Wuri Handayani Simamora : Mandailing Natal Chiki No Kasutamu Hausu, 2009.
Selain itu kabupaten Mandailing Natal ini juga memiliki enam sungai besar yang bermuara ke Samudera India diantaranya : Sungai Batang Gadis 137,5 km, yang sekarang
digunakan sebagai PLTA. Sungai Siulangaling 46,8 km, Parlampungan 38,72 km, Tabuyung 33,46 km, Batahang 27,91 km, dan Sungai Kunkun 27,26 km. keberadaan
sungai-sungai itu membuktikan bahwa daerah kabupaten Mandailing Natal adalah daerah subur dan menjadi lumbung pangan bagi daerah wilayah sekitarnya.
2.2 Kepercayaan
Orang Mandailing Natal hampir 80 penganut agama islam dan 20 lainnya penganut agama Kristen, Hindu, dan Budha. Oleh karena itu agama Islam sangat besar
pengaruhnya dalam pelaksaan upacara adat. Bahkan dalam upacara-upacara kematian dan hokum waris sebahagian besar diantara mereka hanya memakai hukum islam.
Di Mandailing Natal ada falsafah yang menyebutkan Hombar do adat dohot ibadat
yang artinya adat dan ibadah tidak dapat dipisahkan, adat tidak boleh bertentangan dengan agama islam. Jika dalam upacara adat ada hal-hal yang mengganggu dengan
pelaksaan agama, adat itu harus dikesampingkan. Boleh dikatakan juga hukum adat Mandailing Natal adalah hukum adat yang telah
menyesuaikan diri dengan hukum islam. Karena itu ketika berjalan di jalan pinggir kota Mandailing Natal ini kita akan menjumpai banyak bangunan-bangunan mesjid yang megah
dan berdiri kokoh yang terdapat di pinggir-pinggir jalan menuju Mandailing Natal ini.
Wuri Handayani Simamora : Mandailing Natal Chiki No Kasutamu Hausu, 2009.
Selain itu juga di kabupaten Mandailing Natal ini juga akan kita dapatkan dua pesantren terkenal yang ada di sana yaitu Pesantren Modern Jalan Lidang dan Purba Baru.
Kedua pesantren ini juga mempunya keunikan-keunikan tersendiri seperti Purba Baru, kita akan menemukan beberapa pondok kecil yang digunakan sebagai tempat tinggal santri laki-
laki yang berjejer di pinggir jalan Mandailing Natal.
1.3 Mata Pencaharian
Sesuai dengan keadaan alamnya mata pencaharian masyarakat Mandailing Natal ini adalah bertani dan berkebun sesuai dengan alamnya yang bergunung-gunung. Dan adanya
Perkebunan Rakyat, Perkebunan Karet, Perkebunan Kulit Manis dan di tambah dengan Perkebunan Coklat dan cengkeh.
Selain itu masyarakat Madina ini juga mempunyai mata pencaharian sebagai Pendulang Emas yang berada di aliran Sungai Batang Gadis yang sekarang sudah dijadikan sebagai
Taman Nasional Batang Gadis. Taman Nasional Batang Gadis ini merupakan salah satu sungai yang terkenal di
daerah ini. Karena adanya Taman Nasional ini mereka sangat tergantung dengan ketersediaan air dan keseimbangan alam agar lahan pertanian mereka bisa menghasilkan
lahan yang optimal.
Wuri Handayani Simamora : Mandailing Natal Chiki No Kasutamu Hausu, 2009.
1.1 Penduduk