Fungsi Bagas Godang Fungsi Sopo Godang

Wuri Handayani Simamora : Mandailing Natal Chiki No Kasutamu Hausu, 2009. 2. Sopo Godang 1. Bagas Godang Bagas Godang adalah banguan yang memiliki bentuk empat persegi panjang yang memiliki atap seperti atap pedati yang terbuat dari ijuk, itu disebabkan karena wilayah di daerah Mandailing Natal ini khususnya daerah Sibinggor pada umumnya dekat dengan kawah gunung Sorik Merapi yang banyak mengandung belerang. Sehingga jika mereka memakai atap yang terbuat dari seng maka atanya akan cepat berkarat. Selain itu Bagas Gdang adalah rmah tinggi yang memiliki kolong, dan memiliki 7-9 anak tangga. 2. Sopo Godang Sopo Godang adalah sebuah bangunan yang bentuknya empat persegi panjang menyerupai bentuk Bagas Godang tapi lebih kecil, terbuka dan tidak memilki dinding, sedangkan tingginya lebih rendah dari Bagas Godang. Terletak di depan Bagas Godang. Dari segi fungsi bangunan, masing-masing jenis bangunan memiliki fungsi sendiri-sendiri tetapi saling berhubungan artinya tidak lepas dari makna simbolik sebagai rumah adat.

3.3 Fungsi Bangunan daearah adat Mandailing Natal

Rumah adat Mandailing Natal memiliki arsitektur yang sangat khas. Karena itu dilihat dari fungsi bangunannya, memiliki fungsi masing-masing tetapi masih saling berhubungan seperti :

1. Fungsi Bagas Godang

Wuri Handayani Simamora : Mandailing Natal Chiki No Kasutamu Hausu, 2009. Bagas Godang memiliki fungsi sebagai bangunan yang diadatkan oleh masyarakat yang beradabertempat tinggal di satu kampung marga. Yang artinya bahwa kampung tersebut telah memiliki satu kesatuan adat istiadat yang dilengkapi oleh orang-orang yang di tuakan namora natoras, keluarga semarga kahanggi, keluarga pihak menantu anak boru, dan raja adat. Disamping itu, bangunan adat juga berfungsi sebagai tempat berkumpul dalam kerja adat, tempat perlindungan bagi setiap anggota masyarakat yang mendapat gangguan bahaya dari luar. Bagas Godang memiliki struktur bangunan yang sangat khas yaitu memiliki empat persegi panjang memakai atap seperti atap pedati yang disebut “tarup”. Rumah tinggi pakai kolong dan memilki 7 atau 9 anak tangga, memiliki pintu depan yang sangat lebar dan mengeluarkan bunyi yang sangat keren apabila dibuka seperti Gajah yang mengaum. Diatas pintu utama ada ornament matahari yang sedang bersinar. Ini merupakan symbol kekuatan, penerangan, sumber kehidupan. Menurut bentuk dan strukturnya menyikapi perilaku alam lingkungan. Atap di atas tangga memiliki bentuk segitiga dengan hiasan ornament yang mempunyai arti yang hanya dapat dibaca oleh orang arif. Tetapi badan bangunan Bagas Godang tidak beda dengan bangunan biasanya yaitu memiliki ruang depan, ruang tengah, ruang tidur dan dapur.

2. Fungsi Sopo Godang

Wuri Handayani Simamora : Mandailing Natal Chiki No Kasutamu Hausu, 2009. Fungsi dari Sopo Godang adalh sebagai tempat penyimpanan benda-benda atau alat- alat kesenian seperti Gordang Sambilan, Gendang ogung, tempat musyawarah adat, dan tempat memutuskan suatu masalah dalam adat atau hukum. Dan di samping itu juga berfungsi sebagai tempat tamu luar yang akan bermalam, tempat acara kesenian atau tortor. Bangunan Sopo Godang ini biasanya berada di depan bangunan Bagas Godang. Sopo Godang ini juga disebut “Sopo Siorancang Magodang” karena gedung ini adalah tempat orang memperolah perlindungan yang aman. Itulah sebabnyapenduduk Mandailing Natal tumbuh menjadi penganut demokrasi sejati, karena semua yang diputuskan raja harus melalui musyawarah mufakat. Hali ini digambarkan pada ornament berbentuk segitiga yang disebut “bindu” yang merupakan lambing dari dalihan na tolu yang dapat dilihat pada atap Sopo Godang bagian depan. Bila Sopo Godang telah berdiri, maka raja wajib memotong kerbau untuk meresmikan yang disebut “Mambongkot Sopo Godang”. Sopo Godang adalah lambing demokrasi yang perlu dipertahankan. Selama Sopo Godang berdiri kokoh dan keputusan- keputusannya dipatuhi rakyat, masyarakat akan aman, tentram dan sejahtera karena tatanan masyarakat tetap terpelihara dengan baik. Jika Sopo Godang rubuh baik fisik maupun fungsinya maka sejak itulah masyarakat Mandailing Natal mulai tidak teratur. Aturan-aturan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang telah tertuang dalam hukum adat daerah Mandailing Natal berangsung- angsur pudar dan lama kelamaan akan hilang ditelan masa. Wuri Handayani Simamora : Mandailing Natal Chiki No Kasutamu Hausu, 2009. Dari kesimpulan diatas maka kita dapat memperhatikan perbedaan antara dua jenis rumah adat tersebut Bagas Godang memiliki ukuran yang lebih besar dan indah, serta memiliki variasi bangunan yang dilengkapi ruang-ruang dan dapur. Sedangkan bangunan Sopo Godang memiliki bentuk dan struktur bangunan yang lenih kecil dan sederhana. Kadang-kadang tidak semua badan bangunan dittutupi oleh dinding kecuali ruang penyimpanan alat-alat kesenian. Bukan hanya perbedaan yang dapat kita temukan tetapi persamaan juga dapat kita temukan pada bangunan Bagas Godang dan Sopo Godang. Persamaannya dapat kita temukan dibagian pola bentuk atapnya serta penerapan maupun penggunaan ornament. Wuri Handayani Simamora : Mandailing Natal Chiki No Kasutamu Hausu, 2009. BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan