Jenis Penelitian Metode Penelitian

11 Para peserta yang mengenakan pakaian adat madya secara bergiliran dipertemukan dengan calon dari kelompok masing-masing untuk saling tarik dan berciuman. 9

1.3 Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang digunakan peneliti sebagai pedoman dalam melakukan penelitian dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pengumpulan data:

1.3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka- angka. Metodologi kualitatif, berusaha memahami fact yang ada di balik kenyataan, yang dapat diamati atau diindra secara langsung, atau istilahnya biasa disebut verstehen. Sehubungan dengan metodologi kualitatif, Denzin dan Lincoln mengemukakan bahwa Qualitative research is a field of inquiry in it’s right. It crosscuts disciplines, fields, and subject matter 1994:1. Pernyataan tersebut memberikan gambaran bahwa penelitian kualitatif sebagai medan penemuan pemahaman merupakan kegiatan yang tersusun atas sejumlah wawasan, 9 Munggah, I Made. 2008. Med-medan Tradisi Unik dari Sesetan. Denpasar : PT Offset BP 12 disiplin, maupun wawasan filosofis sejalan dengan kompleksitas pokok permasalahan yang digarap. 10 Berdasarkan karakteristik yang telah dibaca dan dipahami dari kedua metode penelitian yakni kualitatif dan kuantitatif, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan atau metode kualitatif cenderung lebih tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Dalam menggunakan metode atau pendekatan tersebut diharapkan dapat mendeskripsikan segala sesuatu hal yang terjadi di lapangan berkaitan dengan Budaya Omed-omedan Sebagai Identitas Sosial Masyarakat Desa Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Pada penelitian ini sejalan dengan kompleksitas permasalahan yang digarap, dalam metodologi penelitian kualitatif juga terdapat sejumlah paradigma, yang akan memberikan peluang kepada peneliti untuk melakukan rekonstruksi ulang ataupun penggabungan karena penggunaan metodelogi kualitatif berkaitan dengan penyusunan tindak kreatif dan tidak mengandaikan adanya sebuah paradigma dan sebuah metode yang siap pakai. Pendekatan penelitian ini menggunakan etnometodologi, karena dalam pendekatan ini akan memahami visi dan esensi pandangan budaya suatu masyarakat, secara kelompok dan individual. 11 10 Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 13 Etnometodologi adalah penelitian empirik mengenai metode-metode yang digunakan individu untuk memaknai dan sekaligus melaksanakan kegiatan sehari-harinya: berkomunikasi, mengambil keputusan, dan penalaran. Etnometodologi adalah studi tentang kehidupan sehar-hari baik yang umum, biasa atau alamiah, karena mereka berpandangan bahwa sosiologi itu sendiri harus dianggap sebagai suatu kegiatan praktik. 12 Etnometodologi mempunyai pengertian sekumpulan pengetahuan berdasarkan akal sehat dan rangkaian prosedur serta pertimbangan metode yang mana masyarakat biasa dapat memahami, mencari tahu, dan bertindak berdasarkan situasi dimana mereka menemukan jati diri. Penelitian etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan kata atas hidup mereka sendiri. 13 Beberapa konsep penting dalam etnometodologi: 1. Indeksikalitas indexicalite Kehidupan sosial terbentuk melalui bahasa, tetapi bukan bahasa para ahli tata bahasa dan para linguis, melainkan bahasa kehidupan sehari-hari. Manusia saling bercakap, menerima perintah, menjawab pertanyaan, mengajar, menulis, berjualan, belanja, berbohong, menghadiri pertemuan semua menggunakan bahasa. 11 Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 12 Alain, coulon. Etnometodologi. 2008: 28 13 Ibid. hal 31 14 Indeksikalitas adalah ide yang menyatakan ungkapan bahasa umum. Misal: “itu”, “saya”, “anda” yang bermakna sesuai dengan konteksnya. Indeksikalitas menggambarkan ketidaklengkapan kata. Kata hanya bermakna lengkap dalam konteks pengungkapannya dan jika diindeksikan pada situasi pertukaran linguistik. Pemaknaan suatu kata atau suatu ungkapan berasal dari faktor kontekstual seperti biografi pengujar, niat seketika, hubungan yang khusus antara pengujar dan teman ujar, percakapan sebelumnya. 14 2. Refleksivitas reflexivite Refleksivitas menggambarkan praktik yang sekaligus juga merupakan suatu kerangka sosial sebagai suatu kondisi yang utama. Refleksivitas adalah suatu sifat khas kegiatan sosial yang mensyarakan kehadiran sesuatu yang dapat diamati dalam waktu yang bersamaan 15 . dalam kegiatan sehari-hari kita tidak sadar akan kenyataan bahwa ketika kita sedang berbicara pada waktu yang bersamaan kita membangun makna, tatanan dan rasionalitas yang sedang kita kerjakan pada saat itu. Penggambaran sosial menjadi unsur-unsur dari yang digambarkan. 14 Ibid, alain. Hal 32 15 Ibid, alain. Hal 42 15 3. accountability Penelitian etnometodologi menganalisis kegiatan-kegiatan keseharian para anggota sebagai metode yang menjadikan kegiatan- kegiatan tersebut terlihat rasional dan terlaporkan untuk semua tujuan praktik yakni dapat dideskripsikan accountable sebagai organisasi biasa kegiatan seari-hari. Dua sifat penting dari accountability adalah refleksif dan rasional. Refleksif: menekankan bahwa accountability adalah suatu unsur utama kegiatan tersebut. Sedangkan rasional: menekankan bahwa konsep tersebut secara metodik dihasilkan dalam situasi dan kegiatannya dapat dipahami dapat dideskripsi dan dievaluasi dengan aspek rasionalitasnya. 16 4. Member anggota Konsep anggota mengacu tidak pada keanggotaan sosial, tetapi pada penguasaan bahasa. “….. bahwa manusia, karena ia berbicara bahasa alamiah, boleh dikatakan terlibat dalam produksi dan peragaan objektif pengetahuan bersama dari kegiatan sehari-hari sebagai gejala- gejala yang dapat diamati dan diceritakan” Garfinkel: 1970. Singkatnya, anggota adalah kemampuan praktik yang sebagai kemampuan biasa, penting untuk memproduksi unsur fenomena tatanan sosial sehari-hari. 17 16 Ibid, alain. Hal 49 17 Ibid, alain. 16 5. Kategorisasi anggota Maksudnya adalah kategori linguistik dan kategori sosial yang merupakan bagian dari suatu koleksi 18 . Sebagai contoh: “the baby cried and the mommy picked it up” Kita faham bahwa yang dibicarakan adalah si anak tersebut adalah ibu dari si bayi dan bukan sembarang ibu yang kebetulan lewat di depan anak, walaupun tidak ada hubungan tata bahasa di dalam kalimat antara baby dan mommy. Mengapa bisa begitu, karena keduanya adalah kategori linguistik dan juga sosial. Jadi ditarik dalam kesimpulan bahwa penelitian etnometodologi memang sangat mempersilahkan objek yang berbicara, dalam arti kata situasi atau realitas sosial dibebaskan untuk berbicara tentang dirinya sendiri dan tugas bagi peneliti cukup menyimak dan melukiskan apa yang terjadi. Wawancara jamak digunakan sebagai cara memperoleh data dalam penelitian kualitatif. Wawancara dinilai mampu menggali opini dan informasi yang bisa dijadikan asumsi kebenaran suatu realitas. Opini dari narasumber diyakini adalah pengakuan jujur atas alam pikiran yang dijadikan sebagai motif dari tindakan-tindakan sosial individu. Akan tetapi, wawancara dalam penelitian etnometodologi dimengerti dalam makna yang berbeda, wawancara formal penting sebagai cara memperoleh data. Namun, tidak bias dijadikan sebagai sumber utama. Data bukan hanya hasil jawaban narasumber terhadap 18 I bid alain. Hal 53 17 pertanyaan yang diajukan pewawancara namun proses wawancara itu sendiri merupakan sebuah data yang harus dianalisa pula. Fokus kajian dari Etnometodologi bukan hanya “orang” sebagai kediriannya yang tunggal namun sebagai anggota atau bagian dari sebuah struktur luaran yang lebih luas, misalkan masyarakat ataupun komunitas. Sehingga wawancara bukan hanya untuk mengetahui jawaban-jawaban terhadap pertanyaan namun aturan atau struktur yang membuat individu atau orang tersebut memproduksi tindakan-tindakan atau jawaban tersebut. 19 Tahap penelitian etnometodologi: 1. observasi 2. merekam percakapan dengan prinsip speaker-hearer 3. interview 4. mentranskip semua hasil rekaman percakapan dan hasil interview 5. reduksi dan kategorisasi data 6. menarik kesimpulan 19 Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln. Handbook Of Qualitative Research Terj: Dariyanto dkk Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999 18

1.3.2 Lokasi Penelitian

Dokumen yang terkait

PROSES KOMUNIKASI KELIAN ADAT BANJAR KAJA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA MED-MEDAN DI SESETAN DENPASAR-BALI Studi Pada Kelian Adat Banjar Kaja Kelurahan Sesetan Denpasar Selatan

0 16 38

Peluang Bekerja dan Berusaha Bagi Suki Bali dan Migran Lapisan Bawah di Desa yang Sedang Mengalami Proses Urbanisasi (Kasus Banjar Pembungan, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denapsar Selatan, Kotamadya Denpasar, Provinsi Bali)

0 9 127

ARSITEKTUR ‘BALE BANJAR’ ADAT SEBAGAI REPRESENTASI ARSITEKTUR PERTAHANAN MASYARAKAT DENPASAR DI BALI.

0 6 10

Gamelan Palegongan di Banjar Binoh Kaja Denpasar Utara

0 0 4

Analisis Komparatif Dampak Pertumbuhan P

0 0 9

TRADISI OMED-OMEDAN SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI TERUNA-TERUNI BANJAR KAJA DALAM RANGKAIAN HARI RAYA NYEPI DI KELURAHAN DENPASAR SELATAN

0 0 11

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGl\, PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN EFlKASI DIRI DENGAN KONFORMITAS PADA REMAJA AKHIR DI BANJAR KAJA KELURAHAN SESETAN KECAMATAN DENPASAR SELATAN

0 0 17

BABI PENDAHULUAN - Hubungan antara persepsi dukungan sosial keluarga, persepsi dukungan sosial teman sebaya dan efikasi diri dengan konformitas pada remaja akhir di Banjar Kaja Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan - Widya Mandala Catholic Universi

0 0 10

Hubungan antara persepsi dukungan sosial keluarga, persepsi dukungan sosial teman sebaya dan efikasi diri dengan konformitas pada remaja akhir di Banjar Kaja Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan - Widya Mandala Catholic University Surabaya Reposit

0 0 16

Hubungan antara persepsi dukungan sosial keluarga, persepsi dukungan sosial teman sebaya dan efikasi diri dengan konformitas pada remaja akhir di Banjar Kaja Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan - Widya Mandala Catholic University Surabaya Reposit

0 0 45