Penerapan Akuntansi Perbankan Syariah untuk Produk Pembiayaan Muarabahah Berdasarkan PSAK No.59 pada Perbankan Syariah yang Terdaftar di BEI

(1)

SKRIPSI

PENERAPAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH UNTUK PRODUK PEMBIAYAAN MURABAHAH BERDASARKAN PSAK NO.59 PADA

PERBANKAN SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BEI

OLEH

MUNAWIR HAMDI 100522019

PROGRAM STUDI AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Penerapan Akuntansi Perbankan Syariah Untuk Produk Pembiayaan Murabahah Berdasarkan PSAK No. 59 Pada Perbankan Syariah Yang Terdaftar Di BEI”adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam kerangka penulisan skripsi level program S-1 (ekstensi) Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh sudah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan,

Yang Membuat Pernyataan

Munawir Hamdi NIM 100522019


(3)

ABSTRAK

PENERAPAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH UNTUK PRODUK PEMBIAYAAN MURABAHAH BERDSARKAN PSAK NO 59 PADA PERBANKAN SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembiayaan murabahah dan perlakuan akuntansinya oleh beberapa perbankan syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia seperti PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk, PT Bank Negara Indonesia Syariah (Persero), Tbk dan PT Bank Syariah Mandiri, Tbk, dan aturan-aturan tentang murabahah, prosedur pembiayaan murabahah, dan perlakuan akuntansi murabahah yang penerapannya sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 59, Akuntansi Perbankan Syariah dan peraturan Bank Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu mengumpulkan data yang diperoleh kemudian menginterpretasikannya dan menganalisanya sehingga dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Data yang digunakan adalah data sekunder.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum penerapan pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk, PT Bank Negara Indonesia Syariah (Persero), Tbk dan PT Bank Syariah Mandiri, Tbk telah sesuai dengan PSAK No.59 dan Peraturan Bank Indonesia.

Kata kunci : Pembiayaan Murabahah, Akuntansi Perbankan Syariah, Analisa 5 C, PSAK No. 59


(4)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF SHARIA BANKING ACCOUNTING FOR MURABAHAH FINANCING PRODUCT BASED ON FINANCIAL ACCOUNTING STANDARDS NO.59 ON SHARIA BANKING WHICH LIST IN

INDONESIAN STOCK EXCHANGE

This study aims to know the implementation of Murabahah financing in some bank of sharia which list ini Indonesian Stock Exchange such as PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indoneisa Syariah (Persero) Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, Tbk and the rule of murabahah financing, the procedure of murabahah financing, and accounting of murabahah financing and the conformity of its implementation to Statement of Financial Accounting Standards (FAS) No. 59, accounting sharia of bank and Indonesian Bank Regulations.

The method of study used included a descriptive survey b colleting the data and tahan interpreting and analyzing them that can result information that can be used to solve any problems faced. Tecnic of collecting the data to be used is documentation tecnic. The data included secondary ones.

The result shows that, generally the implementation of murabahah financing in PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, and PT Bank Syariah Mandiri are comform to PSAK No 59 and Indonesian Bank Regulations.

Keywords : Murabahah Financing, Sharia Banking Accounting, Analysis of 5 C, PSAK No. 59


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua serta memberikan nikmat kesehatan kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Shalawat beserta salam kita sanjungkan ke pangkuan Nabi besar Muhammad SAW beserta para sahabat sekalian yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Skripsi ini berjudul “Penerapan Akuntansi Perbankan Syariah Untuk Produk Pembiayaan Muarabahah Berdasarkan PSAK No.59 Pada Perbankan Syariah Yang Terdaftar di BEI”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini.

Skripsi ini pula penulis dedikasikan sepenuhnya kepada keluarga besar Alm Drs. Luthfi T. Radja, terutama untuk Ibunda tercinta Chadidjah yang tiada pernah kenal lelah dalam menyayangi anak-anakmya, yang selalu meluangkan waktu untuk anak-anaknya, selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada anak-anaknya serta nasehat-nesehat yang menyejukkan hati. Untuk saudara-saudara kandung penulis terkasih Elhadi S.Kep, Mulhadi, Dr. Saida Nafisah dan Briptu Fakhrur Razi. Kemenakan-kemenakan kecil ku tersayang Haura Zulfida At-thahira, Siti Rufaida


(6)

Avicena, Muhammad Ghibran dan Muhammad Zayyan. Mereka semua adalah orang-orang yang sangat berarti dalam kehidupan penulis.

Tidak lupa pula ucapakan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bapak Hotmal Ja’far MM, Ak selaku sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif MSi, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ibu Dra. Mutia Ismail M.Si selaku sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Arifin Akhmad MSi, Ak selaku Pembaca Penilai yang telah bersedia membaca, memberi masukan-masukan yang sangat berarti demi perbaikan skripsi ini ke depannya.

6. Teman-teman seperjuangan Akuntansi Ekstensi Angkatan 2010 terutama Desi, Dewi, Kak Rita, Fitri, Yuli, Nova, Unjuk, Yanti, Ana, Laura, Roma, Batara, Yuzli, Okto, Jeri, Heri, Asron, Winda, Eno, Ririn yang telah banyak membantu


(7)

dan memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik dukungan moril maupun materil.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran-saran maupun kritikan yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2012 Penulis,

Munawir Hamdi NIM : 100522019


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Teoritis ... 11

2.1.1 Pengertian dan Sejarah Perbankan Syariah ... 11

2.1.2 Karakteristik dan Prinsip Bank Syariah ... 13

2.1.3 Prinsip Dasar Pembiayaan Bank Syariah ... 14

2.2 Pembiayaan dan Sistem Pembiayaan ... 18

2.2.1 Pengertian pembiayaan ... 18

2.2.2 Pengertian Sistem dan Sistem Pembiayaan Syariah ... 20

2.3 Sistem Pembiayaan Murabahah ... 22

2.3.1 Landasan Hukum ... 22

2.3.2 Rukun dan Syarat Murabahah ... 23

2.3.3 Mekanisme Pembiayaan Murabahah ... 28

2.3.4 Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Murabahah ... 31

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 35

2.5 Kerangka Konseptual ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Jenis Data ... 38

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.4 Teknik Analisis Data ... 39

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 40


(9)

4.1.2 Gambaran Umum Bank Negara Indonesia Syariah ... 63

4.1.3 Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri ... 71

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 79

4.2.1 Pembiayaan Pada Perbankan Syariah ... 79

4.2.2 Prosedur Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah ... 84

4.2.3 Perlakuan Akuntansi Murabahah Pada Perbankan Syariah ... 91

4.2.4 Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Murabahah Pada Perbankan Syariah ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1 Kesimpulan ... 101

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 102

5.3 Saran ... 102


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 35 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 39


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Skema Akad Murabahah ... 24 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian ... 37 Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 75


(12)

ABSTRAK

PENERAPAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH UNTUK PRODUK PEMBIAYAAN MURABAHAH BERDSARKAN PSAK NO 59 PADA PERBANKAN SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembiayaan murabahah dan perlakuan akuntansinya oleh beberapa perbankan syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia seperti PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk, PT Bank Negara Indonesia Syariah (Persero), Tbk dan PT Bank Syariah Mandiri, Tbk, dan aturan-aturan tentang murabahah, prosedur pembiayaan murabahah, dan perlakuan akuntansi murabahah yang penerapannya sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 59, Akuntansi Perbankan Syariah dan peraturan Bank Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu mengumpulkan data yang diperoleh kemudian menginterpretasikannya dan menganalisanya sehingga dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Data yang digunakan adalah data sekunder.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum penerapan pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk, PT Bank Negara Indonesia Syariah (Persero), Tbk dan PT Bank Syariah Mandiri, Tbk telah sesuai dengan PSAK No.59 dan Peraturan Bank Indonesia.

Kata kunci : Pembiayaan Murabahah, Akuntansi Perbankan Syariah, Analisa 5 C, PSAK No. 59


(13)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF SHARIA BANKING ACCOUNTING FOR MURABAHAH FINANCING PRODUCT BASED ON FINANCIAL ACCOUNTING STANDARDS NO.59 ON SHARIA BANKING WHICH LIST IN

INDONESIAN STOCK EXCHANGE

This study aims to know the implementation of Murabahah financing in some bank of sharia which list ini Indonesian Stock Exchange such as PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indoneisa Syariah (Persero) Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, Tbk and the rule of murabahah financing, the procedure of murabahah financing, and accounting of murabahah financing and the conformity of its implementation to Statement of Financial Accounting Standards (FAS) No. 59, accounting sharia of bank and Indonesian Bank Regulations.

The method of study used included a descriptive survey b colleting the data and tahan interpreting and analyzing them that can result information that can be used to solve any problems faced. Tecnic of collecting the data to be used is documentation tecnic. The data included secondary ones.

The result shows that, generally the implementation of murabahah financing in PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, and PT Bank Syariah Mandiri are comform to PSAK No 59 and Indonesian Bank Regulations.

Keywords : Murabahah Financing, Sharia Banking Accounting, Analysis of 5 C, PSAK No. 59


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diantara kebijakan ekonomi yang paling penting di setiap negara adalah kebjiakan fiskal dan kebijkan moneter. Kibijakan fiskal meliputi anggaran negara, pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan. Sedangkan kebijakan moneter menjadi tanggung jawab bank sentral atau otoritas moneter dan bertujuan untuk memelihara stabilitas harga-harga, stabilitas nilai tukar mata uang negara tersebut dan mengendalikan lembaga-lembaga keuangan yang ada di suatu negara.

Perkembangan perekonomian yang semakin kompleks tentunya membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Kebijakan moneter dan perbankan merupakan bagian dari kebijakan ekonomi yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh sebab itu peranan perbankan dalam suatu negara sangat penting. Tidak ada satu negarapun yang hidup tanpa memanfaatkan lembaga keuangan.

Dengan berkembangnya lembaga-lembaga keuangan islami dalam tiga dasawarsa terakhir, maka bank sentral atau otoritas moneter di berbagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim harus pula memantau dan mengendalikan perkembangan lembaga-lembaga keuangan baru ini. Untuk melaksanakan fungsi


(15)

seperangkat kebijakan dan instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh lembaga-lembaga keuangan dan perbankan islami. Sebagian negara muslim melakukan konversi mekanisme moneter dan perbankan yang ada ke dalam sistem islami, seperti Malaysia, Bahrain, Iran dan Pakistan dan sebagian negara muslim lainnya seperti Indonesia, mengakomodasi perkembangan tersebut melalui “dual banking system”, dimana perbankan islami dapat beroperasi berdampingan dengan perbankan konvensional.

Dibandingkan dengan negara-negara lain seperti kawasan Timur Tengah dan Malaysia, perbankan syariah di Indonesia masih dalam tahap pengambangan awal. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada 1 November 1991. Pada mulanya perbankan syariah belum mendapat perhatian yang optimal dari pemerintah, hal ini terlihat pada Undang-Undang No 7 tahun 1992 yang belum menjelaskan adanya landasan hukum opesaional perbankan syariah. Namun, setelah adanya undang-undang baru yaitu Undang-Undang No 10 tahun 1998 maka bank syariah telah memiliki landasan hukum yang lebih kuat serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional unutk membuka cabang syariah ataupun mengkonversi secara total menjadi bank syariah. Dengan diakuinya dua sistem perbankan yaitu sistem bagi hasil dan sistem konvensional, maka bank syariah semakin berkembang dan mulai dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat di Indoneisa.


(16)

Lahirnya fatwa Majelis Ulama Indonesia yang telah menfatwakan haram atas bunga bank, secara tidak langsung juga menyebabkan lahirnya bank Syariah di Indonesia yang mampu menjawab kebutuhan lembaga keuangan yang bebas dari hal yang diharamkan masyarakat muslim di Indonesia khususnya riba.

Lembaga keuangan perbankan merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana dari pihak yang membutuhkan, baik untuk kegiatan produktif maupun konsumtif. Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah bank yang pelaksanaan opersionalnya menjalankan sistem bunga (interest fee), sedangkan bank yang bersifat syariah adalah bank yang dalam pelaksanaan operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah (UU, No 10:1998).

Bank yang berdasarkan prinsip syariah seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu mengarahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan utama dan menjadi sumber uatama pendapatan bagi bank syariah.


(17)

Bentuk pembiayaan perbankan berdasarkan prinsip syariah antara lain adalah : berdasarkan prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati (murabahah), pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari sementara pembayarannya dilakukan di muka (salam), pembelian barang yang dilakukan dengan kontrak penjualan yang disepakati (istisha’), pemindahan hak guna atas barang dan jasa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ijarah), kerjasama uasaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan modal 100% sedangkan pihak lain menjadi pengelola (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (kafalah), pengalihan hutang (hawalah), dan pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih dan diminta kembali (qardh) (Antonio: 1999).

Dalam menjalankan prinsip syariahnya, bank syariah juga harus menjunjung nilai-nilai keadilan, amanah, kemitraan, transparansi dan saling menguntungkan baik bagi bank maupun bagi nasabah yang merupakan pilar dalam melakukan aktivitas muamalah. Oleh karena itu, produk layanan perbankan harus disediakan untuk mampu memberikan nilai tambah dalam meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Di Indoneisa, penerapan prinsip syariah tersebut utamanya diatur dalam peraturan Bank Indonesia dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PASK) No. 59.

Bank Muamalat Indonesia Tbk, Bank Negara Indonesia Syariah (Persero) Tbk, dan Bank Syariah Mandiri Tbk merupakan perbankan syariah yang terdaftar di


(18)

BEI yang menjalankan konsep murabahah berdasarkan PSAK No. 59, yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Perbankan syariah diatas memberikan pelayanan pembiayaan murabahah, yang berupa pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja, serta pembiayaan konsumtif. Perbankan syariah tersebut memberikan bantuan pembiayaan dalam bentuk pembayaran secara kredit/cicilan dan mempunyai beberapa sistem, prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitur.

Tingkat pembiayaan yang semakin tinggi pada suatu bank juga diiringi dengan adanya resiko kredit yang besar pula. Resiko kredit ini harus diminimalisir agar bank dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Cara untuk meminimalisir resiko kredit adalah dengan pengadaan suatu pengendalian yang terdiri dari beberapa kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk menjalankan fungsi pengelolaan pembiayaan secara aman, obyektif dan sesuai dengan ketentuan syariah yang berlaku.

Jika pada suatu ketika terjadi permasalahan, dimana nasabah tidak mampu membayar kewajiban yang masih ditanggungnya, sehingga terjadi tunggakan atau kemacetan dalam pembayaran, maka untuk menjelaskan permasalahan tersebut, pihak bank syariah akan mengklasifikasi nasabah bermasalah menjadi dua bagian. Pertama, nasabah bermasalah yang dikarenakan semata oleh resiko bisnis, artinya ketidakmampuan untuk membayar bukan karena unsur kesengajaan, tapi memang karena adanya resiko bisnis yang menyebabkan nasabah tidak mampu membayar. Kedua, nasabah yang memang sengaja tidak membayar kewajiban yang menjadi


(19)

tanggungannya. Nasabah seperti ini merupakan personifikasi dari nasabah yang menyimpang dari tanggung jawabnya.

Resiko atau permasalahan yang mungkin dapat dialami oleh bank syariah terhadap pembiayaan murabahah ini dapat di lihat dari dua sisi yaitu, dari pihak bank sebagai pemberi pembiayaan dan dari pihak nasabah sebagai penerima pembiayaan.

Dari pihak Bank :

1. Murabahah, sekalipun menyangkut jual beli barang tetapi pada hakekatnya adalah transaksi pembiayaan. Dan fungsi bank tetap sebagai pedagang jasa yang memberikan fasilitas pembiayaan, bukan sebagai pedagang barang. Karena secara yuridis, adalah nasabah yang membeli barang dari pemasok bukan bank. Dan bank hubungannya dengan pemasok barang adalah sebagai kuasa dari dan atas nama nasabah bank. Dengan demikian bank harus dapat menyadari resiko, manakala terjadi penggugatan oleh pemasiok barang apabila pemesanan barang dari nasabah dibatalkan. Atau terjadi pembatalan ketika barang tersebut sudah berada di tangan bank. Dan bank harus menanggung semua dari pembatalan pemesanan tersebut.

2. Apabila terjadi penundaan kewajiban membayar disebabkan karena ketidakmampuan nasabah, maka bank tidak diperbolehkan meminta nasabah membayar jumlah tambahan sebagai denda tetapi bank menunggu nasabah sampai mampu membayar cicilan. Inilah kerugian


(20)

yang harus ditanggung bank ketika nasabah tidak mampu membayar sesuai dengan jatuh tempo pembayaran yang disepakati bersama. 3. Fluktuasi harga, ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik

setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual-beli tersebut ketika akad sudah ditandatangani. 4. Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh

nasabah karena berbagai sebab : (a) barang yang di kirim rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi; (b) kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan.

5. Dijual, karena murabahah bersifat jual-beli dengan hutang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apa pun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian resiko default akan besar.

Dari pihak Nasabah :

1. Dalam setiap pendesainnan sebuah pembiayaan murabahah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah (a) kebutuhan nasabah; (b) kemampuan finansial nasabah. Dalam hal kemampuan finansial nasabah ketika dalam perjalanannya si nasabah tidak mampu


(21)

dan juga kemungkinan ketika ingin mengajukan pembiayaan lagi bank syariah akan berfikir dua kali, apakah nasabah ini ketika pembiayaannya diterima mampu melunasi cicilannya.

2. Barang yang diterima nasabah rusak ketika diterima. Hal ini yang menjadi kerugian bagi nasabah seharusnya bisa memanfaatkan barangnya ketika diterima dari supplier atau dari bank.

3. Barang yang diterima tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan nasbah sehingga nasabah harus menolak barang yang dikirim oleh pihak supplier atau bank.

Oleh karena itu untuk menghindari resiko-resiko seperti yang dijabarkan diatas, atau resiko-resiko lainnya yang mungkin terjadi, terutama atas pembiayaan murabahah, bank syariah perlu berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), khususnya PSAK No.59 yang mengatur tentang bagaimana perlakuan akuntansi (pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan) transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank syariah. Di dalam PSAK juga diatur bagaimana pengakuan dan pengukuran terhadap pembiayaan murabahah.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai “Penerapan Akuntansi Perbankan Syariah Untuk Produk Pembiayaan Murabahah Berdasarkan PSAK No.59 Pada Perbankan Syariah Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


(22)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahn sebagai berikut :

1. Apakah perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada Bank Syariah yang terdaftar di BEItelah sesuia dengan PSAK No. 59?

2. Bagaimanakah pengaruh pengakuan dan pengukuran pembiayaan murabahah pada Bank Syariah yang terdaftar di BEI terhadap penyajian laporan keuangan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntasi pembiayaan murabahah yang diterapkan pada tiga perbankan syariah yaitu PT. Bank Muamalat Indoneisa, PT. BNI Syariah dan PT. Bank Syariah Mandiri berdasarkan PSAK No.59 dan pengaruh pengakuan serta pengukuran pembiayaan murabahah terhadap laporan kuangan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi serta manfaat kepada beberapa pihak, yaitu bagi penulis, bagi perbankan syariah tersebut di atas dan bagi penulis berikutnya, serta bagi stakeholders yang berkentingan.


(23)

merealisasikan ilmu dan teori yang diperoleh penulis di Fakultas Ekonomi USU.

2. Bagi perbankan syariah yang dimaksud, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang berkaitqan dengan pembiayaan murabahah berdasarkan PSAK No.59

3. Bagi calon penulis berikutnya, hasil peneliain ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan bahan masukan.

4. Bagi stakeholders, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian dan Sejarah Perbankan Syariah

Perbankan syariah atau perbankan Islam (al-masharafiah al-Islamiyah) adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaanya berdasarkan hukum Islam (syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam unutk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan unutk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram). Sistem perbankan konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut dalam investasinya, misalnya dalam usaha yang berkaitan dengan produksi amakanan atau minuman haram, usaha media atau hiburan yang tidak islami, dan lain-lain.

Meskipun prinsip-prinsip tersebut mungkin saja telah diterapkan dalam sejarah perekonomian Islam, namun baru pada akhir abad ke-20 mulai berdiri bank-bank Islam yang menerapkannya bagi lembaga-lembaga komersial swasta atau semi-swasta dalam komunitas muslim didunia.

Suatu bentuk awal ekonomi pasar dan merkantilisme, yang oleh ekonom disebut sebagai “kapitalisme Islam”, telah mulai berkembang antara abad ke-8 dan ke-12. Perekonomian moneter pada periode tersebut berdasarkan mata uang


(25)

dinar yang beredar luas saat itu, yang menyatukan wilayah-wilayah yang sebelumnya independen secara ekomoni.

Pada abad ke-20, kelahiran perbankan syariah tidak terlepas dari hadirnya dua gerakan renaisans Islam modern, yaitu gerakan-gerakan neoravivalis dan medernis, sekitar tahun 1940-an. Di Pakistan dan Malaysia telah terdapat upaya-upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non konvensional. Tahun 1963, Islamic Rural Bank berdiri di desa Mit Ghamr di Kairo, Mesir.

Perbankan syariah secara global tumbuh dengan kecepatan 10-15% pertahun, dan menunjukan tanda-tanda pertumbuhan yang konsisten di masa depan. Laporan dari International Association of Islamic Banks dan analisis Prof. Khursid Ahmad menyebutkan bahwa hingga tahun 1999 telah terdapat lebih dari 200 lembaga keuangan Islam yang beropersai di seluruh dunia, yaitu di negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim serta negar-negar lainnya di Eropa, Australia, maupun Amerika. Deperkirakan lebih dari AS$ 822.000.000.000 aset diseluruh dunia yang dikelola sesuai prinsip-prinsip syariah, menurut analisis majalah The Economist. Ini mencakup kira-kira 0,5% dari total estimasi aset dunia pada tahun 2005. Analisis Perusahaan Induk CIMB Group menyatakan bahwa keuangan syariah adalah segmen yang paling cepat tumbuh dalam keuangan global, dan penjualan obligasi syariah diperkirakan meningkat 24% hingga mencapai AS$ 25 miliar pada 2010.


(26)

2.1.2 Karakteristik dan Prinsip Bank Syariah

Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Prinsip hukum Islam melarang beberapa unsur di bawah dalam transaksi-transaksi perbankan tersebut.

Karakteristik bank syariah yang merupakan perwujudan dari prinsip ekonomi Islam yang tertera di dalam SAK (2002:59.3), antara lain sebagai berikut:

a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya,

b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money), c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas,

d. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang, e. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersefat spekulatif, f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.

Afzalur Rahman dalam bukunya Islamic Doctrine on Banking and Insurance (1980) berpendapat bahwa prinsip perbankan syariah bertujuan membawa kemaslahatan bagi nasabah, karena menjanjikan keadilan yang sesuai dengan syariah dalam ekonominya.


(27)

2.1.3 Prinsip Dasar Pembiayaan Bank Syariah

Produk perbankan syariah saat ini, sebagaian besar sebenarnya merupakan perpaduan antara praktek-praktek yang dilakukan perbankan konvensional dengan prinsip dasar transaksi ekonomi Islam, yang kenyataanya dengan keluwesannya produk-produk perbankan syariah lebih luas dan lebih lengkap dibanding dengan produk perbankan konvensional.

Kegiatan usaha atas produk-produk yang dijalankan oleh perbankan syariah dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu : penghimpun dana (funding), penyaluran dana (financing), dan jasa keuangan

2.1.3.1 Penghimpun Dana (funding)

Produk penghimpun dana bank syariah terbagi menjadi produk dana simpanan dan produk dana investasi, dimana perbedaan keduanya terletak pada motif dasar nasabah. Dana simpanan merupakan dana pihak ketiga atau dana masyarakat yang dititipkan dan disimpan di bank, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada bank dengan media penarikan tertentu.

Produk dana simpanan bank syariah ini menggunakan prinsip Wadi’ah, yaitu perjanjian antara pemilik barang dengan pihak yang akan menyimpan barang dengan tujuan menjaga keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian, dan sebagainya. Menurut IAI (2002: 59.43), “Wadi’ah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan


(28)

menghendaki, bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan”. Ada dua jenis Wadi’ah, yaitu:

• Wadi’ah yad al-manah atau titipan murni, adalah pihak yang dititip/bank/mustawda’ tidak boleh memnfaatkan barang yang dititpkan dan sebagai imbalan atas pemelirahaan barang tersebut, pihak yang menerima titipan/bank dapat meminta biaya penitipan

• Wadi’ah yad al-dhamanah atau titipan yang mengandung pengertian bahwa penerima titipan doperbolehkan memanfaatkan dan berhak mendapat keuntungan dari barang titipan tersebut dengan syarat tidak diperjanjikan sebelumnya, dan penerima titipan apabila terjadi kerusakan.

Dana investasi merupakan salah satu produk bank syariah yang berbeda dengna produk di perbankan konvensional. Produk ini dirancang untuk masyarakat yang tertarik dengan sistem bagi hasil. Berbeda dengan dana simpanan, dana investasi tidak dapat ditarik sewaktu-waktu, melainkan sesuai degan kesepakatan antara bank dengan nasabah/investor.

Prinsip yang digunakan produk ini adalah prinsip mudharabah, yaitu dengan sistem bagi hasil (Profit-Loss Sharing/PLS) dari bank untuk investor. Prinsip Mudharabah adalah akad kerjasama antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana ) untuk


(29)

mencari keuntungan dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka. Menurut Abdulah Saed (2004: 77), “Mudharabah adalah kontrak antara dua pihak dimana satu pihak yang disebut rab al-mal (investor) mempercayakan uangnya kepada pihak kedua, yang disebut mudharib.

2.1.3.2 Penyaluran Dana (financing)

Produk-produk perbankan syari’ah sebenarnya terbentuk dari prinsip-prinsip dasar transaksi ekonomi Islam. Pembentukan tersebut dapat terjadi secara tunggal maupun integrasi beberapa prinsip dasar transaksi ekonomi Islam, sehingga wajar jika terdapat beberapa produk perbankan syari’ah yang ternyata dapat dibentuk dalam beberapa kombinasi integrasi prinsip dasar transaksi ekonomi Islam yang berbeda. Terdapat tiga produk penyaluran dana yaitu:

• Bai’ Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudain menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai dengan akad diawal dan besarnya angsuran sama dengan harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh: harga rumah 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 juta, maka yang dibayar


(30)

nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang disepakati diawal antara bank dan nasabah.

• Bai’ As-Salam, bank akan membelikan barang yang dibutuhkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus diukur dan ditimbang secara jelas dan spesifik, dan penetapan harga beli berdasarkan keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. Contoh : pembiayaan bagi petani dalam jangka waktu yang pendek (2-6 bulan). Karena barang yang dibeli (misalnya padi, jagung, cabai) tidak dimaksudkan sebagai inventori, maka bank melakukan akad bai’ as-salam kepada pembeli kedua (misalnya Bulog, pedagang pasar induk, grosir). Contoh lain misalnya pada produk garmen, yaitu antara penjual, bank, dan rekaman yang direkomendasikan penjual.

• Bai’ Al-istishna’, merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang bisa dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di kemudian hari. Bank mengikat masing-masing kepada pembeli dan penjual secara terpisah, tidak seperti As-Salam di mana semua pihak diikat secara bersama sejak semula. Dengan demikian, bank sebagai pihak yang mengadakan barang bertanggung jawab kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan pkerjaan dan jaminan yang timbul dari transaksi tersebut.


(31)

2.1.3.3 Jasa Keuangan

Aktivitas jasa keuangan ini merupakan aktivitas yang meliputi seluruh layanan non-pembiyaan yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya. Transksi yang termasuk pada produk jasa keuangan ini adalah sharf. Menurut IAI (2002:59.24), “sharf adalah akad jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.” Transksi valuta asing pada bank syariah hanya dapat dilakukan unutk tujuan melindungi nilai (hedging) dan tidak dibenarkan unutk tujuan spekulatif. Selisih antara kurs yang diperjanjikan dalam kontrak dan kurs tunai (mark to market) pada tanggal penyerahan valuta diakui sebagai keuntungan/kerugian pada saat penyerahaan/penerimaan dana.

2.2 Pembiayaan dan Sistem Pembiayaan 2.2.1 Pengertian Pembiayaan

Pengertian pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Bisnis adalah aktivitas yang mengarah kepada penambahan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengelolaan barang (produksi). Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan syariah atau istilah teknisnya disebut sebagai aktivitas produktif. Menurut ketentuan Bank Indonesia aktivitas produksi adalah penanaman dana Bank syariah baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing


(32)

dalam modal. Penyertaan modal sementara, komitmen dan kontejensi pada rekening administrative serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (Peraturan Bank Indonesia No.5/7/PBI/2003. Tujuan Bank Syariah dibedakan menjadi dua bagian yaitu tujuan pembiyaan mikro dan makro. Secara makro bertujuan untuk :

• Peningkatan ekonomi umat

• Meningkatkan produktivitas

• Tersedianya dana bagi peningkatan usaha Sedangkan secara mikro bertujuan untuk :

• Upaya memaksimalkan laba

• Upaya memaksimalkan resiko

• Pendayagunaan sumber ekonomi

• Penyaluran kelebihan dana

Oleh karena itu tujuan pembiayaan yang dilaksanakn oleh Bank Syariah adalah untuk memenuhi kebutuhan stakeholder, yakni :

• Pemilik

Dari sumber pendapatan diatas para pemilik modal mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.

• Pegawai

Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejaheraan dari bank tersebut.


(33)

• Masyarakat

- Pemilik dana, sebagaimana pemilik mengharapkan dari dana yang diinvestasikan akan memperoleh bagi hasil

- Debitur yang bersangkutan, para debitur dengan penyedia dana baginya mereka tebantu guna menjalankan usahanya

- Bank, bagi bank yang berasangkutan dari pembiayaan diharapkan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya semakin luas.

- Pemerintah, akibat penyediaan pembiayaan pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembanguan negara disamping memperoleh pajak penghasilan yang diperoleh bank dan perusahaan-perusahaan.

2.2.2 Pengertian Sistem dan Sistem Pembiayaan Syariah

Menurut para ahli sciences Huse dan Bowdict menyatakan sistem adalah “suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan”. Begitu juga menurut Sudikno (1991 : 102) yang menyatakan sistem adalah “satu kesatuan yang utuh, terdiri dari bagian-bagian atau unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain yakni


(34)

unsur-unsur tersebut berinteraksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan.

Sedangkan Antonio (2001 : 160) menyatakan bahwa

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam prakteknya di lembaga perbankan syariah telah membentuk sebuah sub sistem, sistem pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dilihat dari sudut pandang ekonomi bahwa berdasarkan sifat penggunaanya dapat dibagi menjadi dua hal :

1. Pembiayaan produktif antara lain pembiayaan uasaha produksi terdiri dari pembiayaan likuiditas, piutang dan persediaan modal, pembiayan modal kerja untuk perdagangan terdiri dari : perdagangan umum dan perdagangan berdasarkan pesanan dan pembiayaan investasi.

2. Pembiayaan konsumtif baik sekunder maupun primer

Ekonomi melihat pembiayan dari segi kemanfaatan fasilitas pembiayaan yakni profitable dan non profitable sedangkan yuridis melihatnya dari segi perjanjian yang dibentuknya yaitu meliputi struktur perjanjian secara menyeluruh. Tujuan meninjau pembiayaan syariah dari segi yuridis (hukum positip) adalah guna menemukan kaidah hukum positip untuk menyelesaikan dispute yang terjadi, sehingga keberadaan bank syariah tetap eksis dan mempunyai kepastian hukum di dalam aktifitasnya, sebab mau atau tidak perbankan syariah harus tetap mengikuti UU RI.

Sistem pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut sudut pandang yuridis adalah: pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah dan prinsip musyarakah, pembiayaan jual beli berdasarkan murabahah, prinsip ijarah (sewa murni) dan ijarah al-muntahia bit-tamlik (sewa beli atau sewa dengan hak


(35)

2.3 Sistem Pembiayaan Murabahah 2.3.1 Landasan Hukum

Di dalam Al-Qur’an, pembahasan secara langsug mengenai murabahah tidak ada, walaupun terdapat beberapa ayat yang menunujukkan kajian yang terkait dengannya seperti pembahasan mengenai jual-beli ataupun permasalahan keuntungan dan kerugian dalam suatu perdagangan. Demikian pula halnya dengan hadis-hadis Rasulullah Saw, tidak ada satupun hadist yang membahas atau memiliki rujukan langsung mengenai permasalahan murabahah ini.

Landasan hukum pembiayaan murabahah terangkum dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 juga mengenai ketentuan transaksi murabahah. Fatwa tersebut membahas tentang ketentuan umum murabahah dalam bank syariah, ketentuan murabahah kepada nasabah, jaminan, utang dalam murabahah, penundaan pembayaran, dan kondisi bangkrut pada nasabah murabahah.

Adapun yang menjadi landasan hukum syariah dari pembiayaan murabahah ini adalah Al-Qur’an ayat 29 dari surat An-Nisa yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan hak sesamamu dengan jalan bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah maha penyayang bagimu”.


(36)

2.3.2 Rukun dan Syarat Murabahah

Murabahah merupakan pembiayaan yang memposisikan nasabah sebagai pembeli dan bank sebagai penjual, dan opersaional murabahah ini murni menggunakan rukun dan syarat jual beli dimana terdapat beberapa hal yang harus ada dalam transaksi jual beli tersebut. Harus ada penjual, pembeli objek yang diperjual-belikan, ada ijab dan qabul serta akad yang menyertai perjanjian jual beli ini.

Sebagai contoh, jika nasabah membutuhkan pembiayaan untuk membeli bahan bangunan guna merenovasi rumahnya, nasabah akan mengajukan daftar pembelian barang yang berisikan kebutuhan-kebutuhan material bangunan yang akan dimanfaatkan oleh nasabah. Secara konsep, Bank Syariah akan membelikan barang-barang yang dimintakan oleh nasabah tersebut, yang kemudian akan di jual kembali kepada nasabah dengan menambahkan keuntungan/margin bank. Sehingga dalam transaksinya akanada harga beli (harga pokok pembelian barang), ada margin (keuntungan yang diambil oleh bank), serta ada harga jual (harga pokok ditambah dengan margin keuntungan).


(37)

(1) (1)

(2) (2)

(4)

(3) (3a)

Gambar 2.1 Skema Akad Murabahah

Keterangan :

1. Bank dan nasabah melakukan negoisasi untuk melakukan transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli, meliputi jenis barang yang akan diperjual-belikan harganya (termasuk jumlah keuntungan yang diminta bank) dan jangka waktu pembayaran dan hal-hal lain yang diperlukan. 2. Bank melakukan pesanan (membeli secara tunai/naqdan) barang kepada

supplier sesuai dengan spesifikasi barang yang dikehendaki oleh nasabah, dengan melakukan akad jual beli (surat pernyataan/call memo). Nasabah tidak diperkenankan membeli secara langsung tanpa seizin bank.

Negoisasi

Akad Murabahah

Barang


(38)

3. Bank dapat mewakili secara tertulis kepada nasabah untuk membeli barang untuk dan atas nama bank, dalam bentuk akad wakalah/surat kuasa yang terpisah dari akad murabahah, atau bank dapat langsung membeli kepada supplier.

4. Supplier menjual secara tunai.

Dalam transaksi murabahah ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar transaksi yang dilakukan berjalan sesuai dengan syariah. Ketentuan-ketentuan tersebut dikeluarkan berdasarkan fatwa dari Dewan Syari’ah Nasional (DSN), Biro Perbankan Syari’ah Bank Indonesia, 2002: 5-10 yang tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 59

I. Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari;ah (Fatwa DSN: 04/DSN/IV/2000)

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam. 3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang

telah disepakati kualifikasi.

4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian itu harus sah dan bebas riba.

5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesanan) dengan harga jual senilai harga beli ditambah dengan keuntungannya. Dalam hal ini bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu yang telah disepakati.

8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atas kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus kepada nasabah.


(39)

9. Jika bank hendak mewakili kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

II. Ketentuan Murabahah kepada Nasabah.

1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian barang atau asset kepada bank.

2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus terlebih dahulu membeli asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

3. Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membelinya) sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual-beli.

4. Dalam jual beli ini bank doperbolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menangani keseoakatan awal pemesanan. 5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil

barang harus dibayar dari uang muka tersebut.

6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meninta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. 7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang

muka, maka :

a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, maka ia tinggal membayar sisa harga;

b. Jika nasabha batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bnak akibat pembatalan tersebut, dan jka uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

III. Ketentuan Jaminan Murabahah

1. Jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar nasabah serius dalam pesanannya.

2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

IV. Ketentuan Hutang

1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan oleh nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan hutangnya kepada bank.

2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib melunasi seluruhnya.

3. Jika penjualan barang tersebut menyebabakan nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal, ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugia itu diperhitungkan.


(40)

V. Ketentuan Penundaan Pembayaran dalam Murabahah

1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak diperkenankan menunda penyelesaian hutangnya.

2. Juka nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya, maka penyelesaian dapat dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai esepakatan melalui musyawarah.

VI. Ketentuan Bangkrut dalam Murabahah

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan telah gagal meyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

VII. Ketentuan Uang Muka dalam Murabahah (Fatwa DSN: 13/DSN-MUI/IX/2000)

1. Dalam akad murabahah, emabga Keuangan Syari’ah (LKS) dibolehkan meminta uang muka apabila keduabelah pihak bersepakat. 2. Besar uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.

3. Jika nasabah membatalkan akad murbahah, nasabah harus memberikan ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut.

4. Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat miminta tambahan kepada nasabah.

5. Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus mengembalikannya kelebihannya kepada nasabah.

VIII. Ketentuan Diskon Murabahah (Fatwa DSN: 16/DSN-MUI/IX/2000)

1. Harga (tsaman)dalam jual beli adalah saru jumlah yang desepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah) benda yang menjadi objek jual-beli, lebih tingggi maupun lebih rendah.

2. Harga dalam jual-beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang doperlukan ditambah keuntungan sesuai kesepakatan.

3. Jiak dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari pemasok, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon. Karena itu, diskon adalah hak nasabah.

4. Jika pemberian diskon setelah akad, pembagian tersebut dilakukan setelah perjanjian dan ditandatangani.

5. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.

IX. Ketentuan Sanksi (Fatwa DSN: 17/DSN-MUI/IX/2000)

1. Sanksi yang dikenakan LKS kepada nasbah yang mampu membayar tetapi menunda-nunda pembayran dengan sengaja.

2. Nasabah yang tidak mampu membayar akibat force majeur tidak boleh dikenakan sanksi.

3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pemabayaran dan atau tidak mempunyai keamauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya


(41)

4. Sanksi didasarkan prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.

5. Sanksi dapat nerupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

6. Denda yang bersal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial X. Ketentuan Potongan Pelunasan (Fatwa DSN: 23/DSN-MUI/IX/2000)

1. Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.

2. Besarnya potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada kebijakan dan pertimbangan LKS Proses Pembiayaan Murabahah. Proses pembiayaan merupakan aspek bagi perbankan syariah, dimana proses pembiayaan yang sehat akan berimplikasi pada investasi halal dan baik serta menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan, atau bahkan lebih. Proses pembiayan perbankan yang sehat tidak hanya berimplikasi pada kondisi bank yang sebat tetapi juga berimplikasi pada kineja sektor riil yang dibiayai.

2.3.3 Mekanisme Pembiayaan Murabahah

Adapun proses pembiayaan murabahah dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Permohonan Pembiayaan

Inisiatif pengajuan pembiayaan biasanya datang dari nasabah yang kekurangan dana, tetapi juga dapat muncul dari officer bank yang berjiwa bisnis yang mampu menangkap peluang usaha tertentu. Hal-hal yang dapat dijadikan acuan untuk menindaklanjuti sebuah usaha atau proyek yaitu :


(42)

1) Trend usaha;bank harus memiliki wawasan yang luas tenang usaha-usaha yang menjadi isu nasional, baik yang prospek, yang gagal ataupun usaha-usaha yang memenuhi unsur penipuan.

2) Peluang bisnis; diperlukan intuisi yang tinggi di samping wawasan bisnis yang kuat.

3) Reputasi bisnis perusahaan; pengalaman dan reputasi yang baik dapat menjadi langkah awal dalam mengambil keputusan.

4) Reputasi manajemen; hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi bank untuk memberikan pembiayaan atau tidak.

b. Pengumpulan Data dam Investigasi

Data yang diperlukan oleh bank menggambarkan kemampuan nasabah untuk membayar pembiayaan dari penghasilan/pendapatan tetapnya. Data-data tersebut antara lain: kartu identitas nasabah, kartu keluarga, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), salinan rekening bank, salinan tagihan rekening telepon dan listrik, data objek pembiayaan, data jaminan.

c. Analisa Pembiayaan

Metode analisa yang sering digunakan yaitu 5C (character, capacity, capital, collateral dan condition) atau juga 4P ( personality, purpose, prospect dan payment), bank juga harus memperoleh informasi tentang usaha nasabah yang akan dibiayai melalui inspeksi ke lokasi usaha, melakukan penilaian terhadap keuangan perusahaan, sehingga menjadi bahan masukan bagi bank


(43)

d. Persetujuan

Diterima atau tidaknya permohonan pembiayaan nasabah tergantung kepada kebijakan bank, dimana kebijakan tersebut dipengaruhi oleh data-data nasabah yang telah diinspeksi oleh bank.

e. Pengumpulan Data Tambahan

Apabila diterima, maka bank akan mengumpulkan data-data tambahan sebagai tindak lanjut pencairan dana.

f. Pengikatan

Ada dua macam pengikatan, yaitu :

1) Pengikatan di bawah tangan; penandatanganan akad antara bank dengan nasabah,

2) Pengikatan notarial; proses penandatanganan yang disaksikan oleh notaris.

g. Pencairan

Pemberian dana kepada nasabah sesuai dengan akad yang telah disepakati.

h. Monitoring

Monitoring dapat dilakukan dengan memantau realisasi pencapaian target usaha dengan rencana yang dibuat sebelumnya. Bila target tidak tercapai, bank harus mengambil tindakan penyelesaian masalah. Langkah-langkah monitoring antara lain yaitu memantau pengeluaran nasabah,


(44)

memantau pelunasan angsuran, melakukan kunjungan rutin ke lokasi usaha, memantau perkembangan usaha sejenis.

2.3.4 Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan murabahah

Murabahah merupakan salah satu produk perbankan syariah yang merupakan akad jual beli dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Pendapatan ang diperoleh bank syariah dari pembiayaan murabahah ini mencapai antara 60-70% dari total pendapatan yang diperoleh bank dari semua produk-produk pembiayaan, dalam pembiayaan ini, harga yang disepakati adalah harga jual sedangkan harga perolehan harus diberitahukan. Apabila bank selaku penjual mendapatkan potongan dari pemasok, maka potongan tersebut merupakan hak nasabah, dan bila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat di dalam akad. Potongan tersebut diakui sebagai pengurangan biaya perolehan aktiva murabahah. Transaksi murabahah dapat dibagi menjadi dua berdasarkan akadnya yaitu murabahah berdasarkan pesanan dan murabahah tanpa pesanan.

a) Murabahah berdasarkan pesanan

Murabahah berdasarkan pesanan bersifat lebih mengikat karena bank melakukan pembelian barang setelah ada pesanan yang dilakukan oleh nasabah, sehingga nasabah tidak dapat membatalkan barang yang telah


(45)

yang telah dikeluarkan oleh bank apabila barang yang telah dipesan tersebut dibatalkan dan jika terjadi penurunan nilai terhadap barang tersebut sebelum diserahkan kepada nasabah, maka hal tersebut menjadi beban bank dan bank akan mengurangi nilai akad.

b) Murabahah tanpa pesanan

Murabahah tanpa pesanan tidak bersifat mengikat, bank menjual barang tanpa pesanan dari nasabah terlebih dahulu.

Menurut IAI (2002: 59.10), pengukuran aktiva murabah setelah perolehan sebagai berikut :

i. aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat: A. dinilai sebesar biaya perolehan,

B. jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut diakui sebgai beban dan mengurangi nilai kativa.

ii. apabila dlam murabahah tanpa pesanan tidak mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal melakukan transakasi, maka murabahah :

A. dinilai berdarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasikan, mana yang leih rendah,

B. jika nilai bersih yang dapat direalisasikan lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

Kelancaran opersaional dalam memberikan pembiayaan murabahah ini dijaga dengan cara bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan/jaminan


(46)

atas piutang tersebut, antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli dari bank. Cara lain, bank juga dapat meminta kepada nasabah urbun ataupun uang muka pembelian pada saat akad apabila kedua pihak bersepakat. Uang muka tersebut merupkaan bagian pelunasan piutang merubahah apabila pembiayaan tersebut jadi terlaksana, tapi apabila akad tersebut batal maka uang muka tersebut harus dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan, bila uang muka jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan kerugian bank maka bank dapat meminta tambahan dari nasabah.

Pengukuran urbun ataupun barang uang muka adalah sebagaimana yang diatur oleh IAI (2002: 59.11)

a. urbun diakuai sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima bank pada saat diterima,

b. pada saat barang jadi dibeli leh nasabah, maka urn=bun diakui sebgai pembayaran piutang,

c. jika barang batal dibeli nasabah, maka urbun dikembalikan kepada nasabah diperhitngkan dengna biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh bank.

Pembiayaan murabahah dapat dilakukan secara tunai maupun cicilan sesuai dengan persetujuan antara bank dan nasabah, dan bank dapat membrikan potongan kepada nasabah sebelum jatuh tempo. Bank berhak mengenakan denda kepada nasabah yang mampu memenuhi kewajibannya tetapi


(47)

menunda-mampu memenuhi kewajibannya. Denda diakui sebgai bagian dari dana sosial pada saat diterima.

Piutang murabahah pada saat akad diakui sebesar biaya perolehan aktiva murabah ditambah dengan keuntungan yang telah disepakati, dan pada akhir periode dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang (piutang ragu-ragu). Keuntungan inilah yang menjadi pendapatan pada transaksi murabahah. Definisi dari pendapatan tersebut sesuai dengan yang telah dinyatakan oleh IAI (2002: 23.1), “pendapatan adalah arus masuk bruto dan manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”. Menurut IAI (2002 : 23.4) pendapatan baru dapat diakui bila kondisi berikut ini terpenuhi :

a. bank telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah melakukan pengendalian efektif atas barang yang telah dijual,

b. barang tidak lagi mengelola atau melakukan pngendalian efektif atas barang yang dijual,

c. jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan handal,

d. besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan.

e. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan handal.

Menurut IAI (2002: 59.10) , keuntungan pada transaksi murabahah dapat diakui:

a. Pada periode terjadinya jika akad berakhir pada laporan keuangan tahun yang sama atau,


(48)

b. Selama periode akad secara proporsional, jika melampaui satu periode laporan keuangan.

Ada dua dasar yang dapat digunakan dalam pengakuan pendapatan murabahah, yaitu: dasar akrual (accrual basic) dan dasar kas (cash basic). Pada

accrual basic pendapatan diakui pada saat diperoleh atau pada periode terjadinya transaksi. Sedangkan cash basic pendapatan diakui pada saat kas diterima.

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

1. Bambang Santoso (2004)

Analisis Sistem Pembiayaan Murabahah Pada Bank BNI Syariah Cabang Medan

Seluruh rangkaian prosedur aplikasi

pembiayaan murabahah di BNI syariah telah berjalan dengan baik. Struktur pengendalian intern berjalan dengan baik ditandai dengan adanya pemisahan batas dan wewenang di BNI

Syariah. Kelemahan yang ditemukan sulitnya mendapatkan nasabah yang potensial dan dapat dipercaya.

2. Hasri Maulina (2005)

Analisis Penerapan Sistem Pembiayaan Murabahah pada PT. BPR Gebu Prima Medan

Pembiayaan murabahah pada PT. BPR Syariah telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, baik dalam sistem


(49)

pengukuran yang diperoleh.

3. Widhayanti (2005)

Analisis Efektivitas Pembiayaan

Murabahah pada PT. Bank SUMUT Syariah Cabang Medan

Prosedur operasional, administrasi dan aplikasi kinerja pembiayaan murabahah pada PT. Bank SUMUT Syariah telah berjalan dengan efektif.

4. Liesma Maywarni

Siregar (2005)

Analisis penerapan sistem pembiayaan transaksi murabahah yang diterapkan BPRS Syariah Al-Washliyah Medan

Sistem pembiayaan murabahah telah sesuai dengan PSAK 59 yang menyatakan bahwa dalam

murabahah, bank bertindak sebagai penjual,

dansabah bertindak sebagai pembeli atas barang tersebut dalam akad menjadi objek pembiayaan dengan nilai pembiayaan sebesar harga pokok ditambah margin yang dkenakan bank. 5. Nursamian Simbolon

(2007)

Penerapan Standar Akuntansi Keuangan No.59 tentang

Akuntansi Perbankan Syariah pada BNI Syariah Cabang Medan

BNI dalam menghimpun dana sari nasabah terdiri dari tabungan, deposito, wadiah. Seluruh produk pembiayaan sudah berjalan dengan ketentuan

yang telah ditetapkan.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun letak perbedaan antara penelitian-penelitain terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis sekarang adalah pada objek penelitiannya. Peneliti terdahulu kebanyakan melakukan objek penelitian langsung pada perusahaan


(50)

yang dituju. Sedangkan penulis melakukan penelitian pada Bursa Efek Indonesia dimana terdapat perbankan syariah terdaftar didalamnya.

2.5 kerangka konseptual

Bank Syariah

Salah satu produk utama bank syariah

- Murabahah

Penerapan pembiayaan

murabahah

Pengakuan dan pengukuran Pembiayaan murabahah

Penyajian dan pengungkapan Dalam

Laporan keuangan

Analisis penerapan SAK No. 59


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu mengumpulkan data-data, serta menguraikannya secara menyuluruh tentang keadaan dan sifat-sifat yang sebenarnya dari objek penelitian.

3.2 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, laporan keuangan, struktur organisasi, dan lain-lain. Data tersebut diperoleh dari situs resmi bank syariah yang bersangkutan dan Bursa Efek Indonesia.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah teknik dokumentasi, yaitu dengan meneliti bahan-bahan tulisan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.


(52)

3.4 Teknik Analisis Data 3.4.1 Metode Deskriptif

Merupakan suatu metode atau prosedur pemecahan masalah yang deselidiki degan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitain pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.

3.4.2 Metode Komparatif

Merupakan metode analisis yang dilakukan dengan membandingkan teori-teori dengan praktek dalam prusahaan, kemudian mengambil kesimpulan yang sebenarnya dari masalah yang diteliti.

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan syariah yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

Adapun perencanaan waktu penelitian dalah sebagai berikut :

Tahap Penelitian Maret 2012

April 2012

Mei 2012

Juni 2012

Pengajuan judul Penyelesaian proposal

Pengumpulan dan Pengolahan data Bimbingan skirpsi Penyelesaian skripsi


(53)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Data Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa perbankan syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diantaranya adalah, PT Bank Muamalat Indonesia, PT. Bank Negara Indonesia Syariah, dan PT. Bank Syariah Mandiri. Berikut analisis lebih lanjut.

4.1.1 Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia

Ide kongkrit Pendirian Bank Muamalat Indonesia berawal dari loka karya “Bunga Bank dan Perbankan” yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 di Cisarua. Ide ini kemudian lebih dipertegas lagi dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) ke IV MUI di Hotel Sahid Jaya Jakarta tanggal 22-25 Agustus 1990 yang mengamanahkan kepada Bapak K.H. Hasan Bahri yang terpilih kembali sebagai Ketua Umum MUI, untuk merealisasikan pendirian Bank Islam tersebut. Setelah itu, MUI membentuk suatu Kelompok Kerja (POKJA) untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Tim POKJA ini membentuk Tim Kecil “Penyiapan Buku Panduan Bank Tanpa Bunga”, yang diketuai oleh Bapak Dr. Ir. M. Amin Azis.

Hal paling utama dilakukan oleh Tim MUI ini di samping melakukan pendekatan-pendekatan dan konsultasi dengan pihak-pihak terkait adalah


(54)

menyelenggarakan pelatihan calon staf melalui Management DevelopmentProgram (MDP) di Lembaga Pendidikan Perbankan Indonesia (LPPI), Jakarta yang dibuka pada tanggal 29 Maret 1991 oleh Menteri Muda Keuangan, dan meyakinkan beberapa pengusaha muslim untuk jadi pemegang saham pendiri. Untuk membantu kelancaran tugas-tugas MUI ini dibentuklah Tim Hukum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang di bawah Ketua Drs. Karnaen Perwaatmadja, MPA. Tim ini bertugas untuk mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut aspek hukum Bank Islam.

Pada tanggal 1 November 1991 terlaksana penandatanganan Akte Pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia di Sahid Jaya Hotel dihadapan Notaris Yudo Paripurno, SH. dengan Akte Notaris No.1 tanggal 1 November 1991 (Izin Menteri Kehakiman No.C2.2413.HT.01.01 tanggal 21 Maret 1992/Berita Negara

RI tanggal 28 April 1992 N

ini terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp 48 miliar.

Selanjutnya, pada acara silaturahmi pendirian Bank Syari’ah di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menenm modal senilai Rp 106 miliar. Dengan angka modal awal ini Bank Muamalat mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992 bertepatan dengan tanggal 27 Syawal 1412 H, SK Menteri Keuangan RI No. 1223/MK. 013/1991 tanggal 5 November 1991 diikuti oleh izin usaha keputusan MenKeu RI No. 430/KMK.013/1992 tanggal 24 April 1992. Pada hari Jum’at, 27 Syawal 1412 H,


(55)

bertepatan dengan tanggal 1 Mei 1992, Menteri Keuangan dan dengan dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia, meresmikan mulai beroperasinya Bank Muamalat dalam upacara “Soft Opening” yag diadakan di Kantor Pusat Bank Muamalat di Gedung Arthaloka, Jl. Jend. Sudirman Kav. 2 Jakarta.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa yang semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai Bank Syari’ah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada saat Indonesia dilanda krisis moneter, sektor Perbankan Nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Pada tahun 1998, Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 sampai 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat karena berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba dari upaya dan dedikasi setiap Pegawai Muamalat, ditunjang oleh kepemipinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan Perbankan Syari’ah secara murni.


(56)

Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada:

1. Restrupegawairisasi asset dan program efisiensi

2. Tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, 3. Tidak melakukan PHK satu pun terhadap Sumber Daya Insani yang ada,

dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak PegawaiMuamalat sedikit pun,

4. Pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Pegawai Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru

5. Peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan

6. Pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha.

a. Visi dan Misi Bank Muamalat Imdonesia

1. Visi

Menjadi Bank Syari’ah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.


(57)

2. Misi

Menjadi role model Lembaga Keuangan Syari’ah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai kepada stakeholder.

b. Tujuan Berdiri Bank Muamalat Indonesia

Adapun tujuan berdiri Bank Muamalat Indonesia yaitu:

1. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, sehingga semakin berkurang kesenjangan sosial ekonomi, dan dengan demikian akan melestarikan pembangunan nasional, antara lain melalui:

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan usaha b. Meningkatkan kesempatan kerja

c. Meningkatkan penghasilan masyarakat banyak

2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan terutama dalam bidang ekonomi keuangan, yang selama ini masih cukup banyak masyarakat yang enggan berhubungan dengan bank karena masih menganggap bahwa bunga bank itu riba.


(58)

3. Mengembangkan lembaga bank dan sistem Perbankan yang sehat berdasarkan efisiensi dan keadilan, mampu meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga menggalakkan usaha-usaha ekonomi rakyat antara lain memperluas jaringan lembaga Perbankan ke daerah-daerah terpencil.

4. Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara ekonomi, berperilaku bisnis dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

c. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia

1. Dewan Pengawas Syari’ah:

a. KH. M. A. Sahal Mahfudh Ketua

b. KH. Ma’ruf Amin Anggota c. Prof. Dr. Umar Shihab Anggota d. Prof. Dr. H. Muardi Chatib Anggota

2. Dewan Komisaris:

a. Drs. H. Abbas Adhar Komisaris Utama

b. Prof. Korkut Ozal Komisaris c. DR. Ahmed Abisoursour Komisaris


(59)

e. Drs. Aulia Pohan, MA Komisaris 3. Direksi:

a. H.A. Riawan Amin, Msc Direktur Utama

b. Ir. H. Arviyan Arifin Direktur c. H. M. Hidayat, SE, Ak. Direktur

d. Ir. H. Andi Buchari, MM Direktur e. Drs. U. Saefudin Noer Direktur 4. Kepala Grup:

a. Afrid Wibisono Administration

b. Avantiono Hadhianto Business Development

c. Muchtar MD. Siswoyo financing Support d. Zulkarnain Hasibuan Internal Audit

5. Rapat Umum Pemegang Saham (Shareholders Meeting)

Adalah dewan tertinggi yang ada di Bank Muamalat Indonesia. Tugasnya memimpin rapat pemegan saham serta mengawasi jalannya kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Muamalat Indonesia.


(60)

6. Dewan Komisaris (Board of Commissioner)

Adalah wakil dari pemegang saham yang mempunyai peran sebagai pengawas dan bersama Dewan Direksi merumuskan strategi jangka panjan perusahaan. Adapun tugas Dewan Komisaris adalah sebagai berikut:

1) Mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan Perseroan serta memberi nasihat kepada Dewan Direksi.

2) Melakukan tugas-tugas secara kusus diberikan kepadanya menurut Anggaran Dasar.

3) Melakukan pengawasan aatas tugas-tugas yang diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

4) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran dasar Perseroan serta menyampaikan hasil penilaian serta pendapatnya kepada Rapat Umum Pemegang Saham.

5) Mengikuti perkembangan kegiatan Perseroan, dan dalam hal Perseroan menunjukkan gejala kemunduran, segera melaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham dengan disertai saran mengenai langkah perbaikan yang harus ditempuh.


(61)

6) Memberikan pendapat dan saran kepada Rapat Umum Pemegang Saham mengenai setiap persoalan yang dianggap penting bagi pengelolaan Perseroan.

7) Melakukan tugas-tugas pengawasan lainnya yang ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan tugas lain yang berhubungan dengan pemeriksaan dan pengawasan.

7. Dewan Pengawas Syari’ah (Sharia Supervisory Board)

Dewan Pengawas Syari’ah dalam organisasi bank bersifat independen dan terpisah dari pengurus bank, sehingga tidak mempunyai akses terhadap operasional Bank. Adapun tugas dan wewenang Dewan Pengawas Syari’ah adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pengawasan atas produk Perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat agar berjalan sesuai dengan prinsip Syari’ah.

2) Memberikan pedoman dan garis-garis besar Syari’ah.

3) Mengadakan perbaikan atas produk yang tidak sesuai dengan Syari’ah.

4) Memberikan jawaban dalam bentuk fatwa atas permasalahan yang dihadapi pihak eksekutif dan operasi.


(62)

5) Memeriksa Buku Laporan Tahunan dan kesesuaian Syari’ah disemua produk dan operasi selama tahun berjalan.

6) Memberikan nasihat kepada Direksi dan Komisaris agaar seluruh kegiatan Perbankan sesuai dengan Syari’ah Islam.

8. Operation Director

Mempunyai wewenang dan tanggung jawab membuat kebijakan khususnya dalam bidang operasional, melaksanakan koordinasi dan pembinaan bawahan serta pengawasan kegiatan operasional. Tugas pokok Direksi adalah:

1) Memimpin dan mengurus Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektifitas Perseroan.

2) Menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan.

9. Administration Group Ruang lingkup kerja:

1) Melakukan supervisi dan monitoring terhadap segenap Kantor Cabang atas pelaksanaan atau jalannya operasional.


(63)

2) Melakukan konsolidasi terhadap pembuatan dan monitoring Laporan-laporan Bulanan Keuangan Bank dan menyampaikannya pada pihak intern atau ekstern yang berkepentingan.

3) Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan repegawaitmen dan seleksi calonkaryawan, proses administrasi kegiatan penempatan dan penempatan kembali karyawan, proses terminasi atau pengunduran diri karyawan serta memonitor dan memelihara data base kepersonaliaan.

4) Melakukan proses dan administrasi pembiayaan karyawan, pembayaran gaji serta pembayaran JAMSOSTEK dan pajak (pph 21) seluruh karyawan serta pengurus Bank.

5) Melakukan koordinasi dalam penyediaan sarana logistik dalam rangka persiapan pembukaan atau pengembangan Kantor Cabang meliputi jaringan komuniaksi dan sarana penunjang operasional lainnya.

6) Melakukan koordinasi terhadap pengelola sistem komunikasi data untuk mendukung operasional online pusat pengolahan data keseluruhan Cabang Bank Muamalat Indonesia serta berkoordinasi dengan pihak ekstern.


(64)

10.Corporate Support Group Ruang lingkup kerja:

1) Menyiapkan dan melaksanakan legal action atas kebijakan manajemen.

2) Memberikan masukan dalam penyusunan manual, prodik, akad, dan keputusan yang terkait dengan aspek hokum.

3) Meningkatkan pengetahuan dalam positif masyarakat tentang Bank Muamalat Indonesia.

4) Membangun pendekatan dan citra positif Bank Muamalat Indonesia padaemotional market.

5) Meraih dukungan moril maupun materil dari stekholder maupun new invenstor.

11.Internal Audit Group

Ruang lingkup kerja:

1) Berwenang untuk melakukan akses terhadap catatan karyawan, sumber daya dan dana serta asset bank lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan audit.


(65)

2) Memeriksa dan menilai atas kecukupan dari struktur pengendalian intern.

3) Memeriksa dan menilai kualitas kerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang telah dilaksanakan.

4) Memberikan saran perbaikan baik untuk kecukupan dan efefktifitas atau kehandalan struktur pengendalian intern maupun perbaikan pelaksanaan.

5) Memberikan informasi dan saran kepada manajemen mengenai hal-hal yang berkaitan dengan upaya menjadikan Bank lebih maju. 12.Business Development Group

Ruang lingkup kerja: A. Marketing:

1) Marketing plan dan marketing strategy sebagai guidance bagi Cabang.

2) Bersama financing dan settlement group membuat target lending dan funding revenue system dan technology

3) Melakukan pengembangan sistem dan teknologi untuk mendukung operasional Bank.


(66)

B. Produk dan Development:

1) Melakukan riset, survey, dan pengembangan produk. 2) Melakukan review produk dan fitur produk.

3) Merumuskan tarif layanan produk. C. SISOP dan UAT (USSER acceptance Test)

1) Merencanakan, menyusun atau membuat dan memperbaiki prosedur peraturan atau kebijakan pribadi.

2) Menyebarluaskan ketentuan pemerintah seprti SEBI, PP, Undang-undang dan sejenisnya untuk bidang operasi Bank. 3) Sosialisasi dan emplementasi prosedur yang telah dibuat dan

direvisi.

4) Memantau dan melakukan supervise terhadap layanan dan operasi selindo, sehingga kualitas layanan dan operasi dapat dipenuhi.

5) Melakukan UAT atas produk atau program yang akan diluncurkan dan disesuaikan dengan manual operasi yang dibuat.


(67)

Ruang lingkup kerja: 1) Financing Supervision 2) Sharia Financial Iinstitution

3) Financing Product Development 14.Network and Alliance Group

Ruang lingkup kerja:

1) Network Alliance (POS, Da’I Muamalat, Pegadaian) 2) Shar-E and Gerai Optimizing

3) Virtual Banking Operations (Call Center and Card Center)

d. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia

1. Produk Penghimpuanan Dana (Funding Products) a) Shar--‘e

Shar-‘e adalah tabungan instan investasi syari’ah yang memadukan kemudahan akses ATM, Debit dan Phone Banking dalam satu kartu dan dapat dibeli di kantor pos seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp 125.000, langsung dapat diperoleh satu kartu Shar--‘e dengan saldo awal tabungan Rp 100.000, sebagai sarana menabung berinvestasi di Bank Muamalat. Shar--‘e dapat dibeli melalui kantor


(68)

pos. diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil kompetitif. Tarik tunai bebas biaya di lebih dari 8.888 jaringan ATM BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (phone banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi history transaksi, transfer antara rekening sampai dengan 50 juta dan berbagai pembayaran). b) Tabungan Ummat

Merupakan investasi tabungan dengan aqad Mudharabah di Counter Bank Muamalat di seluruh Indonesia maupun di Gerai Muamalat yang penarikannya dapat dilakukan di seluruh Counter Bank Muamalat, ATM Muamalat, jaringan ATM BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama. Tabungan Ummat dengan Kartu Muamalat juga berfungsi sebagai akses debit di seluruh Merchant Debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Nasabah memperoleh bagi hasil yang berasal dari pendapatan Bank atas dana tersebut.

c) Tabungan Haji Arafah

Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan niat nasabah untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa, Insya Allah pelaksanaan ibadah haji


(69)

Arafah bisa memilih jadwal waktu keberangkatannya sendiri dengan setoran tetap tiap bulan, keberangkatan nasabah terjamin dengan asuransi jiwa, apabila penabung meninggal dunia, maka ahli waris otomatis dapat berangkat. Tabungan haji Arafah juga menjamin nasabah untuk memperoleh porsi keberangkatan (sesuai dengan ketentuan Departemen Agama) dengan jumlah dana Rp 32.670.000 (Tiga puluh dua juta enam ratus tujuh puluh ribu rupiah), karena Bank Muamalat telah on-line dengan Siskohat Departemen Agama Republik Indonesia. Tabungan haji Arafah memberikan keamanan lahir batin karena dana yang disimpan akan dikelola secara Syari’ah.

d) Deposito Mudharabah

Merupakan jenis investasi bagi nasabah perorangan dan Badan Hukum dengan bagi hasil yang menarik. Simpanan dana masyarakat akan dikelola melalui pembiayaan kepada sektor riil yang halal dan baik saja, sehingga memberikan bagi hasil yang halal. Tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan.

e) Deposito Fulinves

Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan, dengan jangka waktu enam dan 12 bulan dengan nilai nominal minimal Rp 2.000.000,- atau senilai USD 500 dengan fasilitas


(70)

asuransi jiwa yang dapat dipergunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat. Nasabah memperoleh bagi hasil yang menarik tiap bulan.

f) Giro Wadi‘ah

Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro, dan pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha. Dengan fasilitas kartu ATM dan Debit, tarik tunai bebas biaya di lebih dari 8.888 jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, akses di lebih dari 18.000 Merchant Debit BCA/PRIMA dan fasilitas Salam Muamalat. (phone banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi history transaksi, transfer antar rekening sampai dengan 50 juta dan berbagai pembayaran).

g) Dana Pensiun Muamalat

Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18 tahun, atau sudah menikah, dan pilihan usia pensiun 45-65 tahun dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minimal Rp 20.000 per bulan dan pembayarannya dapat didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer dari Bank lain.


(71)

selama masa kepesertaan, peserta dilindungi asuransi jiwa sebesar nilai tertentu dengan premi tertentu. Dengan asuransi ini, keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun sebesar yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa pensiun.

2. Produk Penanaman Dana (Invesment Product) a. Konsep Jual Beli

1) Murabahah

Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian.

2) Salam

Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana pembayaran dilakukan di muka/tunai.

3) Istishna

Adalah jual beli barang dimana Shani’ (produsen) ditugaskan untuk membuat suatu barang (pesanan) dari Mustashni’ (pemesan). Istishna’ sama dengan Salam yaitu dari segi obyek pesanannya yang harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada sistem pembayarannya yaitu Istishna’ pembayaran dapat dilakukan di awal, di tengah atau di akhir pesanan.


(1)

keuangan dan di akhir penyusunan laporan akan digunakan sebgai bahan untuk

mengevaluasi kondisi keuangan bank. Dengan demikian, melalui hasil analisis

yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa transaksi murabahah

yang dilakukan ke tiga perbankan syariah tersebut telah memenuhi Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan No. 59.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelahmelakukan analisis dari hasil penelitian yang telah dibahas di bab

sebelumnya, maka penulis akan memberukan beberapa kesimpulan dan saran dari

uraian-uraia yang terdapat pada bab terdahulu.

5.1 Kesimpulan

1. PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Syariah Mandiri Tbk adalah bank-bank syariah yang tata cara beroperasinya (baik penyaluran dana dan penghimpunan dana) mengikuti Al-qur’an dan Hadist.

2. PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Syariah Mandiri Tbk telah memiliki struktur organisasi dengan uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas, dimana setiap unit melakukan aktifitas dan tanggung jawab yang jelas serta melakukan aktivitas tugasnya secara terpisah.

3. Berdasarkan tujuan penggunaannya, pembiayaan di perbankan syariah tersebut dibedakan menjadi dua yaitu : pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif. Seluruh prosedur operasional dan sistem administrasi pembiayaan murabahah yang diterapkan telah mengacu pada prosedur administrasi kredit yang disesuaikan dengan PSAK Nomor 59.


(3)

4. Harga jual dalam pembiayaan murabahah adalah harga perolehan yang ditambah dengan keuntungan yang disepakati antara bank selaku penjual dan nasabah selaku pembeli. Bank harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada nasabah.

5. Segala aktivitas pada bank-bank syariah tersebut mengacu kepada PSAK dan Fatwa Dewan Syariah Nasional.

6.

Transaksi murabahah yang dilakukan ke tiga perbankan syariah tersebut

telah memenuhi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 59.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini terbatas hanya padaBursa Efek Indonesia saja.Jenis produk pembiayaan yang dianalisis adalah hanya produk pembiayaan murabahah beserta penerapan, prosedur-prosedur pengajuan dan skema akad. Pengujian yang lebih mendalam dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang signifikan.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indoseia (persero) Tbk dan PT Bank Syariah Mandiri Tbk harus terus melakukan inovasi di tengah maraknya perkembangan perbankan syariah dewasa ini, khususnya melalui peningkatan kualitas pelayanan, pemasaran dan sumber daya insani (SDI) yang


(4)

memegang amanah yang sangat berat, sehingga memiliki sumber daya insane yang unggul dan kompeten,

2. Di dalam menyalurkan pembiayaan diharapakan manajemen Bank Syariah yang di maksudharus dapat lebih selektif lagi serta memperkuat dan memperhatikan prinsip 5C (character, capability, collateral, condition, serta capital),

3. Untuk lebih menarik minat masyarakat, Bank Syariah yang di maksudhendaknya lebih mensosialisasikan keberadaanya di tengah-tengah masyarakat dengan menjalin mitra-mitra kerja untuk memperkenalkan produk-produk perbankan syariah termasuk pembiayaan murabahah. Selain itu dengan memperluas jaringan kerja hingga ke daerah-daerah. Seperti Bank Muamalat misalnya yang telah menjalin mitra kerja dengan PT. Pos Indonesia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’I, 2001. Bank Syariah dan Teori Ke Praktek, Edisi

Pertama, Cetakan Pertama, Gema Insani Press, Jakarta.

Fatwa Dewan Syariah No. 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2012. Buku Pedoman Penulisan

Skripsi dan Ujian Komprehensif, Medan

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Buku satu, Salemba

Empat Jakarta.

Karim, Adiwarman Azwar, 2003. Bank Islam Analisi Fiqh dan Keuangan, Edisi

Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit III T Indonesia, Jakarta.

Putra Aldy, 2011. Pengertian Sistem Menurut Para

Ahl

(Agustus.2011).

Rahman, Afzalur, 1980. Islamic Doctrine on Banking and Insurace, Edisi Pertama,

Cetakan Pertama, Jakarta

Samad Abdus, Gardner Norman D and Cook Bradley J, 2009. “Islamic Banking and

Finance in Theory and Practice : The Experience of Malaysia and Bahrain”,

Journal of Islamic Social Science 22:2.

Silvanita, Ktut, 2009. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Simbolon, Nursamian, 2007. “Penerapan Standar Akuntansi Keuangan No.59

Tentang Akuntansi Perbankan Syariah pada BNI Syariah Cabang Medan”,

Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Medan.


(6)

Triyuwono, Iwan, 2009. Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah, Edisi

Pertama, Cetakan Kedua, Rajawali Pers, Jakarta.