dengan hutang untuk perusahaan dengan pertumbuhan rendah. Tarjo dan Jogiyanto 2003 yang menggunakan sampel 295 perusahaan manufaktur di
Indonesia dengan periode pemantauan tahun 1996 – 2000 menunjukkan bahwa
perilaku perusahaan publik di Indonesia yang memiliki penilaian negatif, ketika free cash flow tinggi cenderung menggunakan hutang untuk kegiatan pendanaan
perusahaan.
2.1.3. Struktur Kepemilikan Saham
Dalam struktur kepemilikan saham dipercaya dapat mempengaruhi jalannya perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja. Struktur kepemilikan
saham dapat dipaparkan dari dua pendekatan yaitu, pedekatan keagenan agency approach dan pendekatan ketidakseimbangan informasi asymmetric information
approach. Pada pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan saham sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik keagenan diantara
barbagai pemegang saham. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan saham sebagai suatu cara untuk mengurangi
ketidakseimbangan informasi
antara insider
dengan outsider
melalui pengungkapan informasi di dalam pasar modal. Struktur kepemilikan saham
secara umum terbagi atas kepemilikan manejerial dan kepemilikan institusional.
2.1.3.1. Kepemilikan Manejerial Manegerial Ownership
Konflik keagenan akan dapat diminimalkan jika manajer sebagai salah satu pemilik perusahaan. Manajer sekaligus sebagai pemilik perusahaan akan
Universitas Sumatera Utara
menselaraskan kepentingannya dengan kepentingan pemegang saham. Namun, manejer mempunyai kecendungan untuk menggunakan hutang yang tinggi bukan
karena atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan melainkan untuk kepentingan oportunistik mereka. Karena itu dapat berdampak melalui pemilihan proyek
– proyek berisiko tinggi. Hal ini juga menyebabkan meningkatkan beban bunga
perusahaan karena risiko kebangkrutan semakin tinggi sehingga biaya hutang semakin tinggi. Peningkatan biaya keagenan tersebut akan berpengaruh pada
penurunan nilai perusahaan. Masalah agensi akan terjadi apabila propersi kepemilikan manejer atas saham perusahaan kurang dari 100 maka manejer
cenderung bertindak untuk melakukan keinginan atau kepentingan dirinya dan tidak berdasarkan untuk maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan
pendanaan. Kepemilikan manejerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan direktur dan komisaris. Pada struktur kepemilikan manejerial akan
mensejajarkan kepentingan antara manejemen dan pemegang saham, sehingga manejer akan merasa kerugian apabila keputusan yang diperoleh salah terutama
pada keputusan mengenai hutang. Dengan manejer memiliki perusahaan tidak mungkin akan bertindak oportunistik dan akan semakin teliti dalam menggunakan
hutang dan berusaha meminimkan biaya keagenan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Wahidahwati 2001 dengan menggunakan perusahaan manufaktur antara tahun 1995
– 1996 membuktikan bahwa kepemilikan manejerial berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hal serupa ini berkonsis
ten pada penelitian oleh Moh’d et al 1998 bahwa pada kepemilikan saham manejerial mempunyai pengaruh yang tinggi akan meningkatkan resiko
hutang yang non-diversiviable, sehingga manejer akan semakin berhati – hati
dalam menggunakan dana hutang. Rasio hutang dapat mengalami penurunan jika terdapat peningkatan kepemilikan saham pada manajerial. Pada penelitian lain
yang membuktikan adanya kepemilikan manejerial berpengaruh siginifikan dan memiliki arah hubungan negatif terhadapat kebijakan hutang adalah penelitian
oleh Mahadwartha 2002 dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode tahun 1990 sampai tahun 2000.
∑ ∑
2.1.3.2. Kepemilikan Instiutional Institutional Ownership