PERKEMBANGAN TAREKAT DI MANDAILING NATAL
PERKEMBANGAN TAREKAT DI MANDAILING NATAL
A. Pendahuluan
Menjelang penghujung abad XIII, ketika tasawuf menjadi corak
pemikiran yang dominan di dunia Islam, dan tarekat sedang berada di puncak
kejayaannya, proses islamisasi di Indonesia mulai menampakkan hasilnya
secara budaya dan politik.1 Dalam proses islamisasi tersebut peranan para sufi
sangat besar. Jika sebelumnya, ketika dilakukan oleh para pendakwah dan
pedagang, islamisasi belum bisa menembus entitas politik dan kekuasaan,
islamisasi hanya berkisar pada islamisasi masyarakat dan budaya saja.
Namun, ketika proses itu melibatkan sejumlah para sufi dengan pendekatan
sufistik (mistik), mereka mampu mengislamkan para raja di Indonesia,
kemudian diikuti oleh rakyatnya. Proses ini kemudian dilanjutkan oleh para
ulama Nusantara yang belajar di pusat- pusat peradaban Islam, khususnya di
Makkah, Madinah, dan Mesir. Mereka masuk dalam jaringan ulama Dunia
Islam, yang peran sebagian mereka tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di
wilayah lainnya. Para ulama Nusantara di Haramayn, setelah menuntut ilmu
beberapa waktu sebagian mereka kembali ke tanah air, namun tidak sedikit
pula yang bermukim di Haramayn.2
Pengabdian dan perjuangan mereka diwujudkan dengan membentuk
berbagai lembaga keagamaan, sebagai wadah dan sarana pembinaan dan
praktik keagamaan. Kemudian muncul pusat-pusat pendidikan dan praktikpraktik keagamaan, seperti madrasah, pesantren, tarekat dan persulukan, yang
sampai sekarang sebagiannya masih tetap eksis dalam masyarakat. Dalam
pembahasan ini, akan dibatasi kajian hanya pada perkembangan tarekat di
1 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan,
1996), hlm.15.
2 Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana & Kekuasaan (Jakarta:
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.
1
Mandailing Natal saja, jenis tarekat apa saja yang ada di Mandailing Natal,
serta siapa saja gurunya.
B. Pembahasan
1. Pengertian Tarekat
Kata tarekat berasal dari bahasa Arab yaitu “thariqah” yang berarti
jalan, keadaaan, aliran atu garis pada sesuatu. Tarekat adalah “jalan” yang
ditempuh para sufi, dapat pula digambarkan jalan yang berpangkal dari
syari’at sebab jalan utamanya syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq.
Ini menunjukkan bahwa menurut tanggapan para sufi, pendidikan mistik
merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum Ilahi, tempat
berpijak bagi setiap muslim. Tak mungkin ada anak jalan bila tidak ada
jalan utama tempat berpangkal. Pengalaman mistik tak mungkin didapat
bila perintah syari’at yang mengikat itu tidak ditaati.3
Menurut Harun nasution, tarekat berasal dari kata thariqah, yang
artiny jalan yang harus ditempuh oleh sesorang sufi agar ia berada sedekat
mungkin dengan Allah. Tariqah kemudian mengandung orgnanisasi
(tarekat). tiap tariqat mempunyai syaikh, upacara ritual, dan bentuk zikir
sendiri. Sejalan dengan ini, Martin Van Bruinessen manyatakan istilah
“tarekat” paling tidak dipakai untuk dua hal yang secara konseptual
berbeda. Maknanya yang asli merupakan panduan yang khas dari doktrin,
metode, dan ritual. Akan tetapi, istilah ini serung dipakai untuk mengacu
pada organisasi yang menyatukan pengikut-pengikut “jalan” tertentu. Di
Timur Tengah, istilah “ta’rifat” terkadang lebih disukai untuk organisasi,
sehingga lebih mudah untuk membedakan antara yang satu dan yang lain.
Akan tetapi, di Indonesia kata tarekat mengacu pada keduanya.4
Adapun tarekat menurut ulama shufi Shaikh Muhammad Amin alKurdi al-Irbili al-Syafi’I al-Naqsabandi dalam kitab Tanwir al-Qulub
adalah:
3 Anne Marie, Dimensi Mistik Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986), hlm. 101.
4 Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm. 170.
2
“tarekat
adalah
beramal
dengan
syari’at
denagn
mengambil/memilih yang azimah (berat) daripada yang rukh’ah (ringan):
menjauhkan diri dari semua larangan syariat lahir dan batin ,
melaksanakan semua perintah Allah swt semampunya , menunggalkan
semua larangan-Nya baik yang haram, makruh atau mubah yang sia-sia,
melaksanakan semua ibadah fardlu dan sunah, yang semuanya ini di
bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru/ syaikh/ mursyid
yang arif yang telah mencapai maqamnya (layak menjadi seorang shaykh/
murshid).
Dari defenisis tentang mistik, ataupun pokok-pokok ajaran tasawuf
yang diungkapkan oleh Rabi’ah al-‘Adawiyah dan al-Ghazali bahwa
tujuan utama yang menjdi pusat ideal orang-orang yang menjalankan laku
mistik atau tasawuf adalah mendapatkan penghayatan ma’rifat langsung
pada zat Allah atau zat mutlak. Para sufi lebih sering menamakan Zat
Allah sebagai a-haqq atau Haqiqah Zat Yang Nyata (the Reality). Yakni
realitas Mutlak yang bias dihayatinya. Hanya saja mata manusia menurut
al-Ghazali tidak akan bias menangkap cahaya Tuhan lantaran terlalu
terang. Maka yang bia menangkap dan menghayati Zat Tuhan dan alam
gaib adalah kalbu (mata hati), yakni jiwa manusia. Dengan demikikian
yang menjadi pusat dalam ajaran tasawuf adalah penghayatan kasyaf.
Yaitu penghayatan ecstasy atau istilah tasawufnya fana’ dan ma’rifat.
Yakni berarti kajiwaan. Oleh karena itu jalan yang harus ditempuhnya
adalah meditasi konsentrasi di dalam zikir pada Allah. Dalam tasawuf
manuju Tuhan ini dinamakan dengan tarekat. Yang dalam bahasa
Inggrisnya dinamakan the path , menurut . R.A. Nicholson
Miystic of every race and creed have described the progress of the
spiritual life as a journey or a pilgrimage. Other symbols have been used
fir the same purpose, but this one appears to be almost universal in this
range. The sufi who sets out to seek God calls himself a ‘traveller’ (salik):
3
he advances by slow ‘stages’ (maqamat) along a ‘path’ (tariqat) to the
goal of union with Reality (fana’ fi’l-Haqq). 5
2. Sejarah Perkembangan Tarekat Di Indonesia
Ditinjau dari historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula
timbul sebagai suatu lembaga sulit diketahui dengan pasti. Namun Harun
Nasution menyatakan bahwa setelah Al- Ghazali menghalalkan tasawuf
yang sebelumnya dikatakan sesat, tasawuf berkembang di dunia Islam,
tetapi perkembangannya melalui tarekat. tarekat adalah organisasi dari
pengikut sufi-sufi besar yang bertujuan untuk melestarikan ajaran-ajaran
tasawuf gurunya. Tarekat ini memakai suatu tempat pusat kegitan yang
disebut ribat (disebut juga zawiyah, hangkah atau pekir). Ini merupakan
tempat para murid berkumpul melestarikan ajaran tasawufnya, ajaran
tasawuf walinya, dan ajaran tasawuf syaikhnya.6
Organisasi serupa mulai timbul pada abad XII M, tetapi belum
baru tampak perkembangannya pada abad berikutnya. Disamping untuk
pria, ada juga tarekat untuk wanita, tetapi tidak berkembang dengan baik
seperti pada pria.7 Pada awal kemunculannnya, tarekat berkembang dari
dua daerah, yaitu Khurasan (Iran) dan Mesopotamia (Irak).
Berbicara tentang perkembangan tarekat di Indonesia tentu tidak
akan bisa lepas dari agama Islam berasal. Islam berasal dari jazirah Arab
dibawa oleh Rasulullah, kemudian diteruskan masa Khulafa ar-Rasyidin
5Simuh, Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam Islam (Jakarta: Grafindo Media Persada,
2002), hlm.39-40.
6 Harun Nasution, Perkembangan Ilmu Tasawuf di Dunia Islam, (Jakarta: Depag, 1986), hlm
24.
7Ibid.
4
ini mengalami perkembangan yang pesat. Penyebarluasan Islam ini
bergerak ke seluruh penjuru dunia. Islam datang membawa rahmat bagi
seluruh umat manusia.8 Sebenarnya membicarakan tarekat, tentu tidak bisa
terlepas dengan tasawuf karena pada dasarnya Tarekat itu sendiri bagian
dari tasawuf. Di dunia Islam tasawuf telah menjadi kegiatan kajian
keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Landasan
tasawuf yang terdiri dari ajaran nilai, moral dan etika, kebajikan, kearifan,
keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu kehkusyuan telah terpancang
kokoh. Sebelum ilmu tasawuf ini membuka pengaruh mistis keyakinan
dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling keterpengaruhan dengan
berbagai kepercayaan atau mistis lainya. Sehingga kajian tasawuf dan
tarekat tidak bisa dipisahkan dengan kajian terhadap pelaksananya di
lapangan.
Dalam hal ini praktek ubudiyah dan muamalah dalam tarekat
walaupun sebenarnya kegiatan tarekat sebagai sebuah institusi lahir
belasan abad sesudah adanya contoh kongkrit pendekatan kepada Allah
yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. kemudian diteruskan
oleh sahabat-sahabatnya, tabiin, lalu tabi’it taabiin dan seterusnya sampai
kepada Auliyaullah, dan sampai sekarang ini. Garis yang menyambung
sejak nabi hingga sampai Syaikh tarekat yang hidup saat ini yang
lazimnya dikenal dengan Silsilah tarekat. Tumbuhnya tarekat dalam Islam
sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama Islam, yaitu ketika nabi
Muhammad SAW diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah menunjukkan
bahwa pribadi nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi Rasul
telah berulang kali bertakhannus atau berkhalwat di gua Hira. Disamping
itu untuk mengasingkan diri dari masyarakat Mekkah yang sedang mabuk
8mashajirismail” Sejarah Perkembangan Tariqat di Indonesia” http://www.alaziziyah.com/opini/64-pendidkan/100-thariqah-mutabarah.html diakses pada 25 April 2016.
5
mengikuti hawa nafsu keduniaan. Takhannus dan khlalwat Nabi adalah
untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh
problematika dunia yang kompleks. Proses khalwat yang dilakukan nabi
tersebut dikenal dengan tarekat. Kemudian diajarkan kepada sayyidina Ali
RA. dan dari situlah kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan
sahabat-sahabatnya sampai akhirnya sampai kepada Syaikh Abd Qadir
Djailani, yang dikelal sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah.9
Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali mengatakan
bahwa : Tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para
penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/ maqamat.
Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, Pertama ia berarti
metode
pemberian
bimbingan
spiritual
kepada
individu
dalam
mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua,
tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brother hood) yang ditandai
dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: system
kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti
khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau
qutub.
Kekurangan informasi yang bersumber dari fakta peninggalan
agama Islam. Para kiai dan ulama kurang dan bahkan dapat dikatakan
tidak memiliki pengertian perlunya penulisan sejarah. 10 Tidaklah
mengherankan bila hal ini menjadi salah satu sebab sulitnya menemukan
fakta tentang masa lampau Islam di Indonesia. Islam di Indonesia tidak
9Mashajirismail” Sejarah Perkembangan Tariqat di Indonesia” http://www.alaziziyah.com/opini/64-pendidkan/100-thariqah-mutabarah.html diakses pada 25 April 2016.
10 Ahmad Mansur Suryanegara,Menemukan Sejarah Rencana Pergerakan Islam di
Indonesia,Mizan Cet IV, 1998 hlm 73.
6
sepenuhnya seperti yang digariskan Al-Qur’an dan Sunnah saja, pendapat
ini didasarkan pada kenyataan bahwa kitab-kitab Fiqih itu dijadikan
referensi dalam memahami ajaran Islam di perbagai pesantren, bahkan
dijadikan rujukan oleh para hakim dalam memutuskan perkara di
pengadilan pengadilan agama.11
Islam di Asia Tenggara mengalami tiga tahap : Pertama, Islam
disebarkan oleh para pedagang yang berasal dari Arab, India, dan Persia
disekitar pelabuhan (Terbatas). Kedua : datang dan berkuasanya Belanda
di Indonesia, Inggris di semenanjung Malaya, dan Spanyol di Fhilipina,
sampai abad XIX M; Ketiga : Tahap liberalisasi kebijakan pemerintah
Kolonial, terutama Belanda di Indonesia.12 Indonesia yang terletak di
antara dua benua dan dua samudra, yang memungkinkan terjadinya
perubahan sejarah yang sangat cepat. Keterbukaan menjadikan pengaruh
luar tidak dapat dihindari. Pengaruh yang diserap dan kemudian
disesuaikan dengan budaya yang dimilikinyam, maka lahirlah dalam
bentuk baru yang khas Indonesia. Misalnya : Lahirnya tarekat Qadiriyah
Wa Naqsabandiyah, dua tarekat yang disatukan oleh Syaikh Ahmad
Khatib As-Sambasy dari berbagai pengaruh budaya yang mencoba
memasuki relung hati bangsa Indonesia, kiranya Islam sebagai agama
wahyu berhasil memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam
berhasil tetap eksis di tengah keberadaan dan dapat dijadikan symbol
kesatuan. Berbagai agama lainnya hanya mendapatkan tempat disebagian
kecil rakyat Indonesia. Keberadaan Islam di hati rakyat Indonesia
11 Ajid Thohir Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam Jakarta:Rajawali Press,
Cet I 2004hal 292.
12Azyumardi Azra, Islam di Asia Tenggara : Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi
Azra(Peny), Perpektif Islam diAsia Tenggara, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1989.hlm XIV , Lihat
Juga Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam”, Bandung:Pustakla Bani Quraisy, Cet II,1995, hlm 222
7
dihantarkan dengan penuh kelembutan oleh para sufi melalui kelembagaan
tarekatnya, yang diterima oleh rakyat sebagai ajaran baru yang sejalan
dengan tuntutan nuraninya.13
3. Perkembangan Tarekat di Mandailing Natal
Perkembangan tarekat di Mandailing Natal tidak terlepas dari
perkembangan dan penyebaran Islam di Mandailing Natal. Mandailing
Natal dijuluki sebagai “serambi Mekkah” didasarkan banyaknya ulama
besar di Mandailing Natal yang telah melakukan dakwah agama Islam.
Banyak ulama-ulama di Mandailing Natal yang memiliki prestasi luar
biasa dalam bidang pengembangan dan pengamalan ajaran islam.
Beberapa di antara ulama Mandailing ada yang berkiprah di Semenanjung
Malasyia dan tanah suci Mekah al Mukarromah. Dalam makalah ini
penulis akan menguraikan tentang sejarah Mandailing Natal, latar
belakang dan sejarah masuknya islam di Mandailing Natal, proses
penyebaran islam, bukti-bukti peninggalan agama Islam serta para ulamaulama yang berperan dalam penyebaran agama islam di Mandailing Natal.
Jika kita menoleh ke masa lalu Madina, ada baiknya kita mulai
dari
tahun 1365, karena pada tahun itu Mpu Prapanca, sejarawan
Majapahit, selesai menulis satu karya sejarah yang secara gambling
menyebutkan keberadaan Mandailing sebagai bagian yang penting di
Nusantara. Karya sejarah itu adalah Negarakertagama. Hal ini
menunjukkan bahwa Mandailing telah lama dikenal oleh dunia luar.
Prof.Muhammad Yamin, S.H. didalam bukunya Naskah Persiapan
Undang-Undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa seluruh wilayah yang
disebutkan oleh Mpu Prapanca di dalam Negarakertagama adalah wilayah
Tumpah Darah Nusantara/Indonesia.
13 Ahmad Mansyur. Op., Cit. hlm 157.
8
Mandailing adalah nama sebuah wilayah terletak di bagian paling
selatan dan bagian barat wilayah propinsi Sumatera Utara, berbatasan
sengan propinsi Sumatera Barat. Mandailing terletak 00 13’30”-01 20’24’’
lintang utara dan 98 50’30’’-99 57’19’’ bujur timur dengan batas wilayah:
sebelah utara barbatasan daerah kabupaten Tapanuli selatan (kecamatan
Batang Angkola, Barumun, Padang sidimpuan Barat, Sosopan, dan
Kecamatan Siais). Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanili
selatan (kecamatan Sosa) dan Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera
Barat. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten pasaman Peropisnsi
Sumatera Barat dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Batang
Natal dan Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal (Madina).14
Sebelum wilayah Mandailing menjadi kabupaten 1998, masih
termasuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Berdirinya
Kabupaten Mandailing Natal dan terpisah dari Kabupaten sebelumnya
merupakan perjuangan yang panjang dilakukan oleh bangsa (suku)
Mandailing sejak masa Kolonial Belanda. Perjuangan ini dimulai dari
keinginan adanya suatu pemerintahan tersendiri yang mencerminkan
identitas social, budaya, dan politik serta agama yang di anut oleh suku
bangsa Mandailing. Jika dilihat pada latar sejarah, bahwa sekitar Sembilan
abad yang lalu telah muncul nama Mandailing dan telah dikenal oleh
dunia luar. Pada zaman Majapahit, daerah ini telah di kenal sebagai bagian
dari Nusantara. Hal ini terungkap pada syair ke-13 Ztanza pertama di
dalam buku Negarakartagama karya pujangga Majapahit Mpu Prapanca
yang terbit tahun 1395 (Harahap, 1997:25).
Kabupaten Madina merupakan daerah penyangga antara dua
komunitas yang berbeda sistem kekerabatannya, yaitu Batak Toba di
Tapanuli Utara yang menganut sistem patrilinealdan minangkabau yang
menganut sistem matrilineal di Sumatera Barat. Orang Batak Toba masih
14 S. Pulungan, Mandailing, 2008, http://wikipedia.org.pdf (on-line) di akses tanggal 25
Maret 2016 pukul 17.00 WIB.
9
kuat mengamalkan nilai-nilai budaya batak. Sedangkan Minangkabau di
Selatan,
memeluk
agama
islam
dan
memegang
teguh
tradisi
Minangkabau. Orang mandailing akulturasi budaya dari kedua komunitas
itu.15
Banyak pendapat yang berbeda seputar cikal sebutan nama Natal
bagi kota Natal yang kini terletak di pesisir Kabupaten Mandailing Natal
(Madina). Ada yang menyebut sebutan Natal kali pertama dituliskan oleh
bangsa Portugis yang datang ke Pantai Barat. Ada pula yang menyebut
kata Natal berasal dari ungkapan bahasa Mandailing: Nadatarida atau juga
ada yang menyebut ungkapan bahasa Minangkabau: Tanah nan Data(r).
Puti Balkis Alisjahbana (adik kandung Sutan Takdir Alisjahbana)
mengatakan kata Natal berasal dua ungkapan pendek masing-masing dari
bahasa mandailing dan Minangkabau. Ungkapan bahasa Mandailing
Natarida (yang terlihat) dari lereng Sorik Marapi. Menginagtkan kita
ketika orang Mandailing memandang dari kawasan lereng gunung sorik
marapi ke arah hamparan Natal. Sampai kini masih banyak orang
mandailing menyebut Natal dengan sebutan Nata r(Alisjahbana,1996:4244). Ungkapan bahasa Minangkabau ranah nan data(r) yang artinya
daerah yang datar (Alisjahbana,1996:43).
M. Joustra, tokoh Bataks Institut, juga menulis Natal dengan
sebutan Natar dalam tulisannya De toestanden in Tapanoeli en de
Regeeringscommissie (1917). Lebih tua dari itu adalah laporan perjalanan
dan penelitian Dr S Muler dan Dr L Horner di Mandailing tahun 1838.
mereka menggambarkan keadaan Air Bangis yang dikuasai Belanda sejak
tahun
1756
dan
Natar
yang
dikuasai
Inggris
1751-1756
(Muller,1855:63,84/Madina Madani,2004).
15Basyral Hamidy Harahap, Madina yang Madani, (Panyabungan: Pemerintah Kabupaten
Madina, 2004), hlm. 127.
10
Ungkapan bahasa Minangkabau ranah nan datar kemudian
menjadi Nata (r) yang artinya daerah pantai yang datar adalah salah satu
versi tentang asal-muasal nama Natal. (Alisjahbana, 1996:43)
a. Tarekat di Kabupaten Mandailing Natal
Tarekat di Mandailing Natal memang cukup banyak dimana di
Mandailing Natal terdapat berbagai tempat yakni diantaranya desa
Simaninggir, Saba Purba, Maga, Huta Godang, Huta Tinggi, dan lain
sebagainya. Akan tetapi perguruan tarekat tersebut yang masih aktif
hingga sekarang adalah di desa Simaninggir kecamatan Siabu, namun
untuk desa yang lain dengan alasan gurunya sudah meninggal jadi tidak
ada yang meneruskan tarekat tersebut. Untuk alasan yang lain juga yaitu
gurunya tidak ada karena gurunya di penjara karena kasus tindakan
asusila kepada anak yang dibawah umur, yakni tarekat yang ada di desa
Saba Purba. Untuk desa yang lainnya memiliki alas an yang sama yaitu
tidak ada lagi penerus gurunya setelah gurunya meninggal walaupun
anak guru tersebut masih hidup.
Berdasarkan perjalanan penulis dari desa Simaninggir merupakan
daerah yang terletak di kecamatan Siabu sekitar 200 meter dari pinggir
jalan, yang mana di desa Simaninggir ini terdapat dua tarekat yakni
tarekat naqsabandiyah dan tarekat Samman. Kedua tarekat ini pertama
kali dibawa oleh Syeh H. Bahauddin pada tahun 1930. Syeh ini berguru
ke Tolang. Setelah itu Syeh tersebut kemudian mengamalkan ilmu yang
dimilikinya pertama kepada istrinya yang bernama Tiambat anaknya
bernama Syeh Muktar, kemudian kepada masyarakat baik yang berada
bi desanya maupun dari desa lain yang datang untuk berguru.
Pada tahun 1984 Syeh tersebut wafat kemudian perguruan tarekat
tersebut dilanjutkan oleh anaknya Syeh Muktar yang masih lajang ,
11
kemudian tidak berapa lama setelah ayahnya menikah pada tahun 1985
Syeh Muktar menikah dengan seorang perempuan yang bernama
Shalehah, yang mana pada masa itu Shalehah masih berumur 22 tahun
kemudian istri dari Syeh tersebut pun mengikuti tarekat yang diajarkan
oleh suaminya. Tarekat yang mereka ajarkan sudah sekitar 31 tahun
adapun tarekat yang diajarkan itu tetap tarekat naqsabandiyah dan
tarekat samman.
Adapun murid dari kedua tarekat ini sekitar 100 orang , dimana
pelaksanaan kedua tarekat ini dilaksanakan pada bulan 10 hari dibulan
Sa’ban , 30 hari bulan Ramadhan , dan 10 hari dibulan Haji. Kemudian
untuk pelaksanaan tarekat naqsabandiyah lebih lama dari tarekat
sammanniyah.
Namun
untuk
muridnya
lebih
banyak
tarekat
naqsabandiyah. Tempat pelaksanaan tarekat ini di dalam ruangan yang
tertutup di rumah Syeh tersebut. Untuk muridnya terdiri dari laki-laki
dan perempuan dari berbagi tempat.
Tarekat Naqsabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahauddin AnNaqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari di Turkistan. Tarekat ini mempunyai
dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim di
berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di
Asia Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India.
Ciri menonjol Tarekat ini adalah : Pertama, mengikuti syariat secara
ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan
terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati.
Kedua, upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan
pemikiran golongan penguasa serta mendekati Negara pada agama.
Hingga tarekat inilah yang dipakai di desa Simaninggir.
Adapun ajaran yang ada di antaranya adalah:
12
1. “Huwasy Dardam” , yaitu pemeliharaan keluar masuknya nafas, supaya
hati tidak lupa kepada Allah SWT atau tetap hadirnya Allah SWT pada
waktu masuk dan keluarnya nafas. Setiap murid atau salik menarikkan dan
menghembuskan nafasnya, hendaklah selalu ingat atau hadir bersama
Allah di dalam hati sanubarinya. Ingat kepada Allah setiap keluar
masuknya nafas, berarti memudahkan jalan untuk dekat kepada Allah
SWT, dan sebaliknya lalai atau lupa mengingat Allah, berarti menghambat
jalan menuju kepada- Nya.
2. “Nazhar Barqadlam” yaitu setiap murid atau salik dalam iktikaf/suluk bila
berjalan harus menundukkan kepala, melihat ke arah kaki dan apabila dia
duduk dia melihat pada kedua tangannya. Dia tidak boleh memperluas
pandangannya ke kiri atau ke kanan, karena dikhawatirkan dapat membuat
hatinya bimbang atau terhambat untuk berzikir atau mengingat Allah
SWT. Nazhar Barqadlam ini lebih ditekankan lagi bagi pengamal tarikat
yang baru suluk, karena yang bersangkutan belum mampu memelihara
hatinya.
3. “Safar Darwathan” yaitu perpindahan dari sifat kemanusiaan yang kotor
dan rendah, kepada sifat-sifat kemalaikatan yang bersih dan suci lagi
utama. Karena itu wajiblah bagi si murid atau salik mengontrol hatinya,
agar dalam hatinya tidak ada rasa cinta kepada makhluk.
4. “Khalwat Daranjaman” yaitu setiap murid atau salik harus selalu
menghadirkan hati kepada Allah SWT dalam segala keadaan, baik waktu
sunyi maupun di tempat orang banyak. Dalam Tarikat Naqsyabandiyah
ada dua bentuk khalwat :
a. Berkhalwat lahir, yaitu orang yang melaksanakan suluk dengan
mengasingkan diri di tempat yang sunyi dari masyarakat ramai.
13
b.
Khalwat batin, yaitu hati sanubari si murid atau salik senantiasa
musyahadah, menyaksikan rahasia- rahasia kebesaran Allah
walaupun berada di tengah- tengah orang ramai.
5. “Ya Dakrad” yaitu selalu berkekalan zikir kepada Allah SWT, baik zikir
ismus zat (menyebut Allah, Allah,.), zikir nafi isbat (menyebut la ilaha
ilallah), sampai yang disebut dalam zikir itu hadir.
6. “Bar Kasyat” yaitu orang yang berzikir nafi isbat setelah melepaskan
nafasnya, kembali munajat kepada Allah dengan mengucapkan kalimat
yang mullia “Wahai Tuhan Allah, Engkaulah yang aku maksud (dalam
perjalanan rohaniku ini) dan keridlaan-Mulah yang aku tuntu”. Sehingga
terasa dalam kalbunya rahasia tauhid yang hakiki, dan semua makhluk ini
lenyap dari pemandangannya.
7. “Nakah Dasyat” yaitu setiap murid atau salik harus memelihara hatinya
dari kemasukan sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya,
walaupun hanya sebentar. Karena godaan yang mengganggu itu adalah
masalah yang besar, yang tidak boleh terjadi dalam ajaran dasar tarikat
ini..“Bad Dasyat” yaitu tawajuh atau pemusatan perhatian sepenuhnya
pada musyahadah, menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan
Allah SWT terhadap Nur Zat Ahadiyah (Cahaya Yang Maha Esa) tanpa
disertai dengan kata- kata. Keadaan “Bad Dasyat” ini baru dapat dicapai
oleh seorang murid atau salik, setelah dia mengalami fana dan baka yang
sempurna. Adapun tiga ajaran dasar yang berasal dari Bahauddin
Naqsyabandi adalah,
8. “Wuquf Zamani” yaitu kontrol yang dilakukan oleh seorang murid atau
salik tentang ingat atau tidaknya ia kepada Allah SWT setiap dua atau tiga
jam. Jika ternyata dia berada dalam keadaan ingat kepada Allah SWT pada
14
waktu tersebut, ia harus bersyukur dan jika ternyata tidak, ia harus
meminta ampun kepada Allah SWT dan kembali mengingat- Nya.
9. “Wuquf ‘Adadi” yaitu memelihara bilangan ganjil dalam menyelesaikan
zikir nafi isbat, sehingga setiap zikir nafi isbat tidak diakhiri dengan
bilangan genap. Bilangan ganjil itu, dapat saja 3 (tiga) atau 5 (lima)
sampai dengan 21 (duapuluh satu), dan seterusnya.
10. “Wuquf Qalbi” yaitu sebagaimana yang dikatakan syah tersebut ,
“Keadaan hati seorang murid atau salik yang selalu hadir bersama Allah
SWT”. Pikiran yang ada terlebih dahulu dihilangkan dari segala perasaan,
kemudian dikumpulkan segenap tenaga dan panca indera untuk
melakukan tawajuh dengan mata hati yang hakiki, untuk menyelami
makrifat Tuhannya, sehingga tidak ada peluang sedikitpun dalam hati
yang ditujukan kepada selain Allah SWT, dan terlepas dari zikir tesebut.
Tarekat sammaniyah didirikan oleh Muhamad bin abd al-karim almadani al-syafi’I al-samman (1130-1189/1718-1775). Ia lahir di madinah
dari keluarga quraisy. Di kalangan murid dan pengikutnya, ia lebih dikenal
dengan nama al-sammani atau Muhamad samman. Syaikh samman
sebenarnya tidak hanya menguasai bidang tarekat saja tetapi bidang-bidang
ilmu islam lainnya. Syaikh samman juga cukup banyak mengikuti ajaranajaran tarekat lainnya sehingga dari ajaran berbagai tarekat itu, samman
lalu meraciknya dengan memadukan teknik-teknik zikir, bacaan-bacaan
lain, dan ajaran mistis semua tarekat tersebut dengan beberapa tambahan,
seperti qashidah dan bacaan lain yang ia susun sendiri. Racikan berbagai
tarekat ini lalu menjadi satu nama, tarekat sammaniyah. Pola tarekat yang
tidak genuine atau “asli” ini bukanlah persoalan baru di dunia tasawuf.
Artinya, samman bukanlah satu-satunya orang yang membentuk ajaran
15
tarekat bukan “asli”. Adalah Muhamad utsman al-mirghani yang
mendirikan tarekat khatmiyah yang tidak lain merupakan racikan dari
penggabungan naqsyabandiyah, qadiriyah, syadziliyah, junaidiyah, dan
mirghaniyah. Sementara ahmad khatib sambas seorang ulama dari
kalimantan tetapi lama menetap di makkah pertengahan abad 19,
menamainya menjadi qadiriyah wa naqsyabandiyah setelah meracik
berbagai tarekat, seperti naqsyabandiyah qadiriyah, thariqah al-anfas,
thariqah al-junaidiyah, dan thariqah al-muwafaqah. Tarekat yang didirikan
ahmad khatib sambas ini kelak akan menggantikan posisi tarekat
sammaniyah sebagai tarekat yang paling populer di Indonesia. Untuk
menjadi anggota tarekat seseorang harus melalui proses pembai’atan. Pada
prosesi ini, ia harus membaca baiat, yakni sumpah setia dirinya kepada
syaikh untuk menjadi salik atau muridnya, konsekuensi dari pembaitan ia
harus mengikuti aturan dan tata tertib yang sudah resmi ditetapkan dalam
tarekat, termasuk hubungan dirinya dengan syaikh.16
Dalam aturan yang ada, salah satunya adalah murid harus berlaku
seolah-olah menjadi mayat di depan orang yang akan memandikan,
mengkafani dan menguburkannya. Karena pada dasarnya, syaikh tarekat
dengan ilmu dan karamah yang dimilikinya menjadikannya sebagai
perantara
tuhan
dan
hambanya.
Dengan
demikian
syaikh
akan
membimbing sang murid merasakan tingkat fana fillah. 17
b. Tarekat di Batang Natal
Tarekat di kecamatan Batang Natal memang banyak yakni di
antaranya tedapat di desa Tombang Kaluang, Hatupangan, Ampung
Julu, Banjar Malayu, dan Aek Nabara. Akan tetapi yang terjangkau oleh
16 https://hukumalam.wordpress.com/manusia-dalam-proses/ajaran/ajaran-dasar-thoriqohnaqsyabandiyah/ diakses pada 04 April 2016 pukul 20.00 WIB.
17Syeh H. Muktar dan Hj. Shalehah, Alim Ulama Simaninggir. Wawancara pada 01 Mei
2016 pukul 13.30 WIB.
16
penulis untuk menelitinya yaitu tarekat yang ada di desa Ampung Julu,
Aek Nabara dan Hatupangan. Kemudian berdasarkan hasil wawancara
guru tarekat yang bernama Bapak Ali Mukmin selaku warga Tombang
Kaluang tarekat yang dijalankanya yaitu tarekat naqsabandiyah yang
mana tempat tarekat ini dilaksanakan di desa Tombang Kaluang,
Hatupangan dan di Banjar Maga. Tarekat ini dimulai pada 1982 gurunya
Khalifah Muhammad Yusuf selaku warga Hatupangan, setelah beliau
meninggal maka dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Ali Mukmin.
Ali Mukmin sudah mengajarkan tarekat ini selama 10 tahun. Untuk
tarekat ini sama saja dengan tarekat yang biasa yakni mengagungkan
Allah dengan berdiam di mesjid semata- mata karena Allah dan berzikir
menyebut asma Allah dengan khusyuk. Adapun untuk bacaannya yaitu
menyebut asma Allah kemudian untuk ajaran yang lain yaitu sangat
rahasia karena tidak diajarkan kepada orang yang belum mengikuti
tarekat seperti penulis. Untuk syarat mengikuti tarekat ini cukup dengan
mendaftar kemudian melaksanakan mandi taubat, untuk pelaksanaan
mandi taubat ini dilaksanakan pada malam hari yaitu sekitar pukul
11.00 malam kemudian setelah mandi shalat hajat dan berzikir kepada
Allah kemudian tidur seperti biasanya hingga menjelang waktu subuh.
Kemudian untuk hari selanjutnya tarekat tersebut dilaksanakan yang
mana cara duduknya melingkar dan seperti shalat tahiyat akhir namun
kakinya sebelah kiri, peserta tarekat berdiam dan berzikir di masingmasing kelambu yang mana perempuan sama perempuan dan laki-laki
sama laki-laki. Sebelum tarekat dilaksanakan gurunya memandu
bagaimana cara untuk pelaksanaannya.
Untuk pelaksanaan tarekat ini yaitu pada bulan Rajab, Ramadhan,
dan Zulhijjah. Murid yang mengikuti tarekai ini sekitar 30 orang yang
terdiri dari laki- laki dan perempuan , akan tetapi perempuan lebih
dominan. Karena sekarang ekonomi lagi krisis maka peserta tarekat juga
17
berkurang. Yang mana dulunya ada 60 orang yang ikut namun sekarang
sudah berkurang yaitu sekitar 30 orang.18
Kemudian tarekat selanjutnya yaitu tarekat naqsabandiyah juga
yang berada di desa Aek Nabara, desa ini merupakan desa terpencil di
kecamatan Batang Natal yang memiliki sekitar 120 kepala keluarga.
Guru tarekat yang berada di desa ini yaitu Ali Jabbar Lubis , muridnya
kurang lebih 20 orang yang terdiri dari laki- laki saja, tarekat yang
dijalankan yaitu tarekat naqsabandiyah , untuk ajarannya sama saja
dengan tarekat naqsabandiyah yang ada di daerah sebelumnya yaitu
khusus
untuk
menyatukan
diri
dan
mengucap
dua
kalimat
laailahaaillllah untuk mengesakan Dzat-Nya. Allah yang sebenarbenarnya, tiada yang disembah selain Dia. Tempat pelaksanaan tarekai
ini yaitu di mesjid dan waktunya di bulan Rajab dan Zulhijjah. 19
Tarekat yang selajutnya yaitu tarekat naqsabandiyah yang berada
di desa Ampung Julu, desa ini juga merupakan desa yang lumayan
terpencil yang mana terdiri sekitar 400 kepala keluarga. Guru dari
tarekat ini yaitu bapak Asmin yang mana pelaksanaannya dilakukan di
mesjid Ampung Julu, tarekat ini memiliki 30 murid , yang mana
pelaksanaannya sama saja dengan tarekat naqsabandiyah yang berada di
daerah sebelumnya.20
c. Tarekat di Kecamatan Ranto Baek
Terekat yang ada di kecamatan ini yaitu tarekat naqsabandiyah
yang mana berada di desa Manisak, guru dari tarekat ini yaitu bapak
Tasmin yang merupakan warga Muarasoma, murid dari tarekai ini
lebih banyak yaitu sekitar 50 orang yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan, tempat pelaksanaannya di mesjid juga kemudian untuk
18 Ali Mukmin, Alim Ulama Tombang Kaluang, wawancara telepon pada 15 April 2016
pukul 13.23. WIB.
19 Ali Jabbar, Alim Ulama Aek Nabara, wawancara pada 11 Maret 2016 pukul 19.39 WIB.
20 Asmin, Alim Ulama Ampung Julu, Wawancara 11 Maret 2016 pukul 13.45 WIB.
18
ajaran dan waktunya sama saja dengan tarekat naqsabandiyah di
daerah sebelumnya yang telah penulis bahas.21
C. Penutup
1. Kesimpulan
Sejarah perkembangan tarekat tidak terlepas dari perkembangan Islam,
yang mana pada makalh ini telah dibahas tarekat yang ada di Mandailing
Natal yakni tarekat naqsabandiyah dan sammaniyah. Dimana tarekat ini
terdapat di berbagi daerah di Mandailing Natal baik dikabupatennya,
maupun di kecamatannya. Demikian juga gurunya yang berbeda-beda.
2. Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dimana terbatasnya
waktu dan biaya peneliti. Namun penulis menerima kritikan dari saran dari
berbagai sumber khususnya yang membaca makalah ini demi perbaikan
selanjutnya.
D. Dokumentasi Wawancara
21 Tasmin,AlimUlama Muarasoma, Wawancara Telepon 13 Maret 2016 pukul 15. 00 WIB.
19
Keterangan : foto ini sewaktu wawancara dengan Syeh H. Muktar dan Hj.
Shalehah di desa Simaninggir kecamatan Siabu.
20
Keterangan : foto di atas merupakan tempat suluk yang ada di desa
Simaninggir .
21
Keterangan : foto ini adalah makam dari orangtua dari Syeh H. Muktar
yang bernama Syeh Bahauddin dan Tiambat.
22
Keterangan: foto mesjid parsulukan yang ada di Manisak kecamatan
Ranto Baek.
23
Daftar Pustaka
Ahmad Mansur Suryanegara,Menemukan Sejarah Rencana Pergerakan Islam di
Indonesia,Mizan Cet IV, 1998.
Ajid Thohir Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam Jakarta:Rajawali
Press,Cet I 2004.
Ali Jabbar, Alim Ulama Aek Nabara, wawancara pada 11 Maret 2016 pukul 19.39
WIB.
Ali Mukmin, Alim Ulama Tombang Kaluang, wawancara telepon pada 15 April 2016
pukul 13.23. WIB
Anne Marie, Dimensi Mistik Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986.
Asmin, Alim Ulama Ampung Julu, Wawancara 11 Maret 2016 pukul 13.45 WIB.
Azra(Peny), Perpektif Islam diAsia Tenggara, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1989.
Azyumardi Azra, Islam di Asia Tenggara : Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi
Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006.
Basyral Hamidy Harahap, Madina yang Madani, (Panyabungan: Pemerintah
Kabupaten Madina, 2004), hlm. 127.
Harun Nasution, Perkembangan Ilmu Tasawuf di Dunia Islam, (Jakarta:
mashajirismail” Sejarah Perkembangan Tariqat di Indonesia”
http://www.al-aziziyah.com/opini/64-pendidkan/100-thariqahmutabarah.html diakses pada 25 April 2016.
https://hukumalam.wordpress.com/manusia-dalam-proses/ajaran/ajaran-dasarthoriqoh-naqsyabandiyah/ diakses pada 04 April 2016 pukul 20.00 WIB.
Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung: Mizan,
1996.
24
Mashajirismail” Sejarah Perkembangan Tariqat di Indonesia” http://www.alaziziyah.com/opini/64-pendidkan/100-thariqah-mutabarah.html diakses pada
25 April 2016.
Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2006.
S. Pulungan, Mandailing, 2008, http://wikipedia.org.pdf (on-line) di akses tanggal 25
Maret 2016 pukul 17.00 WIB.
Simuh, Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam Islam (Jakarta: Grafindo Media
Persada, 2002), hlm.39-40.
Syeh H. Muktar dan Hj. Shalehah, Alim Ulama Simaninggir. Wawancara pada 01 Mei
2016 pukul 13.30 WIB.
.
Tasmin, Alim Ulama Muarasoma, Wawancara Telepon 13 Maret 2016 pukul 15. 00
WIB.
25
A. Pendahuluan
Menjelang penghujung abad XIII, ketika tasawuf menjadi corak
pemikiran yang dominan di dunia Islam, dan tarekat sedang berada di puncak
kejayaannya, proses islamisasi di Indonesia mulai menampakkan hasilnya
secara budaya dan politik.1 Dalam proses islamisasi tersebut peranan para sufi
sangat besar. Jika sebelumnya, ketika dilakukan oleh para pendakwah dan
pedagang, islamisasi belum bisa menembus entitas politik dan kekuasaan,
islamisasi hanya berkisar pada islamisasi masyarakat dan budaya saja.
Namun, ketika proses itu melibatkan sejumlah para sufi dengan pendekatan
sufistik (mistik), mereka mampu mengislamkan para raja di Indonesia,
kemudian diikuti oleh rakyatnya. Proses ini kemudian dilanjutkan oleh para
ulama Nusantara yang belajar di pusat- pusat peradaban Islam, khususnya di
Makkah, Madinah, dan Mesir. Mereka masuk dalam jaringan ulama Dunia
Islam, yang peran sebagian mereka tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di
wilayah lainnya. Para ulama Nusantara di Haramayn, setelah menuntut ilmu
beberapa waktu sebagian mereka kembali ke tanah air, namun tidak sedikit
pula yang bermukim di Haramayn.2
Pengabdian dan perjuangan mereka diwujudkan dengan membentuk
berbagai lembaga keagamaan, sebagai wadah dan sarana pembinaan dan
praktik keagamaan. Kemudian muncul pusat-pusat pendidikan dan praktikpraktik keagamaan, seperti madrasah, pesantren, tarekat dan persulukan, yang
sampai sekarang sebagiannya masih tetap eksis dalam masyarakat. Dalam
pembahasan ini, akan dibatasi kajian hanya pada perkembangan tarekat di
1 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan,
1996), hlm.15.
2 Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana & Kekuasaan (Jakarta:
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.
1
Mandailing Natal saja, jenis tarekat apa saja yang ada di Mandailing Natal,
serta siapa saja gurunya.
B. Pembahasan
1. Pengertian Tarekat
Kata tarekat berasal dari bahasa Arab yaitu “thariqah” yang berarti
jalan, keadaaan, aliran atu garis pada sesuatu. Tarekat adalah “jalan” yang
ditempuh para sufi, dapat pula digambarkan jalan yang berpangkal dari
syari’at sebab jalan utamanya syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq.
Ini menunjukkan bahwa menurut tanggapan para sufi, pendidikan mistik
merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum Ilahi, tempat
berpijak bagi setiap muslim. Tak mungkin ada anak jalan bila tidak ada
jalan utama tempat berpangkal. Pengalaman mistik tak mungkin didapat
bila perintah syari’at yang mengikat itu tidak ditaati.3
Menurut Harun nasution, tarekat berasal dari kata thariqah, yang
artiny jalan yang harus ditempuh oleh sesorang sufi agar ia berada sedekat
mungkin dengan Allah. Tariqah kemudian mengandung orgnanisasi
(tarekat). tiap tariqat mempunyai syaikh, upacara ritual, dan bentuk zikir
sendiri. Sejalan dengan ini, Martin Van Bruinessen manyatakan istilah
“tarekat” paling tidak dipakai untuk dua hal yang secara konseptual
berbeda. Maknanya yang asli merupakan panduan yang khas dari doktrin,
metode, dan ritual. Akan tetapi, istilah ini serung dipakai untuk mengacu
pada organisasi yang menyatukan pengikut-pengikut “jalan” tertentu. Di
Timur Tengah, istilah “ta’rifat” terkadang lebih disukai untuk organisasi,
sehingga lebih mudah untuk membedakan antara yang satu dan yang lain.
Akan tetapi, di Indonesia kata tarekat mengacu pada keduanya.4
Adapun tarekat menurut ulama shufi Shaikh Muhammad Amin alKurdi al-Irbili al-Syafi’I al-Naqsabandi dalam kitab Tanwir al-Qulub
adalah:
3 Anne Marie, Dimensi Mistik Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986), hlm. 101.
4 Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm. 170.
2
“tarekat
adalah
beramal
dengan
syari’at
denagn
mengambil/memilih yang azimah (berat) daripada yang rukh’ah (ringan):
menjauhkan diri dari semua larangan syariat lahir dan batin ,
melaksanakan semua perintah Allah swt semampunya , menunggalkan
semua larangan-Nya baik yang haram, makruh atau mubah yang sia-sia,
melaksanakan semua ibadah fardlu dan sunah, yang semuanya ini di
bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru/ syaikh/ mursyid
yang arif yang telah mencapai maqamnya (layak menjadi seorang shaykh/
murshid).
Dari defenisis tentang mistik, ataupun pokok-pokok ajaran tasawuf
yang diungkapkan oleh Rabi’ah al-‘Adawiyah dan al-Ghazali bahwa
tujuan utama yang menjdi pusat ideal orang-orang yang menjalankan laku
mistik atau tasawuf adalah mendapatkan penghayatan ma’rifat langsung
pada zat Allah atau zat mutlak. Para sufi lebih sering menamakan Zat
Allah sebagai a-haqq atau Haqiqah Zat Yang Nyata (the Reality). Yakni
realitas Mutlak yang bias dihayatinya. Hanya saja mata manusia menurut
al-Ghazali tidak akan bias menangkap cahaya Tuhan lantaran terlalu
terang. Maka yang bia menangkap dan menghayati Zat Tuhan dan alam
gaib adalah kalbu (mata hati), yakni jiwa manusia. Dengan demikikian
yang menjadi pusat dalam ajaran tasawuf adalah penghayatan kasyaf.
Yaitu penghayatan ecstasy atau istilah tasawufnya fana’ dan ma’rifat.
Yakni berarti kajiwaan. Oleh karena itu jalan yang harus ditempuhnya
adalah meditasi konsentrasi di dalam zikir pada Allah. Dalam tasawuf
manuju Tuhan ini dinamakan dengan tarekat. Yang dalam bahasa
Inggrisnya dinamakan the path , menurut . R.A. Nicholson
Miystic of every race and creed have described the progress of the
spiritual life as a journey or a pilgrimage. Other symbols have been used
fir the same purpose, but this one appears to be almost universal in this
range. The sufi who sets out to seek God calls himself a ‘traveller’ (salik):
3
he advances by slow ‘stages’ (maqamat) along a ‘path’ (tariqat) to the
goal of union with Reality (fana’ fi’l-Haqq). 5
2. Sejarah Perkembangan Tarekat Di Indonesia
Ditinjau dari historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula
timbul sebagai suatu lembaga sulit diketahui dengan pasti. Namun Harun
Nasution menyatakan bahwa setelah Al- Ghazali menghalalkan tasawuf
yang sebelumnya dikatakan sesat, tasawuf berkembang di dunia Islam,
tetapi perkembangannya melalui tarekat. tarekat adalah organisasi dari
pengikut sufi-sufi besar yang bertujuan untuk melestarikan ajaran-ajaran
tasawuf gurunya. Tarekat ini memakai suatu tempat pusat kegitan yang
disebut ribat (disebut juga zawiyah, hangkah atau pekir). Ini merupakan
tempat para murid berkumpul melestarikan ajaran tasawufnya, ajaran
tasawuf walinya, dan ajaran tasawuf syaikhnya.6
Organisasi serupa mulai timbul pada abad XII M, tetapi belum
baru tampak perkembangannya pada abad berikutnya. Disamping untuk
pria, ada juga tarekat untuk wanita, tetapi tidak berkembang dengan baik
seperti pada pria.7 Pada awal kemunculannnya, tarekat berkembang dari
dua daerah, yaitu Khurasan (Iran) dan Mesopotamia (Irak).
Berbicara tentang perkembangan tarekat di Indonesia tentu tidak
akan bisa lepas dari agama Islam berasal. Islam berasal dari jazirah Arab
dibawa oleh Rasulullah, kemudian diteruskan masa Khulafa ar-Rasyidin
5Simuh, Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam Islam (Jakarta: Grafindo Media Persada,
2002), hlm.39-40.
6 Harun Nasution, Perkembangan Ilmu Tasawuf di Dunia Islam, (Jakarta: Depag, 1986), hlm
24.
7Ibid.
4
ini mengalami perkembangan yang pesat. Penyebarluasan Islam ini
bergerak ke seluruh penjuru dunia. Islam datang membawa rahmat bagi
seluruh umat manusia.8 Sebenarnya membicarakan tarekat, tentu tidak bisa
terlepas dengan tasawuf karena pada dasarnya Tarekat itu sendiri bagian
dari tasawuf. Di dunia Islam tasawuf telah menjadi kegiatan kajian
keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Landasan
tasawuf yang terdiri dari ajaran nilai, moral dan etika, kebajikan, kearifan,
keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu kehkusyuan telah terpancang
kokoh. Sebelum ilmu tasawuf ini membuka pengaruh mistis keyakinan
dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling keterpengaruhan dengan
berbagai kepercayaan atau mistis lainya. Sehingga kajian tasawuf dan
tarekat tidak bisa dipisahkan dengan kajian terhadap pelaksananya di
lapangan.
Dalam hal ini praktek ubudiyah dan muamalah dalam tarekat
walaupun sebenarnya kegiatan tarekat sebagai sebuah institusi lahir
belasan abad sesudah adanya contoh kongkrit pendekatan kepada Allah
yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. kemudian diteruskan
oleh sahabat-sahabatnya, tabiin, lalu tabi’it taabiin dan seterusnya sampai
kepada Auliyaullah, dan sampai sekarang ini. Garis yang menyambung
sejak nabi hingga sampai Syaikh tarekat yang hidup saat ini yang
lazimnya dikenal dengan Silsilah tarekat. Tumbuhnya tarekat dalam Islam
sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama Islam, yaitu ketika nabi
Muhammad SAW diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah menunjukkan
bahwa pribadi nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi Rasul
telah berulang kali bertakhannus atau berkhalwat di gua Hira. Disamping
itu untuk mengasingkan diri dari masyarakat Mekkah yang sedang mabuk
8mashajirismail” Sejarah Perkembangan Tariqat di Indonesia” http://www.alaziziyah.com/opini/64-pendidkan/100-thariqah-mutabarah.html diakses pada 25 April 2016.
5
mengikuti hawa nafsu keduniaan. Takhannus dan khlalwat Nabi adalah
untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh
problematika dunia yang kompleks. Proses khalwat yang dilakukan nabi
tersebut dikenal dengan tarekat. Kemudian diajarkan kepada sayyidina Ali
RA. dan dari situlah kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan
sahabat-sahabatnya sampai akhirnya sampai kepada Syaikh Abd Qadir
Djailani, yang dikelal sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah.9
Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali mengatakan
bahwa : Tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para
penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/ maqamat.
Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, Pertama ia berarti
metode
pemberian
bimbingan
spiritual
kepada
individu
dalam
mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua,
tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brother hood) yang ditandai
dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: system
kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti
khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau
qutub.
Kekurangan informasi yang bersumber dari fakta peninggalan
agama Islam. Para kiai dan ulama kurang dan bahkan dapat dikatakan
tidak memiliki pengertian perlunya penulisan sejarah. 10 Tidaklah
mengherankan bila hal ini menjadi salah satu sebab sulitnya menemukan
fakta tentang masa lampau Islam di Indonesia. Islam di Indonesia tidak
9Mashajirismail” Sejarah Perkembangan Tariqat di Indonesia” http://www.alaziziyah.com/opini/64-pendidkan/100-thariqah-mutabarah.html diakses pada 25 April 2016.
10 Ahmad Mansur Suryanegara,Menemukan Sejarah Rencana Pergerakan Islam di
Indonesia,Mizan Cet IV, 1998 hlm 73.
6
sepenuhnya seperti yang digariskan Al-Qur’an dan Sunnah saja, pendapat
ini didasarkan pada kenyataan bahwa kitab-kitab Fiqih itu dijadikan
referensi dalam memahami ajaran Islam di perbagai pesantren, bahkan
dijadikan rujukan oleh para hakim dalam memutuskan perkara di
pengadilan pengadilan agama.11
Islam di Asia Tenggara mengalami tiga tahap : Pertama, Islam
disebarkan oleh para pedagang yang berasal dari Arab, India, dan Persia
disekitar pelabuhan (Terbatas). Kedua : datang dan berkuasanya Belanda
di Indonesia, Inggris di semenanjung Malaya, dan Spanyol di Fhilipina,
sampai abad XIX M; Ketiga : Tahap liberalisasi kebijakan pemerintah
Kolonial, terutama Belanda di Indonesia.12 Indonesia yang terletak di
antara dua benua dan dua samudra, yang memungkinkan terjadinya
perubahan sejarah yang sangat cepat. Keterbukaan menjadikan pengaruh
luar tidak dapat dihindari. Pengaruh yang diserap dan kemudian
disesuaikan dengan budaya yang dimilikinyam, maka lahirlah dalam
bentuk baru yang khas Indonesia. Misalnya : Lahirnya tarekat Qadiriyah
Wa Naqsabandiyah, dua tarekat yang disatukan oleh Syaikh Ahmad
Khatib As-Sambasy dari berbagai pengaruh budaya yang mencoba
memasuki relung hati bangsa Indonesia, kiranya Islam sebagai agama
wahyu berhasil memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam
berhasil tetap eksis di tengah keberadaan dan dapat dijadikan symbol
kesatuan. Berbagai agama lainnya hanya mendapatkan tempat disebagian
kecil rakyat Indonesia. Keberadaan Islam di hati rakyat Indonesia
11 Ajid Thohir Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam Jakarta:Rajawali Press,
Cet I 2004hal 292.
12Azyumardi Azra, Islam di Asia Tenggara : Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi
Azra(Peny), Perpektif Islam diAsia Tenggara, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1989.hlm XIV , Lihat
Juga Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam”, Bandung:Pustakla Bani Quraisy, Cet II,1995, hlm 222
7
dihantarkan dengan penuh kelembutan oleh para sufi melalui kelembagaan
tarekatnya, yang diterima oleh rakyat sebagai ajaran baru yang sejalan
dengan tuntutan nuraninya.13
3. Perkembangan Tarekat di Mandailing Natal
Perkembangan tarekat di Mandailing Natal tidak terlepas dari
perkembangan dan penyebaran Islam di Mandailing Natal. Mandailing
Natal dijuluki sebagai “serambi Mekkah” didasarkan banyaknya ulama
besar di Mandailing Natal yang telah melakukan dakwah agama Islam.
Banyak ulama-ulama di Mandailing Natal yang memiliki prestasi luar
biasa dalam bidang pengembangan dan pengamalan ajaran islam.
Beberapa di antara ulama Mandailing ada yang berkiprah di Semenanjung
Malasyia dan tanah suci Mekah al Mukarromah. Dalam makalah ini
penulis akan menguraikan tentang sejarah Mandailing Natal, latar
belakang dan sejarah masuknya islam di Mandailing Natal, proses
penyebaran islam, bukti-bukti peninggalan agama Islam serta para ulamaulama yang berperan dalam penyebaran agama islam di Mandailing Natal.
Jika kita menoleh ke masa lalu Madina, ada baiknya kita mulai
dari
tahun 1365, karena pada tahun itu Mpu Prapanca, sejarawan
Majapahit, selesai menulis satu karya sejarah yang secara gambling
menyebutkan keberadaan Mandailing sebagai bagian yang penting di
Nusantara. Karya sejarah itu adalah Negarakertagama. Hal ini
menunjukkan bahwa Mandailing telah lama dikenal oleh dunia luar.
Prof.Muhammad Yamin, S.H. didalam bukunya Naskah Persiapan
Undang-Undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa seluruh wilayah yang
disebutkan oleh Mpu Prapanca di dalam Negarakertagama adalah wilayah
Tumpah Darah Nusantara/Indonesia.
13 Ahmad Mansyur. Op., Cit. hlm 157.
8
Mandailing adalah nama sebuah wilayah terletak di bagian paling
selatan dan bagian barat wilayah propinsi Sumatera Utara, berbatasan
sengan propinsi Sumatera Barat. Mandailing terletak 00 13’30”-01 20’24’’
lintang utara dan 98 50’30’’-99 57’19’’ bujur timur dengan batas wilayah:
sebelah utara barbatasan daerah kabupaten Tapanuli selatan (kecamatan
Batang Angkola, Barumun, Padang sidimpuan Barat, Sosopan, dan
Kecamatan Siais). Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanili
selatan (kecamatan Sosa) dan Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera
Barat. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten pasaman Peropisnsi
Sumatera Barat dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Batang
Natal dan Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal (Madina).14
Sebelum wilayah Mandailing menjadi kabupaten 1998, masih
termasuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Berdirinya
Kabupaten Mandailing Natal dan terpisah dari Kabupaten sebelumnya
merupakan perjuangan yang panjang dilakukan oleh bangsa (suku)
Mandailing sejak masa Kolonial Belanda. Perjuangan ini dimulai dari
keinginan adanya suatu pemerintahan tersendiri yang mencerminkan
identitas social, budaya, dan politik serta agama yang di anut oleh suku
bangsa Mandailing. Jika dilihat pada latar sejarah, bahwa sekitar Sembilan
abad yang lalu telah muncul nama Mandailing dan telah dikenal oleh
dunia luar. Pada zaman Majapahit, daerah ini telah di kenal sebagai bagian
dari Nusantara. Hal ini terungkap pada syair ke-13 Ztanza pertama di
dalam buku Negarakartagama karya pujangga Majapahit Mpu Prapanca
yang terbit tahun 1395 (Harahap, 1997:25).
Kabupaten Madina merupakan daerah penyangga antara dua
komunitas yang berbeda sistem kekerabatannya, yaitu Batak Toba di
Tapanuli Utara yang menganut sistem patrilinealdan minangkabau yang
menganut sistem matrilineal di Sumatera Barat. Orang Batak Toba masih
14 S. Pulungan, Mandailing, 2008, http://wikipedia.org.pdf (on-line) di akses tanggal 25
Maret 2016 pukul 17.00 WIB.
9
kuat mengamalkan nilai-nilai budaya batak. Sedangkan Minangkabau di
Selatan,
memeluk
agama
islam
dan
memegang
teguh
tradisi
Minangkabau. Orang mandailing akulturasi budaya dari kedua komunitas
itu.15
Banyak pendapat yang berbeda seputar cikal sebutan nama Natal
bagi kota Natal yang kini terletak di pesisir Kabupaten Mandailing Natal
(Madina). Ada yang menyebut sebutan Natal kali pertama dituliskan oleh
bangsa Portugis yang datang ke Pantai Barat. Ada pula yang menyebut
kata Natal berasal dari ungkapan bahasa Mandailing: Nadatarida atau juga
ada yang menyebut ungkapan bahasa Minangkabau: Tanah nan Data(r).
Puti Balkis Alisjahbana (adik kandung Sutan Takdir Alisjahbana)
mengatakan kata Natal berasal dua ungkapan pendek masing-masing dari
bahasa mandailing dan Minangkabau. Ungkapan bahasa Mandailing
Natarida (yang terlihat) dari lereng Sorik Marapi. Menginagtkan kita
ketika orang Mandailing memandang dari kawasan lereng gunung sorik
marapi ke arah hamparan Natal. Sampai kini masih banyak orang
mandailing menyebut Natal dengan sebutan Nata r(Alisjahbana,1996:4244). Ungkapan bahasa Minangkabau ranah nan data(r) yang artinya
daerah yang datar (Alisjahbana,1996:43).
M. Joustra, tokoh Bataks Institut, juga menulis Natal dengan
sebutan Natar dalam tulisannya De toestanden in Tapanoeli en de
Regeeringscommissie (1917). Lebih tua dari itu adalah laporan perjalanan
dan penelitian Dr S Muler dan Dr L Horner di Mandailing tahun 1838.
mereka menggambarkan keadaan Air Bangis yang dikuasai Belanda sejak
tahun
1756
dan
Natar
yang
dikuasai
Inggris
1751-1756
(Muller,1855:63,84/Madina Madani,2004).
15Basyral Hamidy Harahap, Madina yang Madani, (Panyabungan: Pemerintah Kabupaten
Madina, 2004), hlm. 127.
10
Ungkapan bahasa Minangkabau ranah nan datar kemudian
menjadi Nata (r) yang artinya daerah pantai yang datar adalah salah satu
versi tentang asal-muasal nama Natal. (Alisjahbana, 1996:43)
a. Tarekat di Kabupaten Mandailing Natal
Tarekat di Mandailing Natal memang cukup banyak dimana di
Mandailing Natal terdapat berbagai tempat yakni diantaranya desa
Simaninggir, Saba Purba, Maga, Huta Godang, Huta Tinggi, dan lain
sebagainya. Akan tetapi perguruan tarekat tersebut yang masih aktif
hingga sekarang adalah di desa Simaninggir kecamatan Siabu, namun
untuk desa yang lain dengan alasan gurunya sudah meninggal jadi tidak
ada yang meneruskan tarekat tersebut. Untuk alasan yang lain juga yaitu
gurunya tidak ada karena gurunya di penjara karena kasus tindakan
asusila kepada anak yang dibawah umur, yakni tarekat yang ada di desa
Saba Purba. Untuk desa yang lainnya memiliki alas an yang sama yaitu
tidak ada lagi penerus gurunya setelah gurunya meninggal walaupun
anak guru tersebut masih hidup.
Berdasarkan perjalanan penulis dari desa Simaninggir merupakan
daerah yang terletak di kecamatan Siabu sekitar 200 meter dari pinggir
jalan, yang mana di desa Simaninggir ini terdapat dua tarekat yakni
tarekat naqsabandiyah dan tarekat Samman. Kedua tarekat ini pertama
kali dibawa oleh Syeh H. Bahauddin pada tahun 1930. Syeh ini berguru
ke Tolang. Setelah itu Syeh tersebut kemudian mengamalkan ilmu yang
dimilikinya pertama kepada istrinya yang bernama Tiambat anaknya
bernama Syeh Muktar, kemudian kepada masyarakat baik yang berada
bi desanya maupun dari desa lain yang datang untuk berguru.
Pada tahun 1984 Syeh tersebut wafat kemudian perguruan tarekat
tersebut dilanjutkan oleh anaknya Syeh Muktar yang masih lajang ,
11
kemudian tidak berapa lama setelah ayahnya menikah pada tahun 1985
Syeh Muktar menikah dengan seorang perempuan yang bernama
Shalehah, yang mana pada masa itu Shalehah masih berumur 22 tahun
kemudian istri dari Syeh tersebut pun mengikuti tarekat yang diajarkan
oleh suaminya. Tarekat yang mereka ajarkan sudah sekitar 31 tahun
adapun tarekat yang diajarkan itu tetap tarekat naqsabandiyah dan
tarekat samman.
Adapun murid dari kedua tarekat ini sekitar 100 orang , dimana
pelaksanaan kedua tarekat ini dilaksanakan pada bulan 10 hari dibulan
Sa’ban , 30 hari bulan Ramadhan , dan 10 hari dibulan Haji. Kemudian
untuk pelaksanaan tarekat naqsabandiyah lebih lama dari tarekat
sammanniyah.
Namun
untuk
muridnya
lebih
banyak
tarekat
naqsabandiyah. Tempat pelaksanaan tarekat ini di dalam ruangan yang
tertutup di rumah Syeh tersebut. Untuk muridnya terdiri dari laki-laki
dan perempuan dari berbagi tempat.
Tarekat Naqsabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahauddin AnNaqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari di Turkistan. Tarekat ini mempunyai
dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim di
berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di
Asia Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India.
Ciri menonjol Tarekat ini adalah : Pertama, mengikuti syariat secara
ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan
terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati.
Kedua, upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan
pemikiran golongan penguasa serta mendekati Negara pada agama.
Hingga tarekat inilah yang dipakai di desa Simaninggir.
Adapun ajaran yang ada di antaranya adalah:
12
1. “Huwasy Dardam” , yaitu pemeliharaan keluar masuknya nafas, supaya
hati tidak lupa kepada Allah SWT atau tetap hadirnya Allah SWT pada
waktu masuk dan keluarnya nafas. Setiap murid atau salik menarikkan dan
menghembuskan nafasnya, hendaklah selalu ingat atau hadir bersama
Allah di dalam hati sanubarinya. Ingat kepada Allah setiap keluar
masuknya nafas, berarti memudahkan jalan untuk dekat kepada Allah
SWT, dan sebaliknya lalai atau lupa mengingat Allah, berarti menghambat
jalan menuju kepada- Nya.
2. “Nazhar Barqadlam” yaitu setiap murid atau salik dalam iktikaf/suluk bila
berjalan harus menundukkan kepala, melihat ke arah kaki dan apabila dia
duduk dia melihat pada kedua tangannya. Dia tidak boleh memperluas
pandangannya ke kiri atau ke kanan, karena dikhawatirkan dapat membuat
hatinya bimbang atau terhambat untuk berzikir atau mengingat Allah
SWT. Nazhar Barqadlam ini lebih ditekankan lagi bagi pengamal tarikat
yang baru suluk, karena yang bersangkutan belum mampu memelihara
hatinya.
3. “Safar Darwathan” yaitu perpindahan dari sifat kemanusiaan yang kotor
dan rendah, kepada sifat-sifat kemalaikatan yang bersih dan suci lagi
utama. Karena itu wajiblah bagi si murid atau salik mengontrol hatinya,
agar dalam hatinya tidak ada rasa cinta kepada makhluk.
4. “Khalwat Daranjaman” yaitu setiap murid atau salik harus selalu
menghadirkan hati kepada Allah SWT dalam segala keadaan, baik waktu
sunyi maupun di tempat orang banyak. Dalam Tarikat Naqsyabandiyah
ada dua bentuk khalwat :
a. Berkhalwat lahir, yaitu orang yang melaksanakan suluk dengan
mengasingkan diri di tempat yang sunyi dari masyarakat ramai.
13
b.
Khalwat batin, yaitu hati sanubari si murid atau salik senantiasa
musyahadah, menyaksikan rahasia- rahasia kebesaran Allah
walaupun berada di tengah- tengah orang ramai.
5. “Ya Dakrad” yaitu selalu berkekalan zikir kepada Allah SWT, baik zikir
ismus zat (menyebut Allah, Allah,.), zikir nafi isbat (menyebut la ilaha
ilallah), sampai yang disebut dalam zikir itu hadir.
6. “Bar Kasyat” yaitu orang yang berzikir nafi isbat setelah melepaskan
nafasnya, kembali munajat kepada Allah dengan mengucapkan kalimat
yang mullia “Wahai Tuhan Allah, Engkaulah yang aku maksud (dalam
perjalanan rohaniku ini) dan keridlaan-Mulah yang aku tuntu”. Sehingga
terasa dalam kalbunya rahasia tauhid yang hakiki, dan semua makhluk ini
lenyap dari pemandangannya.
7. “Nakah Dasyat” yaitu setiap murid atau salik harus memelihara hatinya
dari kemasukan sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya,
walaupun hanya sebentar. Karena godaan yang mengganggu itu adalah
masalah yang besar, yang tidak boleh terjadi dalam ajaran dasar tarikat
ini..“Bad Dasyat” yaitu tawajuh atau pemusatan perhatian sepenuhnya
pada musyahadah, menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan
Allah SWT terhadap Nur Zat Ahadiyah (Cahaya Yang Maha Esa) tanpa
disertai dengan kata- kata. Keadaan “Bad Dasyat” ini baru dapat dicapai
oleh seorang murid atau salik, setelah dia mengalami fana dan baka yang
sempurna. Adapun tiga ajaran dasar yang berasal dari Bahauddin
Naqsyabandi adalah,
8. “Wuquf Zamani” yaitu kontrol yang dilakukan oleh seorang murid atau
salik tentang ingat atau tidaknya ia kepada Allah SWT setiap dua atau tiga
jam. Jika ternyata dia berada dalam keadaan ingat kepada Allah SWT pada
14
waktu tersebut, ia harus bersyukur dan jika ternyata tidak, ia harus
meminta ampun kepada Allah SWT dan kembali mengingat- Nya.
9. “Wuquf ‘Adadi” yaitu memelihara bilangan ganjil dalam menyelesaikan
zikir nafi isbat, sehingga setiap zikir nafi isbat tidak diakhiri dengan
bilangan genap. Bilangan ganjil itu, dapat saja 3 (tiga) atau 5 (lima)
sampai dengan 21 (duapuluh satu), dan seterusnya.
10. “Wuquf Qalbi” yaitu sebagaimana yang dikatakan syah tersebut ,
“Keadaan hati seorang murid atau salik yang selalu hadir bersama Allah
SWT”. Pikiran yang ada terlebih dahulu dihilangkan dari segala perasaan,
kemudian dikumpulkan segenap tenaga dan panca indera untuk
melakukan tawajuh dengan mata hati yang hakiki, untuk menyelami
makrifat Tuhannya, sehingga tidak ada peluang sedikitpun dalam hati
yang ditujukan kepada selain Allah SWT, dan terlepas dari zikir tesebut.
Tarekat sammaniyah didirikan oleh Muhamad bin abd al-karim almadani al-syafi’I al-samman (1130-1189/1718-1775). Ia lahir di madinah
dari keluarga quraisy. Di kalangan murid dan pengikutnya, ia lebih dikenal
dengan nama al-sammani atau Muhamad samman. Syaikh samman
sebenarnya tidak hanya menguasai bidang tarekat saja tetapi bidang-bidang
ilmu islam lainnya. Syaikh samman juga cukup banyak mengikuti ajaranajaran tarekat lainnya sehingga dari ajaran berbagai tarekat itu, samman
lalu meraciknya dengan memadukan teknik-teknik zikir, bacaan-bacaan
lain, dan ajaran mistis semua tarekat tersebut dengan beberapa tambahan,
seperti qashidah dan bacaan lain yang ia susun sendiri. Racikan berbagai
tarekat ini lalu menjadi satu nama, tarekat sammaniyah. Pola tarekat yang
tidak genuine atau “asli” ini bukanlah persoalan baru di dunia tasawuf.
Artinya, samman bukanlah satu-satunya orang yang membentuk ajaran
15
tarekat bukan “asli”. Adalah Muhamad utsman al-mirghani yang
mendirikan tarekat khatmiyah yang tidak lain merupakan racikan dari
penggabungan naqsyabandiyah, qadiriyah, syadziliyah, junaidiyah, dan
mirghaniyah. Sementara ahmad khatib sambas seorang ulama dari
kalimantan tetapi lama menetap di makkah pertengahan abad 19,
menamainya menjadi qadiriyah wa naqsyabandiyah setelah meracik
berbagai tarekat, seperti naqsyabandiyah qadiriyah, thariqah al-anfas,
thariqah al-junaidiyah, dan thariqah al-muwafaqah. Tarekat yang didirikan
ahmad khatib sambas ini kelak akan menggantikan posisi tarekat
sammaniyah sebagai tarekat yang paling populer di Indonesia. Untuk
menjadi anggota tarekat seseorang harus melalui proses pembai’atan. Pada
prosesi ini, ia harus membaca baiat, yakni sumpah setia dirinya kepada
syaikh untuk menjadi salik atau muridnya, konsekuensi dari pembaitan ia
harus mengikuti aturan dan tata tertib yang sudah resmi ditetapkan dalam
tarekat, termasuk hubungan dirinya dengan syaikh.16
Dalam aturan yang ada, salah satunya adalah murid harus berlaku
seolah-olah menjadi mayat di depan orang yang akan memandikan,
mengkafani dan menguburkannya. Karena pada dasarnya, syaikh tarekat
dengan ilmu dan karamah yang dimilikinya menjadikannya sebagai
perantara
tuhan
dan
hambanya.
Dengan
demikian
syaikh
akan
membimbing sang murid merasakan tingkat fana fillah. 17
b. Tarekat di Batang Natal
Tarekat di kecamatan Batang Natal memang banyak yakni di
antaranya tedapat di desa Tombang Kaluang, Hatupangan, Ampung
Julu, Banjar Malayu, dan Aek Nabara. Akan tetapi yang terjangkau oleh
16 https://hukumalam.wordpress.com/manusia-dalam-proses/ajaran/ajaran-dasar-thoriqohnaqsyabandiyah/ diakses pada 04 April 2016 pukul 20.00 WIB.
17Syeh H. Muktar dan Hj. Shalehah, Alim Ulama Simaninggir. Wawancara pada 01 Mei
2016 pukul 13.30 WIB.
16
penulis untuk menelitinya yaitu tarekat yang ada di desa Ampung Julu,
Aek Nabara dan Hatupangan. Kemudian berdasarkan hasil wawancara
guru tarekat yang bernama Bapak Ali Mukmin selaku warga Tombang
Kaluang tarekat yang dijalankanya yaitu tarekat naqsabandiyah yang
mana tempat tarekat ini dilaksanakan di desa Tombang Kaluang,
Hatupangan dan di Banjar Maga. Tarekat ini dimulai pada 1982 gurunya
Khalifah Muhammad Yusuf selaku warga Hatupangan, setelah beliau
meninggal maka dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Ali Mukmin.
Ali Mukmin sudah mengajarkan tarekat ini selama 10 tahun. Untuk
tarekat ini sama saja dengan tarekat yang biasa yakni mengagungkan
Allah dengan berdiam di mesjid semata- mata karena Allah dan berzikir
menyebut asma Allah dengan khusyuk. Adapun untuk bacaannya yaitu
menyebut asma Allah kemudian untuk ajaran yang lain yaitu sangat
rahasia karena tidak diajarkan kepada orang yang belum mengikuti
tarekat seperti penulis. Untuk syarat mengikuti tarekat ini cukup dengan
mendaftar kemudian melaksanakan mandi taubat, untuk pelaksanaan
mandi taubat ini dilaksanakan pada malam hari yaitu sekitar pukul
11.00 malam kemudian setelah mandi shalat hajat dan berzikir kepada
Allah kemudian tidur seperti biasanya hingga menjelang waktu subuh.
Kemudian untuk hari selanjutnya tarekat tersebut dilaksanakan yang
mana cara duduknya melingkar dan seperti shalat tahiyat akhir namun
kakinya sebelah kiri, peserta tarekat berdiam dan berzikir di masingmasing kelambu yang mana perempuan sama perempuan dan laki-laki
sama laki-laki. Sebelum tarekat dilaksanakan gurunya memandu
bagaimana cara untuk pelaksanaannya.
Untuk pelaksanaan tarekat ini yaitu pada bulan Rajab, Ramadhan,
dan Zulhijjah. Murid yang mengikuti tarekai ini sekitar 30 orang yang
terdiri dari laki- laki dan perempuan , akan tetapi perempuan lebih
dominan. Karena sekarang ekonomi lagi krisis maka peserta tarekat juga
17
berkurang. Yang mana dulunya ada 60 orang yang ikut namun sekarang
sudah berkurang yaitu sekitar 30 orang.18
Kemudian tarekat selanjutnya yaitu tarekat naqsabandiyah juga
yang berada di desa Aek Nabara, desa ini merupakan desa terpencil di
kecamatan Batang Natal yang memiliki sekitar 120 kepala keluarga.
Guru tarekat yang berada di desa ini yaitu Ali Jabbar Lubis , muridnya
kurang lebih 20 orang yang terdiri dari laki- laki saja, tarekat yang
dijalankan yaitu tarekat naqsabandiyah , untuk ajarannya sama saja
dengan tarekat naqsabandiyah yang ada di daerah sebelumnya yaitu
khusus
untuk
menyatukan
diri
dan
mengucap
dua
kalimat
laailahaaillllah untuk mengesakan Dzat-Nya. Allah yang sebenarbenarnya, tiada yang disembah selain Dia. Tempat pelaksanaan tarekai
ini yaitu di mesjid dan waktunya di bulan Rajab dan Zulhijjah. 19
Tarekat yang selajutnya yaitu tarekat naqsabandiyah yang berada
di desa Ampung Julu, desa ini juga merupakan desa yang lumayan
terpencil yang mana terdiri sekitar 400 kepala keluarga. Guru dari
tarekat ini yaitu bapak Asmin yang mana pelaksanaannya dilakukan di
mesjid Ampung Julu, tarekat ini memiliki 30 murid , yang mana
pelaksanaannya sama saja dengan tarekat naqsabandiyah yang berada di
daerah sebelumnya.20
c. Tarekat di Kecamatan Ranto Baek
Terekat yang ada di kecamatan ini yaitu tarekat naqsabandiyah
yang mana berada di desa Manisak, guru dari tarekat ini yaitu bapak
Tasmin yang merupakan warga Muarasoma, murid dari tarekai ini
lebih banyak yaitu sekitar 50 orang yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan, tempat pelaksanaannya di mesjid juga kemudian untuk
18 Ali Mukmin, Alim Ulama Tombang Kaluang, wawancara telepon pada 15 April 2016
pukul 13.23. WIB.
19 Ali Jabbar, Alim Ulama Aek Nabara, wawancara pada 11 Maret 2016 pukul 19.39 WIB.
20 Asmin, Alim Ulama Ampung Julu, Wawancara 11 Maret 2016 pukul 13.45 WIB.
18
ajaran dan waktunya sama saja dengan tarekat naqsabandiyah di
daerah sebelumnya yang telah penulis bahas.21
C. Penutup
1. Kesimpulan
Sejarah perkembangan tarekat tidak terlepas dari perkembangan Islam,
yang mana pada makalh ini telah dibahas tarekat yang ada di Mandailing
Natal yakni tarekat naqsabandiyah dan sammaniyah. Dimana tarekat ini
terdapat di berbagi daerah di Mandailing Natal baik dikabupatennya,
maupun di kecamatannya. Demikian juga gurunya yang berbeda-beda.
2. Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dimana terbatasnya
waktu dan biaya peneliti. Namun penulis menerima kritikan dari saran dari
berbagai sumber khususnya yang membaca makalah ini demi perbaikan
selanjutnya.
D. Dokumentasi Wawancara
21 Tasmin,AlimUlama Muarasoma, Wawancara Telepon 13 Maret 2016 pukul 15. 00 WIB.
19
Keterangan : foto ini sewaktu wawancara dengan Syeh H. Muktar dan Hj.
Shalehah di desa Simaninggir kecamatan Siabu.
20
Keterangan : foto di atas merupakan tempat suluk yang ada di desa
Simaninggir .
21
Keterangan : foto ini adalah makam dari orangtua dari Syeh H. Muktar
yang bernama Syeh Bahauddin dan Tiambat.
22
Keterangan: foto mesjid parsulukan yang ada di Manisak kecamatan
Ranto Baek.
23
Daftar Pustaka
Ahmad Mansur Suryanegara,Menemukan Sejarah Rencana Pergerakan Islam di
Indonesia,Mizan Cet IV, 1998.
Ajid Thohir Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam Jakarta:Rajawali
Press,Cet I 2004.
Ali Jabbar, Alim Ulama Aek Nabara, wawancara pada 11 Maret 2016 pukul 19.39
WIB.
Ali Mukmin, Alim Ulama Tombang Kaluang, wawancara telepon pada 15 April 2016
pukul 13.23. WIB
Anne Marie, Dimensi Mistik Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986.
Asmin, Alim Ulama Ampung Julu, Wawancara 11 Maret 2016 pukul 13.45 WIB.
Azra(Peny), Perpektif Islam diAsia Tenggara, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1989.
Azyumardi Azra, Islam di Asia Tenggara : Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi
Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006.
Basyral Hamidy Harahap, Madina yang Madani, (Panyabungan: Pemerintah
Kabupaten Madina, 2004), hlm. 127.
Harun Nasution, Perkembangan Ilmu Tasawuf di Dunia Islam, (Jakarta:
mashajirismail” Sejarah Perkembangan Tariqat di Indonesia”
http://www.al-aziziyah.com/opini/64-pendidkan/100-thariqahmutabarah.html diakses pada 25 April 2016.
https://hukumalam.wordpress.com/manusia-dalam-proses/ajaran/ajaran-dasarthoriqoh-naqsyabandiyah/ diakses pada 04 April 2016 pukul 20.00 WIB.
Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung: Mizan,
1996.
24
Mashajirismail” Sejarah Perkembangan Tariqat di Indonesia” http://www.alaziziyah.com/opini/64-pendidkan/100-thariqah-mutabarah.html diakses pada
25 April 2016.
Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2006.
S. Pulungan, Mandailing, 2008, http://wikipedia.org.pdf (on-line) di akses tanggal 25
Maret 2016 pukul 17.00 WIB.
Simuh, Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam Islam (Jakarta: Grafindo Media
Persada, 2002), hlm.39-40.
Syeh H. Muktar dan Hj. Shalehah, Alim Ulama Simaninggir. Wawancara pada 01 Mei
2016 pukul 13.30 WIB.
.
Tasmin, Alim Ulama Muarasoma, Wawancara Telepon 13 Maret 2016 pukul 15. 00
WIB.
25