PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS

DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP

DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

ABDUL ARIS

NIM 8106172021

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

ABSTRAK

ABDUL ARIS. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kabupaten Tapanuli Tengah

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa. (2) Untuk mengetahui apakah kemandirian belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa. (3) Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. (4) Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemandirian belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pandan Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah. Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran kontekstual dan kelas kontrol diberi pembelajaran biasa. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) Tes kemampuan koneksi matematis, (2) Angket kemandirian belajar siswa. Instrumen tersebut telah memenuhi persyaratan validasi isi, dengan koefisien realibilitas r11= 0,882 untuk kemampuan koneksi matematis, selanjutnya r11= 0,886 untuk kemandirian belajar siswa.

Analisis data yang digunakan analisis varian (ANAVA) dua jalur, dengan melibatkan kemampuan awal siswa sebagai variabel penyerta. Dari perhitungan dengan signifikansi α = 0,05 diperoleh nilai Fhitung = 29,623 > Ftabel = 4,022 untuk kemampuan koneksi matematis dan Fhitung = 39,680 > Ftabel = 4,022 untuk kemandirian belajar siswa. Selanjutnya Fhitung = 0,026 < Ftabel = 3,172 untuk interaksi pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan koneksi dan Fhitung = 0,902 < Ftabel = 3,172 untuk interaksi pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemandirian belajar siswa. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa. (2) Kemandirian belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa. (3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. (4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemandirian belajar siswa.

Kata kunci: Kemampuan Koneksi Matematis, Kemandirian Belajar Siswa dan Pembelajaran Kontekstual


(7)

ii

ABSTRACT

ABDUL ARIS. The Effect Contextual Teaching and Learning in Mathematical Connection Student Ability and Self Regulated Learning Student Junior High School at Kabupaten Tapanuli Tengah.

This reasearch of the goal for : (1) to know what’s mathematical connection student ability use contextual teaching and learning higher than to learn usualy. (2) to know wahat’s self regulated learning student use contextual teaching and learning higher than to learn usualy. (3) to know what’s obtain interaction between contextual teaching and learning with mathematical earlier ability to student mathematical connection ability.(4) to know what’s obtain interaction between contextual teaching and learning with mathematical earlier ability to self regulated learning student.

This reasearch is quasi experimen reasearch. This reasearch population is student class VII SMP N Pandan Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah. The class experimen using contextual teaching and learning and class control using usual learn. Instrumen use likes (1) Mathematical connection ability test. (2) The quuestionnaire self regulated learning. The instrument had to realizes essential contain validity than realibility coefficient that r11 = 0,882 for mathematical connection ability and r11 = 0,886 for self regulated learning.

Data analisys use varians analisys (ANAVA) two way with involve mathematical earlier ability student as partner variable. From acount with level of significansi α = 0,05 result Faccount = 29,623 > Ftable = 4,022 for mathematical connection ability and Faccount = 39,680 > Ftable = 4,022 for self regulated learning student. Further more Faccount = 0,026 < Ftable = 3,172 for interaction between contextual teaching and learning with mathematical earlier ability to student mathematical conection ability and Faccount = 0,902 < Ftable = 3,172 for interaction between contextual teaching and learning with mathematical earlier ability to self regulated learning student. That based on result can collection as: (1) Mathematical connection student ability use contextual teaching and learning higher than to learn usualy. (2) Self regulated learning student use contextual teaching and learning higher than to learn usualy. (3) No haven to interaction between contextual teaching and learning with mathematical earlier ability to student mathematical conection ability.(4) No haven to interaction between contextual teaching and learning with mathematical earlier ability to self regulated learning student.

Keyword: Mathematical Connection Ability, Self Regulated Learning and Contextual Teaching and Learning.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahrirohmanirrohim,

Alhamdulillahirobbil’Alamin, penulis memanjatkan puji dan syukur kekhadirat Allah SWT yang senantiasa memberi nikmat dan hidayahNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, serta seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Tesis yang berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kabupaten Tapanuli Tengah”. Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unimed sekaligus narasumber, yang telah memberikan arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin M.Pd, selaku Pembimbing I sekaligus Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan, nasihat sehingga penulis mendapatkan ilmu yang bermanfaat.


(9)

iv

3. Ibu Dr. Izwita Dewi M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan nasihat yang sangat berharga pada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih M.Pd, Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku narasumber, yang telah memberikan arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.

5. Bapak Anwar Said, S.Pd, M.M selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Pandan Nauli dan rekan-rekan guru di SMP Negeri 2 Pandan Nauli, Tapanuli Tengah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

6. Secara khusus, kepada segenap keluarga besar ayahanda Arius (Alm), keluarga besar ayahanda B.T. Siagian (Alm), Istri tercinta Yuslely Siregar dan anak-anak tersayang Rayhan Dzikri Rabbani, Fatiha Maulina yang selalu sabar, memberikan doa dan semangat penulis dalam menyelesaikan studi. 7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah

Pascasarjana Unimed angkatan XIX, dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

Hanya kepada Allah SWT penulis memohon, semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Amiiin.

Medan, Juni 2015 Penulis


(10)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 LatarBelakangMasalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 12

1.3 Batasan Masalah ... 12

1.4 Rumusan Masalah ... 12

1.5 TujuanPenelitian ...……… 13

1.6 ManfaatPenelitian ... 14

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 15

2.1 Koneksi Matematis ... 15

2.2 Kemandirian Belajar Siswa ... 20

2.3 Model Pembelajaran Kontekstual ... 22

2.4 Metode Pengajaran Matematika ... 30

2.5 Pembelajaran Biasa ... 37

2.6 Teori Belajar Pendukung ... 38

2.7 Penelitian Yang Relevan ... 42

2.8 Kerangka Konseptual ... 43

2.9 Hipotesis Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

3.1Jenis Penelitian ... 50

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

3.3Populasi dan Sampel ... 51

3.4 Desain Penelitian ... 52

3.5Variabel Penelitian ... 53

3.6 Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 54

3.7 Defenisi Operasional ... 67

3.8 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 68

3.9 TeknikAnalisis Data ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77

4.1Hasil Penelitian ... 77

4.2 Uji Persyaratan Analisis ... 95

4.3 Pengujian Hipotesis ... 116


(11)

vi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 127

5.1 Simpulan ... 127

5.2 Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130 LAMPIRAN


(12)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah-Langkah KomponenPembelajaranKontekstual ... 28

3.1 Sebaran Data Populasi ... 51

3.2 DesainKelompokKontrolPretes-Postes ... 53

3.3 Tabel Winer Keterkaitan Antara Kemampuan Koneksi Matematis, Kemandirian Belajar, Kelompok Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika ... 54

3.4 Hasil Validasi Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 56

3.5 Kisi-Kisi Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 56

3.6 Hasil Validasi Observasi Pengelolaan Pembelajaran ... 58

3.7 Kisi-Kisi Instrumentes Kemampuan Koneksi Matematis ... 59

3.8 Hasil Validasi Tes Kemampuan Koneksi Matematis ... 60

3.9 Hasil Analisis Validitas Tes ... 62

3.10 Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 63

3.11 Perhitungan Daya PembedaSoal ... 64

3.12 Tingkat Kesukaran Tes ... 65

3.13 Hasil Validasi Ahli Instrumen LAS ... 66

3.14 KeterkaitanAntara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat Uji Dan UjiStatistik ... 75

4.1 Rata-Rata Pretes Kelas Eksperimen Dan KelasKontrol ... 78

4.2 Rata-Rata dan Standar Deviasi Berdasarkan KAM ... 79

4.3 Tingkat Penguasaan Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen... 80

4.4 Rata-Rata dan StandarDeviasiKelasKontrolBerdasarKAM ... 81

4.5 Tingkat Penguasaan KKM Kelas Kontrol ... 82

4.6 Rata-Rata dan Standar Deviasi KBS Kelas Eksperimen ... 83

4.7 Rata-Rata dan Standar Deviasi Kelas Kontrol ... 85

4.8 Rata-Rata Pretes-Postes Kedua Kelas ... 86

4.9 Rata-Rata dan Standar Deviasi Berdasarkan KAM. ... 87

4.10 Tingkat Penguasaan Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen ... 87

4.11 Tingkat Penguasaan BerdasrkanAspek KKM ... 88

4.12 Rata-Rata dan StandarDeviasiKelasKontrolBerdasarKAM ... 89

4.13 TingkatPenguasaan KKM KelasKontrol ... 90

4.14 Tingkat PenguasaanBerdasrkanAspekKKM ... 91

4.15 Rata-Rata dan Standar DeviasiData KBS Kelas Eksperimen ... 91

4.16 Rata-Rata dan Standar Deviasi Data KBS Kelas Kontrol ... 92

4.17 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen .... 94

4.18 Hasil Uji Normalitas Liliefors Pretes KKM Kelas Eksperimen ... 95


(13)

vi

4.20 UjiNormalitaspretes KKM kelasEksperimen berdasarkan KAM

dengan SPSS ... 97

4.21 Hasil Uji NormalitasLiliefors Pretes KKM Kelas Kontrol ... 97

4.22 UjiNormalitas Pretes KKM Kelas Kontrol Dengan SPSS... 98

4.23 UjiNormalitaspretes KKM kelas Kontrol berdasarkan KAM dengan SPSS ... 99

4.24 Hasil Uji Normalitas Liliefors Postes KKM Kelas Eksperimen ... 99

4.25 Uji Normalitas Postes KKM Kelas Eksperimen Dengan SPSS ... 100

4.26 Uji Normalitas Postes KKM Kelas Eksperimen Berdasarkan KAM Dengan SPSS ... 101

4.27 Hasil Uji Normalitas Liliefors Postes KKM KelasKontrol ... 101

4.28 UjiNormalitasPostesKKM KelasKontrolDenganSPSS ... 102

4.29 Uji Normalitas Postes KKM Kelas Kontrol Berdasarkan KAM dengan SPSS ... 103

4.30 HasilUji Normalitas Liliefors Pretes KBS Kelas Eksperimen ... 103

4.31 Uji Normalitas Pretes KBS Kelas Eksperimen Dengan SPSS ... 104

4.32 Uji Normalitas PretesKBS Kelas Eksperimen Berdasarkan KAM dengan SPSS ... 105

4.33 Hasil Uji Normalitas Liliefors Pretes KBS Kelas Kontrol... 105

4.34 Uji Normalitas Pretes KBS Kelas Kontrol dengan SPSS... 106

4.35 Uji NormalitasPretesKBS KelasKontrolBerdasarkanKAM dengan SPSS ... 107

4.36 HasilUjiNormalitasLilieforsPostesKBS KelasEksperimen ... 107

4.37 UjiNormalitasPostesKBS Kelas Eksperimen dengan SPSS ... 108

4.38 Uji Normalitas Postes KBS Kelas Eksperimen Berdasarkan KAM dengan SPSS ... 109

4.39 Hasil Uji NormalitasLilieforsPretes KKM KelasEksperimen ... 109

4.40 Uji Normalitas Postes KBS KelasKontrol Dengan SPSS ... 110

4.41 Uji Normalitas Postes KBS Kelas Kontrol Berdasarkan KAM dengan SPSS ... 111

4.42 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes KKM ... 111

4.43 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes KKM denganSPSS... 112

4.44 Hasil Uji Homogenitasi Data Postes KKM ... 113

4.45 HasilUji Homogenitas Data Postes KKM dengan SPSS... 113

4.46 Hasil Uji HomogenitasData Pretes KBS ... 114

4.47 HasilUji Homogenitas Data PretesKBS denganSPSS ... 115

4.48 Hasil Uji Homogenitas Data Postes KBS ... 115

4.49 Hasil Uji Homogenitas Data Postes KBS dengan SPSS ... 116

4.50 Hasil Uji Anava Dua Jalur Postes KKM dengan SPSS ... 117


(14)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 BentukTanah Pak Ahmad BerupaPersegipanjang ... 3

1.2 Jawaban Siswa Benar dengan Menunjukkan Koneksi Matematis ... 4

1.3 Jawaban Siswa Salah ... 5

2.1 DuaTipe Koneksi ... 16

2.2 Model Persegipanjang Ditempel Ubin ... 32

3.1 Prosedur Pengambilan Sampel ... 52

3.2 Alur Prosedur Penelitian ... 69

4.1 Rata-Rata dan StandarDeviasi Kelas Eksperimendan Kontrol ... 78

4.2 Rata-Rata dan Standar Deviasi Kelompok KAM ... 80

4.3 Tingkat Penguasaan KKM Kelas Eksperimen ... 81

4.4 Rata-Rata dan Standar Deviasi Kelas Kontrol Berdasar KAM ... 82

4.5 Tingkat Penguasaan KKM Kelas Kontrol ... 83

4.6 Rata-Rata dan Standar Deviasi KBS I KelasEksperimen ... 84

4.7 Rata-Rata dan Standar Deviasi Kelas Kontrol ... 85

4.8 Rata-Rata Pretes-Postes Kedua Kelas ... 86

4.9 Rata-Rata dan Standar Deviasi Kelompok KAM ... 87

4.10 TingkatPenguasaan KKM Kelas Eksperimen ... 88

4.11 Rata-Rata dan StandarDeviasi Kelas Kontrol Berdasar KAM ... 89

4.12 Tingkat Penguasaan KKM Kelas Kontrol ... 90

4.13 Rata-Rata dan Standar Deviasi KBS II Kelas Eksperimen ... 92

4.14 Rata-Rata dan Standar Deviasi KBS II Kelas Kontrol ... 93

4.15 VariansData Pretes Kedua Kelomopok KAM ... 112

4.16 Varians Data Postes Kedua KelompokKAM ... 114

4.17 Tidak Terjadi Interaksi Antara Pembelajaran dengan KAM Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ...124

4.18 Tidak Terjadi Interaksiantara Pembelajaan dengan KAM Terhadap Kemandirian Belajar Siswa ...125


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dan kepribadian seseorang. Demikian juga untuk mengembangkan potensi seseorang, pendidikan merupakan faktor yang sangat penting. Sebab melalui pendidikan akan tercipta Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Dalam mempersiapkan SDM yang handal, melalui pendidikan akan didorong memaksimalkan potensi siswa sebagai calon SDM untuk dapat bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya. Hal ini sejalan dengan kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum berbasis kompetensi yang menyatakan “matematika juga dapat diartikan sebagai ilmu yang bertujuan untuk mendidik anak agar berpikir logis, kritis, percaya diri, dan mandiri (KBK 2003: 2)

Hampir seluruh ilmu pengetahuan ada unsur matematika. Hal ini mengisyaratkan, matematika penting untuk dipelajari oleh siswa. Pentingnya mempelajari matematika dinyatakan Maier (1995: 17) mengatakan: “Pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran inti, dalam arti bahwa pelajaran tersebut harus diikuti oleh semua pelajar selama seluruh waktu sekolah”. Hal ini diperkuat Cornelius dalam Abdurahman (2003: 253) menyatakan:

Ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.


(16)

2 Salah satu fungsi dan tujuan umum pembelajaran matematika di sekolah sebagai lembaga formal (Depdiknas, 2003: 2) adalah: melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen ... . Menarik kesimpulan dengan menggunakan ide-ide oleh siswa memgharuskan siswa terlebih dahulu memiliki pengetahuan atau konsep-konsep yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Selanjutnya dengan mengaitkan atau mencari hubungan antara konsep yang ada dengan materi baru, siswa akan dapat memecahkan masalah yang akhirnya siswa tersebut dapat menyimpulkan tentang apa yang sedang dipelajarinya. Proses penarikan kesimpulan oleh siswa ini merupakan kegiatan mengkonstruk ide-ide atau membangun pengetahuan baru berdasarkan konsep-konsep yang dimilikinya. Penarikan kesimpulan oleh siswa ini menunjukkan siswa telah membuat koneksi antar konsep-konsep yang ada dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.

Namun dewasa ini, pelajaran matematika oleh siswa pada umumnya dipandang sebagai pelajaran yang sulit. Bagi siswa matematika dirasakan sulit karena susah dimengerti, dipenuhi rumus-rumus. Pembelajaran matematika yang membosankan menjadikan siswa tidak merasa nyaman, dan selalu bergantung pada orang lain selama kegiatan belajar-mengajar. Hal ini membuat kepedulian mereka akan pentingnya matematika sebagai bagian dari kehidupan tak dapat mereka rasakan manfaatnya. Paling tidak kesemuan akan manfaat matematika ada dalam pikirannya. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Nooriafshar (2002) yang mengungkapkan bukti bahwa lebih dari 50% siswa tidak dapat menyerap dasar materi selama separuh kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya hasil survey di Toowoomba High School Students menunjukkan sekitar 40%


(17)

3 siswa tidak peduli matematika dan menganggap matematika tidak menyenangkan, Nooriafshar (2002).

Fakta lain yang ditemukan dilapangan, siswa juga kesulitan menyelesaikan soal seperti berikut:

Pak Ahmad menjual sebidang tanah yang berbentuk persegi panjang, seperti gambar dibawah ini.

Gambar 1.1: Bentuk tanah pak Ahmad berupa persegi panjang

Bila diketahui perbandingan ukuran panjang terhadap lebarnya adalah 4 : 3 dan harga jual 1 m2 tanah pak Ahmad sebesar Rp 350.000;. Tentukan berapa hasil

penjualan tanah pak Ahmad tesebut!

Dari 34 siswa yang menyelesaikan soal ini, hanya 3 siswa yang mampu menjawab dengan benar, 5 siswa tidak menuliskan apa-apa pada lembar jawabannya dan selebihnya mengerjakan tetapi jawaban siswa salah. Dari jawaban yang benar siswa memberikan jawaban seperti pada jawaban berikut:


(18)

4

Gambar 1.2: Jawaban siswa benar dengan menunjukkan koneksi

Dari jawaban benar ditunjukkan siswa, terlihat bahwa siswa dapat menunjukkan keterkaitan antar konsep-konsep dalam meneyelesaikan masalah. Untuk menentukan luas tanah, siswa harus mengetahui ukuran panjang dan ukuran lebarnya. Untuk mendapatkan ukuran lebarnya harus terlebih dahulu menyelesaikan perbandingan p : l = 4 : 3. Ukuran lebarnya diperoleh 15 m. Selanjutnya dengan rumus luas persegi panjang L = p x l diperoleh luasnya adalah 300 m2. Untuk menentukan hasil penjualan tanah pak Ahmad siswa terlebih

dahulu mengalikan luas tanah dengan harga tanah permeter, dan diperoleh hasilnya Rp 105.000.000.

Untuk menentukan Luas tanah Pak Ahmad

siswa terlebih dahulu harus tahu ukuran panjang dan lebarnya

Siswa tidak paham konsep perbandingan

Siswa dapat menentukan harga

jual tanah Pak Ahmad


(19)

5 Selanjutnya beberapa jawaban yang salah diberikan siswa seperti pada jawaban berikut:

(a) (b)

Gambar 1.3: Jawaban siswa salah

Pada lembar jawaban (a), siswa tidak menuliskan representasi yang menunjukkan situasi masalah yaitu perbandingan ukuran panjang dan lebar tanah pak Ahmad. Siswa seharusnya menuliskan perbandingan ukuran panjang terhadap lebar tanah yang diketahui dari soal, bukan menuliskan rumus keliling persegi panjang. Akibatnya siswa tidak dapat mengaplikasikan rumus luas persegi panjang untuk mendapatkan berapa luas tanah pak Ahmad dengan benar. Selanjutnya siswa tidak dapat menentukan harga jual tanah pak Ahmad dengan benar. Pada lembar jawaban (b), siswa sudah membuat representasi sesuai dengan situasi masalah, tetapi siswa tidak mengerti dalam menggunakan aplikasi yang ada. Siswa tidak dapat merubah bentuk ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ menjadi bentuk ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ , sehingga tidak dapat melakukan operasi perkalian dengan benar. Selanjutnya representasi berikutnya tidak ada kaitannya dengan representasi awal, sehingga penyelesaian masalah oleh siswa menjadi salah. Dari kedua jawaban diatas, mengidikasikan


(20)

6 bahwa siswa belum memahami konsep luas persegipanjang, konsep perbandingan dan juga dapat dilihat siswa belum terbiasa mengaitkan konsep-konsep di atas. Hal ini bisa saja terjadi dikarena karakter siswa dan juga kemampuan awal siswa tersebut.

Peranan pendidikan matematika yang sangat besar dalam peningkatan kualitas SDM, haruslah didukung dengan suatu proses pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat melihat dan mengalami sendiri kegunaan matematika dalam kehidupan nyata. Proses pembelajaran matematika juga harus memberikan kesempatan pada siswa mengetahui manfaatnya belajar matematika untuk mata pelajaran lainnya. Melalui pembelajaran matematika yang mengkaitkan konsep matematika dengan konsep lain serta mengkaitkan matematika dengan suatu permasalahan dalam kehidupan nyata, maka siswa akan semakin mengetahui betapa pentingnya mempelajari matematika.

Melalui pembelajaran yang proses belajar mengajarnya mengkaitkan area-area pengetahuan yang berbeda, dan mengarahkan kepada kemampuan koneksi matematis siswa. Baik kemampuan koneksi antara matematika dengan pelajaran lain, koneksi matematika dalam kehidupan sehari-hari, maupun kemampuan siswa dalam mengkoneksikan konsep antar pokok bahasan dalam matematika itu sendiri. Dengan demikian pembelajarannya haruslah pembelajaran yang bermakna. Dalam NCTM menyatakan belajar bermakna merupakan landasan utama untuk terbentuknya mathematical connections. Selanjutnya, bila

kemampuan koneksi matematis siswa baik, maka siswa akan cenderung tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika selanjutnya, ataupun


(21)

7 mempelajari pelajaran lainnya. Jadi dalam proses kegiatan belajar-mengajar perlu adanya model pembelajaran yang penekanannya mengarah kepada kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa.

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pelaksanaan pembelajaran mengacu pada empat pilar pendidikan universal yang disarankan UNESCO, yaitu:

learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together in peace and harmony. Proses learning to do memberi kesempatan pada siswa untuk

terampil dalam mengkoneksikan antara pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan baru. Dengan demikian dalam benaknya tercipta ide-ide atau konsep matematika yang terjalin menjadi suatu hubungan yang erat, dan tidak terpisah-pisah. Sedangkan melalui learning to live together in peace and harmony siswa

akan diberi kesempatan untuk belajar secara berkelompok, bekerja sama, bertukar pikiran dan saling menghargai walaupun berbeda pendapat.

Selanjutnya dalam belajar berkelompok perlu diperhatikan karakteristik siswa. Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi belajar (Uno, 2010: 58). Selanjutnya dijelaskan variabel ini didefinisikan sebagai aspek atau kualitas seseorang dalam belajar. Aspek karakteristik siswa ini bisa berupa bakat, minat, sikap motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir dan kemampuan awal siswa. Kemampuan awal siswa sangat berpengaruh dalam pemilihan model belajar.

Kemampuan awal siswa merupakan bagian dari karakteristik siswa, maka sangat dimungkinkan setiap siswa mempunyai kemampuan awal yang berbeda-beda. Hal ini sejalan dengan pendapat Galton (Ruseffendi, 1991: 113) menyatakan bahwa dari sekelompok siswa yang dipilih secara acak akan selalu dijumpai siswa


(22)

8 yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah. Adanya perbedaan kemamapuan siswa, Hebb dalam Ruseffendi (1991: 111), berpendapat bahwa inteligensi manuasia tergantung dari dua faktor utama ialah hereditas (keturunan) dan lingkungan. Dari pendapat diatas terlihat jelas bahwa siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami pelajarannya. Dengan mengetahui kemampuan dan karakteristik siswa, guru akan lebih mudah merancang pembelajaran yang sesuai untuk siswa tersebut.

Untuk merealisasikan pembelajaran seperti yang digambarkan dalam KBK, maka guru harus senantiasa dapat menjabarkan aktivitas kegiatan belajar mengajar. Guru harus membuat perencanaan pengajaran yang mempertimbangkan pengurutan kompetensi dasar menjadi pokok bahasan, perlu memperhatikan target aspek kompetensi yang akan dicapai. Bila aspek kompetensi yang akan dicapai penekanannya pada kemampuan koneksi matematik, maka hal yang mungkin dalam pembelajaran dan pengenalan konsep matematika disajikan melalui masalah kontekstual, yaitu melalui pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL). Trianto (2009: 107), menyatakan pembelajaran

kontekstual adalah:

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara matematika yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika siswa berhadapan dengan permasalahan, mereka menyadari bahwa hal tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut siswa harus dapat mengkonstruksi pengetahuan secara kritis dengan cara mengkoneksikan, mengintegrasikan serta mengeksplorasi informasi, ide-ide serta konsep pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang ia


(23)

9 miliki. Johnson (2002: 64) menyatakan tujuan utama CTL adalah membantu para siswa dengan cara yang tepat untuk mengaitkan makna pada pelajaran-pelajaran akademik mereka. Dengan demikian permasalahan kontekstual (contextual

problem) ataupun permasalahan yang disimulasikan dalam pembelajaran

dimaksudkan untuk memberikan peluang pada siswa agar dapat mengkoneksikan semua ide matematik untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

Selain itu dengan pembelajaran kontekstual siswa juga akan terlatih menemukan secara mandiri atau dengan bimbingan guru. Diyakini juga dengan pembelajaran kontekstual ini kemandirian belajar siswa juga dapat ditingkatkan. Dengan kemandirian belajar siswa yang baik, diharapkan siswa dapat mengatasi masalahnya sendiri dan tidak membuang waktu dengan mengharapkan bantuan dari siswa lain. Indikasi ini dapat dilihat salah satu pada saat pelaksanaan ujian, siswa tidak lagi mencontek pekerjaan temannya atau mengharapkan bantuan dari teman.

Kemandirian belajar siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa tersebut dalam belajar matematika. Kemandirian belajar merupakan kesiapan individu yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri. Belajar dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metoda belajar, dan evaluasi hasil belajar. Dalam kemandirian belajar, inisiatif merupakan indikator yang mendasar. Dalam arti yang lebih luas kemandirian belajar mendeskripsikan sebuah proses dimana individu mengambil inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan orrang lain untuk mendiagnosa kebutuhan belajar, memformulasikan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber


(24)

10 belajar, dan memilih strategi belajar, dan melakukan evaluasi hasil belajar yang dicapai.

Kemandirian belajar menuntut tanggung jawab yang besar pada diri siswa dalam mencapai tujuan belajar. Haryono dalam Tahar (2006: 92) mengungkapkan bahwa “kemandirian belajar perlu diberikan kepada peserta ajar agar supaya mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri”.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan indikasi yang berbeda, guru masih melakukan pembelajaran secara tradisional / biasa yang terpusat pada guru. Guru hanya penyampai pesan pengetahuan, memberikan contoh soal dan tidak jarang juga guru memberikan jawaban atas soal yang diberikannya. Sementara siswa cenderung sebagai penerima pengetahuan semata dengan cara mencatat, mendengarkan dan menghapal apa yang telah disampaikan oleh gurunya. Pembelajaran seperti ini menjadikan pembelajaran yang searah dan bersifat monoton, sehingga membosankan bagi siswa. Demikian juga jika diberikan soal-soal latihan, siswa juga menyelesaikan sesuai dengan contoh yang diberikan guru, ini mengindikasikan siswa tidak memahami bagaimana proses memperoleh jawabannya. Siswa tidak dapat berkreativitas dalam mencari jawaban karena sudah terpola seperti jawaban yang diberikan guru.

Dampak selanjutnya siswa tidak mempunyai kemandirian dalam belajar, hal ini dapat dilihat ketika diberikan soal latihan atau pada pelaksanaan ujian, siswa tidak mengerjakan secara sendiri tetapi berusaha untuk mendapatkan bantuan ataupun jawaban dari teman sebangkunya atau yang berada disebelah kiri dan kanan. Hal ini menandakan bahwa siswa belum memiliki tanggungjawab atas


(25)

11 hasil belajarnya, yang mestinya dimiliki setiap siswa yang menjalani proses belajar. Sejalan ini Hernawati (2011: 195) mengatakan “didalam proses belajar, makin tinggi usia seseorang makin bertanggungjawab ia akan proses belajarnya sendiri”. Dampak selanjutnya siswa tidak berprestasi dalam belajar, terlebih siswa memiliki kemampuan yang rendah dalam koneksi matematis. Hal ini dilihat dari pernyataan Ruspiani dalam Sapti (2006: 69) yang mengungkapkan bahwa:

rata-rata nilai kemampuan koneksi matematik siswa sekolah menengah masih rendah, nilai rata-ratanya kurang dari 60 pada skor 100, yaitu sekitar 22,2% untuk koneksi matematik dengan pokok bahasan lain, 44,9% untuk koneksi matematik dengan bidang studi lain, dan 67,3% untuk koneksi matematik dengan kehidupan sehari-hari.

Menyimak kesenjangan antara harapan dan kenyataan di lapangan, dimana kemampuan siswa belum menggambarkan tujuan pendidikan terutama kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa. Menyimak gambaran model pembelajaran kontekstual yang dipaparkan di atas, penulis yakin Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dan kemandirian belajar siswa. Untuk merealisasikan harapan-harapan di atas, maka penulis termotivasi untuk meneliti pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Tapanuli Tengah


(26)

12

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah yang ada, antara lain:

1. Pelajaran matematika sulit dipahami siswa.

2. Pembelajaran matematika membosankan bagi siswa.

3. Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika sangat rendah. 4. Siswa belum memiliki kemandirian belajar.

5. Kemampuan koneksi matematis siswa sangat rendah.

6. Siswa terbiasa mencontoh pola jawaban yang diberikan guru dan cenderung tidak memahami prosesnya.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah atau lebih fokus. Maka perlu dibatasi masalah yang akan dibicarakan dalam penelitian ini. Penelitian ini dibatasi pada permasalahan kemampuan koneksi matematis, kemandirian belajar siswa dan pembelajaran kontekstual yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa sekolah menengah pertama di kabupaten Tapanuli Tengah. Dari rumusan masalah penelitian ini, akan dipecah menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(27)

13 1. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa?

2. Apakah kemandirian belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemampuan koneksi matematis siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemandirian belajar siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam butir pertanyaan penelitian, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa.

2. Untuk mengetahui apakah kemandirian belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemampuan koneksi matematis siswa?


(28)

14 4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemandirian belajar siswa?

1.6 Manfaat Penelitian

Seperti yang telah dikemukan dalam latar belakang masalah dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan akan dapat :

1. Memberikan pengalaman belajar yang baru kepada siswa, sehingga pembelajaran berlangsung menarik bagi siswa dan tidak membosankan. 2. Memberikan sumbangan pemikiran yang signifikan terhadap upaya

perencanaan pembelajaran pada pokok bahasan matematika lainnya, serta kerangka kerja pedagogik yang harus dipersiapkan guru, sehingga dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa.

3. Memberikan konstribusi bagi para guru matematika SMP, khususnya dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa serta meningkatkan prestasi belajar siswa pada umumnya.

4. Untuk para pengambil kebijakan pendidikan, dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan dalam meningkatkan kemampuan kompetensi dasar matematik siswa pada umumnya.


(29)

127 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari jawaban pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa. Dari hasil pretes terungkap rata-rata pretes kelas eksperimen adalah 10,500 dan pada kelas kontrol adalah 10,533. Dari hasil postes terungkap bahwa rata-rata postes kelas eksperimen 23,067 sedangkan kelas kontrol 19,167. Dengan demikian dapat dinyatakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa.

2. Kemandirian belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretes KBS dan hasil postes KBS setelah dikuantitatifkan diperoleh data pretes KBS kelas eksperimen 90,533 dan pada kelas kontrol 86,400. Selanjutnya data hasil postes KBS kelas eksperimen 103,667 dan pada kelas kontrol 90,333. Jadi jelas terlihat kemandirian belajar


(30)

128

siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandikan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa.

3. Tidak terjadi interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan KAM terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. Demikian juga tidak terjadi interaksi antar pembelajaran kontekstual dengan KAM terhadap kemandirian belajar siswa. Kemampuan koneksi matematis siswa dan kemandirian belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa pada kelas kontrol merupakan pengaruh pembelajaran kontekstual

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada Guru

a. Untuk guru dan praktisi pendidikan sudah sepantasnya segera merubah kebiasaan pembelajaran yang didominasi oleh guru, menjadi pembelajaran yang terkini adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa.

b. Mengingat bahwa Sekolah Menengah Pertama, siswanya masih berusia 11 - 13 tahun maka kontekstual sangatlah potensial untuk diimplementasikan. Dalam pembelajaran kontekstual siswa didekatkan dengan kontek-kontek yang ada di sekitar mereka (kehidupan nyata).

c. Agar dapat mencapai hasil yang memuaskan, maka kerangka teoritik model pembelajaran kontesktual yang sudah ada dapat dijadikan acuan yang utama. d. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, perlu memperhatikan

kesesuaian materi pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah serta pembagian waktu dalam pembelajaran secara seksama.


(31)

129

e. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori pembelajaran dan model pembelajaran yang inovativ agar dapat melaksanakannyasehingga secara sadar pembelajaran biasa perlahan ditinggalkan untuk menngkatkan hasil belajar siswa.

2. Kepada lembaga terkait

a. Untuk para pengambil kebijakan pendidikan, kiranya dapat menjadikan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menjadi salah satu model pembelajaran, yang dapat ditindak lanjuti dengan pelatihan-pelatihan yang lebih intensif tentang pembelajaran ini.

b. Pembelajaran kontekstual dapat dijadikan salah satu alternatif meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa pada materi segitiga dan segiempat, sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan yang lain.

3. Kepada peneliti lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dan kemandirian belajar siswa secara maksimal untuk memperoleh hasil yang maksimal.

b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan matematika yang lain dengan kenerapkan lebih dalam agar implikasi penelitian tersebut dapat diterapkan di sekolah.


(1)

12

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah yang ada, antara lain:

1. Pelajaran matematika sulit dipahami siswa.

2. Pembelajaran matematika membosankan bagi siswa.

3. Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika sangat rendah. 4. Siswa belum memiliki kemandirian belajar.

5. Kemampuan koneksi matematis siswa sangat rendah.

6. Siswa terbiasa mencontoh pola jawaban yang diberikan guru dan cenderung tidak memahami prosesnya.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah atau lebih fokus. Maka perlu dibatasi masalah yang akan dibicarakan dalam penelitian ini. Penelitian ini dibatasi pada permasalahan kemampuan koneksi matematis, kemandirian belajar siswa dan pembelajaran kontekstual yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa sekolah menengah pertama di kabupaten Tapanuli Tengah. Dari rumusan masalah penelitian ini, akan dipecah menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(2)

1. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa?

2. Apakah kemandirian belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemampuan koneksi matematis siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemandirian belajar siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam butir pertanyaan penelitian, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa.

2. Untuk mengetahui apakah kemandirian belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemampuan koneksi matematis siswa?


(3)

14

4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap kemandirian belajar siswa?

1.6 Manfaat Penelitian

Seperti yang telah dikemukan dalam latar belakang masalah dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan akan dapat :

1. Memberikan pengalaman belajar yang baru kepada siswa, sehingga pembelajaran berlangsung menarik bagi siswa dan tidak membosankan. 2. Memberikan sumbangan pemikiran yang signifikan terhadap upaya

perencanaan pembelajaran pada pokok bahasan matematika lainnya, serta kerangka kerja pedagogik yang harus dipersiapkan guru, sehingga dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa.

3. Memberikan konstribusi bagi para guru matematika SMP, khususnya dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa serta meningkatkan prestasi belajar siswa pada umumnya.

4. Untuk para pengambil kebijakan pendidikan, dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan dalam meningkatkan kemampuan kompetensi dasar matematik siswa pada umumnya.


(4)

127 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari jawaban pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa. Dari hasil pretes terungkap rata-rata pretes kelas eksperimen adalah 10,500 dan pada kelas kontrol adalah 10,533. Dari hasil postes terungkap bahwa rata-rata postes kelas eksperimen 23,067 sedangkan kelas kontrol 19,167. Dengan demikian dapat dinyatakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa.

2. Kemandirian belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretes KBS dan hasil postes KBS setelah dikuantitatifkan diperoleh data pretes KBS kelas eksperimen 90,533 dan pada kelas kontrol 86,400. Selanjutnya data hasil postes KBS kelas eksperimen 103,667 dan pada kelas kontrol 90,333. Jadi jelas terlihat kemandirian belajar


(5)

128

siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandikan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa.

3. Tidak terjadi interaksi antara pembelajaran kontekstual dengan KAM terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. Demikian juga tidak terjadi interaksi antar pembelajaran kontekstual dengan KAM terhadap kemandirian belajar siswa. Kemampuan koneksi matematis siswa dan kemandirian belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa pada kelas kontrol merupakan pengaruh pembelajaran kontekstual

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada Guru

a. Untuk guru dan praktisi pendidikan sudah sepantasnya segera merubah kebiasaan pembelajaran yang didominasi oleh guru, menjadi pembelajaran yang terkini adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa.

b. Mengingat bahwa Sekolah Menengah Pertama, siswanya masih berusia 11 - 13

tahun maka kontekstual sangatlah potensial untuk diimplementasikan. Dalam pembelajaran kontekstual siswa didekatkan dengan kontek-kontek yang ada di sekitar mereka (kehidupan nyata).

c. Agar dapat mencapai hasil yang memuaskan, maka kerangka teoritik model pembelajaran kontesktual yang sudah ada dapat dijadikan acuan yang utama.

d. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, perlu memperhatikan

kesesuaian materi pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah serta pembagian waktu dalam pembelajaran secara seksama.


(6)

e. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori pembelajaran dan model pembelajaran yang inovativ agar dapat melaksanakannyasehingga secara sadar pembelajaran biasa perlahan ditinggalkan untuk menngkatkan hasil belajar siswa.

2. Kepada lembaga terkait

a. Untuk para pengambil kebijakan pendidikan, kiranya dapat menjadikan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menjadi salah satu model pembelajaran, yang dapat ditindak lanjuti dengan pelatihan-pelatihan yang lebih intensif tentang pembelajaran ini.

b. Pembelajaran kontekstual dapat dijadikan salah satu alternatif meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa pada materi segitiga dan segiempat, sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan yang lain.

3. Kepada peneliti lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dan kemandirian belajar siswa secara maksimal untuk memperoleh hasil yang maksimal.

b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan matematika yang lain dengan kenerapkan lebih dalam agar implikasi penelitian tersebut dapat diterapkan di sekolah.