Tinjauan Budaya Jawa Tinjauan Tetang Budaya

c. Tinjauan Budaya Jepang

Kebudayaan Jepang telah banyak berubah dari tahun ke tahun, dari kebudayaan asli negara ini, Jomon, sampai kebudayaan kini, yang mengkombinasikan pengaruh Asia, Eropa dan Amerika Utara. Setelah beberapa gelombang imigrasi dari benua lainnya dan sekitar kepulauan Pasifik, diikuti dengan masuknya kebudayaan Tiongkok, penduduk Jepang mengalami periode panjang isolasi dari dunia luar dibawah Keshogunan Tokugawa sampai datangnya The Black Ships dan era Meiji. Sebagai hasil, kebudayaan Jepang berbeda dari kebudayaan Asia lainnya. Mendengar nama Jepang kita akan tergambar pada sebuah negara yang begitu terkenal dengan keindahan panorama gunung Fuji serta pepohonan bunga Sakura yang melengkapinya. Tak hanya itu, Jepang juga telah menjadi raksasa Asia baik dalam teknologi dan ekonomi meski China dan Korea Selatan juga tak kalah bersaing. Namun sejarah akan senantiasa mengingatkan kita pada penyerangan Sekutu yang telah menghancur leburkan kota Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom ketika Perang Dunia II tengah terjadi, dan Jepang tetap berdiri tegar bahkan terus bergerak maju sampai saat ini. Berikut ini adalah beberapa hal yang dimiliki bangsa Jepang yang membuatnya demikian Robert, 1992: 82, yaitu : a Kerja Keras Bangsa Jepang adalah bangsa pekerja keras. Seorang pekerja di Jepang bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan agak memalukan di Jepang dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk yang tidak dibutuhkan oleh perusahaan. b Budaya Malu Malu adalah budaya turun temurun bangsa Jepang. Harakiri atau Seppuku, menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dalam pertempuran atau gagal dalam tugas, mereka akan membunuh diri mereka dengan begitu merasa lebih terhormat. Memasuki dunia modern wacananya sedikit berubah ke makna mengundurkan diri bagi pejabat yang terlibat masalah korupsi atau gagal menjalankan tugas. Orang Jepang juga malu terhadap lingkungannya bila melanggar aturannorma yang sudah menjadi kesepakatan umum. c Hidup Hemat Bangsa Jepang memiliki semangat hidup hemat. Sikap anti konsumerisme terlihat dalam berbagai bidang kehidupan di Jepang. Banyak orang Jepang tidak memiliki mobil bukan karena tidak mampu membeli tapi lebih hemat menggunakan bus atau kereta untuk bepergian. d Loyalitas Tinggi Loyalitas membuat sisatem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Tidak seperti di negara lain, sangat jarang ada orang Jepang yang berpindah-pindah perusahaan, karena mereka mempunyai sense of belonging yang tinggi terhadap tempatnya bekerja. e Pantang Menyerah Kalau kita menelisik mengenai sejarah Jepang maka kita akan memaklumi bahwa bangsa Jepang merupakan bangsa yang tahan banting dan tak pernah menyerah. Berpuluh tahun hidup dibawah kekaisaran Tokugawa dan kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30 wilayah Jepang akan gelap gulita. f Budaya Membaca Bangsa Jepang amat gemar membaca dan tidak suka membuang-buang waktu. Jangan kaget kalau datang ke Jepang dan masuk ke kereta, sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa terlihat asyik membaca buku atau koran tidak peduli mereka duduk atau berdiri g Kerjasama Kelompok Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja keras yang terlalu bersifat individualistik, seperti misalnya klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. h Kemandirian Dipupuk Sejak Dini Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Dalam pendidikan TK taman kanak-kanak setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua.