Teori Kedaulatan Tuhan Kerangka Teori

1. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan konsep kepemimpinan Negara Vatikan dan Iran.

5. Manfaat Penelitian

Setiap penelitain, diharapkan mampu memberikan mamfaat, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengeteahuan. Untuk itu yang menjadi mamfaat penelitian ini adalah: 1. Untuk mengembangakan kemampuan penulis dam menulis karya ilmiah, dan memahami lebih dalam tentang Kepemimpinan Negara Vatikan dan Iran. 2. Secara Akademis, sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan menuangkan dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Strata-1 di Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memeberikan konstribusi dan masukan yang positif bagi pihak yang terkait dalam penelitian ini.

6. Kerangka Teori

Penggunaan teori dalam sebuah penelitian sangatlah perlu sebagai landasan untuk menyelesaikan masalah. Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya, untuk itu perlu menyusun kerangka teori ang memuat pokok-pokok pikiran yang mengambarkan dari sudut mana masalah peneliti akan disoroti. 14 Adapun teori yang dianggap relevan denga penellitian ini adalah sebagai berikut:

6.1 Teori Kedaulatan Tuhan

14 Bagong Suyanto dan sakinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : kencana. Hal 39- 40. Dalam terminologi ilmu politik modern, kata kedaulatan digunakan untuk mengartikan kemaharajaan mutlak atau kekuasaan raja yang paripurna. Kedaulatan memiliki hak yang tidak dapat diganggu gugat untuk memaksakan perintah-perintahnya kepada semua rakyat negara yang bersangkutan dan sang rakyat ini memiliki kewajiban mutlak untuk menaatinya tanpa memerhatikan apakah mereka bersedia atau tidak. Tidak ada media luar lainnya, kecuali kehendaknya sendiri, yang dapat mengenakan pembatasan pada kekuasaannya untuk memerintah. Tidak ada rakyat yang memiliki hak mutlak untuk melawannya atau bertentangan dengan perintah-perintahnya. Hak apapun yang dicabutnya akan dihapus. Sudah merupakan dalil universal dibidang hukum bahwa setiap hak hukum hanya tercipta jika pemberi hukum menginginkannya demikian. Oleh karenanya, jika sang pemberi hukum itu mencabutnya, keberadaannya dilenyapkan, dan sesudahnya hak yang telah dihapuskan tersebut tidak dapat dituntut. Hukum tercipta melalui kehendak kedaulatan serta meletakkan semua rakyat negara dibawah kewajiban untuk menaatinya. Tetapi tidak ada hukum yang mengikat kedaulatan itu sendiri. Dengan kata lain, ia adalah otoritas mutlak, dan dengan demikian, sepanjang berkaitan dengan perintah-perintahnya, tidak akan dan tidak boleh muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai baik buruk, benar dan salah, dan sebagainya. Apapun yang dilakukannya adalah dalil, dan tidak seorangpun dapat mempertanyakan tindakan, perintah serta penegakan perintah- perintah tersebut perilakunya merupakan kriteria bagi benar dan salah dan tidak seorangpun yang boleh mempertanyakannya. 15 Thomas Aquinas, salah seorang pemikir yang intelektualistik dan to koh terbesar dimasa skolastik yang mengikuti ajaran Aristoteles melalui kontak dengan dunia arab, membangun realisme perpaduan antara nalar dan iman, kodrat dan adikodrati, f ilsafat serta teologi. Epistemologi Aquinas adalah uraian 15 Astawa, I Gde Pantja Suprin Na’a. 2009. Memahami ilmu negara teori negara. Bandung: PT. Refika Aditama Lanjutan dari epistemologi Aristoteles yang menerima pengetahuan intelektual kebenaran dan kepastian sebagai suatu kenyataan relasional antara subjek dan obyek. Selain itu adanya keterbatasan pengetahuan manusia diterima sebagai kenyataan walaupun potensi pengetahuan tersebut memang tak terbatas. 16 Hukum alam merupakan dasar atau landasan bagi hukum-hukum yang sebenarnya yang tidak dapat diragukan kebenarannya. Salah seo rang yang memiliki konsep teori hokum alam yang dikemukakan oleh Tohmas Aqui nas, bahwa teori hukum alam menem patkan manusia sebagai makhluk yang hidup dalam alam bebas dan setiap manusia mengalami tantangan dan kekacauan. Oleh karena itu, manusia m ngad kan ikatan untuk membentuk suatu masyarakat politik yang disebut “negara”. 17 pada alam semesta sebagai ciptaan Tuhan. Thomas dalam hal sebagai berikut: Hukum alam tidak lain merupakan partisipasi makhluk rasional dalam hukum abadi eternal law yang dimaksud dengan makhluk rasional adalah manusia. Diantara semua makhluk ciptaan Tuhan sungai-su ngai, galaksi, lautan, hewan, tum buhan, hanya manusialah yang berhak memiliki predikat makhluk rasional, sedang yang lainnya adalah makhluk irrasional. Hanya manusialah yang dianugerahi Tuhan penalaran, Hukum alam ini beroperasi intelegensia, dan akal budi reason. Makhluk lainnya hanya diberi instinct. Thomas berkeyakinan bahwa dalil-dalil hokum alam dalam manusia berkaitan dengan masalah-masalah praktis. 18 16 Afandi Muchtar. 1977. Ilmu-Ilmu Kenegaraan Suatu Studi Perbandingan. Bandung. Lembaga Penelitian FISIP UNPAD. Hal 61-62. 17 Syarbaini, Syahrial dkk. 2011. Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Bogor:Ghalia Indonesia. Hal 29 18 Losco, Joseph Williams. Leonard. 2005. Political Theory,Kajian Klasik dan Kontemporer. Jakarta : Raja Gravindo Persada. Hal 419 Dalam pandangan Thomas Aquinas, dengan berdasar pada hukum alam tersebut beliau berpendapat bahwa eksistensi negara bersumber dan sifat alamiah manusia. Salah satu sifat manusia adalah wataknya yang bersifat sosial dan politis. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk politik man is a social and political animal. Pemikiran Thomas tentang manusia yang disebutnya sebagai makhluk sosial ini juga dikemukakannya sebagai berikut: manusia mempunyai suatu alat yang dimilikinya berdasarkan kodrat alam yang tidak dipunyai oleh mahluk-mahluk lainnya. Alat itu ialah akal atau fikiran reason. 19 dengan manusia lain untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Hal ini semakin menguatkan pemikiran Thomas yang menjelaskan bahwa instinct dan Penjelasan tersebut mengimplikasikan bahwa dengan akal yang dimilikinya tersebut manusia dapat berupaya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tentu saja manusia tidak bisa bekerja sendiri. Manusia memerlukan interaksi, kerjasama akal budi merupakan dua ciri atau karakteristik kodrati yang menjadikan manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk politik. 20 dalam upaya mencapai kebaikan hidup dilakukan sendiri tanpa ada bantuan dari pihak atau manusia lainnya. Kebutuhan atau ketergantungan manusia kepada manusia lainnya itu dapat terlihat dalam berbagai aktivitas dalam rangka pemenuhan hidupnya. Sebagai makhluk sosial dan politik tentu saja manusia sangat tegantung kepada orang lain. Tidak mungkin manusia dapat mencapai kepuasan, harapan-harapan dalam angan-angannya Dalam membahas bentuk negara Thomas Aquinas, lebih sejalan dengan Aristoteles, hal itu tampak dari dua criteria yang dimunculkan yakni menyangkut jumlah penguasa dan 19 Op, Cit Hal 29 20 Suhelmi, Ahmad., 1999. Pemikiran Politik Barat. Darul Falah:Jakarta. Hal 73 tujuan tujuan yang hendak dicapai oleh negara yang bersangkutan satu orang, beberapa orang, dari b anyak orang, kem ud ian tujuannya, untuk kepentingan penguasa atau untuk kepentingan atau kesejaht eraan um um . Berdasarkan dua kriteria tersebut di atas Thomas Aquinas mengklasifikasikan bentuk-bentuk negara pemerintahan menjadi empat bentuk, yaitu Monarkhi, Aristokrasi, Timokrasi,dan Demokrasi. Uraian tentang keempat bentuk negara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, negara yang diperintah satu orang dan bertujuan mencapai kebaikan bersama dinam akan Monarki, tetapi bila tujuannya hanya mencapai kebaikan pribadi, penguasanya bengis dan tidak adil maka negara itu dinamakan Tirani. Kedua, Negara yang diperintah beberapa orang mulia dan memilki tujuan kebaikan bersama dinamakan Aristokrasi sedang bila tidak, negara itu dinamakan Oligarki Dalam Oligarki penguasa negara menindas rakyat nya melalui represi ekonomi. Penguasa oligarki adalah orang-orang yang memilki harta kekayaan m elim pah. K etiga, negara yang bertujuan mencapai kebaikan bersama, dijadikan kebebasan sebagai dasar persamaan politik, kuatnya kontrol kaum jelata terhadap penguasa dan negara bersangkutan diperintah banyak orang dinamakan Timokrasi atau Politea. Keempat, bentuk negara yang dipimpin oleh beberapa orang disebut demokrasi. Menurut Thomas Aquinas bentuk negara demokrasi lebih baik dibandingkan bentuk negara Tirani, sebab di dalam bentuk Demokrasi memiliki ciri terdapatnya hak kontrol dari warga masyarakat yang ada dalam pemerintahan tersebut. Negara dengan penguasa tunggal disebut bentuk negara terbaik. Hal ini dapat dipahami karena sesuai dengan hakikat hokum alam dalam hal ini b ahwa alam selalu diperintah oleh satu pengendali atau pihak. Ilustrasi yang dapat menjelaskan pernyataan tersebut misalnya, tubuh manusia yang semua anggota- anggotanya hanya digerakkan oleh satu faktor atau satu bagian tubuh, yaitu hati. 21 21 Rapar, J.H. 2002. Filsafat Politik Plato,Aristoteles, Augustinus, Machiavelli. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Hal 62 Selanjutnya menurut Thomas meskipun penguasaan negara oleh satu orang memiliki keutamaan atau keunggulan seperti dalam sistem kekuasaan monarki model penguasa tunggal dalam suatu pemerintahan juga memiliki peluang atau potensi untuk menjadi penguasa tiran. Biasanya penguasa tunggal berubah menjadi tiran karena tidak adanya sistem pengawasan yang berfungsi sebagai alat kontrol terhadap kekuasaannya yang berbasiskan kekuasaan secara turun temurun. Oleh karena itu, untuk menghindari munculnya penguasa tiran dalam suatu negara menurut Thom s perlu diciptakan beberapa mekanisme sebagai berikut: Pertama, seorang penguasa tunggal atau raja yang memerintah hendaknya harus diangkat berdasarkan pemilihan yang dilakukan oleh pem impin-pemimpin masyarakat. Raja harus dipilih berdasarkan kompetensi dan kualitas pribadi yang dimilikinya elected. Kekuasaan yang dimilikinya tidak boleh diperoleh karena warisan dari penguasa sebelumnya. Oleh karena itu Thomas sangat menolak prinsip kekuasaan ber-dasarkan turunan hereditypower. Dengan cara dipilih atau diangkat oleh para pemimpin masyarakat maka seorang penguasa negara akan berpotensi untuk memiliki suatu tanggung jawab terhadap pelaksanaan kekuasaan negara. Setelah diangkat, langkah selanjutnya adalah sistem pemerintahan harus diatur sedemikian rupa sehingga penguasa itu tidak lagi memiliki kesempatan untuk m njadi seorang tiran. Kedua, mekanisme lain untuk menutup kemungkinan yang memunculkan potensi lahirnya seorang tiran adalah dengan membatasi kekuasaan penguasa tunggal yang bersangkutan.Ketiga, kesempatan seorang penguasa untuk menjadi seorang tiran akan sangat tertutup jika dalam sistem pemerintahan tersebut terdapat kepemilikan kekuasaan secara bersama-sama, maksudnya adalah terjadinya share of power dalam sistem pemerintahannya.Hal lain yang perlu dijelaskan berikutnya adalah jika mekanisme yang telah dilakukan untuk menutup kemungkinan munculnya seorang yang telah dilaksanakan namun tetap muncul gejala penguasa tiran, Thomas berpendapat bahwa kalau kasus seperti itu tetap terjadi maka seluruh rakyat yang diperintah boleh mentolerir tirani tersebut. Alasan yang dapat dijelaskan adalah kalau tirani itu dilawan untuk dijatuhkan maka akan terjadi suatu malapetaka politik dalam negara tersebut yang tentu saja akibatnya akan membuat rakyat semakin menderita.Berdasarkan uraian tersebut Thomas Aquinas memiliki pendapat bahwa bentuk negara atau pemerintahan yang terbaik dipimpin oleh satu orang Monarki, hal ini lebih memungkinkan tercip tanya perdamaian dan kesatuan negara sehingga sifat destruktif dapat dihindari. 22

6.2 Teori Perbandingan Politik