Sistem Pembiayaan Murabahah Penerapan Akuntansi Perbankan Syariah untuk Produk Pembiayaan Murabahah berdasarkan PSAK Nomor 59 pada PT. BNI Syariah Cabang Medan

Menurut IAI 2002:59.40,” Kafalah adalah akad peminjaman yang diberikan oleh kaafil penanggungbank kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung makful’anhu ashil.” Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran.

D. Sistem Pembiayaan Murabahah

Definisi jual-beli Murabahah Deferred Payment Sale Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu yang berarti kelebihan dan tambahan keuntungan. Sedangkan dalam definisi para ulama terdahulu adalah jual beli dengan modal ditambah keuntungan yang diketahui. Hakekatnya adalah menjual barang dengan harga modal nya yang diketahui kedua belah transaktor penjual dan pembeli dengan keuntungan yang diketahui keduanya. Sehingga penjual menyatakan modalnya adalah seratus ribu rupiah dan saya jual kepada kamu dengan keuntungan sepuluh ribu rupiah. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa pengertian murabahah adalah akad jual- beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Murabahah adalah salah satu produk penyaluran dana yang cukup digemari BMT karena karakternya profitable, mudah dalam penerapan, serta denga risk-factor yang ringan untuk diperhitungkan atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa murabahah merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, yaitu kontrak bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah amount, karena sudah disepakati oleh kedua belah pihak yang bertransaksi awal. Universitas Sumatera Utara Sejumlah alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah dalam operasi investasi perbankan Islam, yaitu: 1. Murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan dibandingkan dengan sistem Profit and Loss Sharing, cukup memudahkan. 2. Mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank Islam. 3. Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapat dari bisnis-bisnis Profit and Loss Sharing. 4. Murabahah tidak meungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis, karena bank buka mitra nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.

1. Dasar Hukum Syariah

2. “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” Qs. Al- Baqarah: 275. 3. Dari Suaib Ar-rumi ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: 1 Jual beli secara tangguh, 2 Muqaradhah mudharabah dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” HR. Ibnu Majah 4. Dari Abu Said Al-Hudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka.” HR. Baihaqi, Ibnu Majah dan Shahih menurut Ibnu Hiban.

2. Rukun dan Syarat Murabahah

Universitas Sumatera Utara 1. Rukun Jual Beli a. Penjual Ba’i b. Pembeli Musytari c. Objek Jual Beli Mabi’ d. Harga Tsaman e. Ijab Qabul 2. Syarat Jual Beli a. Pihak yang berakad 1. Sama-sama ridhaikhlas 2. Mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli. b. Barang objek 1. Barang meskipun tidak di tempat, namun ada pernyataan kesanggupan untuk mengadakan barang tersebut. 2. Barang itu milik sah penjual dan sesuai dengan pernyataan penjual. 3. Barang yang diperjual belikan harus berwujud. 4. Tidak termasuk kategori yang diharamkan. c. Harga 1. Harga jual beli bank adalah harga beli ditambah margin keuntungan. 2. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian. 3. Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama. Adapun skema pembiayaan murabahah yang diterapkan di PT. BNI Syariah Cabang Medan dapat dilihat sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Skema Akad Murabahah Keterangan : 1. Bank dan nasabah melakukan negosiasi untuk melakukan transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli, meliputi jenis barang yang akan diperjualbelikan harganya termasuk jumlah keuntungan yang diminta bank dan jangka waktu pembayaran dan hal-hal lain yang diperlukan. 2. Bank melakukan pesanan membeli secara tunainaqdan barang kepada supplier sesuai dengan spesifikasi barang yang dikehendaki oleh nasabah, dengan melakukan akad jual beli surat pernyataancall memo. Nasabah tidak diperkenankan membeli secara langsung tanpa seizin bank. a. Dalam pemberian barang ini, bank dapat mewakilkan secara tertulis kepada nasabah untuk membeli barang untuk dan atas nama bank, dalam bentuk akad wakalahsurat kuasa yang terpisah dari akad murabahah, atau bank dapat langsung membeli kepada supplier. b. Supplier menjual secara tunai. Nasabah Bank Barang Akad Murabahah Negosiasi 2 1 2 1 4 3 3a Universitas Sumatera Utara Dalam transaksi murabahah ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar transaksi yang dilakukan berjalan sesuai dengan syariah. Ketentuan-ketentuan tersebut dikeluarkan berdasarkan fatwa dari Dewan Syari’ah Nasional DSN, Biro Perbankan Syari’ah Bank Indonesia, 2002: 5-10 yang tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 59, yaitu : I. Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari’ah Fatwa DSN: 04DSNIV2000 1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam. 3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian itu harus sah dan bebas riba. 5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang. 6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah pemesan dengan harga jual senilai harga beli ditambah dengan keuntungannya. Dalam hal ini bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu yang telah disepakati. Universitas Sumatera Utara 8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atas kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus kepada nasabah. 9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. II. Ketentuan Murabahah kepada Nasabah 1. Nasabah mengajukan permohan dan perjanjian pembelian barang atau asset kepada bank. 2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus terlebih dahulu membeli asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. 3. Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima membelinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual-beli. 4. Dalam jual beli ini bank diperbolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menangani kesepakatan awal pemesanan. 5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil barang harus dibayar dari uang muka tersebut. 6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. Universitas Sumatera Utara 7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka : a. jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, maka ia tinggal membayar sisa harga; b. jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. III. Ketentuan Jaminan Murabahah 1. Jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar nasabah serius dalam pesanannya. 2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang. IV. Ketentuan Hutang 1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan oleh nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan hutangnya kepada bank. 2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib melunasi seluruhnya. Universitas Sumatera Utara 3. Jika penjualan barang tersebut meyebabkan nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal, ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. V. Ketentuan Penundaan Pembayaran dalam Murabahah 1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak diperkenankan menunda penyelesaian hutangnya. 2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. VI. Ketentuan Bangkrut dalam Murabahah Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan telah gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan. VII. Ketentuan Uang Muka dalam Murabahah Fatwa DSN: 13DSN- MUIIX2000 1. Dalam akad murabahah, Lembaga Keuangan Syari’ah LKS dibolehkan meminta uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat. 2. Besar uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan. Universitas Sumatera Utara 3. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut. 4. Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan kepada nasabah. 5. Jika jumlah uang muak lebih besar dari kerugian, LKS harus mengembalikannya kelebihannya kepada nasabah. VIII. Ketentuan Diskon Murabahah Fatwa DSN: 16DSN-MUIIX2000 1. Harga tsaman dalam jual beli adalah satu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai qimah benda yang menjadi objek jual-beli, lebih tinggi maupun lebih rendah. 2. Harga dalam jual-beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai kesepakatan. 3. Jika dalam jual-beli murabahah LKS mendapat diskon dari pemasok, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon, karena itu, diskon adalah hak nasabah. 4. Jika pemberian diskon setelah akad, pembagian tersebut dilakukan setelah perjanjian dan ditandatangani. 5. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah dipejanjikan dan ditandatangani. IX. Ketentuan Sanksi Denda Fatwa DSN: 17DSN-MUIIX2000 Universitas Sumatera Utara 1. Sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar tetapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja. 2. Nasabah yang tidak mampu membayar akibat force majeur tidak boleh dikenakan sanksi. 3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi. 4. Sanksi didasarkan prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. 5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani. 6. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial. X. Ketentuan Potongan Pelunasan Fatwa DSN: 23DSN-MUIIX2000 1. Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad. 2. Besarnya potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada kebijakan dan pertimbangan LKS Proses Pembiayaan Murabahah. Proses pembiayaan merupakan aspek bagi perbankan syariah, dimana proses pembiayaan yang sehat akan berimplikasikan pada investasi halal dan baik Universitas Sumatera Utara serta menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan, atau bahkan lebih. Proses pembiayaan perbankan yang sehat tidak hanya berimplikasi pada kondisi bank yang sehat tetapi juga berimplikasi pada peningkatan kinerja sektor riil yang dibiayai.

3. Mekanisme Pembiayaan Murabahah

Adapun proses pembiayaan murabahah dapat dilihat sebagaimana skema berikut: I. Permohonan Pembiayaan Inisiatif pengajuan pembiayaan biasanya datang dari nasabah yang kekurangan dana, tetapi juga dapat muncul dari officer bank yang berjiwa bisnis yang mampu menangkap peluang usaha tertentu. Hal-hal yang dapat dijadikan acuan untuk menindaklanjuti sebuah usaha atau proyek yaitu: 1. Trend usaha; bank harus memiliki wawasan yang luas tentang usaha- usaha yang menjadi isu nasional, baik yang prospek, yang gagal ataupun usaha-usaha yang memenuhi unsur penipuan. 2. Peluang bisnis; diperlukan intuisi yang tinggi di samping wawasan bisnis yang kuat. 3. Reputasi bisnis perusahaan; pengalaman dan reputasi yang baik dapat menjadi langkah awal dalam mengambil keputusan. 4. Reputasi manajemen; hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi bank untuk memberikan pembiayaan atau tidak. II. Pengumpulan Data dan Investigasi Universitas Sumatera Utara Data yang diperlukan oleh bank menggambarkan kemampuan nasabah untuk membayar pembiayaan dari penghasilanpendapatan tetapnya. Data-data tersebut antara lain: kartu identitas nasabah, kartu keluarga, Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP, salinan rekening bank, salinan tagihan rekening telepon dan listrik, data obyek pembiayaan, data jaminan. III. Analisa Pembiayaan Metode analisa yang sering digunakan yaitu 5C character, capacity, capital, collateral, dan condition atau juga 4P personality, purpose, prospect, dan payment. Selain itu, bank juga harus memperoleh informasi tentang usaha naabah yang akan dibiayai melalui inspeksi ke lokasi usaha, melakukan penilaian terhadap keuangan perusahaan, sehingga menjadi bahan masukan bagi bank apakah nasabah mampu membayar kewajibannya. IV. Persetujuan Diterima atau tidaknya permohonan pembiayaan nasabah tergantung kepada kebijakan bank, dimana kebijakan tersebut dipengaruhi oleh data-data nasabah yang telah diinspeksi oleh bank. V. Pengumpulan Data Tambahan Apabila diterima, maka bank akan mengumpulkan data-data tambahan sebagai tindak lanjut pencairan dana. Universitas Sumatera Utara VI. Pengikatan Ada dua macam pengikatan, yaitu: a. Pengikatan di bawah tangan; penandatanganan akad antara bank dengan nasabah. b. Pengikatan notarial; proses penandatanganan yang disaksikan oleh notaris. VII. Pencairan Pemberian dana kepada nasabah sesuai dengan akad yang telah disepakati. VIII. Monitoring Monitoring dapat dilakukan dengan memantau realisasi pencapaian target usaha dengan rencana yang dibuat sebelumnya. Bila target tidak tercapai, bank harus mengambil tindakan penyelesaian masalah. Langkah-langkah monitoring antara lain yaitu memantau pengeluaran nasabah, memantau pelunasan angsuran, melakukan kunjungan rutin ke lokasi usaha, memantau perkembangan usaha sejenis.

4. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Murabahah

Murabahah merupakan salah satu produk perbankan syariah yang merupakan akad jual beli dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh kedua pihak yaitu penjual dan pembeli. Pendapatan yang diperoleh bank syariah dari pembiayaan murabahah ini mencapai antara 60-70 dari total pendapatan yang diperoleh bank dari semua produk-produk pembiayaan. Universitas Sumatera Utara Dalam pembiayaan ini, harga yang disepakati adalah harga jual sedangkan harga perolehan harus diberitahukan. Apabila bank selaku penjual mendapatkan potongan dari pemasok, maka potongan tersebut merupakan hak nasabah, dan bila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat di dalam akad. Potongan tersebut diakui sebagai pengurangan biaya perolehan aktiva murabahah. Transaksi murabahah dapat dibagi menjadi dua berdasarkan akadnya: a Murabahah berdasarkan pesanan Murabahah berdasarkan pesanan bersifat lebih mengikat karena bank melakukan pembelian barang setelah ada pesanan yang dilakukan oleh nasabah, sehingga nasabah tidak dapat membatalkan barang yang telah dipesan tersebut. Apabila barang yang telah dipesan tersebut dibatalkan maka nasabah diwajibkan membayar kerugian-kerugian yang telah dikeluarkan oleh bank, dan jika terjadi penurunan nilai terhadap barang tersebut sebelum diserahkan kepada nasabah, maka hal tersebut menjadi beban bank dan bank akan mengurangi nilai akad. b Murabahah tanpa pesanan Murabahah tanpa pesanan tidak bersifat mengikat, bank menjual barang tanpa pesanan dari nasabah terlebih dahulu. Menurut IAI 2002: 59.10, pengukuran aktiva murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut: i. aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat: Universitas Sumatera Utara A. dinilai sebesar biaya perolehan; dan B. jika terjadi penurunan nilai aktiva karena using, rusak atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aktiva; ii. apabila dalam murabahah tanpa pesanan tidak mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal melakukan transaksi, maka aktiva murabahah: A. dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasikan, mana yang lebih rendah; dan B. jika nilai bersih yang dapat direalisasikan lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Untuk menjaga kelancaran operasioanal dalam memberikan pembiayaan murabahah ini, bank dapat meminta nasabah menyediakan agunanjaminan atas piutang tersebut, antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli dari bank. Selain itu, bank juga dapat meminta kepada nasabah urbun ataupun uang muka pembelian pada saat akad apabila kedua pihak bersepakat. Uang muka tersebut merupakan bagian pelunasan piutang murabahah apabila pembiayaan tersebut jadi terlaksana, tapi apabila akad tersebut batal maka uang muka tersebut harus dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan, bila uang muka jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan kerugian bank maka bank dapat meminta tambahan dari nasabah. Pengakuan urbun ataupun uang muka adalah sebagaimana yang diatur oleh IAI 2002: 59.11 Universitas Sumatera Utara a. urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima bank pada saat diterima; b. pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah, maka urbun diakui sebagai pembayaran piutang; dan c. jika barang batala dibeli nasabah, maka urbun dikembalikan kepada nasabah setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh bank. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai maupun cicilan sesuai dengan persetujuan antara bank dan nasabah, dan bank dapat memberikan potongan kepada nasabah bila nasabah mempercepat pembayaran cicilan ataupun melunasi piutang sebelum jatuh tempo. Bank berhak mengenakan denda kepada nasabah yang mampu memenuhi kewajibannya tetapi menunda-nundalalai dalam pembayaran tersebut, kecuali nasabah benar-benar terbukti tidak mampu memenuhi kewajibannya. Pada saat diterima, denda diakui sebagai bagian dari dana sosial. Piutang murabahah pada saat akad diakui sebesar biaya perolehan aktiva murabahah ditambah dengan keuntungan yang telah disepakati, dan pada akhir periode dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang piutang ragu-ragu. Keuntungan inilah yang menjadi pendapatan pada transaksi murabahah. Adapun defenisi dari pendapatan tersebut sesuai dengan yang telah dinyatakan oleh IAI 2002: 23.1, “Pendapatan adalah arus masuk bruto dan manfaat ekonomi Universitas Sumatera Utara yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus massuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.” Menurut IAI 2002: 23.4, pendapatan baru dapat diakui bila kondisi berikut ini terpenuhi: a. bank telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah melakukan pengendalian efektif atas barang yang telah dijual; b. bank tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual; c. jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan handal; d. besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan; dan e. biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan handal. Menurut IAI 2002: 59.10, keuntungan pada transaksi murabahah dapat diakui: a. pada periode terjadinya jika akad berakhir pada laporan keuangan tahun yang sama atau; b. selama periode akad secara proporsional, jika melampaui satu periode laporan keuangan. Ada dua dasar yang dapat digunakan dalam pengakuan pendapatan murabahah, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. dasar akrual accrual basic pendapatan diakui pada saat diperoleh atau pada periode terjadinya transaksi. 2. dasar kas cash basic Pendapatan diakui pada saat kas diterima. Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian