Pengaruh Strenght White Liquor Terhadap Kappa Number Pada Proses Pemasakan Di Digester Unit Fiber Line Di PT. Toba Pulp Lestari, TbK-Sosorladang

(1)

PENGARUH STRENGHT WHITE LIQUOR TERHADAP KAPPA

NUMBER PADA PROSES PEMASAKAN DI DIGESTER UNIT FIBER LINE DI

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk-SOSOR LADANG

TUGAS AKHIR

YENNI SUGIARTI MARPAUNG 082409047

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PENGARUH STRENGHT WHITE LIQUOR TERHADAP KAPPA NUMBER

PADA PROSES PEMASAKAN DI DIGESTER UNIT FIBER LINE DI PT.

TOBA PULP LESTARI, TbK-SOSORLADANG

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya

YENNI SUGIARTI MARPAUNG 082409047

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERSETUJUAN

Judul :PENGARUH STRENGHT WHITE LIQUOR TERHADAP KAPPA NUMBER PADA PROSES PEMASAKAN DI DIGESTER UNIT FIBER LINE DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk-SOSORLADANG Kategori :KARYA ILMIAH

Nama :YENNI SUGIARTI MARPAUNG Nomor Induk Mahasiswa :082409047

Program Studi :DIPLOMA (D3) KIMIA INDUSTRI Departemen :KIMIA

Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2011

Diketahui/Disetujui oleh Koordinator Program Studi Kimia Industri Dosen Pembimbing

Dra. Emma Zaidar Nst, M.si Dr.Yuniarti Yusak, MS NIP. 195512181987012001 NIP. 130 809 726

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 195408301985032001


(4)

PENGARUH STRENGHT WHITE LIQUOR TERHADAP KAPPA NUMBER PADA PROSES PEMASAKAN DI DIGESTER UNIT FIBER LINE PT. TOBA PULP

LESTARI,Tbk-SOSORLADANG

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

Yenni Sugiarti Marpaung 082409047


(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul “Pengaruh strength white liquor terhadap kappa number pada proses pemasakan di unit digester PT. Toba Pulp Lestari,Tbk-Sososrladang”.Tugas akhir ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada jurusan Kimia Industri D-3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara Medan.

Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Angkup Marpaung dan Ibunda Sartimah Sipahutar yang telah memberikan dukungan moril, spiritual dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Dan juga kepada saudara-saudara tercinta B’Anwar, B’Sholihin, K’Desi dan B’Malik yang banyak membantu penulis dalam banyak hal sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini antara lain:

1. Ibu Dr. Yuniarti Yusak, MS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen Kimia FMIPA USU 3. Ibu Dra. Emma Zaidar selaku koordinator jurusan Kimia Industri

4. Bapak Irwan Kelana Putra selaku ketua Learning & Development Center yang telah memberikan kesempatan untuk melekukan praktek kerja lapangan di PT. Toba Pulp Lestari 5. Bapak Ir. Suhunan Sirait selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing dan


(6)

6. Bang Sefliadi, bang Mestika Nugraha, bang Frans, bang Ganda, bang Swandi, Pak Sinaga, Pak Marpaung, Bang Boby yang telah banyak memberikan bantuan materi selama praktek kerja lapangan berlangsung

7. Teman-teman separtner selama PKL Eka , Herdianus, Bernando, Rohani yang telah menjadi teman penulis selama melaksanakan PKL .

8. Teman-teman seperjuangan jurusan Kimia Industri khususnya stambuk ‘08

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna.Dalam hal ini penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan masukan baik berupa kritikan maupun saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Medan, Juni 2011

Penulis


(7)

ABSTRAK

White liquor merupakan cairan pemasak yang digunakan dalam proses pemasakan di PT. Toba Pulp Lestari. Strenght white liquor sangat mempengaruhi proses delignifikasi, yaitu proses penghilangan lignin yang dinyatakan dengan bilangan kappa. Semakin tinggi strength white liquor semakin rendah bilangan kappa, sebaliknya semakin rendah strength white liquor semakin sulit untuk menghilangkan lignin. Strenght white liquor analisa yang optimal untuk mencapai bilangan kappa target adalah 105,7 g/l


(8)

THE INFLUENCE OF STRENGHT WHITE LIQUOR TO KAPPA NUMBER ON COOKING PROCESS AT DIGESTER UNIT FIBER LINE PT. TOBA PULP

LESTARI,Tbk - SOSOR LADANG

ABSTRACT

White liquor is the cooking liquid used in the cooking process at digester in PT, Toba Pulp Lestari. Strenght white liquor greatly affect the delignification process of lignin removal process set fort in the numbers of kappa. Hight strenght white liquor, lower of kappa number and lower strenght white liquor, more difficult to eliminate the lignin. Strenght white liquor optimal analysis to each the kappa number target is 105,7 g/l.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Permasalahan 3

1.3.Tujuan 4

1.4.Manfaat 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Umum Kayu 5 2.2. Sifat-Sifat Umum Kayu 5 2.2.1. Sifat Fisik kayu 5 2.2.2. Sifat Mekanik Kayu 7 2.2.3. Sifat Kimia Kayu 8 2.3. Komponen Kimia Kayu 8

2.3.1. Selulosa 10

2.3.2. Hemiselulosa 10

2.3.3. Lignin 11

2.3.4. Ekstraktif 11

2.4. Proses Pembuatan Pulp 12 2.4.1. Proses Mekanik 12 2.4.2. Proses Semikimia 13


(10)

2.4.3. Proses Kimia 13 2.5. Proses Pembuatan Pulp di PT. Toba Pulp Lestari 16 2.5.1. Penanganan Bahan Baku 16 2.5.2. Pemasakan (Digester) 17 2.5.3. Pencucian (Washing) 25 2.5.4. Pemutihan (Bleaching) 26 2.5.5. Operasi Pulp Machine 26 BAB III METODOLOGI

3.1. Di Lapangan 28

3.1.1. Alat 28

3.1.2. Bahan 29

3.1.3. Prosedur Kerja 30 3.2. Di Laboratorium 32

3.2.1. Alat 32

3.2.2. Bahan 32

3.3.3. Prosedur Percobaan 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 37

4.2. Pembahasan 38 4.2.1. Perhitungan analisa pengujian Alkali aktif 38 4.2.2. Perhitungan Untuk Pengujian Kappa Number 40 4.2.3. Perhitungan jumlah Cairan Pemasak 41 4.2.4. Perhitungan Pemakaian Strenght Alkali Aktif Optimal 44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 47

5.2. Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN 50


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Komponen Kimia Kayu Menurut Golongan kayu 9

Tabel 4.1. Data Pengamatan Pada Saat Proses Pemasakan Berlangsung 37

Tabel 4.2. Data Pengamatan Di Laboratorium 38

Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Analisa Pengujian Alkali Aktif 39

Tabel 4.4. Faktor koreksi Perbedaan Persentase kalium Permanganat 41

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan cairan pemasak Dalam Sekali Pemasakan 43

Tabel 4.6. Data Pengaruh Strenght White Liquor terhadap Kappa Number 43

Tabel 4.7. Data Metode Least Square 44


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Gambar Struktur Selulosa 10


(13)

ABSTRAK

White liquor merupakan cairan pemasak yang digunakan dalam proses pemasakan di PT. Toba Pulp Lestari. Strenght white liquor sangat mempengaruhi proses delignifikasi, yaitu proses penghilangan lignin yang dinyatakan dengan bilangan kappa. Semakin tinggi strength white liquor semakin rendah bilangan kappa, sebaliknya semakin rendah strength white liquor semakin sulit untuk menghilangkan lignin. Strenght white liquor analisa yang optimal untuk mencapai bilangan kappa target adalah 105,7 g/l


(14)

THE INFLUENCE OF STRENGHT WHITE LIQUOR TO KAPPA NUMBER ON COOKING PROCESS AT DIGESTER UNIT FIBER LINE PT. TOBA PULP

LESTARI,Tbk - SOSOR LADANG

ABSTRACT

White liquor is the cooking liquid used in the cooking process at digester in PT, Toba Pulp Lestari. Strenght white liquor greatly affect the delignification process of lignin removal process set fort in the numbers of kappa. Hight strenght white liquor, lower of kappa number and lower strenght white liquor, more difficult to eliminate the lignin. Strenght white liquor optimal analysis to each the kappa number target is 105,7 g/l.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Di Era Globalisasi ini, kertas merupakan bahan produk yang banyak dipergunakan oleh manusia. Semakin meningkatnya kebutuhan akan kertas, secara langsung kebutuhan akan pulp sebagai bahan baku juga semakin meningkat. Pulp sebagai bahan baku kertas dapat dibuat dari semua jenis kayu, baik jenis kayu yang berserat panjang (hard wood) maupun kayu yang berserat pendek (soft wood). Pulp (bubur kayu) merupakan bahan baku dalam pembuatan kertas, rayon dan senyawa-senyawa kimia turunan selulosa lainnya.

Proses pembuatan pulp yang paling banyak dipakai saat ini adalah proses sulfat atau disebut juga proses kraft. Kraft berasal dari bahasa Jerman yang berarti kuat. Kekuatan proses

kraft ini dikarenakan adanya bahan kimia yang terkandung dalam larutan pemasak (white liquor).

Yang menjadi target pada proses ini adalah untuk memisahkan serat-serat yang terdapat dalam kayu secara kimia dan melarutkan sebanyak mungkin lignin yang terdapat pada dinding-dinding serat. Proses pembuatan bubur kertas (pulp) yaitu dengan cara memasak serpihan kayu (chip) dalam suatu bejana besar yang disebut dengan digester.

Proses pembuatan pulp di PT.Toba Pulp Lestari dikenal dengan proses pemasakan (cooking). Proses cooking terjadi dalam beberapa tahapan yaitu:

1. Chip filling yaitu pengisian chip dari chip pile kedalam digester

2. Pre-Hydrolysis yang terjadi dalam tiga tahap yakni :

- Pre-Hydrolysis Kraft Ramp yaitu untuk menaikkan suhu dalam digester dari

165-170°C

- Pre-Hydrolysis Kraft Cook yaitu untuk mempertahankan temperatur yang telah


(16)

dicapai P-factor.Target P-factor 250. P-factor yang telah dicapai bertujuan untuk menghilangkan kandungan pentosan dalam pulp.

- Pre-Hydrolysis Kraft Relief yaitu untuk menurunkan tekanan dalam digester dari

7-3 bar

3. Liquor filling yaitu pengisian liquor kedalam digester yang terdiri dari Black Liquor (

yang digunakan sebagai pengencer) dan White Liquor (yang digunakan sebagai cairan pemasak) yang terdiri dari NaOH dan Na2S.

4. Kraft Ramp yaitu untuk menaikkan temperatur dalam digester yaitu 165-170°C

5. Kraft cook yaitu untuk mempertahankan temperatur yang telah dicapai pada saat kraft ramp yaitu 165-170°C. Dimana temperatur ini dipertahankan sampai dicapai

H-factor.Target H-factor 1500. H-factor yang telah tercapai menunjukkan bahwa chip telah masak.

6. Blowing yaitu pemindahan bubur kayu yang telah masak kedalam blow tank (tempat

penampungan sementara).

Pada saat proses pemasakan stenght white liquor merupakan variabel yang perlu

diperhatikan, karena baik tidaknya kualitas pulp yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh strength

white liquor. Oleh karena itu perlu dijaga strength white liquor yang digunakan yaitu 104-106 gpl

dengan NaOH (target 78-85 gpl) dan Na2S (target 25-28 gpl).

Standard mutu pulp setelah proses pemasakan biasanya ditentukan dari besar kecilnya kandungan lignin yang terdapat dalam pulp. Lignin diukur sebagai kappa number (bilangan kappa). Untuk mencapai target kappa number yang diharapkan strength white liquor merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Strenght white liquor yang rendah meningkatkan kappa number yang menyebabkan pulp tidak terpisah dari ikatan lignin sehingga memperkuat penggunaan bahan kimia pada proses selanjutnya. Sebaliknya strength white liquor yang terlalu tinggi akan


(17)

menyebabkan fiber (serat) sellulosa juga ikut terserang yang menyebabkan pulp menjadi rapuh dan mudah sobek.

Oleh karena itu, Strenght white liquor perlu diperhatikan untuk memperoleh target kappa

number yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah

ini sebagai pembahasan dalam tugas akhir yang berjudul

“ Pengaruh Strength White Liquor Terhadap Kappa Number Pada Proses Pemasakan di Digester Unit Fiber Line PT. Toba Pulp Lestari. Tbk-Sosor Ladang”.

1.2. Permasalahan

Standard mutu pulp yang diperoleh setelah proses pemasakan dapat ditentukan dari banyaknya kandungan lignin yang masih terdapat dalam pulp yang disebut sebagai bilangan kappa (kappa number), dimana kappa number sangat dipengruhi oleh strength white liquor yang digunakan saat pemasakan. Dari uraian diatas yang menjadi permasalahan dalam pembahasan ini adalah “bagaimana pengaruh strength white liquor terhadap kappa number”

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh strenght white liquor dan menentukan strenght white liquor yang optimal untuk mencapai kappa number target agar diperoleh kualitas pulp yang diharapkan. 1.4. Manfaat

Sebagai sumber informasi mengenai pengaruh strenght white liquor yang digunakan terhadap kualitas pulp yang dihasilkan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori umum kayu

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat yang agak berbeda, jika dibandingkan dari ujung dan pangkalnya. Sifat yang dimaksud tersebut antara lain yang bersangkutan dengan sifat-sifat anatomi kayu, sifat-sifat fisik, sifat-sifat mekanik, dan sifat-sifat kimianya.

2. 2. Sifat-sifat umum kayu 2. 2.1. Sifat fisik kayu

Beberapa hal yang tergolong dari sifat-sifat fisik kayu adalah: berat jenis, keawetan alami, warna higroskopis, berat dan kekerasan.

A. Berat jenis

Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu tersebut, umumnya makin kuat pula kayunya. Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula kekuatannya. Berat jenis antara lain ditentukan oleh dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh dari perbandingan antara berat suatu volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar.

B. Keawetan alami kayu

Keawetan alami adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti : jamur, rayap, bubuk, cacing laut, dan makhluk lainnya yang diukur dengan jangka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat didalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun


(19)

bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak kayu tersebut tidak sampai masuk dan tinggal didalamnya serta merusak kayu.

C. Warna kayu

Ada beraneka ragam warna kayu antara lain warna kuning, keputih-putihan, cokelat muda, cokelat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna sesuatu jenis kayu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: tempat didalam batang, umur pohon, kelembapan udara. Kayu keras umumnya memiliki warna yang lebih jelas atau lebih gelap daripada warna bagian kayu yang ada disebelah luar kayu keras.

D. Higroskopis

Kayu mempunyai sifat higroskopis yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembapan. Kelembapan kayu sangat dipengaruhi oleh kelembapan dan suhu udara pada suatu saat. Makin lembap udara yang disekitarnya akan makin tinggi pula kelembapan kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya.

E. Tekstur

Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu, yaitu serat-serat kayu. Berdasarkan teksturnya kayu digolongkan menjadi:

a. Kayu bertekstur halus, contoh giam, lara, kulim b. Kayu bertekstur sedang, contoh: jati, sonokeling c. Kayu bertekstur kasar, contoh: kempas, meranti.

F. Serat

Bagian ini terutama menyangkut sifat kayu yang menunjukkan arah umum sel-sel kayu didalam kayu terhadap sumbu batang pohon asal potongan tadi. Arah serat ditentukan oleh arah alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu dikatakan berserat lurus, jika arah sel-sel


(20)

kayunya sejajar dengan sumbu batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang dikatakan kayu itu berserat mencong.

2. 2. 2. Sifat mekanik kayu

Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan muatan dari luar. Yang dimaksud dengan muatan dari luar yakni gaya-gaya diluar benda yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda. Dalam hubungan ini dibedakan beberapa macam kekuatan sebagai berikut:

A. Keteguhan tarik

Kekuatan atau keteguhan tarik suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha untuk menarik kayu itu. Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah sejajar arah serat.

B. Keteguhan tekan / kompresi

Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan muatan jika kayu itu dipergunakan untuk penggunaan tertentu. Dalam hal ini dibedakan 2 macam kompresi yaitu kompresi tegak lurus arah serat dan kompresi sejajar arah serat. Keteguhan kompresi tegak lurus arah serat menentukan ketahanan kayu terhadap beban. Keteguhan kompresi tegak lurus pada semua jenis kayu lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat.

C. Keteguhan geser

Yang dimaksud dengan keteguhan geser ialah suatu ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuannya menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser atau bergelincir dari bagian lain didekatnya.

D. Keteguhan lengkung (lentur)

Yaitu kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha untk melengkungkan kayu atau untuk menahan beban-beban mati maupun hidup selain beban pukulan yang harus dipikul oleh


(21)

2. 2. 3. Sifat Kimia kayu

Komponen kimia dalam kayu mempunyai arti yang penting karena menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu, juga dengan mengetahuinya dapat membedakan jenis-jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu tehadap serangan makhluk penyerang kayu. Selain itu dapat pula menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu sehingga didapat hasil yang maksimal.

2.3. Komponen kimia kayu

Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari tiga unsur :

- Unsur karbohidrat terdiri dari sellulosa dan hemisellulosa - Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin

- Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif.

Komposisi unsur-unsur kimia dalam kayu adalah : - Karbon 50 %

- Hidrogen 6 %

- Nitrogen 0,04 – 0,10 % - Abu 0,20 – 0,50 % - sisanya adalah oksigen

Komponen kimia kayu sangat bervariasi, karena dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh, iklim dan letaknya didalam batang atau cabang. (Dumanauw,J.F. 1995)


(22)

Tabel 2.1. Komponen Kimia Kayu Menurut Golongan Kayu

Komponen kimia Kayu lunak Kayu keras Selulosa 42 ± 2 % 45 ± 2 % Hemiselulosa 27 ± 2 % 30 ± 5 % Lignin 27 ± 2 % 20 ± 4 % Zat ektraktif 3 ± 2 % 5 ± 3 %

Sumber : Buku Manual Training PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

Sepanjang menyangkut komponen kimia kayu, maka perlu dibedakan antara komponen-komponen makromolekul utama dinding sel selulosa, poliosa (hemiselulosa) dan lignin, yang terdapat pada semua kayu, komponen-komponen minor dengan berat molekul kecil (ekstraktif dan zat-zat mineral), yang biasanya lebih berkaitan dengan jenis kayu tertentu dalam jenis dan jumlahnya.

2.3.1. Selulosa

Selulosa merupakan komponen utama dinding sel kayu yang tidak dapat larut dalam air. Komponen ini banyak mengandung unit gula (glukosa). Selulosa merupakan polimer berantai panjang dengan rumus kimia (C6H10O5)n, dimana ‘n’ adalah sejumlah pengulangan unit gula atau derajat polimerisasi (DP). Semakin tinggi DP maka pulp yang dihasilkan akan semakin tahan degredasi terhadap pengaruh temperatur, bahan kimia dan serangan biologis. Kebanyakan serat untuk pembuatan kertas mempunyai berat rata-rata derajat polimerisasi dalam range 600-1500. Menurut James (1969). Ketersediaan selulosa dalam jumlah besar akan membentuk serat yang kuat, berwarna putih, tidak larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut-pelarut organik serta tahan terhadap bahan kimia.


(23)

Gambar 1. Struktur selulosa

(Fengel,D. 1995)

2.3.2. Hemiselulosa

Berbeda dengan selulosa yang merupakan homopolisakarida, hemiselulosa merupakan heteropolisakarida. Seperti halnya selulosa kebanyakan hemiselulosa berfungsi sebagai bahan pendukung dalam dinding-dinding sel. Hemiselulosa relatif mudah dihidrolisis oleh asam menjadi komponen-komponen monomernya yang terdiri dari D-glukosa,

galaktosa, xilosa, L-arabinosa, dan sejumlah kecil L-ramnosa disamping menjadi asam D-glukuronat, asam 4-O-metil-D-D-glukuronat, dan asam D-galakturonat. Kebanyakan hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi hanya 200.

2.3.3. Lignin

Lignin dapat dihidrolisis dari kayu bebas ekstraktif sebagai sisa yang tidak larut setelah penghilangan polisakarida dengan hidrolisis. Secara alternatif, lignin dapat dihidrolisis dan diekstraksi dari kayu atau diubah menjadi turunan yang larut. Perkembangan proses pembuatan pulp secara teknis menimbulkan perhatian yang lebih besar terhadap lignin dan reaksi-reaksinya. Dalam tahun 1987, Peter Klason mempelajari komposisi lignosulfonat dan mengemukakan gagasan bahwa lignin secara kimia berhubungan dengan koniferilalkohol. Dalam tahun 1907 ia


(24)

mengusulkan bahwa lignin merupakan zat makromolekul dan sepuluh tahun kemudian, bahwa unit-unit koniferil alkohol tesrikat satu sama lain dengan ikatan-ikatan eter.

2.3.4. Ekstraktif

Beraneka ragam komponen kayu, meskipun biasanya merupakan bagian kecil, larut dalam pelarut-pelarut organik netral atau air. Mereka disebut Ekstrakrif. Ekstraktif terdiri atas jumlah yang sangat besar dari senyawa-senyawa tunggal tipe lipofil maupun hidrofil. Ekstraktif dapat dipandang sebagai konstituen kayu yang tidak struktural, hampir seluruhnya terbentuk dari senyawa-senyawa ekstraseluler dan berat molekul rendah.

2.4. Proses Pembuatan Pulp

Pemisahan serat selulosa dari bahan-bahan yang bukan serat didalam kayu dapat dilakukan dengan berbagai macam cara/proses, yaitu:

1. Proses Mekanik 2. Prose Semikimia 3. Proses Kimia

Perbedaan utama diantara berbagai proses pembuatan kertas ialah metode yang

digunakan untuk menyelesaikan langkah-langkah pertama pembuatan pulp. Cara mekanis, cara kimia, atau energi panas atau kombinasinya digunakan dalam memproduksi pulp. Bentuk energi yang digunakan sebagian besar menentukan hasil dan sifat-sifat pulp.

2.4.1. Proses Mekanik

Dua metode yang lazim digunakan untuk memproduksi pulp mekanis ialah poses kayu asah batu dan kayu asah mesin penghalus. Batu asah tepatnya adalah sebuah batu besar yang diputar pada sumbunya sedang permukaan tangensial kayu ditekan pada permukaannya. Suatu


(25)

serat dari permukaan kayu, dan sesudah itu suatu aliran air membawa pergi serat-serat yang terkumpul tersebut.

Suatu metode pembuatan pulp mekanis yang lebih baru dan populer melibatkan penggunaan mesin penghalus yang terdiri atas dua lempeng logam beralur yang dapat dirapatkan dan diputar pada arah yang berlawanan. Pada kedua tipe mesin penghalus tatal-tatal kayu digerakkan oleh suatu mekanisme pengumpan sekrup kedalam pusat mesin dengan tatal-tatal yang harus lewat diantara dua lempeng yang diletakkan secara rapat, gerak mekanis yang dihasilkan mengubah tatal-tatal menjadi serat.

Dalam pembuatan pulp secara mekanik, pemisahan serat dilakukan dengan cara menggunakan tenaga mekanik. Proses ini dilakukan dengan menggerinda kayunya menjadi serat pulp dan menghasilkan rendemen sebesar 90-95 %, tetapi menyebabkan kerusakan pada serat. Penggunaan pulpyang dihasilkan pada proses mekanik ini nilainya kecil sekali, juga pulp itu masih mengandung banyak lignin, dan serat-seratnya tidak murni sebagai serat.

2.4.2. Proses Semikimia

Proses semikimia meliputi pengolahan cara kimia yang diikuti dengan perbaikan secara mekanik dan beroperasi pada rendemen yang tingginya dibawah proses mekanik. Biasanya bahan kimia yang digunakan pada proses ini adalah sodium sulphite

2.4.3. Proses Kimia

Pada proses kimia, bahan-bahan yang terdapat ditengah lapisan kayu akan dilarutkan agar serat dapat terlepas dari zat-zat yang mengikatnya. Hal yang merugikan pada proses ini adalah randemen yang rendah yaitu 45-55 %.

Proses kimia dibagi menjadi tiga kategori: 1. Proses Soda

2. Proses Sulfit 3. Proses Sulfat


(26)

1. Proses Soda

Dalam proses soda, kayu dimasak dengan larutan sodium hidroksida. Larutan sisa pemasakan dipekatkan dan kemudian dibakar, yang akan menghasilkan sodium karbonat, dan apabila diolah dengan menambahkan batu kapur akan menghasilkan sodium hidroksida. Nama proses “soda” karena bahan kimia yang ditambahkan kedalam prosesnya berupa sodium karbonat. Proses ini sekarang tidak dipakai lagi. (Anonim,2002)

2. Proses Sulfit

Dari segi kimia, lindi pemasak pulp sulfit berbeda-beda tergantung pada bentuk-bentuk yang mungkin dari belerang dioksida dalam larutan berair dan macam basa yang ditambahkan pada sistem ini. Dalam pembuatan pulp sulfit komposisi lindi pemasak diberi ciri dengan istilah belerang dioksida bebas, gabungan dan total, yang dinyatakan dengan SO2/100 ml lindi.

Meskipun kecenderungan umum dalam perluasan kapasitas pulp kimia menunjukkan pembuatan pulp kraft lebih unggul dari yang lain. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan pembuatan pulp sulfit dikemudian hari, yang meliputi keuntungan-keuntungan pulp sulfit yang telah diketahui terhadap pulp kraft yaitu :

- Rendemen yang lebih tinggi pada bilangan kappa tertentu, yang mengakibatkan kebutuhan kayu lebih rendah

- Derajat putih pulp yang tidak dikelantang lebih tinggi

- Keluwesan yang lebih tinggi dari pengelantangan dan pengelantangan tanpa klor - Persoalan pencemaran lebih sedikit


(27)

3. Proses Sulfat (proses kraft)

Pembuatan pulp kraft dilakukan dengan larutan yang terdiri atas natrium hidroksida dan natrium sulfida, yang dinamakan “lindi putih”. Menurut terminologi digunakan definisi-definisi berikut, dimana semua bahan kimia dihitung sebagai ekuivalen natrium dan dinyatakan sebagai berat NaOH dan Na2O.

Alkali total semua garam natrium Alkali yang dapat dititrasi NaOH + Na2S + Na2CO3 Alkali Aktif NaOH + Na2S

Alkali Efektif NaOH + ½ Na2S Na2S

Sulfiditas x 100 % NaOH + Na2S

(Sjostrom,E. 1995) Keuntungan-keuntungan dari proses sulfat ini adalah :

- Pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang tinggi

- Dapat dipakai untuk proses pembuatan pulp dari bahan baku kayu dari spesies yang bebeda

- Tersedianya bahan kimia pengganti dengan berbagai alternatif dan harganya tidak mahal.

- Tersedianya peralatan-peralatan operasi yang standard - Banyak pilihan yang dapat dipakai untuk proses pemucatan - Dampak pencemarannya dapat dikatakan sangat rendah - Pendaur-ulangan bahan kimianya sangat efisien

- Pendaur-ulangan panas yang begitu efisien

- Masalah getah (pitch) dari kayu yang mengandung resin-resin sangat berkurang - Dapat dihasilkan berbagai jenis pulp


(28)

Tujuan Pembuatan Pulp dengan proses kraft

Yang menjadi target pada proses ini adalah untuk memisahkan serat-serat yang terdapat dalam kayu secara kimia dan melarutkan sebanyak mungkin lignin yang terdapat pada dinding-dinding serat. Pemisahan serat terjadi karena larutnya lignin yang ada diantara/ditengah-tengah “lamella” yang berfungsi sebagai pengikat serat. Bahan kimia yang terdapat dalam larutan pemasak juga merembes/terserap kedinding serat dan melarutkan lignin yang terdapat didalamnya.

2.5. Proses pembutan pulp di PT. Toba Pulp Lestari 2.5.1. Penanganan bahan baku

Kayu dari Hutan dibawa kelokasi pabrik dengan panjang 1,5-2,5 m, kemudian ditimbun selama 2-3 bulan untuk mengurangi getah, menghilangkan kandungan air dan mempermudah pengelupasan kulit. Kayu yang telah kering selanjutnya dibawa ketempat penampungan kayu (wood yard), disini kayu diproses yakni dikuliti, selanjutnya dipotong-potong dengan chipper menjadi chip dengan ukuran 5 – 35 mm. Selanjutnya chip dibawa dengan menggunakan conveyer kedalam bejana pemasak yang disebut dengan digester.

2. 5. 2. Pemasakan (digester)

Salah satu proses yang paling penting dalam pembuatan pulp yaitu pemasakan dengan menggunakan bahan kimia sebagai cairan pemasak. Jenis bejana yang digunakan adalah digester yaitu bejana bertekanan dan bertemperatur tinggi. Adapun tujuan dilakukan pemasakan adalah untuk melarutkan bagian-bagian kayu yang tidak diinginkan sehingga diperoleh pulp dengan


(29)

yang cukup besar. Chip diumpankan masuk kedalam Top separator yang terdapat diatas digester selanjutnya masuk kedalam digester. Pemasakan berlangsung dengan langkah-langkah sebagai berikut;

1. Chip Filling

Chip diangkut dari tempat penyimpanan atau lapangan chip dengan menggunakan conveyor. Pengisisan chip kedalam digester merupakan langkah awal proses pemasakan dan merupakan suatu pekerjaaan yang sangat penting pada poses pembuatan pulp. Digester yang tidak penuh misalnya, akan mengurangi jumlah pulp yang dihasilkan digester, sebaliknya digester yang terlalu penuh akan mengakibatkan kesulitan pada peredaran liquor dan pada saat blow. Sebelum pengisisan chip dimulai, harus dilaksanakan hal-hal berikut:

a. Digester harus dalam keadaan kosong dan katup blownya harus sudah tertutup. b. Top cover atau capping valve pada posisi terbuka

c. Telescopic chute harus pada posisi turun

d. Shuttle conveyor harus tepat posisinya pada digester yang akan chip filling

2. Tahap Prehydrolysis

Pada proses DKP, prehydrolysis merupakan tahapan awal dari proses pemasakan setelah pengisisan chip. Untuk membuat serat rayon dibutuhkan pulp dengan kemurnian yang sangat tinggi, prehydrolysis dimaksudkan untuk mengolah terlebih dahulu serpihan kayu sebelum dimasak dengan alkali, pada proses ini, kandungan-kandungan yang bukan selulosa yang terdapat dalam kayu, seperti selulosa yang terpotong-potong dan karbohidrat rantai pendek yang disebut hemiselulosa akan dikeluarkan dari dalam serpihan kayu.


(30)

1. Prehydrolysis kraft Ramp yaitu untuk menaikkan suhu dalam digester. Prehydrolysis

dilakukan dalam fase uap dengan menggunakan steam. Dengan menginjeksikan langsung

low pressure steam (LPS) melalui bagian bawah digester sehingga mencapai temperatur

165-170°C

2. Prehydrolysis Kraft Cook yaitu untuk mempertahankan temperatur yang telah dicapai

pada saat prehydrolysis kraft ramp. Temperatur dipertahankan sampai dicapai factor. P-factor yang telah dicapai bertujuan untuk menghilangkan kandungan pentosan dalam chip. 3. Prehydrolysis Kraft Relief yaitu menurunkan tekanan dalam digester. Dilakukan dengan

melakukan pengeluaran gas (gas blow) selama kira-kira 15 menit sampai tekanan dalam digester turun dari 7-3 bar.

3. Liquor filling

Pada proses DKP pengisian liquor dilakukan setelah prehydrolysis, dimana pada proses BKP pengisisan liquor dilakukan setelah pengisisan chip. Larutan pemasak panas yang dimasukkan kedalam digester didapat dari relief heat rocovery system dengan temperatur 120o

C

harus dengan perbandingan yang sesuai sebagaimana dibutuhkan untuk pemasakan (white liquor) dan black liquor penambah sebagai pengencer juga harus dengan perbandingan yang sesuai. Penambahan white liquor didasarkan pada persentase bahan kimia yang dibutuhkan untuk memasak dengan berat kering (bone dry atau oven dry) kayu yang dimasukkan. Persentase ini juga tergantung dari seberapa jauh kita akan mengurangi kandungan lignin dari dalam kayu (degree of delignification).

Alkali aktif (AA) yang dimasukkan dalam digester adalah untuk melarutkan komponen/kotoran bukan selulosa yang terdapat dalam kayu. Bertambahnya jumlah alkali yang dimasukkan akan melarutkan lebih banyak lagi komponen-komponen itu, sebaliknya berkurangnya jumlah alkali yang dimasukkan akan menyebabkan kayunya tidak masak (hard cook) yang berakibat


(31)

banyaknya kayu yang bakal terbuang berupa reject atau serpihan kayu yang hanya sebagian saja yang masak yang disebut knots.

4. Pemasakan dengan proses alkaline (kraft)

Proses pemasakan secara kraft dilaksanakan setelah penambahan white liquor dan black

liquor kedalam digester. Digester yang berisi chip dan larutan pemasak dipanaskan hingga

temperatur 165-170oC dan tekanan mencapai 7 bar. Pada temperatur dan tekanan ini chip dimasak dengan alkali untuk periode tertentu. Waktu dan temperatur selama pemasakan sangat berpengaruh terhadap kualitas pulp, jika chip dimasak dalam jangka waktu yang terlalu lama, maka akan dihasilkan pulp dengan kualitas rendah dan dengan rendemen yang rendah pula. Temperatur yang optimum untuk reaksi pencernaan/pemasakan adalah 170oC dan temperatur ini harus dikontrol secara seksama. Temperatur dibawah 170oC tidak berpengaruh apa-apa terhadap kualitas dan rendemennya, tetapi diatas 180oC akan mulai terjadi pemutusan rantai dan serat-serat selulosa.

5. Pulp Blowing

Tujuan utama dari pengoperasian blowing adalah untuk mengeluarkan atau blow semua isi digester kedalam tempat penampungan sementara atau blow tank. Di pabrik ini, terdapat dua

blow tank dengan masing-masing kapasitas 600 m3. Hanya satu digester yang dapat diblow kesatu blow tank pada satu waktu tertentu, hal yang penting untuk diperhatikan agar dipastikan bahwa ada cukup ruang dalam blow tank untuk menampung pulp yang akan diblow.

Beberapa hal yang mempengaruhi didalam proses pemasakan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Kualitas chip

2. Sifat-sifat white liquor


(32)

1. Kualitas Chip

Kualitas chip yang akan dipakai sebagai bahan baku dalam pemasakan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan operasi keseluruhan pabrik pulp, dimana akan berpengaruh terhadap kualitas pulp yang akan dihasilkan.

Hal-hal yang mempengaruhi kualitas chip dapat dibagi menjadi:

1. Hal-hal yang berhubungan dengan kayu menyangkut sifat-sifatnya seperti spesies, density dan decay

a. Wood spesies

Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa kayu dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu jenis

hard wood dan jenis soft wood. Kayu jenis soft wood menghasilkan pulp yang lebih kuat

dibandingkan dengan jenis hard wood karena serat-seratnya lebih panjang dan lebih lentur dibandingkan dengan serat yang terdapat dalam kayu jenis hard wood.

Biasanya kayu jenis soft wood menghasilkan rendemen yang lebih rendah dibandingkan dengan yang dihasilkan dari jenis hard wood bila dimasak pada kondisi yang sama. Hal ini utamanya disebabkan hemiselulosa yang terdapat dalam soft wood lebih mudah terlarut dibandingkan dengan yang terdapat dalam hard wood dan juga didalam kayu soft wood terdapat lebih banyak kandungan lignin dibanding dengan hard wood.

b. Wood Density

Berat jenis kayu merupakan faktor ekonomis yang sangat penting dalam pembuatan pulp. Dengan kayu yang lebih padat, kita dapat mengisi lebih berat pada digester dengan volume yang sama dan keadaan ini akan menambah jumlah pulp yang diproduksi. Setiap kayu menghasilkan jenis cell yang sama sepanjang kehidupan kayu itu. Ada perbedaan antara kayu muda dan kayu tua dengan umur kehidupan kayu yang sama-sama 20 tahun. Perbedaan ini lebih tampak pada kayu jenis soft wood.


(33)

Yang paling tidak menguntungkan pada proses pembuatan pulp dari kayu muda adalah rendemen yang rendah dan pemakaian larutan pemasak (soda) yang lebih banyak dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

- Berat jenis yang lebih rendah

- Kandungan selulosa yang lebih sedikit - Kandungan Hemiselulosa yang lebih banyak - Kandungan lignin yang lebih banyak

- Serat yang lebih pendek dan lebih berbentuk jarum c. Wood Decay

Hal ini dimungkinkan oleh adanya jenis mikroorganisme yang berbeda seperti misalnya fungi/jamur, bakteri, ragi dan lain-lain. Pembusukan bisa saja terjadi pada kayu yang lagi berdir atau pada penumpukan kayu.

2. Hal-hal yang berhubungan dengan pemrosesan kayu Dapat dibedakan menjadi beberapa hal sebagai berikut:

a. Ukuran chip

b. Berat jenis keseluruhan (bulk density) dari chip c. Kandungan air dalam chip

d. Kulit kayu dan lain bahan-bahan yang mengotori kayu a. Ukuran Chip

Ketebalan chip merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembuatan pulp sebagaimana diharapkan, larutan pemasak akan meresap kedalam chip dari segala arah dengan kecepatan yang sama. Bilamana chip terlalu tebal, larutan pemasak tidak punya cukup waktu untuk meresap sempurna kebagian tengah chip, yang akan menyebabkan chip menjadi tidak masak. Chip yang tidak masak ini akhirnya akan menjadi “knot” atau “shive”. Ketebalan chip yang ideal adalah 6 mm-8 mm, dengan ukuran


(34)

5 mm-35 mm.

b. Bulk Density dari Chip

Adalah tolok ukur yang sangat penting artinya selama waktu pengisian digester. Ini akan membuktikan seberapa banyak kayu yang dapat dimasukkan kedalam digester, yang dinyatakan dalam satuan kg/m3. Bulk density dari chip dikarenakan oleh berat jenis kayu dan ukuran chip.

c. Kandungan air dalam chip

Juga berakibat pada rendemen pulp, kappa number dan kualitas pulp. Bila kandungan air dalam chip sangat rendah, akan sulit bagi larutan pemasak untuk meresap kedalam chip. Adalah penting untuk mengetahui seberapa besar kandungan air dalam chip tersebut, dan memperhitungkan seberapa berat kayu yang sesungguhnya yang telah dimuat kedalam digester, untuk memperhitungkan jumlah alkali yang dimasukkan dan konsentrasi larutan pada jumlah yang tetap. Kandungan air dalam kayu diusahakan sebesar 40-50 %.

d. Kulit kayu dan bahan-bahan lain yang mengotori kayu

- Kulit kayu adalah bahan yang tidak diinginkan keberadaannya didalam chip dan ia akan memberikan dampak yang negatif pada pulp yang akan dihasilkan. Keberadaan kulit kayu akan menambah jumlah pemakaian larutan pemasak sehingga akan mengurangi strength dari pulp. - Bahan pengotor lainnya bisa datang dari luar kulit kayunya sendiri seperti misalnya, pasir, logam-logam, plastik dan lain-lain. Yang dapat mengakibatkan kerusakan pada mesin-mesin. 2. Sifat-sifat dari White liquor

White liquor digunakan sebagai media pemasak, terdiri dari beberapa bahan kimia yang

berupa larutan berair :

1. Sodium Hidroksida (NaOH) 2. Sodium Sulfida (Na2S)


(35)

Konsentrasi dari masing-masing zat tersebut akan memainkan peranan yang penting dalam reaksinya dengan kayu yaitu :

a. Pengurangan pada konsentrasi alkali aktif yang berarti menambah jumlah pengencer, berakibat pada beban penguapan yang lebih besar.

b. Pengurangan sulfidity akan berakibat pada kualitas pulp (lebih banyak pemutusan rantai yang terjadi) karena adanya penambahan konsentrasi ion hidroksil.

c. Penambahan jumlah karbonat, menunjukkan bahwa efisiensi causticizing yang rendah, yang disebabkan oleh adanya penambahan beban pada areal bagian washing. Hal ini juga berakibat pada kualitas pulp dimana akan terjadi penggumpalan karbonat.

3. Pengawasan pada saat pemasakan

Hal-hal yang perlu diawasi pada saat pemasakan adalah: a. waktu dan temperatur

Reaksi penghilangan lignin sangat tergantung pada temperatur. Penambahan temperatur sedikit saja sudah berakibat besar terhadap reaksi penghilangan lignin, contoh pada penambahan 10oC dari 160oC menjadi 170oC akan mengakibatkan kecepatan reaksinya dua kali lipat.

b.Jumlah Alkali yang dimasukkan

Normalnya jumlah efektif alkali yang dimasukkan dalam digester berkisar 18- 19 % (sebagai Na2O terhadap kayu kering) tergantung dari jenis kayunya. Kondisi pemasakan dan seberapa jauh tingkat penghilangan lignin yang akan dicapai. Jika jumlah alkali yang dimasukkan lebih banyak maka akan mempercepat kecepatan reaksinya. Dengan menambah alkali, kita dapat memasak dengan H-factor yang lebih rendah untuk mencapai kappa number yang sama. Dengan bertambahnya jumlah alkali yang dimasukkan maka akan mengurangi rendemen pulp karena jumlah hemiselulosa yang terlarut bertambah.


(36)

Pada digester yang beroperasi secara batch, dibutuhkan sejumlah efektif alkali yang dimasukkan sebanyak kurang dari jumlah volume yang dibutuhkan untuk membasahi seluruh chip. Weak Black Liquor (WBL) perlu ditambahkan sebagai penambah kekurangan liquornya. Kalau WBL yang ditambahkan terlalu banyak maka akan memperbesar nilai perbandingan liquor dengan kayu. Normalnya berkisar 1-4.

(Anonim, 2002) 2. 5. 3. Pencucian (washing)

Pulp yang berasal dari blow tank dipompakan melewati pemisahan unit kayu yang disebut dengan pressure knotter kemudian menuju unit pencucian tiga tahap, kemudian dikirim keunit penyaringan (screening) dan kemudian dikirim ke washer empat. Bubur kertas cokelat setelah melalui washer empat disimpan didalam High Density Unbleach Storage Tank Tower dengan konsistensi 12 %.

Tujuan pencucian ini adalah untuk menghilangkan atau memisahkan kandungan lignin yang masih tersisa setelah proses pemasakan didigester sebelum dilanjutkan keproses pemutihan (bleaching).

2. 5. 4. Pemutihan (bleaching)

Warna pada pulp yang belum putih umumnya disebabkan oleh lignin yang masih tersisa. Penghilangan lignin bisa lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi akan mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, jadi menghasilkan kualitas pulp yang rendah.

Proses pemutihan dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan yang dimaksudkan untuk mencapai brightness dan kemurnian dari pulp. Hal ini dapat dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna yang masih tersisa pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk menghasilkan warna pulp, oleh karena itu harus dihilangkan atau diputihkan.


(37)

- Memperbaiki brightness - Memperbaiki kemurnian

- Degredasi serat selulosa seminimum mungkin

Pengurangan kandungan resin didalam pulp juga faktor lain yang penting dalam proses pemutihan. (Sirait,S. 2003)

2. 5. 5. Operasi Pulp Machine

Pulp machine adalah hal terpenting dari operasi dipabrik pulp ini. Peralatan pulp mesin

yang ada di Toba Pulp Lestari direncanakan untuk mengubah bubur pulp yang diterima dari bagian bleaching menjadi lembaran pulp yang sudah kering, yang mana lembaran pulp diproses menjadi buntalan pulp/bale yang akan dijual kepelanggan.

Pulp machine fungsi utamanya adalah mengambil air sebanyak mungkin/seefisien

mungkin tanpa merusak lembaran pulp. Pulp machine adalah produksi tahap akhir, yakni jalur proses yang sangat penting dan unik. Kalau ada kehilangan bagian produksi dibagian ini tidak bisa dibuat kembali, tidak seperti bagian lain, dimana hasilnya dapat disimpan untuk beberapa waktu sampai permasalahannya dapat terselesaikan, setiap menit kalau ada kehilangan produksi berarti kehilangan penghasilan. Karena itu, kemampuan mengoperasikan dibagian pulp machine dengan sedikit waktu yang hilang sangat diperlukan sekali, agar dapat mengambil keuntungan didalam pabrik menyeluruh.


(38)

BAB III METODOLOGI

3.1.Di Lapangan 3.1.1. Alat

1. Shuttle conveyor

Yaitu alat pengangkut yang bergerak bolak-balik yang berfungsi untuk mengangkut dan memindahkan chip dari chip pile kedalam digester. 2. Digester

Yaitu alat pemasak chip/serpihan kayu yang berbentuk silinder yang di-las bersusun tegak yang mempunyai volume 200 m³ dan tinggi 18,67 mm, diameter 4,2 m yang dirancang untuk bekerja pada tekanan tinggi hingga 12 kg/cm2, temperatur 195°C dan terdapat dua saringan yang terdapat didalam digester.

3. Liquor Heater

Yaitu alat penukar panas yang berbentuk tegak jenis terbular yang diletakkan berdampingan dengan digester yang berungsi sebagai alat untuk memanaskan

liquor yang kemudian dialirkan kedalam digester.

4. Pompa Sirkulasi

Yaitu pompa yang digunakan untuk mensirkulasikan cairan pemasak dari dalam digester bagian tengah kebagian atas dan bawah digester.

5. Blow Tank

Yaitu tangki penampung bubur kayu yang sudah siap dimasak dari digester dan dilengkapi alat pengaduk, pipa pengencer yang terletak dibagian bawah


(39)

6. Accumulator tank

Yaitu tangki untuk menampung panas dari blow tank yang dihasilkan oleh

blowing, panas tersebut diproses kembali dengan memanaskan air yang

hangat yang akhirnya panas air menjadi 70° C, air yang telah diproses akan digunakan untuk mencuci dibagian washing dan bleaching.

7. Relief Condensor

Yaitu alat yang digunakan untuk mengembunkan panas dari digester bagian atas pada waktu pemasakan ( pada waktu membuka relief)

8. Air Evacuation Scrubber

Yaitu alat yang digunakan untuk menyerap sisa-sisa panas dari digester sesudah digester blowing.

9. Heating up white liquor dan black liquor system

Yaitu alat yang digunakan untuk memanaskan cairan pemasak (white liquor dan black liquor) sebelum pemasakan pulp dimulai.

3.1.2. Bahan

1.Chip (serpihan kayu)

2. White liquor yang terdiri dari NaOH dan Na2S

3. Black Liquor ( sisa hasil pencucian yang telah dievaporasi 4. Steam (uap air bertekanan )

Proses pemasakan diunit digester di PT. Toba Pulp Lestari menggunakan dua Jenis steam yaitu :


(40)

1. Low Pessure Steam (LPS), steam dengan tekanan rendah

2. Medium Pressure Steam (MPS), steam dengan tekanan menengah

5.Air

Air ini berasal dari cairan pemasak dan kandungan air dalam serpihan kayu.

3.1.3. Prosedur Kerja

1. Chip filling

Chip diangkut dari chip pile dengan menggunakan conveyor. Pengisian chip kedalam digester merupakan langkah awal dari proses pemasakan.

2. Pre-Hydrolysis

Pre-Hydrolysis dilakukan dalam tiga tahap yaitu:

1. Pre-Hydrolysis kraft ramp yang bertujuan untuk menaikkan suhu dalam digester dari 165-170°C dengan direct steam yang menggunakan LP (Low Pressure) steam.

2. Pre-Hydrolysis kraft Cook yang bertujuan untuk mempertahankan suhu yang telah dicapai pada saat pre-Hydrolysis kraft ramp. Suhu dipertahankan sampai tercapai P-factor. P-factor target 250-300.Tujuan mencapai P-factor adalah untuk menghilangkan kandungan pentosan dalam pulp.

3. Pre-Hydrolysis kraft relief yang berfungsi untuk menurunkan tekanan dari 7-3 bar

3. Liquor filling


(41)

Digunakan sebagi pengencer dan white liquor yang terdiri dari NaOH dan Na2S yang digunakan sebagi cairan pemasak.

4. Kraft Ramp

Suhu dalam digester dinaikkan dari 165-170°C dengan sistem indirect steam Yang menggunakan MP (Medium Pressure) steam.

5. Kraft Cook

Bertujuan untuk mempertahankan suhu dalam digester yang telah dicapai saat kraft ramp. Suhu dipertahankan sampai diperoleh H-factor.H-factor target 1500. H-factor yang telah tercapai menunjukkan bahwa chip dalam digester telah masak.

6. Pulp Blowing

Tujuan utama pulp bowing adalah untuk mengluarkan atau blow semua isi digester kedalam tempat penampungan sementara (blow tank).

3.2. Di Laboratorium 3.2.1. Alat

- Beaker glass 1000 ml Pyrex - Buret digital

- Corong buchner - Desikator

- Erlenmeyer 250 ml Pyrex - Gelas ukur 1000 ml Pyrex - Neraca

- Magnetic stirrer - Oven


(42)

- Stirer - Stopwatch

- Saringan / screener 35-40 mesh - Vakum sheet

- Thermometer 100oC 3.2.2. Bahan

- Sampel bubur pulp dari washer 4 - Sampel white liquor

- Air destilat - BaCL2 10 %

- Indikator Fenolftalein (PP) - HCl 0,5 N

- Formaldehida

- Indikator Metil orange (MO) - KMnO4 0,1 N p.a - H2SO4 4 N p.a - KI 0,1 N p.a - Na2S2O3 0,1 N p.a - Indikator starch 1 % p.a 3.2.3. Prosedur Percobaan

3.2.3.1. Menganalisa Jumlah Alkali Aktif (NaOH & Na2S) dalam White liquor

- Dipipet 2 ml white liquor dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml air destilat


(43)

- Ditambahkan 25 ml Barium Klorida (BaCl2 ) 10 % - Ditambah indikator fenolftalein 3 tetes

- Dititrasi dengan HCl 0,5 N hingga berubah warna dari merah rose menjadi putih susu - Dihentikan titrasi dan dicatat volume HCl yang terpakai sebagai ‘A’ ml

- Ditambahkan 5 ml formaldehida 40 %

- Dititrasi kembali dengan menggunakan HCl 0,5 N hingga berubah warna dari merah rose menjadi putih susu

- Dihentikan titrasi dan dicatat volume HCl yang terpakai sebagai ‘B’ ml - Ditambah 2-3 tetes indikator metil Orange

- Dititrasi kembali dengan HCl 0,5 N hingga berubah warna dari orange menjadi merah - Dihentikan titrasi dan dicatat volume HCl yang terpakai sebagai ‘C’ ml

Jumlah Alkali Aktif dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

(2A-B) x Normalitas HCl x Berat Ekivalen Na2O NaOH =

Volume sample

2(B-A) x Normalitas HCl x Berat ekivalen Na2O Na2S =

Volume sampel

Total Alkali Aktif (TAA) = NaOH + Na2S


(44)

B = Volume kedua titrasi larutan HCl (ml) N = Normalitas HCl

Berat ekivalen Na2O = 31 Volume sample = 2 ml

3.2.3.2. Penentuan Bilangan kappa

- Diambil sampel bubur pulp dari washer 4

- Dicuci dengan air bersih sambil disaring dengan penyaring (screener 35-40 mesh)

- Dilarutkan dalam air secukupnya dan dimasukkan kecorong buchner untuk dibentuk menjadi sheet

- Disetrika dan dikeringkan dalam oven selama 10 menit - Didinginkan di dalam desikator

- Ditimbang sampel kering sebanyak 2-2,5 gram

- Dimasukkan sampel kedalam beaker glass 1000 ml yang telah berisi air destilat sebanyak 400 ml, lalu dimasukkan stirrer

- Diaduk larutan diatas magnetic stirrer dan diatur kecepatan magnetic stirrer agar pulp fiber terpisah sempurna

- Dipipet masing-masing 50 ml larutan asam sulfat (H2SO4) 4 N dan larutan kalium permanganate (KMnO4) 0,1 N kedalam beaker glass 100 ml

- Tambahkan campuran tersebut dengan segera kedalam beaker glass yang berisi sample dan dengan segera hidupkan stopwatch dan dilakukan pengadukan selama10 menit - Tepat 10 menit matikan stopwatch dan ditambah 10 ml larutan Kalium Iodida (KI) 0,1

N


(45)

Dicatat volume Larutan natrium Tiosulfat yang terpakai dalam titrasi, digunakan sebagai “a” ml

- Diukur dan dicatat temperatur dari campuran dalam beaker glass

- Lakukan penentuan larutan blanko metode yang sama diatas tanpa menggunakan sampel pulp, dicatat larutan Natrium Tiosulfat yang terpakai, digunakan sebagai “b” ml


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Jumlah cairan pemasak dan strength cairan pemasak yang dimasukkan dalam digester tergantung dari jenis kayunya, kondisi pemasakan dan seberapa jauh penghilangan lignin yang akan dicapai. Pada saat praktek berlangsung jenis kayu yang diolah adalah kayu berserat pendek (kayu keras) jenis pohon Eucalyptus.

Setelah mengikuti proses berlangsungnya pemasakan chips pada pembuatan pulp data-data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Data Pengamatan Pada Saat Proses Pemasakan Berlangsung

Sumber. DCS Operator PT. Toba Pulp Lestari, Tbk No Wet

Chip Weight

Moisture B/D Chip Weight

White liquor TAA

AA charge Kappa Number

Ton % Ton gpl % K

1. 77 50 38,5 98,0 18,25 6,5 2. 78 50 39 100 18,25 6,6 3. 77 50 38,5 100,9 18,50 5,8 4. 81 50 40,1 101,5 18,50 5,7 5. 72 50 36 104,5 18,25 5,4 6. 74 50 37 106,5 18,25 5,2 7. 75 50 37,5 106,6 18,25 4,4


(47)

Tabel 4.2. Data Pengamatan dilaboratorium

Volume titrasi analisa white liquor (lindi putih) untuk pengujian Alkali Aktif (NaOH dan Na2S)

Dimana : A = Volume titrasi larutan HCl setelah penambahan BaCl (ml)

B = Volume titrasi larutan HCl setelah penambahan formaldehida (ml)

4.2. PEMBAHASAN

4. 2. 1. Perhitungan Analisa Pengujian Alkali Aktif Diketahui :

Volume pertama larutan HCl (A) = 11,06 ml Volume kedua larutan HCl (B) = 12,64 ml Nomalitas HCl = 0,5 N Berat Ekivalen Na2O = 31 Volume sample = 2 ml Ditanya : Jumlah NaOH dan Na2S……..?

Penyelesaian:

No HCl 0,5 N sebagai zat penitar

A (ml) B (ml)

1. 11,06 12,64 2. 11,21 13,02 3. 11,36 13,01 4. 11,35 13,09

5. 11,7 13,47

6. 11,94 13,73 7. 11,92 13,75


(48)

(2A-B) x Normalitas HCl x Berat Ekivalen Na2O NaOH =

Volume sample

(2 x 11,06 – 12,64) x 0,5 x 31 =

2

= 73,47 g/l

2( B – A ) x Normalitas HCl x Berat Ekivalen Na2O Na2S =

Volume sample 2( 12,64 – 11,06 ) x 0,5 x 31 =

2 = 24,53 g/l

Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Analisa Pengujian Alkali Aktif

No Volume Sample

Strength Alkali Aktif Kappa Number

NaOH Na2S K

ml g/l g/l

1. 2 73,47 24,53 6,5 2. 2 72,85 27,15 6,6 3. 2 75,25 28,65 5,8 4. 2 74,47 27,03 5,7 5. 2 76,95 27,55 5,4 6. 2 78,66 27,84 5,2 7. 2 78,19 28,41 4,4


(49)

4. 2. 2. Perhitungan untuk Pengujian Kappa Number P x F [ 1 + 0,013 (25 – t) ]

K = W

(b-a) N P =

0,1

Keterangan :

K : Bilangan Kappa

F : Faktor koreksi terhadap pemakaian permanganate, tergantung kepada nilai P

t : Temperatur larutan

N : Normalitas Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)

a : Volume 0,1 N Natrium Tiosulfat ( Na2S2O3) digunakan untuk sample

b : Volume 0,1 N Natrium Tiosulfat ( Na2S2O3) digunakan untuk larutan blanko


(50)

Tabel 4. 4. Faktor Koreksi Perbedaan Pemakaian Persentase Kalium Permanganat

P(ml) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

30 0,958 0,960 0,962 0,964 0,966 0,968 0,970 0,973 0,975 0,977 40 0,979 0,981 0,983 0,985 0,987 0,989 0,991 0,994 0,996 0,998 50 1,000 1,002 1,004 1,006 1,009 1,011 1,013 1,015 1,017 1,019 60 1,022 1,024 1,026 1,028 1,030 1,033 1,035 1,037 1,039 1,042 70 1,044 1,046 1,048 1,050

Sumber. Technical Department PT. TPL, Tbk

4. 2. 3. Perhitungan Jumlah Cairan Pemasak

a. Jumlah chip yang digunakan = 77 ton

b. Jumlah chip kering (BD) = 50 % x jumlah chip yang digunakan = 50 % x 77 ton

= 38,5 ton c.Kadar air dalam chip (moisture) = 50 %

d. Kadar air dalam 77 ton chip = moisture x jumlah chip yang digunakan = 50 % x 77 ton

= 38,5 m³ e. Strenght White Liquor = 98,0 g/l f. AA charge = 18,25 %

g. Perbandingan cairan pemasak yang digunakan dengan serpihan kayu adalah 4 : 1

Jadi, total liquor yang digunakan = 4 x jumlah chip kering (BD) = 4 x 38,5


(51)

= 154 m³

h. Jumlah Alkali Aktif yang digunakan = AA charge x jumlah chip kering = 18,25 % x 38,5 ton

= 7,02 ton

Alkali Aktif yang digunakan i. Volume Alkali Aktif =

Strenght White Liquor

7020 kg x 1000 g/kg =

98,0 g/l x 1000 l/m³ = 71,63 m³

j. Black Liquor = Total Liquor – ( white liquor + kandungan air) = 154 m³ - ( 71,63 m³ + 38,5 m³ )


(52)

Tabel 4. 5. Hasil Perhitungan Jumlah Cairan Pemasak dalam Sekali Pemasakan

No Berat Chip

Moisture Alkali Charge

Strength White Liquor NaOH Na2S

White Liquor

Black Liquor

ton % % g/l g/l

1. 77 50 18,25 73,47 24,53 71,63 43,87 2 78 50 18,25 72,85 27,15 71,1 45,9 3 77 50 18,50 72,25 28,65 70,56 44,94 4 81 50 18,50 74,47 27,03 73,79 47,71 5 72 50 18,25 76,95 27,55 62,87 45,13 6 74 50 18,25 78,66 27,84 63,38 48,62 7 75 50 18,25 78,19 28,41 64,16 48,34

Tabel 4. 6. Data Pengaruh Strength White liquor terhadap Kappa Number

No NaOH Na2S White

Liquor TAA

Kappa Number

g/l g/l g/l K

1 73,47 24,53 98,0 6,5 2 72,85 27,15 100,0 6,6 3 75,25 28,65 100,9 5,8 4 74,47 27,03 101,5 5,7 5 76,95 27,55 104,5 5,4 6 78,66 27,84 106,5 5,2 7 78,19 28,41 106,6 4,4


(53)

4. 2. 4. Menghitung Pemakaian Strength Alkali Aktif yang Optimal dengan Metode least Square

Tabe 4. 7. Data Metode Least Square

No X y xy

1 98,0 6,5 9604 637

2 100,0 6,6 10000 660

3 100,9 5,8 10180,81 585,22 4 101,5 5,7 10302,25 578,55 5 104,5 5,4 10920,25 564,3 6 106,5 5,2 11342,25 553,8 7 106,6 4,4 11363,56 469,04 Σ 718 39,6 73713,12 4047,91

Keterangan : x = Strenght white liquor (gpl) y = Kappa Number

Persamaan Regresi : y = ax + b , dimana

n (Σxy – (Σ x) – (Σ y) a =

n (Σ x²) – (Σ x) ²

7 ( 4047,91) – (718) (39,6) =

7 ( 73713,12) – ( 515524) - 97,43

=

467,84 = - 0,2082

( Σ x²) (Σ y) – (Σx) (Σxy) b =


(54)

( 73713,12) (39,6) – (718) (4047,91) =

7 (73713,12) – ( 515524) 12640,172

=

467,84 = 27,0181

Persamaan Regresi : y = - 0,2082 x + 27,0181 y1 = - 0,2082 x1 + 27,0181

= - 0,2082 ( 98,0) + 27,0181 = 6,614

y2 = - 0,2082 x2 + 27,0181 = - 0,2082 (100,0) + 27,0181 = 6,198

y3 = - 0,2082 x3 + 27,0181 = - 0,2082 ( 100,9) + 27,0181 = 6,010

y4 = - 0,2082 x4 + 27,0181 = - 0,2082 ( 101,5) + 27,0181 = 5,885

y5 = - 0,2082 x5 + 27,0181

= - 0,2082 ( 104,5) + 27,0181 = 5,261

y6 = - 0,2082 x6 + 27,0181 = - 0,2082 ( 106,5) + 27,0181 = 4,844

y7 = - 0,2082 x7 + 27,0181 = - 0,2082 ( 106,6) + 27,018 = 4,823


(55)

Tabel 4. 8. Data Analisa Regresi Linier

X Y

98,0 6,614 100,0 6,198 100,9 6,010 101,5 5,885 104,5 5,261 106,5 4,844 106,6 4,823

Menghitung Strength white liquor (alkali aktif) yang optimal untuk mencapai kappa number target

Target Bilangan kappa = 5 y = ax + b

5 = - 0,2082 x + 27,0181 - 22,081 = - 0,2082 x

x= 105,7 g/l


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil pembahasan data diperoleh jumlah pemakaian alkali aktif sekitar

100-106 gpl dengan volume white liquor 62,87 m3- 73,79 m3 dan black liquor 43,87 m3 - 48,62 m3

Maka diperoleh tingkat kematangan (kappa number) yang sesuai dengan standard mutu yaitu 5-6 2. Dari hasil analisa regresi, hubungan strength white liquor terhadap kappa number

Diperoleh persamaan y = - 0,2082 x + 27,0181. Dengan koefisien korelasi ( r ) = 1 Yang artinya strength white liquor sangat berpengaruh terhadap kappa number.

5.2. Saran

- Pada proses cooking banyak faktor yang mempengaruhi baik tidaknya kualitas pulp yang dihasilkan. Untuk itu perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut seperti ukuran chip, cairan pemasak, waktu dan temperatur, konsentrasi, sulfiditas dan juga perbandingan liquor dan kayu - Pada proses pembuatan pulp tentunya menggunakan banyak bahan-bahan kimia baik yang berupa zat padat, cair dan gas. Sebaiknya bahan tersebut digunakan seoptimal dan seefisien mungkin agar tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

- Limbah yang dihasilkan pada pembuatan pulp baik yang berupa padat, cair maupun gas, yang masih bersifat racun atau berbahaya bagi kehidupan sebaiknya diolah kembali sebelum dibuang kelingkungan.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Buku Manual Training Digester Plant. Porsea: PT. Toba Pulp Lestari Anonim. 2002. Buku manual Training Pulp Machine Plant. Porsea : PT. Toba Pulp Lestari.

Dumanauw, J. F. 1990. Mengenal Kayu. Yogyakarta: Penerbit Kanisium

Fengel, D. dan Wegener, G. 1995. Kimia kayu, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Cetakan I. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Haygreen, J. G. dan Bowyer, J. L. 1986. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sirait, S. 2003. Module Bleaching. Porsea : PT. Toba Pulp Lestari.

Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu, Dasar-Dasar dan Penggunaan. Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.


(1)

Tabel 4. 5. Hasil Perhitungan Jumlah Cairan Pemasak dalam Sekali Pemasakan

No Berat Chip

Moisture Alkali Charge

Strength White Liquor NaOH Na2S

White Liquor

Black Liquor

ton % % g/l g/l

1. 77 50 18,25 73,47 24,53 71,63 43,87

2 78 50 18,25 72,85 27,15 71,1 45,9

3 77 50 18,50 72,25 28,65 70,56 44,94

4 81 50 18,50 74,47 27,03 73,79 47,71

5 72 50 18,25 76,95 27,55 62,87 45,13

6 74 50 18,25 78,66 27,84 63,38 48,62

7 75 50 18,25 78,19 28,41 64,16 48,34

Tabel 4. 6. Data Pengaruh Strength White liquor terhadap Kappa Number

No NaOH Na2S White

Liquor TAA

Kappa Number

g/l g/l g/l K

1 73,47 24,53 98,0 6,5

2 72,85 27,15 100,0 6,6

3 75,25 28,65 100,9 5,8

4 74,47 27,03 101,5 5,7

5 76,95 27,55 104,5 5,4

6 78,66 27,84 106,5 5,2

7 78,19 28,41 106,6 4,4


(2)

4. 2. 4. Menghitung Pemakaian Strength Alkali Aktif yang Optimal dengan Metode least Square

Tabe 4. 7. Data Metode Least Square

No X y xy

1 98,0 6,5 9604 637

2 100,0 6,6 10000 660

3 100,9 5,8 10180,81 585,22

4 101,5 5,7 10302,25 578,55

5 104,5 5,4 10920,25 564,3

6 106,5 5,2 11342,25 553,8

7 106,6 4,4 11363,56 469,04

Σ 718 39,6 73713,12 4047,91

Keterangan : x = Strenght white liquor (gpl) y = Kappa Number

Persamaan Regresi : y = ax + b , dimana

n (Σxy – (Σ x) – (Σ y) a =

n (Σ x²) – (Σ x) ²

7 ( 4047,91) – (718) (39,6) =

7 ( 73713,12) – ( 515524) - 97,43

=

467,84 = - 0,2082

( Σ x²) (Σ y) – (Σx) (Σxy) b =


(3)

( 73713,12) (39,6) – (718) (4047,91) =

7 (73713,12) – ( 515524) 12640,172

=

467,84 = 27,0181

Persamaan Regresi : y = - 0,2082 x + 27,0181 y1 = - 0,2082 x1 + 27,0181

= - 0,2082 ( 98,0) + 27,0181 = 6,614

y2 = - 0,2082 x2 + 27,0181

= - 0,2082 (100,0) + 27,0181 = 6,198

y3 = - 0,2082 x3 + 27,0181

= - 0,2082 ( 100,9) + 27,0181 = 6,010

y4 = - 0,2082 x4 + 27,0181

= - 0,2082 ( 101,5) + 27,0181 = 5,885

y5 = - 0,2082 x5 + 27,0181

= - 0,2082 ( 104,5) + 27,0181 = 5,261

y6 = - 0,2082 x6 + 27,0181

= - 0,2082 ( 106,5) + 27,0181 = 4,844

y7 = - 0,2082 x7 + 27,0181

= - 0,2082 ( 106,6) + 27,018 = 4,823


(4)

Tabel 4. 8. Data Analisa Regresi Linier

X Y

98,0 6,614

100,0 6,198 100,9 6,010 101,5 5,885 104,5 5,261 106,5 4,844 106,6 4,823

Menghitung Strength white liquor (alkali aktif) yang optimal untuk mencapai kappa number target

Target Bilangan kappa = 5 y = ax + b

5 = - 0,2082 x + 27,0181 - 22,081 = - 0,2082 x

x= 105,7 g/l


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil pembahasan data diperoleh jumlah pemakaian alkali aktif sekitar

100-106 gpl dengan volume white liquor 62,87 m3- 73,79 m3 dan black liquor 43,87 m3 - 48,62 m3

Maka diperoleh tingkat kematangan (kappa number) yang sesuai dengan standard mutu yaitu 5-6 2. Dari hasil analisa regresi, hubungan strength white liquor terhadap kappa number

Diperoleh persamaan y = - 0,2082 x + 27,0181. Dengan koefisien korelasi ( r ) = 1 Yang artinya strength white liquor sangat berpengaruh terhadap kappa number.

5.2. Saran

- Pada proses cooking banyak faktor yang mempengaruhi baik tidaknya kualitas pulp yang dihasilkan. Untuk itu perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut seperti ukuran chip, cairan pemasak, waktu dan temperatur, konsentrasi, sulfiditas dan juga perbandingan liquor dan kayu - Pada proses pembuatan pulp tentunya menggunakan banyak bahan-bahan kimia baik yang berupa zat padat, cair dan gas. Sebaiknya bahan tersebut digunakan seoptimal dan seefisien mungkin agar tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

- Limbah yang dihasilkan pada pembuatan pulp baik yang berupa padat, cair maupun gas, yang masih bersifat racun atau berbahaya bagi kehidupan sebaiknya diolah kembali sebelum dibuang kelingkungan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Buku Manual Training Digester Plant. Porsea: PT. Toba Pulp Lestari Anonim. 2002. Buku manual Training Pulp Machine Plant. Porsea : PT. Toba Pulp Lestari.

Dumanauw, J. F. 1990. Mengenal Kayu. Yogyakarta: Penerbit Kanisium

Fengel, D. dan Wegener, G. 1995. Kimia kayu, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Cetakan I. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Haygreen, J. G. dan Bowyer, J. L. 1986. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sirait, S. 2003. Module Bleaching. Porsea : PT. Toba Pulp Lestari.

Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu, Dasar-Dasar dan Penggunaan. Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Sulphidity terhadap Kappa Number pada Proses Pemasakan Chip di Unit Digester Pt. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

9 78 53

Penentuan Jumlah Cairan Pemasak Terhadap Tingkat Kematangan Chip Optimum pada Proses Pemasakan di Unit Digester PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea

7 63 60

Pengaruh Temperatur dan Waktu (H-faktor) Terhadap Bilangan Kappa dan Viskositas pada Proses Pemasakan di Unit Digester PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

23 64 55

Pengaruh Penambahan NaOH di Dalam White Liquor Terhadap Bilangan Kappa dan Viskositas pada Pemasakan di Unit Digester PT. Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

5 76 58

Pengaruh Jumlah Pemakaian Cairan Pemasak Terhadap Bilangan Kappa Pada Proses Pemasakan Di Digester Unit Fiber Line PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

20 109 54

Pengaruh Pemakaian White Liquor ( Lindi Putih ) Terhadap Eukaliptus Dan Pinus Merkusi Pada Unit Digester Pt.Toba Pulp Lestari, Tbk – Porsea

1 46 51

Pengaruh Konsentrasi Alkali Aktif Di Dalam White Liquor Terhadap Bilangan Kappa Pada Unit Digester Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

5 88 59

Penentuan Kadar Total Aktif Alkali Didalam White Liquor Pada Proses Recausticizing Di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk

16 61 39

Pengaruh Perbandingan Cairan Pemasak Dengan Chip Terhadap Proses Pemasakan Chip di Digester Plant PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

1 1 12

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU (H-FAKTOR) TERHADAP BILANGAN KAPPA DAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMASAKAN DI UNIT DIGESTER PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA KARYA ILMIAH YOHANA LAMRIA SITANGGANG 112401100

0 1 12