1. Al bai’ bi tsaman ajil salah satu bentuk murabahah atau jual beli dengan
angsuran. 2.
Al ijarah al muntahia bit tamlik atau sewa beli. 3.
Al musyarakah mutanaqhishah atau decreasing participation, dimana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya.
4. Ar rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.
Pembiayaan konsumsi tersebut di atas lazim digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder. Sedangkan kebutuhan primer pada umumnya dapat dipenuhi
dengan pembiayaan komersil. Seseorang yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokoknya tergolong fakir atau miskin, dan oleh sebab itu ia wajib
diberikan zakat atau shadaqah, atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan al qardh al hasan, “yaitu pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan peminjam
untuk menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu dan mengembalikan jumlah yang sama pada akhir periode yang disepakati.” PSAK
No. 59, 2000: Pr. 140.
C. Produk Pembiayaan Bank Syariah
Secara garis besar, produk pembiayaan bank syariah digolongkan ke dalam empat kategori, sebagai berikut :
1. Pembiayaan dengan Prinsip Jual-Beli
Pembiayaan dengan prinsip jual-beli ditujukan untuk memiliki barang, dilaksanakan sehubungan dengan addanya perpindahan kepemilikan barang
atau benda transfer of property. Tingkat keuntungan ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual-beli dapat
Universitas Sumatera Utara
dibedakan menjadi beberapa bagian berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan barang, antara lain :
a. Pembiayaan Murabahah
Menurut IAI 2002: 59.8, “Murabahah adalah akad jual-beli barang dengan menyertakan harga perolehan dan keuntungan margin yang
disepakati oleh penjual dan pembeli.” Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan ataupun tanpa pesanan. Di dalam murabahah
berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah
harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapatkan potongan dari pemasok, maka potongan itu merupakan hak
nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad, maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat
berdasarkan akad. b.
Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil Meurut Hertanto Widodo 1999: 49, “Ba’I Bitsaman Ajil adalah
jual beli dengan pembayaran cicilan.” Sementara menurut Muhammad 2002: 102 :
Ba’i Bitsaman Ajil adalah suatu perjanjian yang disepakati antara bank syariah dengan nasabah, dimana bank syariah menyediakan dananya
untuk sebuah investasi dan atau pembelian barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara
mencicil atau angsuran. Jumlah kewajiban yang harus dibayar oleh
Universitas Sumatera Utara
peminjam adalah harga jual atas barang modal dan mark-up yang disepakati.
Harga jual adalah harga pokok ditambah keuntungan yang disepakati. Jika harga jual telah ditetapkan dan disepakati, maka harga
tersebut tidak boleh diubah walaupun terjadi inflasi, deflasi, ataupun kenaikan tingkat suku bunga pasar.
c. Pembiayaan Salam
Salam adalah akad jual beli muslam fiih barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi penjual dan pelunasannya
dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai penjual
atau pembeli dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal
akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat dirubah selama jangka waktu akad. Dalam hal ini bank bertindak sebagai pembeli, bank syariah
dapat meminta jaminan kepada nasabah untuk menghindari resiko yang merugikan bank.
d. Pembiayaan Istishna’
Menurut Sunarto Zulkifli 2003: 41, “Bai’ Istishna’ adalah salah satu pengembangan prinsip bai’ as-salam, dimana waktu penyerahan
Universitas Sumatera Utara
barang dilakukan dikemudian hari sementara pembayaran dapat dilakukan melalui cicilan atau ditangguhkan.” Pembeli menugaskan produsen untuk
menyediakan barang pesanan sesuai spesifikasi yang diisyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat
berupa pembayaran di muka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh
pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Bank dapat bertindak sebagai
pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna’. Jika bertindak sebagai penjual, yang memesan kepada pihak lain subkontraktor untuk
menyediakan barang pesanan dengan cara istishna’ maka hal ini disebut istishna’ paralel. Umumnya pembiayaan ini diaplikasikan pada
pembiayaan manufaktur dan kontruksi.
2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa Ijarah
Menurut IAI 2002: 59.17, ‘Ijarah adalah akad sewa-meyewa antara pemilik ma’jur objek sewa dan musta’jir penyewa untuk mendapatkan imbalan atas
objek sewa yang disewakannya.” Ijarah muntahiyah bittamlik adalah sewa- meyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan
atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa. Transaksi ijarah dilandasi
adanya perpindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip ijarah sama sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila
Universitas Sumatera Utara
pada jual-beli objeknya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
Berdasarkan objeknya, ijarah terdiri dari : •
Ijarah dimana objek manfaatnya dari barang, seperti sewa mobil, sewa rumah, dan lain-lain.
• Ijarah dimana objeknya adalah manfaat dari tenaga seseorang seperti jasa,
taxi, jasa guru, dan lain-lain.
3. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi-hasil
Adapun produk dari pembiayaan dengan prinsip bagi hasil antara lain adalah : a.
Pembiayaan Musyarakah Menurut IAI 2002: 59.6, “Musyarakah adalah akad kerja sama di
antara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan.” Pembiayaan musyarakah dapat diberikan
dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non-kas, termasuk aktiva tidak berwujud, seperti lisensi atau hak paten. Dalam musyarakah, mitra dan
bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang masih baru. Selanjutnya
mitra dapat mengembalikan moal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank.
Musyarakah dapat bersifat permanen maupun menurun. Pada musyarakah permanen, bagian modal setiap mitra ditentukan sesuai akad
dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad, sedangkan pada musyarakah
Universitas Sumatera Utara
menurun, bagian modal bank akan dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga bagian modal bank akan menurun dan pada akhir masa akad
mitra akan menjadi pemilik usaha tersebut. Laba musyarakah dibagi di antara para mitra, baik secara proporsioanal sesuai dengan modal yang
disetorkan baik berupa kas atau aktiva lainnya atau sesuai nisbah yang disepakati oleh semua mitra.
b. Pembiayaan Mudharabah
Menurut IAI 2002: 59.2, “Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara shahibul maal pemilik dana dan mudharib pengelola
dana dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka.” Dalam mudharabah, modal 100 berasal dari shahibul maal pemilik dana.
4. Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya juga diperlukan akad pelengkap. Akad pelengkap ini ditujukan untuk mempermudah
pelaksanaan pembiayaan dan dalam akad pelengkap ini diperbolehkan untuk meminta penggantian biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad
ini. Adapun produk-produk bank syariah dalam akad pelengkap di antaranya adalah :
a. Hiwalah Alih Hutang-piutang
Menurut IAI 2002: 59. 38, “Hiwalah adalah pemindahan atau pengalihan hak dan kewajiban, baik dalam bentuk pengalihan hutang atau piutang,
Universitas Sumatera Utara
dan jasa pemindahanpengalihan dana dari suatu entitas kepada entitas lain.” Tujuan hiwalah adalah untuk mrmbantu supplier mendapatkan
modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. b.
Rahn Gadai Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kepada
bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan harus merupakan barang milik nasabah sendiri; jenis, ukuran, sifat, dan nilainya
dapat ditentukan berdasarkan nilai riil pasar; dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
c. Qardh
Menurut IAI 2002: 59.23, “Pinjaman Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu.”
Pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan namun tidak diperkenankan untuk dipersyaratkan di dalam perjanjian.
d. Wakalah
“Wakalah adalah pemberian kuasa dari muwakil pemberi kuasanasabah kepada wakil penerima kuasabank untuk melaksanakan suatu taukil
tugas atas nama pemberi kuasa.” Akad wakalah tersebut dapat digunakan, antara lain, dalam pengiriman transfer, penagihan hutang baik
melalui kliring maupun inkaso, dan realisasi LC. e.
Kafalah
Universitas Sumatera Utara
Menurut IAI 2002:59.40,” Kafalah adalah akad peminjaman yang diberikan oleh kaafil penanggungbank kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung makful’anhu ashil.” Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin
pembayaran suatu kewajiban pembayaran.
D. Sistem Pembiayaan Murabahah