Radiografi Kedokteran Gigi Kerangka Teori Kerangka Konsep

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis analysis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih berkaitan satu dengan lainnya. Kemampuan analisis ditandai dengan penggunaan kata kerja diantaranya dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis synthesis, yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori yang telah ada. 6. Evaluasi evaluation, berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada, misalnya dapat membandingkan, menanggapi, menafsirkan dan sebagainya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur, dapat disesuaikan dengan tingkatan- tingkatan diatas. 9,10

2.2 Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi kedokteran gigi merupakan alat yang membantu dalam mendiagnosa dan menentukan rencana perawatan penyakit dalam rongga mulut seperti karies, penyakit periodontal dan kelainan patologis lainnya yang ada pada rongga mulut. Dalam penatalaksanaan perawatan gigi, sangat baik jika dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografi sehingga tahapan dalam pengobatan bisa berjalan sebaik mungkin. 1,11,12 Radiografi kedokteran gigi memiliki banyak kegunaan diantaranya: 4 1. Untuk mendeteksi lesi. 2. Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit. 3. Untuk melihat lokasi lesi atau benda asing yang terdapat pada rongga mulut. 4. Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan. Universitas Sumatera Utara 5. Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. 6. Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma. 7. Sebagai dokumentasi dan rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-waktu.

2.3 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi di kedokteran gigi ada dua macam yaitu: 2,4 A. Radiografi intra oral Radiografi intra oral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya.Pemeriksaan intraoral adalah pokok dari dental radiografi.Pada radiografi intra oral film diletakkan didalam mulut pasien. Tipe-tipe radiografi intra oral secara umum: 2 1. Periapikal radiografi Bertujuan untuk memeriksa gigi crown and root serta jaringan disekitarnya. Indikasi utama dalam menggunakan radiografi jenis ini adalah; untuk mendeteksi infeksi inflamasi dari apikal, menilai status periodontal, untuk melihat kondisi trauma pada gigi dan tulang alveolar, untuk melihat adanya gigi yang belum erupsi serta posisinya, untuk melihat morfologi dari bentuk akar sebelum dilakukan pencabutan, observasi pada perawatan endodontik,dan lain-lain. 4 2. Interproksimal radiografi Bitewing radigrafi Bertujuan untuk memeriksa crown, crest alveolar di maksila dan mandibula dalam satu film. Film yang dipakai adalah film khusus. 2 Indikasi utama dalam penggunaan radiografi jenis ini adalah; untuk mendeteksi karies interproksimal terutama karies dini, untuk menilai kondisi crest alveolar anatara dua gigi untuk memantau perkembangan karies gigi, untuk menilai kondisi dari restorasi serta untuk menilai status periodontal. 4 3. Oklusal radiografi Bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau mandibula dalam satu film. Film yang digunakan adalah film khusus. 2,4 Oklusal radiografi digunakan dengan tujuan melihat: • Lokasi akar gigi. • Lokasi supernumerary,tidak erupsi, atau gigi yang impaksi. • Salivary stone di saluran kelenjar submandibular. • Evaluasi dari perluasan lesi seperti kista, tumor atau keganasan di mandibula dan maksila. Universitas Sumatera Utara • Evaluasi basis sinus maksilaris. • Evaluasi fraktur di maksila dan mandibula. • Pemeriksaan daerah cleft palate. • Mengukurperubahan dalam bentuk dan ukuran dari maksila dan mandibula. B. Radiografi Ekstra Oral Radiografi ekstra oral merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang. Film berada diluar mulut. 2 Tipe radiografi ekstra oral yaitu; panoramik, lateral jaw, lateral cephalometric, postero-anterior, proyeksi submentovertec, proyeksi waters dan lain-lain. 2,4 Panoramik merupakan tipe dari radiografi ekstra oral yang paling banyak digunakan. 2,3,4 2.4Radiografi Panoramik Radiografi panoramik, disebut juga pantomography atau dental panoramic tomography, merupakan teknik radiografi yang menghasilkan satu gambaran tomografi struktur wajah termasuk lengkung gigi maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya. 4,13 Teknik ini adalah variasi kurvilinier dari tomografi konvensional dan berlandaskan pada prinsip pergerakan resiprokal sumber sinar-x dan sebuah reseptor gambar di sekitar point sentral, disebut image layer, yang menjadi lokasi objek berada. Objek pada bagian depan atau belakang layer tidak tertangkap dengan jelas karena pergerakannya relatif menuju pusat rotasi reseptor sinar-x. 13

2.4.1 Kriteria Penggunaan Radiografi Panoramik

Kriteria-kriteria yang direkomendasikan untuk penggunaan radiografi panoramik pada praktik kedokteran gigi dalam situasi sebagai berikut: 4 a. Lesi tulang atau gigi yang tidak erupsi dimana ukuran dan posisinya tidak dapat terlihat oleh radiografi intra oral. b. Bagian dari pemeriksaan tulang alveolar pada periodontitis dengan poket lebih dari enam mm. c. Penilaian sebelum dilakukannya intervensi bedah. d. Bagian dari penelitian ortodonti dimana secara klinis dibutuhkan pernyataan mengenai pertumbuhan gigi dan ada atau hilangnya gigi. Hal ini berguna sebagai kriteria klinis pemilihan pasien, bukan sebagai pemeriksaan rutin. Universitas Sumatera Utara Sebagai tambahan penggunaan radiografi panoramik di rumah sakit berguna untuk menilai: a. Fraktur di seluruh bagian mandibula kecuali regio anterior. b. Penyakit pada antral, khususnya bagian dinding dasar, dinding posterior dan dinding media. c. Penyakit destruktif pada permukaan artikular sendi temporomandibular. d. Penilaian tinggi vertikal tulang alveolar sebagai bagian dari perencanaan pra- implantasi.

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Radiografi Panoramik

Kelebihan utama dari penggunaan radiografi panoramik adalah mengulas secara luas tulang-tulang wajah dan gigi, dosis radiasi yang rendah dan waktu yang singkat dalam pengambilan gambar yaitu sekitar 3-4 menit, termasuk waktu memposisikan pasien dan waktu pemaparan. 13 Kelebihan lainnya dari radiografi panoramik adalah: 4 a. Gambaran area yang luas dan seluruh jaringan ditampilkan. b. Radiografi panoramik dapat dengan mudah dipahami pasien, sehingga bermanfaat menjadi sarana edukasi bagi pasien. c. Pengambilan posisi relatif sederhana. d. Pandangan keseluruhan rahang memberikan penilaian cepat pada penyakit, bahkan mungkin penyakit yang tidak dicurigai sebelumnya. e. Pandangan kedua sisi mandibula dalam satu film bermanfaat dalam menilai fraktur dan cukup nyaman dilakukan pada pasien yang terluka atau sakit. f. Dinding dasar antral, juga dinding posterior dan media dapat terlihat dengan baik. g. Kedua prosesus kondiloideus dimunculkan dalam satu film sehingga memudahkan dalam melakukan perbandingan. h. Dosis radiasinya hanya sekitar seperlima dari survei full mouth radiografi intra oral. Kekurangan utama dari radiografi panoramik adalah bahwa gambar tidak menunjukkan detail anatomi yang baik seperti pada radiografi intra oral, sehingga tidak cocok untuk mendeteksi lesi karies yang kecil, struktur marginal jaringan periodonsium, atau penyakit- penyakit periapikal. Terkadang ada jaringan yang overlap, seperti servikal tulang belakang, dapat menyembunyikan lesi-lesi odontogenik, khususnya pada daerah insisal. 13 Universitas Sumatera Utara Kerugian lain dari radiografi panoramik dapat diuraikan dalam poin-poin sebagai berikut: 4 a. Gambaran tomografi ini hanya menampilkan satu bagian dari pasien, sehingga struktur atau kejanggalan yang tidak mencolok tidak terlihat jelas. b. Jaringan lunak dan rongga udara dapat terhalangi oleh jaringan keras. c. Bayangan artefaktual dapat menghalangi gambaran struktur yang penting. d. Penggunaan indirect-action film dan intensifying screen menghasilkan penurunan kualitas gambar tapi resolusinya dapat ditingkatkan dengan menggunakan digital imaging receptor. e. Teknik ini tidak cocok pada pasien anak dibawah umur enam tahun atau pasien yang mempunyai kemampuan terbatas karena panjangnya siklus pemaparan. f. Beberapa pasien tidak dapat menyesuaikan diri sehingga beberapa struktur dapat keluar dari fokus. g. Pergerakan pasien selama pemaparan dapat menyebabkan distorsi sehingga menyulitkan interpretasi.

2.4.3 Anatomi Normal Rahang Atas Pada Radiografi Panoramik

Secara garis besar yang termasuk kedalam struktur anatomi normal rahang atas pada radiografi panoramik adalah: batas kortikal maksila, termasuk posterior borderdan ridge alveolar, fisura pterygomaksilaris; sinus maksilaris; kompleks zygomatikus, termasuk pinggiran lateral dan inferior orbita, prosesus zygomatikus, dan bagian anterior arkus zygomatikus; nasal cavity dan conchae, gigi geligi maksila dan tulang alveolar. 13 Struktur- struktur anatomi normal rahang atas dan rahang bawah dapat terlihat pada gambar berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Struktur anatomi pada radiografi panoramik 2 Keterangan : 1. Rongga orbita, 2. Rongga hidung, 3. Septum nasi, 4. Sinus maksilaris, 4a. Dinding sinus maksilaris 5.Prosesus palatinus, 6.Kanal insisivum, 7.Arkus zigomatikus, 8.Spina angular, 9.Prosesus kondilus mandibula, 10.Prosesus koronoid mandibula, 11.Tuberositas maksila, 12.Lateral pterygoid plate with superimposition of the coronoid process of mandible and zygomtic arc, 13. Coronoid notch, 14.Fossa glenoidalis, 15.Prosesus styloid, 16.Prosesus mastoid, 17.Oblique ridge of the mandible, 18.Foramen mandibula, 19.Kanal mandibula inferior, 20.Foramen mentalis, 21.Tuberkel genial, 22.Inferior border of the mandible, 23.Sudut mandibula, 24.Panorex chin rest, 25. Middle cranial fossa, 26. Hamulus

2.4.3.1 Rongga Orbita

Pada gambaran radiografi panoramik, beberapa atau semua bagian dari rongga orbita dapat terlihat. Rongga orbita berfungsi sebagai tempat untuk bola mata yang dikelilingi oleh ridges untuk melindungi mata. Secara radiografi orbit tampak sebagai ruang radiolusen berbentuk lingkaran yang terletak lebih superior dari sinus maksilaris dan dikelilingi oleh garis radiopak yang tipis. Umumnya hanya setengah sampai sepertiga bagian bawah orbit yang terlihat. Ridge yang terletak dibawah orbit disebut ridge infraorbital, yang paling sering muncul pada gambaran panoramik. 14 Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Rongga orbita pada radiografi panoramik 14

2.4.3.2 Sinus Maksilaris

Sinus maksilaris berbentuk seperti piramida, yaitu rongga yang berisi udara yang menempati sebagian besar rahang atas gigi posterior pada setiap sisi. Sinus maksilaris juga terletak pada setiap bagian samping dari fossa hidung, dan meluas sampai bagian dekat akar gigi rahang atas bagian posterior. 13,14 Pada gambaran radiografi, sinus maksilaris tampak sebagai area radiolusen yang dibatasi oleh garis radiopak tipis. Walaupun penting untuk membandingkan bagian kanan dan kiri dari sinus maksilaris ketika mencari kelainan, penting untuk diingat bahwa sinus sering tampak tidak simetris terhadap bentuk dan ukuran. 13

2.4.3.3 Fossa Nasal

Fossa nasal disebut juga nasal cavity adalah saluran udara dari hidung dimana gambaran radiografi panoramik terlihat dengan jelas ruang terbuka di daerah hidung, yang merupakan lekukan lubang hidung.Terdapat dua ruang atau fossa yang dibatasi oleh midline. Garis radiopak yang sama menggambarkan batas lateral dari fossa nasal dan anterior dari sinus maksilaris. Septum nasal adalah dinding tulang yang tipis pada garis tengah wajah yang memisahkan antara kanan dan kiri dari fossa nasal. Septum nasal tidak selalu lurus atau simetris. 14 Universitas Sumatera Utara

2.4.3.4 Arkus Zigomatik

Pada gambaran radiografi panoramik, arkus zigomatik biasanya tampak sebagai radiopacity yang berbentuk segitiga yang memanjang dekat dari daerah posterior sinus maksilaris sampai ke sudut atas gambaran radiograf.Kepadatan arkus zigomatik cukup homogen. Sutura zigomatiko-temporal terlihat pada daerah ini sebagai garis radiolusen yang dapat terlihat seperti garis fraktur pada arkus zigomatik. 14

2.4.3.5 Dinding Sinus Maksilaris

Gambaran radiografi panoramik dari sinus maksilaris adalah radiolusen.Pada area apeks premolar dan molar rahang atas terlihat garis radiopak tulang kortikal yang merupakan dinding dari sinus maksilaris.Perluasan dinding dari sinus maksilaris yang berukuran kecil biasanya meluas dari premolar dua sampai molar dua. Bila sinus besar bisa terlihat dari kaninus atau premolar satu sampai lebih dari molar tiga rahang atas. 14

2.4.3.6 Inferior Nasal Concha

Inferior nasal concha meluas secara horizontal sepanjang dinding lateral nasal cavity.Inferior nasal concha memiliki dua permukaan, dua dinding dan dua ektremitas. Permukaan lateral berbentuk konkaf dan membentuk bagian dari inferior meatus. 15

2.4.3.7 Tuberositas Maksila

Pada gambaran radiografi panoramik, bagian ujung distal dari tulang alveolar rahang atas dan ujung paling distal dari molar adalah eminensia tulang yang berbentuk bulat yang disebut dengan tuberositas maksila. Gambaran radiografi dari tuberositas maksila adalah radiopak dengan batas cembung pada distal rahang atas. 14 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.Tuberositas maksila pada gambaran radiografi panoramik 14

2.4.3.8 Prosesus mastoid

Secara umum prosesus mastoid memberikan gambaran berisi air cells. Pada gambaran radiografi panoramik air cells ini meluas ke lengkungan zigomatik sampai ke eminensia artikularis. Bagian anterior dari prosesus mastoid terkadang terlihat dari gambaran panoramik pasien anak, karena pada pasien anak scan panoramik dapat mengambil gambar lebih ke distal dari sendi temporomandibular, sehingga prosesus mastoid pada bagian anterior dapat terlihat. 14 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.Prosesus mastoid pada gambaran radiografi panoramik 14

2.4.3.9 Prosesus styloid

Prosesus styloid adalah tulang yang berkembang dari tulang temporal dan terletak di bagian depan foramen stylomastoid. Prosesus styloid memiliki bentuk runcing yang menonjol dibagian bawah telinga, berfungsi sebagai syaraf-syaraf bicara pada suatu membran yang nantinya akan dihubungkan dengan pita suara pada manusia. Prosesus styloid terlihat radiopak dari gambaran radiografi panoramik. 14

2.4.3.10 Spina Angular

Pada gambaran radiografi panoramik spina angular diproyeksikan pada bagian posterior dari greater wing tulang sphenoid pada kedua sisi, terletak pada posterolateral dari foramen spinosum. Spina angular dapat memberikan perlekatan pada ligament sphenomandibular. 14

2.4.4 Interpretasi Patologi pada Radiografi Panoramik

Radiografi panoramik sangat berguna dalam memeriksa daerah rahang yang tidak dapat digambarkan dengan radiografi intraoral, seperti sendi temporomandibular dan daerah molar ketiga.Karena distorsi dan tampilan dua dimensi yang terbatas, sendi temporomandibular tidak dapat dinilai secara rinci, bagaimanapun juga gambaran secara umum selalu menunjukkan kelainan mayor yang jelas.Dalam penilaian lesi yang terletak pada rahang, penting untuk memeriksa seluruh batas yang tercapai oleh gambaran radiografi panoramik.Biasanya lokasi, Universitas Sumatera Utara pinggiran dan bentuk, serta kepadatan internal dan efek pada struktur disekitar lesi pada rahang dapat dinilai dari gambaran radiografi panoramik. Namun hal ini juga dibatasi oleh berbagai superimposisi yang diproyeksikan pada gambar, terutama pada sinus maksilaris dan daerah palatum. 3,16 Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Teori

Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi Intraoral Radiografi Ekstraoral Periapikal Bitewing Oklusal Panoramik Lateral Jaw Posteroanterior Chepalometrik Proyeksi Waters Rahang Atas Rahang Bawah Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Konsep

Radiografi panoramik Pengetahuan Anatomi normal Rahang Atas dari gambaran Panoramik Rongga orbita Sinus maksilaris Fossa Nasal Arkus zigomatik Dinding sinus maksilaris Inferior nasal concha Tuberositas maksila Kurang Sedang Baik Prosesus mastoid Prosesus styloid Spina angular Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dimana penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi tertentu dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di klinik salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali, waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali. Metode sampel yang digunakan adalah simple random sampling, dimana seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sebagai sampel. Maka besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut: n = d 2 Zα 2 P Q Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Jakarta

9 130 51

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi

1 66 58

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

0 0 14

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

0 0 1

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

0 0 2

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

0 1 14

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

0 0 2

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

0 0 13

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Jakarta

0 0 14

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi

0 0 17