2.7. Teori Bilangan Kappa
Kappa Number digunakan untuk menyatakan berapa jumlah lignin yang masih tersisa di dalam pulp setelah pemasakan. Pengujian kappa number yang dilakukan di
dalam industri pulp memiliki dua tujuan yaitu : 1.
merupakan indikasi terhadap derajat delignifikasi akan tercapai selama proses pemasakan, artinya kappa number digunakan untuk mengontrol pemasakan
2. menunjukkan kebutuhan bahan kimia yang akan digunakan untuk proses
selanjutnya yaitu proses pemutihan bleaching. Pada pengujian kappa number, sejumlah larutan kalium permanganat yang sudah
diketahui konsentrasinya ditambahkan ke dalam sample pulp. Setelah waktu tertentu, jumlah permanganate yang bereaksi dengan pulp ditentukan dengan menitrasi sample.
Kappa number selanjutnya didefenisikan sebagai jumlah milliliter KMnO
4
0,1N yang dikonsumsi oleh 10 gram pulp selama 10 menit pada temperature 25
C. Hasilnya dikoreksikan terhadap konsumsi oleh 55 permanganate yang ditambahkan.
Untuk pulp kraft hubungan antara kappa number dengan lignin adalah sebagai berikut :
lignin = 0,147 x kappa number. Arif,H,2003
Universitas Sumatera Utara
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat
- Gelas beaker
- Saringan screener 35-40 mesh
- Corong Buchner
- Setrika
- Oven
- Neraca
- Desikator
- Stirer
- Magnetic stirer
- Buret digital
- Stopwatch
- Pipet volume
3.1.2. Bahan
- Sampel bubur pulp dari washer 4
- Air destilat
- BaCl
2
10 -
HCl 0,5 N
Universitas Sumatera Utara
- KMnO
4
0,1N -
H
2
SO
4
4N -
KI 0,1 N -
Na
2
S
2
O
3
0,1 N -
Indikator starch 1
3.2. Prosedur Kerja 3.2.1. Penentuan Bilangan Kappa
- Diambil sampel bubur pulp dari washer 4
- Dicuci dengan air bersih sambil disaring dengan penyaring screener 35-40
mesh -
Dilarutkan dalam air secukupnya dan dimasukkan ke corong Buchner untuk dibentuk menjadi sheet
- Disetrika dan dikeringkan dalam oven selama ± 10 menit
- Di dinginkan di dalam desikator
- Ditimbang sampel kering sebanyak 2-2,5 gram
- Dimasukkan sampel ke dalam gelas beaker 1000 ml yang telah berisi air
destilat sebanyak 400 ml, lalu dimasukkan stirer. -
Diaduk larutan di atas magnetik stirer dan diatur kecepatan magnetic stirrer agar fiber pulp terpisah sempurna
- Dipipet masing-masing 50 ml larutan Asam sulfat H
2
SO
4
4N dan larutan Kalium Permanganat KMnO
4
0,1N ke dalam beaker glass 100 ml -
Tambahkan campuran tersebut dengan segera ke dalam beaker gelas yang berisi sampel dan dengan segera hidupkan stopwatch dan dilakukan
pengadukan ± 10 menit
Universitas Sumatera Utara
- Tepat 10 menit terakhir matikan magnetic stirrer dan ditambah 10 ml larutan
Kalium Iodida KI 0,1N -
Segera titrasi dengan larutan Natium Tiosulfat Na
2
SO
3
dan ditambahkan indikator starch 1 pada titik akhir reaksi dan titrasi kembali sampai terbentuk
larutan bening. Dicatat volume larutan Natrium Tiosulfat yang terpakai dalam titrasi, digunakan sebagai “a” ml
- Diukur dan dicatat temperatur dari campuran dalam beaker gelas
- Lakukan penentuan blanko dengan metode diatas yang sama tanpa
menggunakan sampel pulp, dicatat volume larutan Natium Tiosulfat 0,1 N yang terpakai, digunakan sebagai “b”
Bilangan Kappa dapat dihitung dengan persamaan berikut : K =
W F
x P
[ ]
2 5 0 1 3
, 1
t −
+
P = 1
, N
a b
−
Keterangan : K
: Bilangan Kappa F
: Faktor Koreksi terhadap permanganate tergantung kepada nilai P t
: Temperatur larutan N
: Normalitas Natrium Tiosulfat Na
2
S
2
O
3
a : Vol 0,1 N Natrium Tiosulfat Na
2
S
2
O
3
digunakan untuk sampel b
: Vol 0,1 N Natrium Tiosulfat Na
2
S
2
O
3
digunakan untuk larutan blanko
W : Berat sampel
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Tabel 4.1.Data Pengamatan Pada Saat Proses Pemasakan