PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMA NEGERI KABUPATEN LANGKAT.

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMA

TESIS
Oleh:

SISWANTO
NIM: 8096171018

PROGRAM STUDI MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014

ABSTRACT
SISWANTO. NIM. 8096171018. The influence of learning contextual approach
and the Mathematical Logical Intelligence to Mathematically connection ability
Langkat District State High School Students. Thesis. Mathematics education.
Graduate School of the State University of Medan (UNIMED). 2013.
This study aimed to: (1) Determine whether the mathematical connection

ability students who learned with contextual approach is higher than the students
who learned with expository approach, (2) determine whether students who have a
high mathematical logical intelligence has the ability to connect mathematical
higher than the students who have lower mathematical logical intelligence after
receiving Statistics learning, (3) Knowing the students' answers to the problem of
mathematical connections through contextual learning, (4) Knowing the students'
mastery of mathematical connection capabilities.
This study uses a quasi-experimental design model. The study population was
18 Senior High School in Langkat academic year 2012/2013. Samples were
dispersed in 18 schools. The sample was SMAN 1 Binjai. Prior to this research,
first test instrument , and after validation and reliability testing, the instrument of
this study can be used as a research instrument .
Conclusions on the outcome of this study are: (1) Average mathematical
connection ability students who learned with contextual learning approach (7.38)
is higher than the students taught with conventional learning approaches (6,13),
(2) Average kemampuankoneksi mathematical students who have a high
mathematical logical intelligence (7.94) is higher than the students who have the
logical mathematical intelligence is low (5.89), (3) from the results of some
students' answers on contextual learning approaches are process completion test
answers about Statistics diverse material, and (4) with a success rate of mastery

learning approach to contextual learning (24 people or 61.54 % ) is higher than
conventional learning approaches (13 people or 34.21 %).

ABSTRAK
SISWANTO. NIM. 8096171018. Pengaruh Pendekatan
Pembelajaran
Kontekstual Dan Kecerdasan Logis Matematis
Terhadap
Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA Negeri Kabupaten Langkat.
Thesis. Pendidikan Matematika. Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan
(UNIMED). 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui apakah kemampuan koneksi
matematis siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi
dari pada siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan ekspositori; (2) Mengetahui
apakah siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi memiliki
kemampuan koneksi matematis yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki
kecerdasan logis matematis rendah setelah mendapat pembelajaran Statistika; (3)
Mengetahui proses jawaban siswa terhadap masalah koneksi matematis melalui
pembelajaran konstektual; (4) Mengetahui ketuntasan kemampuan koneksi
matematis siswa.

Penelitian ini menggunakan model rancangan kuasi eksperimental. Populasi
penelitian ini 18 SMA Negeri di Kabupaten Langkat tahun ajaran 2012/2013.
Sampel yang tersebar pada 18 sekolah. Sampel penelitian ini adalah SMAN 1
Binjai. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen, dan setelah dilakukan validasi dan uji reliabilitas, maka instrumen
penelitian ini dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
Simpulan hasil penelitian ini adalah: (1) Rata rata kemampuan koneksi
matematis siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual
(7,38) lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan pendekatan
pembelajaran konvensional (6,13); (2) Rata rata kemampuan koneksi matematis
siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi (7,94) lebih tinggi dari
pada siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis rendah (5,89); (3) Dari
hasil beberapa jawaban siswa pada pendekatan pembelajaran kontekstual terdapat
proses penyelesaian jawaban tes tentang materi Statistika yang beragam; dan (4)
Tingkat keberhasilan ketuntasan belajar dengan pendekatan pembelajaran
kontekstual (24 orang atau 61,54%) adalah lebih tinggi dari pendekatan
pembelajaran konvensional (13 orang atau 34,21%).

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,

karena berkat izin-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar
Magister Pendidikan program studi Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Medan.
Adapun judul tesis ini adalah “Pengaruh Pendekatan

Pembelajaran

Kontekstual Dan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Kemampuan Koneksi
Matematis Siswa SMA Negeri Kabupaten Langkat.” Dalam menyelesaikan tesis
ini banyak pihak yang membantu, disebabkan karena kurangnya ilmu,
pengetahuan, waktu, dan dana yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Izwita Dewi, M.Pd. dan Bapak Prof.
Dr. Syahyar, M.Si., M.M. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
memberikan arahan, bimbingan dan motivasi serta meluangkan waktunya kepada
penulis sejak awal kuliah hingga penyelesaian tesis ini. Pada kesempatan ini juga
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
Pertama: Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Pd, selaku Rektor UNIMED,
Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED, Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd. selaku Ketua Prodi

Pendidikan Matematika, dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd. selaku sekretaris
Program Studi beserta staf.
Kedua, Bapak Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku Pembimbing I, Bapak Prof.
Dr. Syahyar, M.Si, M.M. selaku Pembimbing II, dan Bapak Prof. Dr.
Hasratuddin, M.Pd., Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd. dan Dr. Edi Syahputra, M.Pd.
selaku Nara Sumber, yang telah memberikan masukan pada tesis ini, serta seluruh
Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama penulis
menempuh pendidikan di Program Pascasarjana UNIMED.
Ketiga : Kepala Bapeda Kabupaten Langkat, Kepala Dinas Pendidikan dan
Pengajaran Kabuapten Langkat, dan Bapak Irwan Bangun, M.Pd., Drs. Sudirman,
dan Rudi Hendra Tarigan, M.Pd. sebagai kepala SMAN 1 Binjai, yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian terhadap pra siswa
di sekolah tersebut yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Keempat, Alm. Faridah Hanum isteri tercinta dan anak-anakku tersayang
Praka Fitri Andinata, Windy Krisdayani, S.P., dan Muhammad Teguh Satria yang
memberikan

dukungan


moral

kepada

penulis

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan Pendidikan Magister di Program Pascasarjana UNIMED.
Kelima: Ayahanda Alm. Usman dan Ibunda Masdari (Wartinah), orang
tuaku yang selalu memberikan do’a, nasehat dan bimbingan serta motivator utama
hingga dapat menyelesaikan kuliah di Program Pasca Sarjana UNIMED.
Demikian juga terima kasih penulis kepada seluruh keluarga yang telah
memberikan bantuan dan dorongan dalam menyelesaikan studi ini.
Keenam: Rekan-rekan kuliah khususnya Prodi Pendidikan Matematika
Angkatan ke II Bapeda yang banyak membantu penulis dengan memberikan

masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Ketujuh: Kepada berbagai pihak yang banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
Hendaknya semua kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
menjadi amal kebajikan. Akhirnya, penulis mengakui bahwa karya ini masih jauh
dari kesempurnaan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Medan,

Agustus 2013

Penulis,

SISWANTO

DAFTAR ISI
ABSTRACT ...............................................................................................
ABSTRAKSI ..............................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
BAB

Halaman
i
ii
iv
v
vii
viii
ix

I

PENDAHULUAN .........................................................................
Latar Belakang Masalah ................................................................
Identifikasi Masalah ......................................................................
Pembatasan Masalah .....................................................................
Rumusan Masalah .........................................................................

Tujuan Penelitian...........................................................................
Manfaat Penelitian.........................................................................

BAB II

KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN...........................................................
A. Kajian Teoretis .......................................................................
1. Kemampuan Koneksi Matematis ......................................
2. Hakekat Pembelajaran Konstektual...................................
3. Kecerdasan Logis Matematis ............................................
Penelitian Yang Relevan ..............................................................
Kerangka Berpikir .........................................................................
4. Kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan
dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada
siswa
yang
dibelajarkan
dengan
pendekatan

konvensional ......................................................................
5. Siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi
memiliki kemampuan koneksi matematis yang lebih
tinggi dari pada siswa yang memiliki kecerdasan logis
matematis rendah. ..............................................................
Pengajuan Hipotesis Penelitian .....................................................

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
Populasi dan Sampel .....................................................................
Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ..............................
Desain Penelitian ...........................................................................
Prosedur Penelitian ........................................................................
Teknik dan Alat Pengumpul Data .................................................
1. Instrumen Penelitian...........................................................
2. Hasil Uji Coba Instrumen...................................................
Bahan Ajar.....................................................................................
Kegiatan Pembelajaran ..................................................................

Teknik Analisis Data .....................................................................

1
1
10
11
11
12
12

14
14
14
21
38
45
47

47

48
49
50
50
50
52
53
56
58
58
59
68
69
70

BAB IV

1. Analisis Statistik Deskriptif ...............................................
2. Analisis Statistik Inferensial ..............................................
a. Uji Normalitas ...............................................................
b. Uji Homogenitas............................................................
c. Uji Anava Dua Jalur ......................................................
e. Uji Hipotesis ..................................................................

70
71
71
72
72
72

HASIL PENELITIAN ...................................................................
A. Deskripsi Data Penelitian .......................................................
1. Kemampuan Koneksi Matematis Untuk Perlakuan
Pendekatan Pembelajaran Konvensional...........................
2. Kemampuan Koneksi Matematis Untuk Perlakuan
Pendekatan Pembelajaran Konstektual .............................
3. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Memiliki
Kecerdasan Logis Matematis Tinggi ................................
4. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Memiliki
Kecerdasan Logis Matematis Rendah .............................
5. Kemampuan Koneksi Matematis Kelompok Kecerdasan
Logis Matematis Tinggi Untuk Perlakuan Pendekatan
Pembelajaran Konvensional .............................................
6. Kemampuan Koneksi Matematis Kelompok Kecerdasan
Logis Matematis Rendah Untuk Perlakuan Pendekatan
Pembelajaran Konvensional .............................................
7. Kemampuan Koneksi Matematis Kelompok Kecerdasan
Logis Matematis Tinggi Untuk Perlakuan Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual ................................................
8. Kemampuan Koneksi Matematis Kelompok Kecerdasan
Logis Matematis Rendah Untuk Perlakuan Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual ...............................................
Pengujian Persyaratan Analisis .....................................................
1. Uji Normalitas ....................................................................
2. Uji Homogenitas Varians ...............................................
Pengujian Hipotesis .......................................................................
Hasil dan Pembahasan ...................................................................

75
75
75
76
76
77

78

78

79

80
81
81
82
85
86

Keterbatasan Penelitian ......................................................... 105
BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ...................................
A. Simpulan ................................................................................
B. Implikasi .................................................................................
C. Saran .......................................................................................

108
108
108
113

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
DOKUMENTASI

115
118

DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11

Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.

Tabel 4.6.

Tabel 4.7.

Tabel 4.8.

Tabel 4.9.
Tabel 4.10.

Tabel 4.11.

Tabel 4.12.
Tabel 4.13.
Tabel 4.14.

Halaman
Siswa Kelas XI SMAN 1 Binjai ...............................................
51
Kriteria Kategori Kecerdasan Logis Matematis (KLM) ..........
54
Daftar Kelompok Siswa Berdasarkan KLM.............................
34
Kerangka Eksperimen Penelitian Faktorial 2 x 2 .....................
55
Indikator dan Skor Koneksi Matematis ....................................
59
Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ...............
60
Rangkuman Hasil Validasi Butir Soal ......................................
63
Rangkuman Hasil Reliabilitas .................................................
65
Rangkuman Hasil Validasi Tingkat Kesukaran .......................
66
Rangkuman Hasil Validasi Daya Pembeda .............................
68
Keterkaitan Rumusan Masalah, Hipotesis, Data yang digunagunakan, dan Pengujian Hipotesis ...........................................
74
Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis Untuk
Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Konvensional .................
75
Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis Untuk
Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual....................
76
Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis Untuk
Siswa Dengan Kecerdasan Logis Matematis Tinggi ................
77
Distribusi Frekuensi Kelompok Kemampuan Koneksi
Matematis Untuk Kecerdasan Logis Matematis Rendah .........
77
Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis
Kelompok Kecerdasan Logis Matematis Tinggi Untuk
Pendekatan Pembelajaran Konvensional ..................................
78
Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis
Kelompok Kecerdasan Logis Matematis Rendah Untuk
Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Konvensional .................
79
Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis
Kelompok Kecerdasan Logis Matematis Tinggi Untuk
Perlakuan Pendekatan pembelajaran kontekstual ....................
80
Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis
Kelompok Kecerdasan Logis Matematis Rendah Untuk
Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual....................
80
Hasil Pengujian Normalitas Data (UjiLiliefors) .......................
81
Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians
Antar Kelompok Sampel Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual Dan Konvensional dengan Uji F pada Taraf
..................................................... 82
Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians antar
kelompok sampel KLM-T dan KLM-R dengan Uji F pada
Taraf Signifikansi α = 0,05 ............................................... 83
Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians sampel
dengan Uji Bartlet pada Taraf Signifikansi α = 0,05................
83
Tabel Statistik Anava 2 Jalur ....................................................
84
Hasil Jawaban masalah koneksi matematis nomor 1 ..............
95

Tabel 4.15. Hasil Jawaban masalah koneksi matematis nomor 2 ..............
96
Tabel 4.16. Hasil Jawaban masalah koneksi matematis nomor 3 ..............
96
Tabel 4.17. Nilai Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang
Dibelajarkan dengan Pendekatan Pembelajaran Konstektual .. 103
Tabel 4.18. Nilai Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang
Dibelajarkan dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional 104
Tabel 4.19. Perbandingan Nilai Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
yang Dibelajarkan dengan Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual dan Konvensional ................................................. 104

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
4.1
4.2
4.3.

Halaman
Bagan Prosedur Penelitian ........................................................
57
Ragam Pola Jawaban Butir Nomor 1 .......................................
97
Ragam Pola Jawaban Butir Nomor 2 .......................................
99
Ragam Pola Jawaban Butir Nomor 3 ....................................... 101

DAFTAR LAMPIRAN
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15

Halaman
Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ........................... 118
Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Konvensional ........................ 119
Hasil validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS)........................................ 120
Hasil Validasi Tes Koneksi Matematis................................................... 121
Instrumen Tes Kecerdasan Matematematika .......................................... 134
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendekatan Pembelajaran
Konstektual ............................................................................................. 136
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendekatan Pembelajaran
Konvensional .......................................................................................... 149
Skor Kecerdasan Logis Matematis Siswa Kelas XI. IA1 (Kelas
Kontrol) .................................................................................................. 158
Skor Kecerdasan Logis Matematis Siswa Kelas XI. IA2 (Kelas
Eksprimen).............................................................................................. 159
Skor Kemampuan Koneksi Matematis Bedasarkan Pembelajaran
Kontekstual dan Konvensional ............................................................... 160
Skor Kemampuan Koneksi Matematis Berdasarkan Kecerdasan Logis
Matematis ............................................................................................... 161
Deskripsi Frekuensi Data Penelitian....................................................... 162
Perhitungan Uji Normalitas Data Dengan Uji Lilieofors ....................... 177
Uji Homogenitas ..................................................................................... 183
Pengujian Hipotesis ................................................................................ 186

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Siswa sedang dalam masa perkembangan menuju ke arah kedewasaan. Untuk
ini mereka sangat membutuhkan berbagai pengetahuan yang dapat menjadi
pedoman dalam kehidupan mereka, dan sekaligus dapat membantu memudahkan
mereka dalam memenuhi kebutuhan. Oleh sebab itu siswa perlu mempelajari
berbagai pengetahuan di lembaga pendidikan yang sesuai dengan minat dan citacita mereka. Salah satu lembaga pendidikan yang membantu persiapan siswa
tersebut adalah SMA (Sekolah Menengah Atas).
Para siswa SMA menerima berbagai pengetahuan sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu dari berbagai pengetahuan tersebut adalah
Matematika yang berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,
menurunkan dan menggunakan rumus Matematika yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, peluang
dan statistika, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga mempunyai fungsi
mengembangkan

kemampuan mengkomunikasikan

gagasan

melalui

model

Matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik
atau tabel (Departemen Pendidikan Nasional, 2003:6).
Pembelajaran Matematika merupakan latihan cara berpikir rasional, karena
Matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya

1

2
yang memungkinkan siswa terampil berpikir rasional. Pembelajaran Matematika
pada hakekatnya adalah untuk mencapai prestasi belajar sebaik mungkin.
Prestasi belajar matematika siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang
bersumber dari dalam diri siswa maupun di luar diri siswa. Beberapa faktor yang
bersumber dari dalam diri siswa, salah satunya adalah kemampuan koneksi
matematis. Syaban (2008) menyatakan bahwa: “Koneksi matematis merupakan
pengaitan matematika dengan pelajaran lain, atau dengan topik lain.” Dengan kata
lain, kemampuan matematis adalah kemampuan siswa mengaitkan konsep-konsep
Matematika baik secara internal (yang berhubungan dengan matematika itu sendiri)
maupun secarta eksternal (menghubungkan Matematika dengan bidang lain, baik
bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari). Tujuan utama dari
kemampuan koneksi matematis adalah: Membantu siswa memperluas cara pandang
mereka untuk melihat Matematika sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, bukan
hanya sebagai kumpulan topik-topik yang terpisah. Untuk memperkenalkan
hubungan dan kegunaan Matematika baik di dalam maupun di luar kelas.
Dengan demikian dipahami esensi utama tujuan pembelajaran Matematika
adalah memiliki kemampuan koneksi matematis yang baik sebagai aplikasi dari teori
ilmu Matematika. Sekaligus hal ini diharapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan

(KTSP,

2006),

yang mengamanatkan kepada setiap pelaku

pembelajaran matematika, dalam hal ini guru dan siswa, agar senantiasa
mengarahkan aktivitas belajar matematika di sekolah pada pencapaian standarstandar kompetensi yang meliputi: (1) Memahami dan menerapkan konsep,

3
prosedur, prinsip, teorema, dan ide matematika, (2) menyelesaikan masalah
matematika, (3) melakukan penalaran matematika, (4) melakukan koneksi
matematika dan (5) melakukan komunikasi matematika.
Mengingat pentingnya kemampuan koneksi matematis tersebut, tentu koneksi
matematis perlu dipahami dan dikuasai oleh siswa. Tetapi dalam kenyataannya,
kebanyakan siswa di sekolah menengah kemampuan koneksi matematis belum
terwujud dengan baik. Keadaan ini dinyatakan dalam hasil penelitian Rusgianto
(Lestari, 2009: 4) bahwa kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan
matematika yang dimilikinya dalam kehidupan nyata masih tergolong rendah.
Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian Ruspiani (2000) ternyata rerata
kemampuan siswa dalam melakukan koneksi antar topik matematika hanya
mencapai 22.2, koneksi dengan disiplin ilmu yang lain mencapai 44,9 dan koneksi
dengan dunia nyata mencapai 67,3. Untuk koneksi dengan dunia nyata, ada 24
siswa termasuk kelompok tinggi, 12 siswa termasuk kelompok sedang, dan 33
siswa termasuk kelompok rendah. Untuk koneksi dengan disiplin ilmu yang lain,
hanya tiga siswa termasuk kelompok tinggi, tujuh siswa termasuk kelompok
sedang, dan 59 siswa termasuk kelompok rendah. Sedangkan untuk koneksi antar
topik matematika, hanya empat termasuk kelompok tinggi, tiga siswa termasuk
kelompok sedang, dan 62 siswa termasuk kelompok rendah.
Keadaan tersebut sesuai dengan hasil tes diagnostik yang dilakukan oleh
peneliti tentang kemampuan koneksi matematis siswa kelas XI di SMAN 1 Binjai,
SMAN 1 Stabat, dan SMAN 1 Pangkaan Berandan, yang terdiri dari tiga item tes,

4
yaitu: Koneksi matematis dengan pokok bahasan lain, koneksi matematis dengan
bidang studi lain, dan koneksi matematis dengan kehidupan keseharian. Ketiga item
tes tersebut adalah: (1) Sebidang persawahan berbentuk persegi panjang
mempunyai luas 440 m2. Jika panjang sawah tersebut lebih 2 m dari lebarnya.
Tentukan panjang dan lebar persawahan tersebut! (2) Tentukan koefisien reaksi
berikut ini: HNO3 + H2S  NO + S + H2O, dan (3) Ali membeli 5 buah buku tulis
dan 2 buah pinsil dengan total harga Rp. 9.500,- Badu membeli 4 buah buku tulis
dan 3 buah pinsil dengan total harga Rp. 9.000,- Tentukan harga buku dan pinsil!
koneksi matematis dengan kehidupan keseharian.
Dari hasil jawaban siswa diperoleh nilai rata-rata kemampuan koneksi
matematis siswa kurang dari 60 pada skor 100, yaitu: sekitar 24% untuk koneksi
matematis dengan pokok bahasan lain, 45 % untuk koneksi matematis dengan
bidang studi lain, dan 55 % untuk koneksi matematis dengan kehidupan keseharian.
Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut diketahui bahwa kemampuan
koneksi matematis masih rendah. Untuk meningkatkan kemampuan koneksi
matematis tentu banyak hal yang mempengaruhinya, baik yang bersumber dari
dalam diri siswa (internal) maupun yang bersumber dari luar diri siswa (eksternal).
Dari berbagai faktor eksternal tersebut, salah satunya adalah pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Rohendi (2009: 3) berpendapat bahwa penyebab dari kurang disukainya
pelajaran matematika adalah faktor materi dan proses pembelajarannya. Hal ini
sejalan dengan apa yang diungkapkan Rohendi (2009: 3) bahwa matematika itu

5
sulit dipelajari dan juga sulit untuk diajarkan. Dalam Nurlaelah (2009: 4)
menyatakan bahwa matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar dan ruwet,
sehingga mengakibatkan hasil belajar matematika siswa pada umumnya masih
rendah.
Angie (Uno dan Kuadrat, 2009: 120) mengamati bahwa sebagian besar anak
menyukai matematika karena faktor pola pengajaran guru atau orang tua yang
menyenangkan dan kratif. Sejalan dengan hal tersebut, Ruseffendi (Nurlaelah,
2009: 5) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
siswa dalam belajar adalah guru, karena dalam proses belajar mengajar guru
menjadi figur sentral yang mengelola pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, guru
matematika hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika pada siswa, serta
dapat mengelola kelas dengan baik.
Dengan demikian pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru harus
menyenangkan. Merrill (1981) menganalogikan pembelajaran sebagai sebuah
bangunan yang terdiri dan komponen-komponen pengajaran. Komponen pengajaran
itu antara lain pengantar, tujuan yang diharapkan, generalisasi, penjelasan
generalisasi, contoh-contoh penjelasan, latihan, umpan balik, ikhtisar, dan tes.
Komponen-komponen ini dapat ditambah dengan komponen-komponen lainnya
yang dapat membantu belajar, seperti referensi, film, artikel, dan sebagainya.
Konsep strategi pembelajaran mengacu kepada keseluruhan pendekatan
pembelajaran yang dikombinasikan menjadi satu kesatuan dalam satu sistem yang

6
mencakup bentuk kerja sama sistem, format, stimulus, respon, umpan balik,
generalitas, contoh-contoh, tingkat kesukaran, bentuk informasi, pendekatan,
organisasi penyampaian, urutan materi ruang lingkup, ukuran dan kecepatan yang
digunakan dalam pembelajaran.
Konsep strategi pembelajaran mencakup aspek yang cukup luas oleh sebab itu
batasan strategi pembelajaran yang dikemukakan para ahli bervariasi. Menurut Joni
(1980) strategi pembelajaran berarti pola umum perbuatan guru-murid dalam
mewujudkan kegiatan belajar, di samping itu juga menyangkut macam dan urutan
perbuatan belajar mengajar. Sementara Merrill (1981) berpandangan bahwa strategi
pembelajaran

sebagai

suatu

susunan

atau

urutan

komponen-komponen

pembelajaran untuk mencapai hasil belajar suatu materi tertentu. Tujuan strategi
pembelajaran ini untuk menciptakan suatu bentuk pembelajaran dengan kondisi
tertentu guna membantu proses belajar (Dick dan Carey, 1978), yaitu tercapainya
tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Kemp, 1977).
Dari berbagai macam strategi pembelajaran tersebut, salah satunya adalah
strategi

pembelajaran

konstekstual.

Sudradjat

(2008)

menyatakan

bahwa

kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan
agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual
dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Definisi
yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

7
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang terbatas,
sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Dengan
konsep tersebut, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk
memecahkan persoalan, berfikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik
kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks ini, siswa perlu
mengerti makna belajar, manfaatnya, dalam status mereka dan bagaimana
mencapainya.
Selanjutnya Sudradjat (2008) menyatakan bahwa dalam kelas kontekstual,
tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih
banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari
menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Demikianlah peran guru di kelas yang
dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu bentuk peningkatan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajarannya dibandingkan dengan strategi
pembelajaran konvensional yang merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
yang berorientasi pada guru. Kedua pendekatan pembelajaran tersebut memiliki
keunggulan yang baik bila didukung oleh hal-hal yang dapat mewujudkan
pendekatan pembelajaran secara optimal sehingga dapat meningkatkan prestasi

8
belajar.
Untuk mewujudkan dan mendukung pendekatan konstektual, maka diperlukan
kecerdasan siswa. Kecerdasan menurut Garder dalam Cambell, dkk. (2006: 2)
adalah: “Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk
diselesaikan. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang
akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.” Dengan demikian dapat
dipahami bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa akan memberikan
peran yang penting dalam kegiatan pembelajaran siswa. Siswa yang memiliki
kecerdasan yang baik berarti memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang
terjadi dengan baik, termasuk dalam masalah pembelajaran Matematika yang
dihadapinya. Oleh sebab itu diharapkan, semakin tinggi kecerdasan yang dimiliki
oleh siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajarnya.
Kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang tidak sama dengan kecerdasan
orang lain. Berdasarkan hasil penelitian para ahli, khususnya ahli Psikologi bahwa
kecerdasan tersebut ada beberapa macam. Menurut Gardner (1993) yang dikutip
oleh Uno dan Kuadrat (2009: 7) bahwa “kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur
kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan
visual spasial, kecerdasan kinestetis, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.” Masing-masing kecerdasan tersebut
mempunyai ciri yang tersendiri dan memiliki fungsi yang berbeda pula dengan
kecerdasan lainnya. Secara khusus dalam pembahasan ini, dari ketujuh kecerdasan

9
tersebut akan dibahas satu kecerdasan saja, yaitu: kecerdasan logis matematis.
Berpikir matematis adalah cara berpikir terhadap sesuatu pertanyaan dengan
menggunakan proses matematis. Bagi siswa, kecerdasan logis-matematis adalah hal
yang sangat penting, khususnya bagi siswa yang mempelajari Matematika. Dalam
pembelajaran Matematika diperlukan kemampuan menghitung sesuatu dengan
cermat dan tepat, mengukur secara akurat, dan menjelaskan suatu operasi secara
tepat pula. Dengan adanya kecerdasan logis-matematis, siswa akan dapat
melaksanakan operasi Matematika secara baik dan tepat sesuai dengan konsep ilmu
Matematika.
Kecerdasan logis-matematis akan memberikan kemampuan kepada para siswa
untuk dapat memperhitungkan suatu penghitungan atau pengukuran secara tepat.
Hal ini terutama yang menyangkut dengan masalah pembelajaran Matematika yang
diterima oleh para siswa di tingkat SMA. Pada tingkat pendidikan ini, siswa telah
mampu berpikir secara logis dan matematis. Dengan demikian jelaslah bahwa
kecerdasan logis-matematis merupakan suatu hal yang sangat penting dimiliki dan
dikuasai oleh siswa, khususnya bagi para siswa di SMA, sebagai salah satu
kecerdasan yang sangat membantu dalam mewujudkan kemampuan koneksi
matematis siswa, khususnya dalam menyelesaikan operasional matematika.
Pendekatan pembelajaran kontekstual menghadirkan dunia nyata ke dalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Koneksi
matematis membantu siswa memperluas cara pandang mereka untuk melihat

10
Matematika sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, bukan hanya sebagai
kumpulan topik-topik yang terpisah, dan memperkenalkan hubungan dan kegunaan
Matematika baik di dalam maupun di luar kelas. Pendekatan pembelajaran
kontekstual mempunyai hubungan yang erat dengan koneksi matematik siswa,
karena dalam pendekatan pembelajaran kontekstual yang menjadi fokus utama
adalah keberadaan kontekstual, dan hal ini juga menjadi hal yang pokok dalam
koneksi matematis. Jadi, bila pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
kontekstual dapat terwujud dengan baik, maka kemampuan koneksi matematis juga
diharapkan dapat terwujud dengan baik.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka untuk mewujudkan kemampuan koneksi
matematis siswa diperlukan pendekatan kontekstual dan kemampuan berpikir logis
matematis siswa. Untuk mengetahui sejauhmana kebenaran tentang hal ini, maka
perlu dilakukan penelitian dalam ruang lingkup pembelajaran matematika.
Mengingat luas dan banyaknya pokok bahasan dalam matematika bagi siswa SMA,
maka penulis memilih pokok bahasan Statistika.
Sehubungan dengan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
dipilihlah judul penelitian ini: “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
dan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
SMA Negeri Kabupaten Langkat.”

B. Identifikasi Masalah
Dalam latar belakang telah dikemukakan banyak persoalan yang harus

11
dipecahkan di sekolah, terutama menyangkut kemampuan koneksi matematis.
Untuk itu perlu dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa.
2. Pendekatan belajar yang digunakan guru belum optimal.
3. Kecerdasan logis matematis siswa masih rendah
4. Hasil belajar matematika siswa rendah
5. Proses jawaban siswa terhadap masalah koneksi matematis dalam pembelajaran
belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
6. Ketuntasan kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah.

C. Pembatasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan koneksi
matematis siswa pada pokok bahasan Statistika, pendekatan pembelajaran
kontekstual dan konvensional, dan kecerdasan logis matematis.

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan
pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan
pendekatan konvensional?

2.

Apakah siswa yang memiliki skor kecerdasan logis matematis tinggi memiliki
kemampuan koneksi matematis yang lebih tinggi dari pada siswa yang

12
memiliki kecerdasan logis matematis rendah setelah mendapat pembelajaran
Statistika?
3.

Bagaimana proses jawaban siswa terhadap masalah koneksi matematis
melalui pembelajaran konstektual?

4.

Bagaimana ketuntasan kemampuan koneksi matematis siswa?

E.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk:
1. Mengetahui apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan
dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan
dengan pendekatan ekspositori.
2. Mengetahui apakah siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi
memiliki kemampuan koneksi matematis yang lebih tinggi dari pada siswa yang
memiliki kecerdasan logis matematis rendah setelah mendapat pembelajaran
Statistika.
3. Mengetahui proses jawaban siswa terhadap masalah koneksi matematis melalui
pembelajaran konstektual.
4. Mengetahui ketuntasan kemampuan koneksi matematis siswa.

F.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoretis dan

praktis. Manfaat teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

13
pengetahuan tentang teori-teori yang berkaitan dengan strategi pembelajaran
kontekstual dan konvensional, dan teori tentang kecerdasan logis matematis siswa,
sebagai usaha peningkatan kemampuan koneksi matematis. Oleh karena itu secara
teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan oleh
peneliti-peneliti lanjutan terhadap variabel-variabel yang relevan.
Sedangkan manfaat praktis penelitian ini: (1) diharapkan dapat dipakai
sebagai bahan informasi dalam mengambil kebijakan memperbaiki proses belajar
dalam bidang studi Matematika di SMA, (2) memperkenalkan penerapan
pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan konvensional
sebagai alternatif strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan koneksi
matematis, (3) sebagai bahan informasi tentang pengaruh strategi pembelajaran dan
kecerdasan logis matematis terhadap kemampuan koneksi matematis, dan (4) hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan sebagai kerangka acuan untuk
penelitian selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini.

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A.

Simpulan

1. Rata rata kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan
pendekatan pembelajaran konstektual (7,38) lebih tinggi dari pada siswa yang
diajarkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional (6,13).
2. Rata rata kemampuankoneksi matematis siswa yang memiliki kecerdasan logis
matematis tinggi (7,94) lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kecerdasan
logis matematis rendah (5,89).
3. Dari hasil beberapa jawaban siswa pada pendekatan pembelajaran konstektual
terdapat proses penyelesaian jawaban tes tentang materi Statistika yang
beragam.
4. Tingkat keberhasilan ketuntasan belajar dengan pendekatan pembelajaran
konstektual (24 orang atau 61,54%) adalah lebih tinggi dari pendekatan
pembelajaran konvensional (13 orang atau 34,21%).

B.

Implikasi
Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini yang menyatakan

bahwa siswa yang diajarkan

dengan pendekatan pembelajaran konstektual

memiliki kemampuan koneksi matematis yang lebih tinggi dibandingkan dengan
jika diajar dengan pendekatan pembelajaran kovensional.

Dengan demikian,

diharapkan agar para guru di SMA mempunyai pengetahuan, pemahaman dan
wawasan yang luas dalam memilih dan menyusun pendekatan pembelajaran
khususnya

pendekatan

pembelajaran

108

Matematika.

Dengan

penguasaan

109
pengetahuan, pemahaman, dan wawasan tersebut, seorang guru diharapkan
mampu merancang suatu desain pembelajaran Matematika dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang efektif.
Jika melihat luasnya cakupan dan objek mata pelajaran Matematika, maka
dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran konstektual, sehingga siswa mampu
membangkitkan keterlibatan mental siswa dalam belajar, sehingga siswa dapat
menemukan secara langsung ilmu dan pengetahuan yang dibutuhkannya.
Perolehan ilmu dan pengetahuan secara langsung oleh siswa, dan bukan transfer
ilmu pengetahuan dari guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
meningkatkan retensinya,

mampu mengingat ilmu dan pengetahuan tersebut

dalam ingatan jangka panjang, dan sewaktu-waktu dapat dibangkitkan kembali
dengan cara menemukan materi-materi penting, pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkannya untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Implikasinya dalam memilih pendekatan pembelajaran bahwa salah satu
faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang pelajaran Matematika
adalah kecerdasan logis matematis siswa. Dengan adanya kecerdasan logis
matematis dalam diri siswa, maka siswa akan mampu memberikan pemahaman
yang benar terhadap orang atau siswa lain sesuai dengan makna yang akan
disampaikan. Dengan kecerdasan logis matematis yang dimiliki, siswa mampu
untuk bernalar secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan.
Kecerdasan logis matematis sangat berperan dalam bernalar yang fektif,
sebab kecerdasan logis matematis yang dimiliki siswa akan meningkatkan
keterampilan

memahami.

Kecerdasan

logis

matematis

tersebut

mampu

110
memberikan dan mempersiapkan siswa untuk berkomunikasi secara terampil,
artinya memiliki kemampuan dalam menyampaikan maksud, makna, atau pesan
yang terkandung dalam suatu proses pembelajaran dengan menggunakan konsep
matematis. Siswa yang terampil untuk berkomunikasi

akan mampu untuk

memberikan pemahaman yang benar terhadap siswa lain sesuai dengan makna
yang akan disampaikan. Selanjutnya, dengan memiliki kemampuan koneksi
matematis, siswa diharapkan mampu berpikir secara dinamis, terstruktur, atau
melalui tahapan-tahapan yang sistematis, dilaksanakan dengan ketelitian dan
ketepatan terukur memperoleh maksud, makna, atau pesan yang terkandung dalam
suatu proses pembelajaran.
Siswa yang memiliki kemampuan logis matematis tinggi akan lebih mudah
mengolah informasi dan mengemukakan ide dan pemikiran, mencari dan
menemukan alternatif-alternatif pemecahan masalah-maslah belajarnya. Siswa
dengan kecerdasan logis matematis tinggi memiliki penguasaan tentang kata-kata
dan kalimat yang baik, sehingga jika diberi kondisi dan fasilitas belajar, misalnya
memberikan keleluasaan untuk belajar, menerapkan pengajaran yang sifatnya
manusiawi, memberikan dorongan, memecahkan masalah yang dihadapinya,
maka potensi yang dimilikinya akan dapat terwujud. Kondisi yang menyenangkan
ini akan dimanfaatkan oleh siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi untuk
mengembangkan dan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulisan melalui
kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas, sehingga buah
pikiran yang akan dituangkan dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan
baik dan benar, dalam suatu proses belajar mengajar yang selanjutnya

111
diperkirakan akan mempengaruhi hasil belajarnya.
Bagi siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis rendah jika diajarkan
dengan pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa, akan mengalami
kesulitan untuk membangun atau mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan
Matematika yang dibutuhkannya, sebab siswa dengan kecerdasan logis matematis
rendah memiliki tingkat kecepatan yang rendah dalam memahami dan memaknai
materi-materi esensial pelajaran Matematika.Struktur kognitif siswa dengan
kecerdasan logis matematis rendah membutuhkan waktu dan proses pembelajaran
yang lebih lama untuk mencema suatu materi pelajaran Matematika yang
disajikan. Siswa dengan kecerdasan logis matematis rendah akan mengalami
kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Matematika yang dihadapinya,
karena pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya berdasarkan informasi
yang diberitahukan oleh gurunya bukan karena ditemukan sendiri olehnya, dengan
kata lain proses pembelajaran adalah transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pendekatan pembelajaran seperti ini adalah bentuk pembelajaran di mana kelas
masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
menjadi altematif utama strategi pembelajaran. Di samping itu, pengetahuan
hanya dianggap sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Bagi siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi, jika diajar dengan
pendekatan pembelajaran kovensional akan memperoleh kemampuan moneksi
matematis yang kurang maksimal, sebab pembelajaran berbasis berorientasi pada
guru (teacher centered), di mana guru berfungsi sebagai sumber utama
pembelajaran. Pada pembelajaran berorientasi pada guru, tekanan utama

112
pembelajaran untuk seluruh anggota kelas. Guru mengajar kepada seluruh siswa
tanpa memandang aspek individual, bahasa Indonesia, intelektual, dan psikologis
siswa. Guru bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar dan sekaligus sebagai
penyaji isi pelajaran. Kerjasama siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tidak
dibutuhkan. Siswa belajar menurut kapasitasnya masing-masing. Pembelajaran
seperti ini kurang memberdayakan siswa dalam menemukan alternative-alternatif
pemecahan masalah dalam pembelajarannya, serta kurang mampu untuk
mengarahkan siswa untuk berinteraksi secara efektif, sehingga siswa tidak
merasakan dan tidak menghasilkan bayangan-bayangan mental dan visualisasi
detail dalam benaknya. Dengan demikian, tujuan pembelajaran Matematika yang
sudah ditetapkan oleh guru tidak dapat berjalan dengan efektif, dan tidak sesuai
dengan tujuan intruksional yang telah ditetapkan.
Sebaliknya, untuk siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis rendah,
jika diajar dengan pendekatan pembelajaran kovensional akan memperoleh hasil
belajar yang lebih baik, sebab pendekatan pembelajaran kovensional adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred). Artinya,
proses pembelajaran didominasi oleh guru, di mana guru berperan sebagai nara
sumber dan merangsang siswa untuk mengeluarkan ide-ide atau konsep dengan
pesrtanyaan-pertanyaan yang mudah dipahami dalam memecahkan masalah. Di
akhir pembelajaran, dilakukan kegiatan tanya jawab, memberikan tugas kepada
siswa untuk membuat rangkuman pelajaran yang baru diikuti dibuku catatan
masing-masing dengan memberitahukan terlebih dahulu materi-materi penting
pada pembelajaran yang baru dilakukan. Dengan demikian, meskipun siswa

113
memiliki kecerdasan logis matematis rendah, siswa tersebut cenderung dapat
menerima dan memahami makna dan esensi materi-materi penting pelajaran
tersebut, sebab guru senantiasa mengarahkan dan membimbing

siswa untuk

memperoleh hasil belajar sesuai dengan tujuan instruksional yang telah
ditetapkan. Siswa diarahkan untuk membuat rangkuman secara individual
didampingi oleh guru untuk mengetahui secara langsung apa yang dikerjakan
siswa dalam membuat rangkuman, dan apabila siswa kurang mampu untuk
mengidentifikasi materi yang hams dirangkum, maka guru mengarahkannya, Oleh
karena itu perolehan pengetahuan dan keterampilan secara sistematis yang
bersumber dari guru sebagai sumber utama pengetahuan dan sekaligus penyaji isi
materi pelajaran masih harus tetap dipertahankan.
Penerapan pendekatan pembelajaran konstektual dengan kecerdasan logis
matematis tinggi akan lebih efektif dan efisien sebab partisipasi siswa dalam
bekerjasama akan memperoleh hasil belajar yang baik. Guru harus berperan aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran, terutama dalam memberdayakan dan
melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan sendiri ilmu, keterampilan, dan
informasi yang dibutuhkan siswa, serta alat-alat atau media pembelajaran yang
sangat mendukung penerapan pendekatan pembelajaran konstektual ini.
C.
1.

Saran
Mengupayakan mutu pendidikan di SMA dapat dikembangkan melalui proses
pembelajaran yang bervariasi. Salah satu altematif pengembangannya adalah
melalui pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat dengan tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan, kondisi dan karakteristik

114
siswa. Strategi yang dapat dipilih antara lain adalah pendekatan pembelajaran
konstektual dan kovensional.
2.

Diharapkan kepada para guru Matematika atau tenaga pengajar umumnya
agar senantiasa memperhatikan dan mempertimbangkan faktor kecerdasan
logis matematis siswa sebagai pijakan dalam merancang pembelajaran. Selain
itu, guru perlu melakukan pengkajian yang mendalam tentang karakteristik
siswa untuk dijadikan sebagai pijakan atau acuan untuk mengoptimalkan
penerapan pendekatan pembelajaran konstektual dalam pelajaran Matematika
secara efektif dan efisien.

3.

Penelitian ini perlu ditindaklanjuti untuk setiap jenjang pendidikan dan pada
sampel yang lebih luas serta variabel penelitian berbeda lainnya, dengan
mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. (2000). Media Pengajaran, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Ary, Donald; Lucy Cheser Jacobs; dan Asghar Razavieh, (