Penambahan Imbuhan
Pakan kedalam Semak Bunga Putih (ChromolaenaOdorata) Terhadap Broiler.
Dibawah bimbingan bapak ARMYN HAKIM DAULAY sebagai ketua komisi
pembimbing dan bapak SAYED UMAR sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan tepung daun
semak bunga putih (Chromolaena odorata) dengan penambahan Imbuhan Pakan
(Bio Mos) yang ekonomis digunakan dalam ransum broiler. Rancangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dari hasil penelitian
menunjukkan total biaya produksi tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (Rp. 2.
256. 155,-) dan total biaya produksi terendah pada perlakuan R3 (Rp. 2. 016. 377,). Total hasil produksi tertinggi pada perlakuan R1 (Rp. 2. 292.864,-) dan total
hasil produksi terendah pada perlakuan R0 (Rp. 2. 218.688,-). Total laba tertinggi
pada perlakuan R3 (Rp. 202. 823,-) dan kerugian pada perlakuan R0 (Rp. 37. 467,). Rataan Income Over Feed Cost (IOFC) tertinggi pada perlakuan R3 (Rp. 7. 233,
556,-) dan rataan terendah pada perlakuan R0 (Rp. 4. 817, 979,-). Kesimpulan dari
penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan Imbuhan pakan (Bio Mos)
kedalam tepung daun semak bunga putih sebagai bahan pakan ternak pada
penelitian ini lebih ekonomis karena dapat mengurangi biaya produksi. Sementara
penggunaan tepung daun semak bunga putih tanpa penembahan imbuhan pakan
(Bio Mos) dalam ransum tidak memberikan keuntungan secara ekonomis dalam
ransum broiler.
Kata Kunci: Imbuhan pakan, Chromolaena odorata, Bungkil Intisawit,
analisa ekonomi, broiler

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya jumlah penduduk
sekarang ini, maka tingkat kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani
makin meningkat. Peternakan merupakan sektor penyumbang terbesar dalam
penyediaan kebutuhan pangan khususnya kebutuhan protein hewani. Ternak
unggas berperanan besar dalam memproduksi protein hewani yang dibutuhkan
manusia. Salah satu sumber protein hewani yang diminati masyarakat adalah
ayam pedaging (broiler), karena harganya lebih terjangkau dibandingkan dengan
ternak besar seperti sapi dan kambing.
Namun pada saat sekarang usaha ternak ayam pedaging belum dapat
memberikan keuntungan yang maksimal bagi peternak, hal ini disebabkan
tingginya harga ransum. Pada peternakan ayam pedaging biaya ransum dapat
mencapai 70%-80% dari total biaya produksi. Jadi apabila biaya ransum dapat
ditekan berarti dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi.
Selama ini negara kita masih mengimpor bahan baku ransum dari negara
lain seperti bungkil kedelai, tepung ikan dan sebagian jagung. Hal inilah yang
menjadi salah satu penyebab harga bahan baku ransum mahal karena sebagian
besar bahan baku penyusun ransum belum dapat disediakan (disuplai) dari dalam
negeri sehingga turun naiknya harga ransum unggas ditentukan oleh harga bahan
baku yang diimpor.
Untuk itu kita harus mencari bahan baku pengganti penyusun ransum
tersebut dengan harga murah, mudah diperoleh dan tidak mengurangi atau

Universitas Sumatera Utara

mengganggu keseimbangan zat gizi yang terkandung dalam ransum serta tidak
bersaing dengan manusia dalam pemerolehan bahan tersebut. Sehubungan dengan
hal tersebut, pemanfaatan semak bunga putih (Chromolaena odorata) merupakan
salah satu solusinya.
Semak bunga putih (Chromolaena odorata) merupakan salah satu gulma
bagi tanaman karena mengganggu pertumbuhan tanaman pangan dalam perebutan
unsur hara tanah. Semak bunga putih (Chromolaena odorata) ini mudah didapat
karena dapat tumbuh dimana saja. Semak bunga putih (Chromolaena odorata)
banyak sekali dijumpai didaerah hutan, misalnya: di Sibolangit, Berastagi dan
lain-lain. Semak bunga putih (Chromolaena odorata) sebagai tanaman
pengganggu, namun sebenarnya dapat memberi manfaat bagi peternak karena
tanaman ini memiliki kandungan protein tinggi dan serat kasar yang rendah dan
cocok diberikan kepada unggas sebagai bahan penyusun ransum.
Penambahan biosuplemen (Bio Mos) kedalam tepung daun semak bunga
putih (Chromolaena odorata) dapat meningkatkan kadar protein dan energi serta
menurunkan kandungan serat kasar. Pemberian tepung semak bunga putih
dicampur dengan bahan pakan lain dengan persentase yang berbeda dalam ransum
sehingga dapat dilihat bagaimana palatibilitas konsumsi, pertambahan bobot
badan maupun konversi ransumnya terhadap ayam broiler.
Sampai sekarang ini bahan baku yang berasal dari tepung ikan, bungkil
kedelai yang harganya mahal belum dapat digeser atau disubstitusikan dengan
bahan baku lain yang murah harganya, mudah didapat dan tidak mengganggu
pertumbuhan ternak. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang bahan
baku berbasis gulma atau tanaman pengganggu yang diperoleh secara bebas

Universitas Sumatera Utara

dialam serta tidak banyak membutuhkan biaya dalam pengolahannya menjadi
bahan baku ransum.
Tujuan Penelitian
Mengetahui tingkat penggunaan tepung daun semak bunga putih
(Chromolaena odorata) dengan penambahan Biosuplemen (Bio Mos) yang
ekonomis digunakan dalam ransum broiler.
Hipotesis Penelitian
Penambahan Biosuplemen (Bio Mos) kedalam tepung daun semak bunga
putih (Chromolaena odorata) sebagai bahan pakan berpengaruh terhadap
pendapatan ternak Broiler.
Kegunaan Penelitian
-

Sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

-

Sebagai sumber informasi bagi peternak dalam mengembangkan usaha
ternak ayam broiler.

-

Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan peternak broiler mengenai
penambahan biosuplemen ke dalam tepung daun semak bunga putih
(chromolaena odorata) dalam ransum.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Broiler
Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya
teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu
pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia
yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta
menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo, 1992).
Karakteristik Arbor Arcres CP 707 yang dihasilkan PT. Charoen
Phokphand antara lain :
Berat badan 8 minggu

: 2,1 Kg

Konsumsi ransum

: 4,4 Kg

Konversi ransum

: 2,2

Berat bersih

: 74%

Daya hidup

: 98%

Warna kulit

: Kuning

Warna bulu

: Putih

(Rasyaf, 2000).
Hardjoswaro dan Rukminasih (2000) menyatakan bahwa ayam broiler
dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara
khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat,
lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging.

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler
Kebutuhan protein hidup pokok secara praktis didefenisikan sebagai
jumlah protein endogen ditambah dengan protein cadangan (protein reserves)
untuk pembentukan antibodi, enzim, hormon serta untuk mempertahankan
jaringan bulu dan bobot badan tetap. Metoda pengukurannya adalah dengan, (1)
mengukur besarnya retensi nitrogen yang diperlukan untuk protein cadangan pada
keadaan tidak berproduksi, dan rontok bulu atau (molting); (2) mengukur nitrogen
endogen. Keduanya diukur pada saat kebutuhan energi metabolis basal terpenuhi.
Tahap pertama memerlukan ransum yang diketahui tepat kandungan nitrogennya
dan tahap kedua ransumnya bebas protein (Amrullah, 2003).
Nilai energi neto dari bahan makanan merupakan nilai yang tinggi, akan
tetapi sayang, nilai ini tidak tetap. Nilai ini berbeda untuk setiap penggunaan
bahan makanan. Jadi kita mempunyai energi neto untuk hidup pokok dan
mempunyai energi neto yang berbeda untuk produksi, meskipun yang akhir ini
bergantung kepada tujuannya, apakah untuk produksi jaringan tubuh atau telur. Ini
sangat bervariasi dengan kecepatan pertumbuhan, keaktifan hewan, dan
temperatur lingkungan. Determinasi energi produktif memerlukan formulasi
ransum yang hati-hati, data konsumsi dan pertambahan berat badan, dan analisa
secara terperinci dari ransum dan karkas. Pertambahan berat badan saja yang
diketahui tidak cukup karena disebabkan oleh variasi-variasi dalam komposisi
karkas (Wahju, 1991).
Protein berguna untuk membentuk jaringan tubuh, memperbaiki jaringan
yang rusak, untuk keperluan berproduksi dan kelebihannya akan diubah menjadi
energi. Sumber protein adalah tepung ikan, jagung, bungkil kedelai dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Karbohidrat berguna sebagai sumber energi melakukan aktivitas tubuh, misalnya:
berjalan, tahan terhadap dingin dan penyakit. Sumber karbohidrat adalah jagung,
bungkil kedelai dan kedelai dan lain-lain. Fungsi lemak adalah adalah sumber
energi, pelarut vitamin A, D, E, dan K. Sumber lemak adalah bekatul, bungkil
kacang dan lain-lain. Mineral berguna untuk pertumbuhan, pembentukan tulang,
metabolisme. Mineral adalah Ca, NaCl, Fe, Mg dan P. Sumber mineral adalah
kapur, tepung kerang (AAK, 1982).
Pertambahan bobot badan
Pertumbuhan murni menurut Anggorodi (1979) adalah pertambahan dalam
bentuk dan bobot jaringan-jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung, otak
dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Kemampuan ternak mengubah
zat-zat nutrisi ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot
badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur
pertumbuhan.
Tillman et al (1986) menyatakan bahwa pertumbuhan umumnya
dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah
dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan diketengahkan dengan
pertumbuhan badan tiap hari, tiap minggu, atau tiap waktu lainya.
Konversi ransum
Konversi ransum (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan jumlah konsumsi
ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada
minggu itu, bila rasio kecil berarti pertambahan bobot badan ayam memuaskan
atau ayam makan dengan efisien. Hal ini dipengaruhi oleh besar badan dan bangsa

Universitas Sumatera Utara

ayam, tahap produksi, kadar energi dalam ransum, dan temperatur lingkungan
(Rasyaf, 2000).
Indeks konversi ransum hanya akan naik bila hubungan antara jumlah
energi dalam formula dan kadar protein telah disesuaikan secara teknis.
Perbandingan tersebut bervariasi dalam hubunganya terhadap sejumlah fraktor,
seperti umur hewan, bangsa, derajat masak dini, daya produksi dan suhu. Nilai
protein dalam ransum tergantung dari asam amino pembatas (methionin plus
sistin). Terpisah dari fungsi gizinya, methionin mengambil bagian dalam
metabolisme lemak dalam hati (Anggorodi, 1985).
Kemampuan ayam broiler mengubah ransum menjadi bobot hidup jauh
lebih cepat dibandingkan dengan ayam kampung. Bahkan kemampuannya
menyamai ternak poikilothermik seperti ikan emas. Nilai konversi makanannya
sewaktu dipanen sekarang ini sudah mencapai nilai dibawah 2. Nilai ini berarti
bahwa jika mortalitas normal sekelompok ayam broiler hanya memerlukan
ransum kurang dari 2 untuk menghasilkan 1 kg bobot hidup (Amrullah, 2003).
Ransum ayam broiler
Ransum merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh
ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan itu meliputi nilai
kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang
digunakan. Penyamaan nilai gizi yang ada di dalam bahan makanan yang
digunakan dengan nilai gizi yang dibutuhkan ayam dinamakan tehnik penyusunan
ransum (Rasyaf, 2004).
Berapa persentase bahan dapat dimasukkan ke dalam ransum ditentukan
oleh kandungan zat makanan dan zat anti nutrisinya. Sumber energi yang kaya

Universitas Sumatera Utara

dengan pati dan energi metabolismenya tinggi serta kandungan proteinnya
mendekati 10% dapat dipakai dalam jumlah lebih banyak. Bahan lain setelah zat
anti nutrisinya dihilangkan, pemakaiannya dapat ditingkatkan. Bahan ransum
sumber energi umumnya dapat digunakan lebih dari 10% hingga 70%. Bahan
sumber protein pemakaiannya dalam ransum tentu lebih rendah jika kebutuhan
protein kurang dari 20% (Amrullah, 2003).
Energi yang umum digunakan dalam pakan unggas adalah energi
metabolisme. Tinggi rendahnya energi metabolisme dalam pakan ternak unggas
akan mempengaruhi banyak sedikitnya ayam mengkonsumsi pakan. Pakan yang
energinya semakin tinggi semakin sedikit dikonsumsi demikian sebaliknya bila
energi pakan rendah akan dikonsumsi semakin banyak untuk memenuhi
kebutuhannya (Murtidjo, 1992).
Bio Mos (Mannanoligosakarida)
Bio Mos merupakan pakan tambahan (feed additive) bagi ternak unggas.
Bio Mos dibuat melalui proses bioteknologi dengan menggunakan bahan pilihan
yang diubah oleh mikroorganisme sehingga dihasilkan berbagai enzim
(proteolitik, amilolitik, lipolitik, dan selolitik) yang dapat memecah ikatan zat
makanan menjadi bentuk yang lebih sederhana, yang mudah diserap oleh tubuh
hewan ternak sehingga meningkatkan nilai metabolisme energi (ME). Enzim dan
mikroorganisme yang terkandung didalam bio Mos sangat aktif mencerna pakan
dan diubah menjadi bentuk energi potensial yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan produksi. Bio Mos dapat meningkatkan nafsu makan dan
kesehatan ternak, sehingga lebih efesien dalam pakan dan meningkatkan produksi
daging. Oleh karena itu, nilai konversi pakan (NKP) menjadi lebih baik, dengan

Universitas Sumatera Utara

jumlah pemberian pakan yang sama dapat meningkatkan daging yang lebih
banyak dalam waktu yang lebih cepat (singkat) (Perdana, 2008).
Kandungan Bio Mos adalah sebagai berikut:
1. Bio Mos mengandung mikroorganisme yang tidak aktif

selama tidak

diberikan pada ternak.
2. Bio Mos mengandung protease, amylase, selulase, dan lipase yang
berguna untuk memecahkan ikatan pada zat makanan menjadi bentuk yang
lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh tubuh ternak.
3. Bio Mos mengandung mineral terlarut dalam bentuk ion aktif yang sangat
membantu proses pencernaan secara enzimatis.
4. Bio Mos mengandung berbagai jenis vitamin (terutama vitamin B6 dan
B12) dan hormon alami.
(Perdana, 2008)
Probiotik dan Prebiotik
Kata probiotik berasal dari bahasa yunani yang artinya adalah “untuk
hidup” dan pertama kali istilah probiotik digunakan oleh Lilley dan Still Well
pada tahun 1965 untuk menjelaskan substansi yang dihasilkan oleh suatu
organisme yang merangsang pertumbuhan organisme lain. Probiotik didefinisikan
juga sebagai organisme yang memberikan kontribusi terhadap keseimbangan
mikroba dalam usus. Menurut Crawford (1979) probiotik adalah kultur dari suatu
mikroorganisme hidup yang dimasukkan pada ternak melalui pencampuran dalam
ransum untuk menjamin ketersedian populasi bagi organisme di dalam usus.
Kultur tersebut mengandung bakteri spesifik, tahan dalam situasi kering dan suhu

Universitas Sumatera Utara

lingkungan tertentu serta menghasilkan respons optimum dalam jarak dosis
tertentu.
Matthews (1988) mendefinisikan probiotik sebagai mikroorganisme hidup
dalam bentuk cair yang mengandung media tempat tumbuh dan produksi
metabolisme. Fuller (1989) mendefinisikan probiotik adalah suatu mikrobial
hidup yang diberikan sebagai biosuplemen pakan, memberikan keuntungan bagi
induk semang dengan cara memperbaiki keseimbangan populasi mikroba usus.
Haddadin et al (1996) menyatakan bahwa probiotik adalah organisme beserta
substansinya yang dapat mendukung keseimbangan mikro-flora dalam saluran
pencernaan.
Prebiotik adalah nondigestible food ingredient yang mempunyai pengaruh
baik terhadap inang dengan memicu aktivitas, pertumbuhan yang selektif, atau
keduanya terhadap satu jenis atau lebih bakteri penghuni kolon. Prebiotik pada
umumnya adalah karbohidrat yang tidak dicerna dan tidak diserap, biasanya
dalam bentuk oligosakarida dan serat pangan (Gibson and Roberfroid, 1995).
Gibson and Roberfroid (1995) juga menyatakan food ingredient yang
diklasifikasikan sebagai prebiotik harus: (1) tidak dihidrolisa dan tidak diserap di
bagian atas traktus gastrointestinal sehingga dapat mencapai kolon tanpa
mengalami perubahan struktur dan tidak diekskresikan dalam feces, (2) subtrat
yang selektif untuk satu atau sejumlah mikroflora yang menguntungkan dalam
kolon, jadi memicu pertumbuhan bakteria, dan (3) mampu merubah mikroflora
kolon menjadi komposisi yang menguntungkan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Prebiotik merupakan nutrisi yang sesuai bagi bakteri baik, tapi tidak cocok bagi
bakteri jahat, sehingga bisa meningkatkan bakteri baik dalam usus. Kombinasi
probiotik dan prebiotik untuk meningkatkan kesehatan tubuh disebut sinbiotik
(Daud et al., 2007).
Fuller (1992) menyatakan bahwa probiotik efektif bila mampu bertahan
dengan baik dalam beberapa kondisi lingkungan dan tetap hidup dalam beberapa
kemasan. Karakteristik probiotik yang efektif adalah dapat dikemas bentuk hidup
dalam skala industri, stabil dan hidup pada kurun waktu penyimpanan lama dan
kondisi lapangan, bisa bertahan hidup di dalam usus dan menguntungkan bagi
ternak. Menurut Lesson and Summer (1996) probiotik diklasifikasikan dalam dua
tipe, yaitu kultur mikrobial hidup sebagai contoh adalah probiotik starbio dan
produk mikrobial fermentasi, contohnya adalah kultur yeast (Saccharomyces
cerevisiae), Aspergillus niger, A.Oryzae dan Lactobacillus acidophilus.
Bungkil inti sawit
Protein dan asam amino pada bungkil inti sawit (BIS)
Pada BIS terdapat 14-21% protein kasar terlihat pada (Tabel 1). Tingkatan
ini adalah terlalu rendah untuk digunakan dalam awal pertumbuhan pada broiler,
tetapi protein cukup untuk pertumbuhan unggas yang sudah dewasa. Nwokolo et
al 1976 menytakan bahwa rata-rata ketersediaan dari asam amino untuk unggas
adalah 63.3% untuk glisin sekitar 93.2% yang rendah adalah valin dan methinonin
pada BIS, valin dan metionin sebaiknya diperoleh dari sumber lain, Pada
pemberian BIS untuk Awal pertumbuhan broiler.

Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Pemberian BIS terhadap pertumbuhan Broiler
Penggunaan BIS menunjukkan bahwa sebanyak 20% bisa diberikan
kepada ayam pedaging tanpa ada pengaruh negatif (Yeong, 1980) dan
(Hutagalung, 1980). Onwudike, 1986 juga meneliti bahwa

penggunaan BIS

terhadap pertumbuhan, 28%-35% bisa diberikan yang tidak memberikan pengaruh
negatif. Dan dapat juga diberikan sampai 40% BIS diberikan pada broiler ketika
metionin dan lisin telah ditambahkan. Menurut Panigrahi dan Powell, 1991;
Sundu at al 2004a. Asam amino dan energi yang metabolisme adalah dua
pertimbangan yang penting di dalam pertumbuhan unggas, terutama untuk pakan
yang berserat tinggi seperti BIS.
Kandungan Karbohidrat dan Energi pada BIS
Kandungan karbohidrat pada BIS dinyatakan oleh Knudsen (1997). bahwa
total karbohidrat dari BIS, tidak termasuk lignin, akan berbuat 50%, dimana hanya
2.4% menjadi bobot molekular yang rendah dan 1.1% adalah mudah dicerna
sisanya 42% adalah dalam wujud sukar dicerna yaitu polisakarida. Itu adalah,
81% dari karbohidrat yang terdapat pada BIS adalah sukar dicerna.
Pengaruh Bungkil Inti Sawit Terhadap Kesehatan Ayam
Pencernaan unggas terdapat zat karbohidrat, karbohidrat yang siap dicerna
seperti

pati dan gula dan sukar dicernakan oligosakarida dan tidak dapat

dicernakan polysakarida banyak yang mempelajari tentang karbohidrat yang sukar
dicerna didalam pencernaan ayam. karbohidrat di dalam tubuh unggas tidak saja
dikenali sebagai sumber energi tetapi juga mempunyai keuntungan yang
mempengaruhi terhadap kesehatan ayam.

Universitas Sumatera Utara

Oligosakarida menjadi unsur yang baik untuk menggantikan zat pembunuh
kuman untuk menghalangi kolonisasi bakteri pathogen di dalam pencernaan
ayam. Oligosakarida, frukto-sakarida (Waldroup et al, 1993) dan mannanoligosakarida (Fernandez et al, 2000). Pada dasarnya manfaat mannanoligosakarida (MOS) (Lyons, 2002) atau mannose (Oyofo et al., 1989) adalah
untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh ternak. Bio MOS diperoleh dari ragi,
telah terbukti dari 92% ternak yang telah diteliti (Lyons, 2002).
Kandungan β-mannan di dalam BIS menyerupai manan dari ragi yang
berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Hal itu dapat diartikan bahwa
pada saluran pencernaan unggas mengalami proses hidrolisis yang lebih
sederhana. Baik manno-oligosakarida maupun mannosa, melalui pencernaan
fisik dalam tembolok unggas akan dihidrolisis oleh asam. Menurut Allen et al.,
(1997) penggunaan BIS sebagai sumber mannosa bagian karbohidrat. Beberapa
peneliti melaporkan berhasil menggunakan BIS untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh ayam (Fernandez et al., 2000 dan 2002).
Allen et al, (1997) penambahan 25 gram BIS/Kg mengurangi tingkat
derajat koloni bakteri Salmonella pada saluran pencernaan ayam pedaging.
Unggas terbebas dari infeksi/peradangan Salmonella pada umur tiga minggu,
unggas yang tidak diberi MOS akan terinfeksi oleh Salmonella. Efektifitas
penggunaan BIS pada ayam pedaging untuk menekan populasi Salmonella dalam
tubuh ternak yang menggunakan mannan komersil mannanoligosakarida (MOS).
Menurut (Fernandez et al, 2002) untuk membandingkan berbagai level mannan
mendasarkan karbohidrat yang dapat bertindak sebagai prebiotik (mannosa,
mannanoligosakarida dan BIS) dan menemukan bahwa perbandingan antara

Universitas Sumatera Utara

populasi yang lebih sedikit dan bayak akan mempengaruhi populasi salmonellae
non-patogen yang diamati di dalam tubuh unggas yang diberi MOS dan BIS.
Penyakit yang disebabakan oleh virus tidak dapat bekerja dengan baik. Menurut
Zulkifli et al., (2003) meneliti bahwa penyakit Newcastle desease dapat
menyerang sel darah ayam berdasarkan kebutuhan ayam pedaging yang diberi
pakan BIS berdasarkan hasil penelitian. Newcastle desease dapat menyerang sel
unggas yang diberi BIS.
Mekanisme pada sistem kekebalan yang berkaitan dengan komposisi BIS
masih belum diketahui. Mungkin saja melalui beberapa level pemberian mannosa,
baik β-mannan maupun Mos, di dalam BIS adalah hasil fermentasi didalam
caecum yang berkaitan dengan sisitem pencernaan. Ini mempunyai efek yang
menguntungkan di dalam meningkatkan pertumbuhan bakteri non-fhatogen. Hal
diatas menunjukkan bahwa mannosa yang terdapat dalam BIS dapat
meningkatkan pertumbuhan bakteri non-phatogen seperti Bifidiobacterium sp
(Fernandez et al., 2002). Salah satu produk fermentasi didalam caecum adalah
suatu konsentrasi asam laktat ditingkatkan (Wang dan Gibson, 1993;
Okumura et al., 1994) dan ini mencegah pertumbuhan spesies patogen seperti
Salmonella. Kemampuan BIS untuk mengurangi populasi bakteri patogen didalam
saluran pencernaan telah terbukti pada ayam (Fernandez et al., 2002).
Mekanisme kerja MOS di dalam saluran pencernaan unggas yaitu dengan
menekan pertumbuhan Salmonella sp. Mannanoligosakarida telah dilaporkan
mempunyai sel yang peka terhadap rangsangan yang dapat memutuskan serabut
E. coli dan Salmonella sp sehingga dapat menghilangkan bakteri tertentu yang
berbahaya didalam saluran pencernaan bersama feses (Fernaandez et al., 2000).

Universitas Sumatera Utara

Maka kolonisasi mikroba di dalam organ badan berkurang dalam saluran
pencernaan. Pemanfaatan mannan dapat menurunkan enzim dan menurunkan
β-mannan di dalam manno-oligosakarida dan mannosa bisa memaksimalkan BIS
sebagai prebiotik. Manno-oligosakarida adalah produksi unggas yang diperoleh
dari pakan suplemen BIS yang mana mannan menurunkan kerja enzim. ini akan
membuat suatu hal positif besar berdampak pada ayam pedaging pada situasi
yang tidak baik. ia berspekulasi bahwa β-mannan dapat larut dari BIS bertindak
seperti suatu penyebab alergi makanan untuk mempengaruhi kekebalan ayam
pedaging.
Tabel 2.1. Karakteristik dan Nilai Nutrisi Bungkil Inti Sawit
Kandungan Zat
Bahan kering(%)
Protein kasar(%)
Gros energi ( K Cal/Kg)
Serat kasar(%)
Lipid (%)
Kadar Abu %
Berat Jenis (gr/cm3)

Komposisi
94 a
14-21a b c
4,998 a
21-23 a d
8-17 a d
3-6 a d
0,67

Sumber : a). Sundu et al., 2005c
b). Nwokolo et al., 1976
c). Onwudike, 1986
d). Sue, 2001

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2. Komposisi dan Ketersediaan Asam Amino Pada BIS
Kandungan Zat

Komposisi (%)
(A) (B) (C)

Arginin
2,18 2,68
Sistin
0,20
Glisin
0,82
0,91
Histidin
0,29
0,41
Isoleusin
0,62
0,60
Leusin
1,11
1,23
Lysin
0,59
0,69
Metionin
0,30
0,47
Penilalanin
0,73
0,82
Threonin
0,55
0,66
Tyrosin
0,38
0,58
Serin
0,69
0,90
Valin
0,93
0,43
Thriptopan
0,17
Sumber : A). Yeong, 1983
B). Nwokolo et al., 1976
C). Hutagalung, 1982
D). NRC, 1994

2,40
0,84
0,34
0,61
1,14
0,61
0,34
0,74
0,60
0,47
0,77
0,80
0,19

Ketersediaan
(%) (B)
93,2
63,3
90,1
86,1
88,5
90,0
91,0
90,5
86,5
85,0
88,7
68,4
-

Kebutuhan Broiler

Umur 0 – 3 minggu (D)
1,25
(Sis + Meth) 0,90
(Glis + serin) 4,25
0,35
0,80
1,20
1,10
(Sis + Meth) 0,90
(Penil +Tyrosin) 1,34
0,80
(Penil + Tyrosin) 1,34
(Glis + serin) 1,25
0,90
0,20

Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata)
Menurut Marthen (2007), potensi Chromolaena odorata sebagai pakan
ternak adalah sebagai berikut:
1. Kandungan proteinnya cukup tinggi (21-36%) sebagai pakan ternak, setara
dengan dengan daun lamtoro, turi, dan gamal.
2. Produksi protein kasar dapat mencapai 15 ton/ha/tahun.
3. Memiliki keseimbangan asam amino yang baik untuk ternak monogastrik.
4. Degradibilitas efektif dalam rumen lebih dari 80%.
5. Palatabilitas lebih baik dari gamal.
6. Penelitian dari Afrika menunjukan adanya senyawa antihelmintik.
7. Potensi pertumbuhan cepat.
Cepat bertumbuh dengan laju 1,5-2,5 cm/hari dan membentuk semak yang
mampu mencapai tinggi sampai 3 meter. Tumbuhan ini memiliki banyak cabang
yang berpotensi untuk pertumbuhan daun serta tumbuh dalam jarak rapat.

Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan cepat menyebar karena produksi biji sangat tinggi (>93.000
biji/pohon/tahun), tahan pemangkasan, renggutan, api, panas dan bila kekurangan
air, maka daun mengering dan gugur tetapi bonggol tetap hidup.
Klasifikasi chromolaena odorata :
Dunia

: plantae (tanam-tanaman)

Bagian

: magnoliophyta

Kelas

: magnoliopsi

Golongan

: asterales

Rumpun

: asteraceae

Suku

: eupatorieae

Macam

: chromolaena

Jenis

: odorata

(Pink, 2004)
Chromolaena odorata lazim disebut Eupatorium merupakan tumbuhan
perdu berkayu tahunan. Di perkebunan karet umumnya tumbuh jarang, tetapi di
kawasan utara (Aceh) dan kawasan selatan (Labuhan Batu) sering tumbuh rapat
dan dominan. Gulma ini mempunyai ciri khas: daun berbentuk segi tiga
mempunyai tiga tulang nyata terlihat dan bila diremas terasa bau yang sangat
menyengat, percabangan berhadapan, perbungaan majemuk yang dari jauh terlihat
berwarna putih kotor. Eupatorium adalah gulma yang tangguh karena batangnya
keras berkayu dan perakarannya kuat dan dalam. Selain itu Eupotarium
menghasilkan biji yang banyak dan mudah tersebar dengan bantuan angin karena
adanya rambut papus. Di luar kebun, eupatorium sering terdapat di tepi jalan,

Universitas Sumatera Utara

pada areal kebun yang tidak diusahakan, disemak-semak, ditepi hutan, dan lainlain (Nasution, 1987).
Tabel 2.3. Kandungan Nutrisi Chromolaena odorata
Nutrisi

%

Protein kasar
Lemak kasar
Serat kasar

18-36
1.01
11.67

Kadar abu
Nitrogen free extract

3.63
65.03

Sumber : Marthen (2007)

Analisa Ekonomi
Analisa usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu
usaha ternak komersial. Melalui analisa usaha ini dapat dicari langkah pemecahan
berbagai kendala yang mungkin akan dihadapi. Analisis usaha peternakan
bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki kendala yang dihadapi. Hasil
analisa ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah
cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Berdasarkan data tersebut dapat
diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana yang riil untuk periode
selanjutnya. Gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat
dilihat dari analisis usahanya. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap
tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit
(bakalan), pakan dan kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan
yang diperoleh (Suharno dan Nazaruddin, 1994).
Total Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
menjalankan proses usaha. Jika seluruh biaya produksi usaha ternak ayam broiler

Universitas Sumatera Utara

dapat diketahui, maka keadaan harga persatuan produksi akan mudah
diperhitungkan. Untuk menghitung keadaan harga persatuan produksi haruslah
diketahui terlebih dahulu jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dibagi dengan
banyaknya produksi daging yang dihasilkan akan menghasilkan angka atau nilai
biaya persatuan produksi (Sudarmono, 2003).
Biaya produksi dalam pengertian ekonomi produksi dibagi atas biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan ada atau
tidak ada ayam di kandang, biaya ini harus tetap keluar. Misalnya: gaji pegawai
bulanan, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain.
Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan bertalian dengan jumlah
produksi ayam pedaging yang dijalankan. Semakin banyak ayam akan semakin
besar pula biaya variabel secara total. Misalnya: biaya untuk makanan, biaya
pemeliharaan, biaya tenaga kerja harian dan lain-lain (Rasyaf,1995).
Menurut (Lipsey et al., 1995) biaya tetap adalah jumlah biaya yang
dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah output tertentu sedangkan biaya yang
berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar dengan meningkatnya
produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya variable.
Total Hasil Produksi
Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh
suatu usaha peternakan, baik yang berupa hasil pokok (penjualan ayam pedaging,
baik itu hidup atau karkas) maupun hasil samping (penjualan kotoran ayam dan
alas “litter” ) (Rasyaf,1995).
Napitupulu dan Pawitra (1990) melaporkan pendapatan adalah penciptaan
barang-barang yang efektif sesuatu periode yang berkaitan dengan penerimaan.

Universitas Sumatera Utara

Penilaian kuantitas pendapatan menghasilkan penerimaan penjualan. Dengan
demikian pendapatan ini dapat ditentukan secara pasti.
Laba/Rugi
Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan
masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya.
Perhitungan laba jelas untuk banyak keputusan manejemen. Jika laba konsisten
positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika mengalami
kerugian perusahaan dapat mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat
mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2001).
Keuntungan yang optimal juga dapat diperoleh dengan peningkatan produktifitas
ternak, lingkungan dan peternak itu sendiri. Meningkatkan produktifitas ternak
dengan

cara

memperhatikan

rencana

pengembangan

ternak

disamping

mengendalikan suasana kandang, makanan, parasit dan penyakit, pergerakan
perkawinan dan pengetahuan tentang ternak itu sendiri (Edey et all., 1981).
Income Over Feed Cost (IOFC)
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan
dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. Income
Over Feed Cost merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan
yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. Income Over
Feed Cost diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan
dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi
peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual
( Prawirokusumo, 1990).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Jln. Prof.
Dr. A. Sofyan No.3 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan. Penelitian berlangsung selama 6 minggu dimulai dari
bulan Oktober sampai November 2009.
Bahan dan Alat
Bahan
100 ekor DOC (Day Old Chick) strain Abror Acress-CP 707, ransum yang
terdiri dari tepung jagung, bungkil kedelai, bungkil inti sawit, Dekalsium
Phosphat, tepung daun semak bunga putih (Chromolaena odorata), tepung ikan,
top mix, Bio Mos, dan minyak nabati (minyak kelapa sawit), Air minum yang
diberikan secara ad libitum, obat-obatan, vitamin, vaksin (ND dan Gumboro),
rodalon, gula merah.
Alat
Kandang sebanyak 20 buah, berukuran 100 cm x 100 cm x 50 cm setiap
kandang berisi masing-masing 5 ekor DOC, tempat pakan dan minum sebanyak
20 buah, timbangan Salter dengan skala 5 kg dengan ketelitian 0,01 gr, alat
penerangan dan pemanas berupa lampu pijar 40 watt sebanyak 20 buah, toples
untuk fermentasi tepung daun semak bunga putih, sprayer untuk menyemprotkan
Bio Mos, alat tulis, buku data dan kalkulator.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.
Dengan perlakuan penambahan biosuplemen (Bio Mos) ke dalam tepung daun
Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) yaitu:
R0= Ransum tanpa penambahan biosuplemen kedalam tepung daun Chromolaena
odorata 10%.
R1=

Ransum

dengan

penambahan

biosuplemen

kedalam

tepung

daun

biosuplemen

kedalam

tepung

daun

biosuplemen

kedalam

tepung

daun

Chromolaena odorata 10%.
R2=

Ransum

dengan

penambahan

Chromolaena odorata 15%.
R3=

Ransum

dengan

penambahan

Chromolaena odorata 20%.
Ulangan yang didapat berasal dari rumus:
t(n-1)≥15
4(n-1)≥15
4n-4≥15
4n≥19
n≥4,75
n≈5
Dengan susunan sebagai berikut :
R01

R02

R03

R04

R05

R11

R12

R13

R14

R15

R21

R22

R23

R24

R25

R31

R32

R33

R34

R35

Universitas Sumatera Utara

Model matematika percobaan yang digunakan adalah :
Yij

= µ + γi + εij

Dimana :
i

= 1, 2, 3, . . . . . . . . . .i = perlakuan

j

= 1, 2, 3, . . . . . . . . . .i = ulangan

Yij

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke j

µ

= nilai tengah umum

γi

= pengaruh perlakuan ke-i

εij

= efek galat percobaan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j

Parameter Penelitian
1. Total Biaya Produksi
Total Biaya Produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, yang diperoleh dengan cara
menghitung :


Biaya bibit



Biaya pakan



Biaya obat-obatan

 Biaya sewa lahan


Biaya perbaikan dan peralatan kandang



Biaya penyusutan kandang



Biaya fumigasi

2. Total Hasil Produksi
Total Hasil Produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang
dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung

Universitas Sumatera Utara



Harga jual ayam



Penjualan kotoran ayam

3. Laba/rugi
Keuntungan (laba) suatu usaha dapat diperoleh dengan cara menghitung
K = TR-TC, dimana K = Keuntungan, TR = Total penerimaan, TC = Total
pengeluaran.
4. Income Over Feed Cost (IOFC)
Income Over Feed Cost (IOFC) diperoleh dengn cara menghitung selisih
pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya pakan. Pendapatan
merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan
akibat perlakuan (dalam Kg hidup) dengan harga jual, sedangkan biaya pakan
adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan
ternak.

Universitas Sumatera Utara

Asumsi untuk menghitung besarnya pendapatan dan pengeluaran.
Asumsi-asumsi untuk menentukan besarnya biaya dan pendapatan/
penjualan pada pemeliharaan ini adalah sebagai berikut:
a. Biaya bibit per ekor Rp. 3. 800,b. Total biaya obat-obatan adalah sebesar Rp. 85.500,- dengan rincian
sebagai berikut:
-

Vaksin (ND dan Gumboro)

= Rp. 15.000,-

-

Vitachick

= Rp. 19.000,-

-

Koleridin

= Rp. 8.000,-

-

Rodalon

= Rp. 43.500,-

Jadi, biaya obat-obatan/ekor adalah sebesar Rp. 855,c. Sewa kandang
Sewa kandang per periode (42 hari) per 100 ekor adalah sebesar Rp.
250.000,- maka diperoleh biaya sebesar Rp.59,52,-/ekor/hari.
d. Tenaga kerja
Tenaga kerja selama 42 hari, berdasarkan UMRP Sumut (Upah Minimum
Regional Propinsi Sumatera Utara) yaitu sebesar Rp. 1.020.000,-/bulan.
Dengan asumsi bahwa 1 orang tenaga kerja dapat menangani 5.000 ekor
ayam.
e. Total biaya fumigasi adalah sebesar Rp.17.500,- dengan rincian sebagai
berikut:
-

Formalin ( 0,5 liter)

= Rp.15.000,-

-

Tenaga fumigasi ( 1 orang 1/2 jam)

= Rp. 2.500,-

Jadi biaya fumigasi per ekor adalah sebesar Rp.175,-

Universitas Sumatera Utara

f. Penjualan feses 12 karung (ukuran 25 kg), Rp. 6000,-/karung.
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan kandang
K