Analisi Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2011 - 2013
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2011 – 2013
OLEH
JOGI JORDAN SARAGI 110503239
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisi Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2011 - 2013 “ adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/ atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2015 Yang Membuat Pernyataan,
Jogi Jordan Saragi NIM: 110503239
(3)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2011 – 2013
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh free cash flow
dan kepemilikan saham terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011 - 2013.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan sektor manufaktur yang terlah terdaftar di BEI. Data diambil secara sekunder yang diperoleh dari bursa efek Indonesia. Data dianalisis dengan menggunakan analisa regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow dan kepemilikan saham berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang. Secara parsial menunjukan bahwa free cash flow dan kepemilikan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
(4)
ABSTRACT
ANALISIS IS FREE CASH FLOW'S INFLUENCE AND STOCK OWNERSHIP TO DEBT POLICY ON
MANUFACTURING BUSINESS AT BEI YEAR 2011 – 2013
This research intent to test influences free cash flow and stock ownership to debt policy on manufacturing business at BEI year 2011 2013.
This observational population is corporate – firm sectorally manufacturing that most enrolled at BEI. Data was taken by ala acquired secondary of Indonesia stock exchange. dianalisis's data by use of bifilar linear regression analysis.
Result observationaling to point out that free cash flow and influential stock ownership simultan's ala to debt policy. Partially points out that free cash flow and ownership stock not mempunya influence that signifikan to debt policy. Keywords : Free Cash Flow, Stock Ownership, Debt Policy
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat, berkat, kesehatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaian skripsi ini guna memperoleh Sarjana Ekonomi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., C.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Firman Syarif, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji penulis. Terima kasih untuk bimbingan dan arahannya selama ini. Dan Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, M.M, Ak, selaku Dosen Pembimbing serta Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak.,CA., dan Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembanding penulis. Terima kasih sedalam-dalamnya untuk
(6)
kesediaan membimbing penulis dengan perhatian dan kasih sayang yang secara ikhlas diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
6. Kepada kedua orangtua penulis, Sahat Saragi dan Jugia Pannjaitan dan kedua abang penulis, Juhari Setiawan Saragi dan Johannes Gunawan Saaragi serta. Terima kasih atas segala curahan kasih sayang melalui perhatian, doa, dukungan, dan pengorbanan yang selama ini telah diberikan, motivasi utama penulis untuk terus berprestasi dan berusaha menjadi yang terbaik.
Segala bentuk usaha dan perjuangan telah semaksimal mungkin dilakukan oleh penulis. Meskipun demikian, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih perlu banyak perbaikan atas segala kekurangannya yang semata-mata merupakan keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Akhir kata, semoga skrispi ini bermanfaat bagi pembacanya. Horas Mejuah-juah.
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
PENYERTAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori .. ... . 7
2.1.1 Kebijakan Hutang ... 7
2.1.2 Free Cash Flow dan Kebijakan Hutang ... 9
2.1.3Struktur Kepemilikan Saham ... 11
2.1.3.1 Kepemilikan Manejerial ... 11
2.1.3.2 Kepemilikan Institusional ... 13
2.2 Penelitian Terdahulu ... 15
2.3 Kerangka Konseptual ... 18
2.4 Hipotesis Penelitian ... 20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 21
3.2 Populasi dan Sampel ... 21
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 23
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 23
3.4.1 Kebijakan Hutang (Dependent Variable) ... 23
3.4.2 Free Cash Flow (Independent Variable) ... 23
3.4.3 Kepemilikan Saham (Independent Variable) ... 24
3.5 Teknik Analisis ... 26
3.5.1 Analisi Statistik Deskriptif ... 26
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 26
3.5.2.1 Uji Normalitas ... 26
3.5.2.2 Uji Autokorelasi ... 27
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 28
3.6.2.4 Uji Multitikolinearitas ... 29
3.5.3 Pengujian Hipotesis ... 29
3.5.3.1 Uji Regresi Parsial (Uji T) ... 29
(8)
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Statistik Deskriptif ... 32
4.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 33
4.2.1 Uji Normalitas ... 33
4.2.2 Uji Autokorelasi ... 38
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 39
4.2.4 Uji Multitikolinearitas ... 41
4.3. Analisis Regresi ... 42
4.4. Pengujian Hipotesis ... 44
4.4.1 Uji Signifikansi Simultan ... 44
4.4.2 Uji Signifikansi Parsial ... 45
4.5 Kesimpulan Hasil Penelitian ... 47
4.5.1 Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Hutang secara parsial ... 47
4.5.2 Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Hutang secara parsial ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 48
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 49
5.3 Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
(9)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu ... 17
3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 22
3.2 Defenisi Operasional Variabel ... 25
4.1 Statistik Deskriptif ... 32
4.2 Hasil Uji Normalias ... 34
4.3 Hasil Uji Normalias Pada Data Setelah Transformasi Loga- Ritma Natural ... 36
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 38
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi ... 39
4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 41
4.7 Analisis Hasil Regresi ... 42
4.8 Hasil Uji F ... 44
(10)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 18 4.1 Histogram Sebelum Transformasi Logaritma ... 37 4.2 Grafik Normal P-Plot Sebelum Transformasi Logaritma .... 35 4.3 Histogram Setelah Transformasi Logaritma ... 37 4.4 Grafik Normal P-Plot Sebelum Transformasi Logaritma .... 37 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 40
(11)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2011 – 2013
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh free cash flow
dan kepemilikan saham terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011 - 2013.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan sektor manufaktur yang terlah terdaftar di BEI. Data diambil secara sekunder yang diperoleh dari bursa efek Indonesia. Data dianalisis dengan menggunakan analisa regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow dan kepemilikan saham berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang. Secara parsial menunjukan bahwa free cash flow dan kepemilikan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
(12)
ABSTRACT
ANALISIS IS FREE CASH FLOW'S INFLUENCE AND STOCK OWNERSHIP TO DEBT POLICY ON
MANUFACTURING BUSINESS AT BEI YEAR 2011 – 2013
This research intent to test influences free cash flow and stock ownership to debt policy on manufacturing business at BEI year 2011 2013.
This observational population is corporate – firm sectorally manufacturing that most enrolled at BEI. Data was taken by ala acquired secondary of Indonesia stock exchange. dianalisis's data by use of bifilar linear regression analysis.
Result observationaling to point out that free cash flow and influential stock ownership simultan's ala to debt policy. Partially points out that free cash flow and ownership stock not mempunya influence that signifikan to debt policy. Keywords : Free Cash Flow, Stock Ownership, Debt Policy
(13)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Krisis keuangan yang terjadi didunia turut mengguncang perekonomian dan pasar modal Indonesia. Perkembangan indeks bursa saham di dunia yang sebelumnya menunjukkan kinerja yang baik terkoreksi turun sampai dengan level yang tidak diperkirakan. Bagi Indonesia, hal ini mengakibatkan melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Melemahnya IHSG yang diakibat oleh sentimen global krisis keuangan Amerika Serikat sebenarnya memberikan hikmah positif karena tanpa disadari ternyata kinerja IHSG selama ini relatif overvalued.
Pelaku pasar harus tetap waspada di tengah sistem keuangan global yang terkoneksi karena dampak krisis bisa berpengaruh ke negara-negara lain, termasuk
emerging markets di Asia. Pelaku pasar dan regulator harus belajar dari pengalaman yang pernah ada. Hal ini penting bagi perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia karena sebagian besar investor pasar modal Indonesia saat ini masih didominasi oleh investor asing. Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada ahkir 2014 kepemilikan saham investor asing di Bursa Efek Indonesia sebesar 65 persen, sisanya 35 persen adalah kepemilikan saham investor lokal. Peran investor asing di satu sisi membawa dampak positif dalam meningkatkan likuiditas berupa aliran modal masuk, tetapi di sisi lain dapat menjadi ancaman instabilitas pasar ketika pemodal asing ini keluar dan menarik modalnya secara masif dan tiba-tiba.
(14)
Tujuan utama perusahaan yang go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Sjahrial, 2007 : 12). Tujuan lain dari perusahaan yaitu mendapatkan laba dari tahun ke tahun serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan tersebut, salah satu keputusan yang dihadapi oleh manajer adalah keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi keuangan dan hutang. Namun, dalam menentukan kebijakan pendanaan ini sering kali terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajer (agent) yang disebut dengan konflik keagenan (agency cost). Konflik keduanya akan muncul ketika manajer memiliki kepentingan yang berbeda dari pemegang saham. Pemegang saham ingin agar keputusan manajer bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan mereka, tetapi terkadang manajer bertindak untuk menambah kekayaan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer karena hal tersebut akan menambah biaya perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan yang akan diterima.
Beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu pertama, dari free cash flow, khususnya aliran kas di bawah control manajemen. Kedua, meningkatkan pendanaan dengan hutang. Ketiga, dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. Proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh menajer dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan.
(15)
Untuk mengatasi dugaan penggunaan free cash flow oleh manajer seperti telah diuraikan diatas, Van Greuning (2005), mengusulkan perlunya pembentukan hutang yang disebut dengan control hypothesis (IFRS 2005 : 47). Sebagai contoh, jika perusahaan mengeluarkan hutang baru dan menggunakan hasilnya untuk menarik saham yang beredar atau membayar deviden. Pihak manajemen diwajibkan mengeluarkan uang kas untuk membayar bunga dan pokok atas pemegang saham dan para manajer, dimana para manajer ingin agar dana tersebut digunakan untuk diinvestasikan pada proyek – proyek yang menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan menambah insentif bagi para manajer sedangkan pemegang saham menginginkan dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Teori keagenan menerangkan bahwa kepentingan manajemen seringkali bertentangan dengan kepentingan pemegang saham. Hal tersebut dapat terjadi karena manajer yang cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadi. Pemegang saham biasanya kurang menyukai kepentingan pribadi manajer karena hal itu akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan yang akan diterima. Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham sering kali bertentangan. Hal tersebut terjadi karena manajer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer karena hal tersebut akan menambah biaya perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan yang akan diterima. Akibat perbedaan itulah maka terjadi konflik yang biasa disebut konflik agency (agency
(16)
cost). Agency cost dari sisi pemegang saham dapat dikurangi dengan cara melibatkan pihak ketiga yang masuk melalui kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Gull dan Jaggi (1999) menyebutkan bahwa
free cash flow berpengaruh signifikan dan memiliki arah hubungan yang positif dengan hutang untuk perusahaan dengan pertumbuhan rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Mahadwartha (2002) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan periode pengamatan tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan dan mempunyai arah hubungan yang negatif terhadap kebijakan hutang. Wahidahwati (2001) menguji pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutionalterhadap kebijakan hutang dengan sampel 61 perusahaan manufaktur periodepengamatan tahun 1995-1996. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional mempunyai arah hubungan yang negatif dansignifikan terhadap kebijakan hutang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurwahyudi dan Mardiyah (2004), free cash flow mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang sebesar 29,3% pada tahun 2000, sedangkan pada tahun 2001, meningkat menjadi 35%, dan sisanya dipengaruhi oleh variable lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isrina (2006), free cash flow mempunyai pengaruh terhadap hutang dengan nilai signifikansi sebesar 0,000449 (signifikan kuat), kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang dan secara statistic 27 tidak signifikan, dengan nilai signifikasi sebesar 0,5345, kepemilikan institusional
(17)
berengaruh positif terhadap kebijakan hutang dan tidak signifikan dengan nilai signifikan sebesar 0,8019.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini mengambil judul, Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebjakan Utang pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia yang tercatat di BEI pada tahun 2011 – 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah Free Cash Flow dan kepemilikan saham berpengaruh terhadap berpengaruh secara silmultan dan parsial terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011 – 2013 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis secara empiris Pengaruh Free Cash Flow, kepemilikan saham (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional) berpengaruh secara silmultan dan parsial terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011 – 2013.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :
1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang diharapkan dapat menambah akan pemahaman mengenai pengaruh
free cash flow, kepemilikan saham terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI.
(18)
2. Bagi manejemen, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusanan mengenai penggunaan free cash flow yang tepat dan menentukan kebijakan hutang. 3. Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan investasi kepada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.
4. Bagi penelitan selanjutnya dan akademisi penelitian ini diharapkan dapat melengkapai temuan – temuan empiris yang telah ada di bidang akuntansi dan sebagai refenrensi untuk penelitian berikutnya.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjaun Teori
2.1.1. Kebijakan Hutang
Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana yang dapat berasal dari sektor dalam maupun sektor luar perusahaan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan. Sumber dana eksternal perusahaan berasal dari kreditur yang merupakan hutang bagi perusahaan. Pembiayaan dengan hutang terdapat tiga implikasi penting yaitu:
1. Dengan memperoleh dana melalui hutang membuat pemegang saham dapat pengendalian perusahaan dengan investigasi yang terbatas.
2. Pihak kreditur melihat dana perusahaan untuk menentukan margin pengaman, sehingga jika manajemen hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan maka resiko perusahaan sebagai besar pada kreditur. 3. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibandingkan pembiayaan bunga, maka pengembalian modal akan lebih besar.
Hutang jangka pendek maupun jangka panjang harus dibayar kembali. Semakin panjang periode pembayaran hutang maka semakin sedikit cabang pembayaran kembali. Oleh karena itu semakin mudah suatu perusahaan untuk mendapatkan modal hutang. Namun, hutang harus dibayar kembali pada waktu
(20)
tertentu tanpa memperhatikan keadaan posisi keuangan perusahaan beserta bunga berkala untuk bagian hutang perlu dibayar. Kegagalan membayar pokok hutang dan bunga akan menyebabkan proses hukum pada pemegang saham biasanya kehilangan kendali pada perusahaan. Semakin besar proporsi hutang pada struktur modal pada perusahaan, semakin tinggi beban tetap dan komitmen pembayaran kembali yang ditimbulkan. Kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga dan pokok pinjaman yang jatuh tempo akan berdampak kerugian pada kreditor meningkat.
Bagi pihak investor, Hutang mencerminkan resiko kerugian investasi, namun diimbangi dengan potensi keuntungan dari leverage keuangan. Leverage keuangan (financial leverage) merupakan penggunaan hutang untuk meningkatkan laba. Leverage meningkatkan baik keberhasilan (laba) maupun kegagalan (rugi) manejemen. Dampak hutang yang terlalu besar akan menghambat manajer untuk mengejar target keuntungan
Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manejemen dan kepentingan pemegang saham terjadi perselisihan. Peneltian menurut Jensen (1992) menyatakan terdapat dua potensi konflik dalam agency cost yaitu konflik antara pemegang saham dengan kreditur dan konflik antara pemegang saham dengan pihak perusahaan. Hal tersebut terjadi karena manejer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan perusahaan yang akan menurunkan keuntungan pemegang saham. Akibat perbedaan itulah maka terjadi konfik yang biasa disebut konflik agency (agency cost). Agency cost dari sisi pemegang saham dapat
(21)
dikurangi dengan cara melibatkan pihak ketiga yang masuk melalui kebijakan hutang.
Terdapat beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu pertama,
free cash flow akan digunakan untuk kepentingan perusahaan. Kedua, menurunkan pendanaan dengan hutang akan menurunkan konflik antara pemegang saham dengan manejer. Ketiga, meningkatkan kepemilikan saham oleh manejemen yang dapat mempengaruhi dalam kebijakan perusahaan.
2.1.2. Free Cash Flow
Free cash flow atau aliran kas bebas merupakan jumlah arus kas yang tersedia bagi investor (penyedia hutang/kreditur dan penyedia ekuitas/pemilik) setelah perusahaan memenuhi seluruh kebutuhan operasi dan mengkover dana untuk investasi baik dalam aktiva tetap bersih maupun aktiva lancar bersih. Ketika organisasi menghasilkan aliran kas bebas dalam jumlah besar, maka terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer (Jensen, 1986). Manajer ingin tetap memegang kendali atas kas tersebut, kelebihan kas tersebut cenderung digunakan manajer untuk meningkatkan kekuasaannya melalui investasi yang berlebihan dan pengeluaraan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan (excessive perquisites). Seperti membeli lukisan, peralatan kantor, kendaraan dan tempat peristirahatan. Untuk mengatasi konflik pada arus tersebut, pemegang saham dapat saja menetapkan kebijakan pembayaran deviden yang tinggi. Dengan demikian dapat mengkendali arus kas bebas tidak lagi berada di tangan manajer namun sudah di tangan pemegang saham dalam bentuk deviden.
(22)
Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan deviden. Untuk menghindari perilaku menyimpang manajer terhadap pemanfaatan free cash flow, kebijakan hutang menjadi salah satu solusi didalam menekan risiko penyimpangan. Hal ini sesuai dengan hipotesis control untuk penciptaan hutang menurut Jensen dalam Keown dkk. (2010 :162) yang menjelaskan bahwa:
Dengan penggunaan utang, pemegang saham akan menikmati control lebih besar akan manajer. Dengan adanya utang maka manajer diwajibkan untuk melunasi utang-utang itu sekaligus mengurangi banyaknya free cash flow yang bisa disalah gunakan oleh manajemen. Hal ini juga disebut sebagai hipotesis ancaman, karena manajemen bekerja dalam ancaman kegagalan keuangan, maka manajemen akan bekerja lebih efisien.
Dengan adanya hutang, maka dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow yang berlebihan oleh manejer. Selain pada pemegang saham juga dapat menikmati kontrol yangg lebih atas dari tim manejemennya. Misalnya, jika perusahaan menerbitkan hutang baru dan menggunakan hasilnya untuk membeli kembali saham biasa yang teruntang maka manejemen wajib membayar tunai untuk menutupi hutang tersebut dan dapat mengurangi jumlah kas yang ada pada manejemen perusahaan. Dengan adanya hutang ini, manejer akan bekerja lebih efisien agar tidak terjadi kegagalan keuangan yang akan dapat mengurangi biaya agensi arus kas bebas.
Penelitian yang dilakukan oleh Gull dan Jaggi (1999) menyebutkan bahwa
(23)
dengan hutang untuk perusahaan dengan pertumbuhan rendah. Tarjo dan Jogiyanto (2003) yang menggunakan sampel 295 perusahaan manufaktur di Indonesia dengan periode pemantauan tahun 1996 – 2000 menunjukkan bahwa perilaku perusahaan publik di Indonesia yang memiliki penilaian negatif, ketika
free cash flow tinggi cenderung menggunakan hutang untuk kegiatan pendanaan perusahaan.
2.1.3. Struktur Kepemilikan Saham
Dalam struktur kepemilikan saham dipercaya dapat mempengaruhi jalannya perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja. Struktur kepemilikan saham dapat dipaparkan dari dua pendekatan yaitu, pedekatan keagenan (agency approach) dan pendekatan ketidakseimbangan informasi (asymmetric information approach). Pada pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan saham sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik keagenan diantara barbagai pemegang saham. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan saham sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insider dengan outsider melalui pengungkapan informasi di dalam pasar modal. Struktur kepemilikan saham secara umum terbagi atas kepemilikan manejerial dan kepemilikan institusional.
2.1.3.1. Kepemilikan Manejerial (Manegerial Ownership)
Konflik keagenan akan dapat diminimalkan jika manajer sebagai salah satu pemilik perusahaan. Manajer sekaligus sebagai pemilik perusahaan akan
(24)
menselaraskan kepentingannya dengan kepentingan pemegang saham. Namun, manejer mempunyai kecendungan untuk menggunakan hutang yang tinggi bukan karena atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan melainkan untuk kepentingan oportunistik mereka. Karena itu dapat berdampak melalui pemilihan proyek – proyek berisiko tinggi. Hal ini juga menyebabkan meningkatkan beban bunga perusahaan karena risiko kebangkrutan semakin tinggi sehingga biaya hutang semakin tinggi. Peningkatan biaya keagenan tersebut akan berpengaruh pada penurunan nilai perusahaan. Masalah agensi akan terjadi apabila propersi kepemilikan manejer atas saham perusahaan kurang dari 100% maka manejer cenderung bertindak untuk melakukan keinginan atau kepentingan dirinya dan tidak berdasarkan untuk maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan.
Kepemilikan manejerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Pada struktur kepemilikan manejerial akan mensejajarkan kepentingan antara manejemen dan pemegang saham, sehingga manejer akan merasa kerugian apabila keputusan yang diperoleh salah terutama pada keputusan mengenai hutang. Dengan manejer memiliki perusahaan tidak mungkin akan bertindak oportunistik dan akan semakin teliti dalam menggunakan hutang dan berusaha meminimkan biaya keagenan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Wahidahwati (2001) dengan menggunakan perusahaan manufaktur antara –
(25)
signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hal serupa ini berkonsisten pada penelitian oleh Moh’d et al (1998) bahwa pada kepemilikan saham manejerial mempunyai pengaruh yang tinggi akan meningkatkan resiko hutang yang non-diversiviable, sehingga manejer akan semakin berhati – hati dalam menggunakan dana hutang. Rasio hutang dapat mengalami penurunan jika terdapat peningkatan kepemilikan saham pada manajerial. Pada penelitian lain yang membuktikan adanya kepemilikan manejerial berpengaruh siginifikan dan memiliki arah hubungan negatif terhadapat kebijakan hutang adalah penelitian oleh Mahadwartha (2002) dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode tahun 1990 sampai tahun 2000.
∑ ∑
2.1.3.2. Kepemilikan Instiutional (Institutional Ownership)
Kepemilikan institutiional adalah persentase kepemilikan saham oleh investor institutional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain. Kepemilikan ini mewakili sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Dengan adanya peran kepentingan oleh pemilik institutional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terdahap kinerja perusahaan.
Moh’d et.al (1998) menyatakan bahwa bentuk distribusi saham antar
(26)
dapat mengurangi agency cost. Karena kepemilikan dapat mewakili sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power merupakan sesuatu hal yang relevan. Adanya kepemilikan investor institusional dalam bentuk perusahaan akan meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
insiders. Hal yang sama disampaikan oleh Brigham (1994), yang menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh institusi merupakan salah satu monitoring agents
yang penting yang memainkan peranan aktif dan konsisten dalam melindungi investasi saham yang mereka pertaruhkan dalam perusahaan. Mekanisme
monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham
Dengan semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh pihak investor institutional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif kerena dapat mengendalikan perilaku oportunistik yang dilakukan oleh manejer. Konsisten dengan Fama dan Jensen (1983) yang menyatakan mekanisme
monitoring dapat dilakukan dengan menempatkan dewan ahli yang tidak dibiayai oleh perusahaan, dengan demikian tidak berada dalam pengawasan CEO, sehingga dapat melakukan monitoring dengan lebih baik. Bentuk monitoring yang lain adalah memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan bagi insiders
dalam menjalankan usaha dan melalui RUPS (Brigham dan Gapenski, 1996). Struktur kepemilikan institusional ditentukan dengan rumus
(27)
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian Jensen et.al (1992) yang berjudul simultineous determination of insider ownership, debt and devidend policies, menguji pengaruh insider ownership, dan kebijakan deviden terhadap kebijakan utang (debt to equity ratio) pada perusahaan publik dari berbagai sektor di Amerika Serikat. Penelitian ini menyatakan bahwa rasio utang merupakan fungsi dari insider ownership, deviden, resiko bisnis, profitabilitas, riset dan pengembangan dan aset tetap. Teknis analisis adalah teknik regresi berganda. Hasil penelitian ini yaitu terdapat hubungan negatif antara insider ownership dengan kebijakan hutang. Hasil ini mengindikasikan bahwa dengan peningkatan insider ownership, maka akan mensejajarkan kepentingan pemegang saham dan manajer, sehingga kepemilikan manajerial bisa menggantikan peranan utang dalam mengurangi agency cost. Penelitian ini juga menemukan bahwa peningkatan insider ownership
menyebabkan penurunan dividend payout ratio.
Setiawan (2008) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional terhadap kebijakan utang perusahaan pada perusahaan non manufaktur di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang. Namun secara simultan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Arimoerti (2003) juga meneliti mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur yang go public dibursa efek. Hasil penelitian menunjukkan insider ownership, institusional
(28)
investor, firm size, berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Shareholder dispersion tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.
Manan (2004) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan utang perusahaan pada industry keuangan yang go public di BEJ TH.1999-2002 sebuah pendekatan agency theory. Hasil penelitian kepemilikan manajerial, dividen, stock volatility tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan kepemilikan institusi, penyebaran saham, ukuran perusahaan, pertumbuhan, struktur asset, earning volatility berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Moh’d, Perry, dan Rimbey (1998) menemukan bahwa kepemilikan saham
oleh institusional mempunyai hubungan yang signifikan dan negatif terhadap kebijakan utang. Adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Semakin tinggi kepemilikan institusional, maka diharapkan pengendalian internal terhadap perusahaan akan semakin kuat sehingga dapat mengurangi agency cost pada perusahaan. Pengendalian ini akan membuat manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress
dan kebangkrutan perusahaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Manan (2004) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang untuk perusahaan yang termasuk industri keuangan yang
(29)
Tabel 2.1
Rangkuman Penelitian Terdahulu
No Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Kesimpulan 1 Setiawan (2008) Pengaruh kepemilikan
institusional terhadap kebijakan hutang perusahaan non manufaktur di bursa efek indonesia Kepemilikan institusional Kebijakan hutang kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Namun secara simultan
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap kebijakan hutang. 2 Arimoerti
(2003)
Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan utang pada perusahaan
manufaktur yang go public dibursa efek.
Struktur kepemilikan Kebijakan utang
Menunjukkan insider ownership, institusional investor, firm size,
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Shareholder dispersion
tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. 3 Manan (2004) Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan pada industri keuangan yang go public di BEJ TH.1999-2002
Pendekatan
agency theory
Hasil penelitian
kepemilikan manajerial, dividen, stock volatility
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kebijakan utang sedangkan kepemilikan institusi, penyebaran saham, ukuran perusahaan, pertumbuhan, struktur asset, earning volatility berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. 4 Jensen, Solberg
(1992)
Simultaneous determination of insider ownership, debt, and dividend policies
Kepemilikan saham oleh pihak internal Rasio
long termdebt
terhadap nilai buku total aktiva Rasio dividen terhadap laba operasi Hasil penelitian mendukung pernyataan bahwa keputusan keuangan dan tingkat kepemilikan internal adalah saling tergantung satu sama lain
(interdependent). Tingkat kepemilikan
(30)
internal berpengaruh negatif terhadap tingkat hutang dan dividen perusahaan
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep dibangun untuk mengetahui pengaruh free cash flow
(X1), kepemilikan manajerial (X2), dan kepemilikan institusional (X3) sebagai variabel independen terhadap variabel dependen yaitu kebijakan hutang (Y). kerangka konseptual penelitian ini digambarkan pada Gambar 2.1.
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Free cash flow atau aliran kas bebas merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan lagi untuk modal kerja atau investasi pada asset tetap perusahaan. Pasar akan bereaksi jika terlihat ada free cash flow yang dapat meningkatkan harapan mereka
Free Cash Flow FCF
MOWNS
INST
(31)
mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk yang bukan untuk kepentingan pemegang saham. Dengan kata lain, para manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka menerima manfaat yang penuh dari kegiatan tersebut tetapi kurang mau menangggung risiko dari biaya yang dikeluarkan. Hutang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow yang berlebihan oleh manajer. Selain itu pemegang saham juga akan menikmati kontrol yang lebih atas tim manajemen misalnya, jika perusahaan menerbitkan hutang baru dan menggunakan hasilnya untuk membeli kembali saham biasa yang terutang maka manajemen wajib membayar tunai untuk menutupi utang ini, secara simultan mengurangi jumlah arus kas yang ada pada manajemen untuk dipermainkan. Dengan adanya hutang ini, manajemen akan bekerja lebih efisien agar tidak terjadi kegagalan keuangan sehingga akan mengurangi biaya agensi arus kas bebas.
Kepemilikan manajerial adalah persentasi kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham terutama keputusan mengenai hutang. Bila manajer ikut memiliki perusahaan serta turut dalam pengambilan keputusan mengenai hutang diharapkan manajer tidak mungkin bertindak oportunistik lagi dan akan semakin hati-hati dalam menggunakan hutang dan berusaha meminimumkan biaya keagenan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.
(32)
Dengan kata lain kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh negatif dengan kebijakan hutang perusahaan.
Kepemilikan institusional merupakan persentasi kepemilikan saham oleh investor institusional seperti perusahaan investasi, bank maupun lembaga atau perusahaan lain. Kepemilikan institusional akan mendorong pengawasan yang lebih optimal sehingga dapat mengurangi perilaku opotunistik manajer. Tindakan pengawasan yang lebih efektif diharapkan dapat mengontrol perusahaan untuk menggunakan tingkat hutang yang lebih rendah.
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan masalah pada penelitian adalah Free Cash Flow, kepemilikan saham (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional) berpengaruh secara silmultan dan parsial terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011 – 2013.
(33)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan penulis adalah desain asosiatif klausal.
Menurut Syofian (2010) “desain asosiatif klausal adalah desain yang dirumuskan
untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat hubungan/pengaruh yang menyatakan hubungan bersifat sebab dan akibat antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala”. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori yang diperoleh selama masa perkuliahan dan tinjauan pustaka. Metode penelitian dirancang melalui langkah – langkah penelitian dari operasional variabel, penentuan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan diakhiri dengan rancangan pengujian hipotesis dan statistik.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 sampai tahun 2013. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk memilih sampel penelitian sebagai berikut :
(34)
2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsiten dan lengkap dari 2011 sampai 2013.
3. Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai ekuitas positif dalam laporan keuangan periode 2011 sampai 2013.
4. Perusahaan manufaktur yang memiliki kepemilikan institutional dalam periode penelitian 2011 sampai 2013.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka 27 perusahaan yang akan menjadi objek penelitian dengan total selama 3 tahun dan observasi penelitian menjadi 81 sampel (27 x 3) tercantum pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Daftar Nama Sampel Penelitian Tahun 2011-2013
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
1 BTON Betonjaya Manunggal Tbk.
2 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 3 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 4 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk. 5 JPRS Jaya Pari Steel Tbk.
6 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 7 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk. 8 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 9 SMGR Semen Indonesia Tbk. 10 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 11 BATA Sepatu Bata Tbk.
12 BRAM Indo Kordsa Tbk.
13 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk. 14 SCCO Sumi Indo Kabel Tbk.
15 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk. 16 SMSM Selamat Sempurna Tbk. 17 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 18 ADES Akasha Wira International Tbk 19 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 20 CEKA Will Cahaya Indonesia Tbk
(35)
22 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 23 MBTO Martina Berto Tbk
24 MRAT Mustika Ratu Tbk 25 MYOR Mayora Indah Tbk 26 TCID Mandom Indonesia Tbk 27 UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber : Lampiran 1
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu database Bursa Efek Indonesia yang tersedia secara online pada situ
www.idx.co.id.
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.4.1. Kebijakan Hutang (Y)
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Debt to Equity rasio yang dihitung dengan membagi total liabilities dengan total shareholder.s equity pada tahun t. Data untuk variabel ini diperoleh dari ICMD pada bagian summary offinancial statement. Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kebijakan hutang perusahaan. Secara matematis Debt to Equity rasio diformulasikan sebagai berikut :
3.4.2. Free Cash Flow / Aliran Kas Bebas
Free cash flow adalah kas lebih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham atau kreditor yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada asset tetap (Ross et al, 2000) yang dikutip dari
(36)
Tarjo dan Jogiyanto (2003). Free cash flow dihitung dengan menggunakan rumus Ross et al ( 2000 ) yaitu:
Keterangan :
FCFit = Free Cash Flow
AKOit = Aliran kas operasi perusahaan i pada tahun t PMit = Pengeluaran modal perusahaan i pada tahun t NWCit = Modal kerja bersih perusahaan i pada tahun t
3.4.3. Struktur Kepemilikan Saham
Struktur kepemilikan saham dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional.
- Managerial Ownership / Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen. Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Variabel ini diberi simbol MOWNS. Kepemilikan manajerial akan dihitung dengan menggunakan rumus:
(37)
- Institutional Ownership / Kepemilikan Institutional
Kepemilikan institutional diukur berdasarkan persentase kepemilikan saham oleh investor institusi seperti perusahaan asuransi, bank, maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan-perusahaan lain. Variabel ini diberi simbol INST. Kepemilikan Institusional juga akan dihitung dengan menggunakan rumus :
∑ ∑
Tabel 3.2
Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Nama
Variabel
Defenisi Operasiional
Indikator Skala
Variabel independen
Free Cash Flow
Dengan pengeluaran modal dan modal kerja bersih kemudian dibagi dengan total asset
Rasio Kepemilikan Manajerial
Merupakan proporsi kepemilikan saham
oleh pihak
manajemen ∑ ∑ Rasio Kepemilikan institusional
Merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi dan perusahaan lain ∑ ∑ Rasio Variabel Dependen Kebijakan Hutang
Kebijakan utang diproksikan dalam
Debt to Equity ratio
yaitu membagi total liabilities dengan
total shareholder.s Equity
(38)
3.5. Teknik Analisis Data
Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi kedalam sebuah model yang telah dimasukkan ke dalam serangkaian data. Masalah ini sering disebut dengan pengujian normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedasitas.
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah analisis yang dilakukan untuk melihat gambaran dari data yang menunjukan karakteristik data tersebut. Adapun analisis yang dilakukan meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi data.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi kedalam sebuah model yang telah dimasukkan ke dalam serangkaian data. Masalah ini sering disebut dengan pengujian normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedasitas.
3.5.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi dalam penelitian, antara variabel dependen dengan variabel independen keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk dapat dianalisis data harus berdistribusi normal atau mendekati normal. Cara mendeteksi normalitas adalah dengan pengamatan melalui nilai residual. Cara lain adalah dengan melihat
(39)
distribusi dari variabel - variabel yang akan diteliti. Jika variabel tidak berdistribusi secara normal (menceng kekiri atau menceng kekanan) maka hasil uji statistik akan terdegradasi.
Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik sedangkan normalitas nilai residual dideteksi dengan metode grafik. Secara statistik ada dua komponen normalitas yaitu skewness dan kurtosis.
Skewness berhubungan dengan simetris distribusi. Skewed variabel (variabel menceng) adalah variabel yang nilai mean-nya tidak di tengah-tengah distribusi. Sedangkan kurtosis berhubungan dengan puncak dari suatu distribusi. Jika variabel terdistribusi secara normal maka nilai skewness dan kurtosis sama dengan nol (Ghozali,2005). Normalitas variabel dideteksi juga dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan cara melihat nilai probabilitas signifikan yang bernilai diatas nilai 0.05 maka data berdistribusi normal dan selain itu juga dengan metode grafik histogram data.
3.5.2.2. Uji Autokorelasi
Pada asumsi OLS didapati kesepakatan bahwa persamaan regresi yang terbentuk tidak boleh ada autokorelasi. Uji autokorelasi merupakan korelasi antara anggota dalam runtut waktu (time series) atau antara space data cross section
(Hakim,2004). Cara mendeteksi adanya gejala autokorelasi adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW). Penggambilan keputusan bila menggunakan uji DW adalah sebagai berikut :
(40)
a. Nilai DW terletak di antara du dan 4-du maka autokorelasi sama dengan nol, dan dapat diartikan tidak ada autokorelasi. du < DW < 4-du.
b. Nilai DW terletak di bawah lower boud (dl), maka akan mempunyai koefisien korelasi lebih besar dari nol dan memiliki autokorelasi positif.
c. Nilai DW > (4-dl), maka koefisien korelasi kurang dari nol, sehingga memiliki autokorelasi negatif.
d. Nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau terletak antara (4-du) dan (4-dl) sehingga hasilnya tak dapat disimpulkan.
3.5.2.3. Uji Heteroskedastistas
Langkah ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang kita miliki mengandung perbedaan variansi residu dari kasus pengamatan satu kasus ke kasus pengamatan yang lainnya. Jika variansi residu dari kasus pengamatan satu ke kasus pengamatan yang lainnya mempunyai nilai tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika mempunyai perbedaan maka disebut heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai residu variabel dependen (SRESID) dengan nilai prediksi (ZPRED) (Santoso, 2006). Dasar analisisnya: (a) Jika ada pola tertentu, seperti titik - titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi
(41)
heteroskedastisitas. (b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5.2.4. Uji Multitikolinearitas
Multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan liniar diantara variabel-variabel independen yang dipakai dalam model regresi. Akibat adanya multikoliniearitas, koefisien-koefisien regresi menjadi tidak bisa ditaksir. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,1 atau Variance Inflation Factor yang lebih besar dari 10.
3.5.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan alat software SPSS for window v.18.. SPSS v.18 dapat digunakan untuk melakukan analisis sebab-akibat dengan lebih akurat karena telah dilengkapi dengan nearest neighbor analysis
yang biasadigunakan dalam ilmu interpolasi (Pratisto, 2009 ).
3.5.3.1 Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui apakah secara individu variabel independen mempunyai pengaruh terhadap kebijakan utang, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikan t atau p value < 5%.
H
1 : free cash flow, H2 : kepemilikan manajerial, dan H3: kepemilikan
institusional. Di uji masing – masing dengan menggunakan uji –t, dalam hal ini adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho diterima apabila t hitung < t table
(42)
3.5.3.2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (free cash flow, struktur aset dan profitabilitas) secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan. Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho akan ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikansi F < 5 %. Data analisis dengan model regresi berganda adalah sebagai berikut :
DER = b0 + b1FCF + b2MOWNS + b3INST + Dimana :
DER = Kebijakan utang
b0 = Konstanta
FCF = Ratio Free cash flow
MOWNS = Ratio kepemilikan manajerial INST = Ratio kepemilikan institusional b1- b3 = Koefisien regresi
= standard error
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengambilan keputusan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Membuat Formulasi Hipotesis:
H = b1, b2, b3 ≠ 0, free cash flow, kepemilikan menejerial dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang secara parsial dan simultan.
(43)
2. Menentukan Tingkat Signifikansi.
Untuk memperoleh nilai signifikansi, menggunakan taraf nyata (á) 5%. 3. Dasar pengambilan keputusan.
a. ñ-value < 0.05, maka H1 terbukti berpengaruh
(44)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel independen dan variabel dependen.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FREE CASH FLOW 81 -,71 ,57 -,2350 ,25953 MANAGERIAL
OWNERSHIP
81 ,33 ,96 ,7102 ,17235
INSTITUTIONAL OWNERSHIP
81 ,04 ,67 ,2885 ,17249
DEBT TO EQUITY RASIO 81 ,04 2,15 ,8400 ,58347 Valid N (listwise) 81
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hanya variabel FCF yang memiliki nilai minimum negatif. Nilai negatif yang ditunjukkan pada nilai rata-rata FCF menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan mengalami defisit FCF. Berikut ini adalah perincian data deskriptif yang telah diolah:
Variabel FCF memiliki nilai minimum sebesar -0.71, nilai maksimum sebesar 0.57, nilai rata-rata sebesar -0.2350, dan standar deviasi sebesar 0.25953 dengan jumlah pengamatan sebanyak 81.
Variabel MOWNS memiliki nilai minimum sebesar 0.33, nilai maksimum sebesar 0.96, nilai rata-rata sebesar 0.7102, dan standar deviasi sebesar
(45)
Variabel INST memiliki nilai minimum sebesar 0.04, nilai maksimum sebesar 0.67, nilai rata-rata sebesar 0.2885, dan standar deviasi sebesar 0.17249 dengan jumlah pengamatan 81.
Variabel DER memiliki nilai minimum sebesar 0.04, nilai maksimum sebesar 2.15, nilai rata-rata sebesar 0.8400, dan standar deviasi sebesar 0.58347 dengan jumlah pengamatan 81.
4.2 Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu.
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis.
H0 : Data residual berdistribusi normal HA : Data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau HA diterima.
(46)
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 81
Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,47967213 Most Extreme Differences Absolute ,116
Positive ,116
Negative -,052
Kolmogorov-Smirnov Z 1,045
Asymp. Sig. (2-tailed) ,225
Sumber: Data diolah peneliti, 2015
Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.2 diperoleh besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 1.045 dan signifikan pada 0.225. Nilai siginifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi normal.
Selain dari angka siginifikansi Kolmogorov-Smirnov, distribusi data normal dapat dilihat dari grafik histogram dan grafik normal p-plot. Berikut grafik histrogram dan normal p-plot:
(47)
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.1
Histogram Sebelum Transformasi Logaritma
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.2
(48)
Dari grafik histrogram diatas, dapat dilihat bahwa grafik berbentuk lonceng yang simetris di tengah. Hal ini menunjukan bahwa data berdistribusi normal. Selain dari grafik histrogram, grafik normal p-plot juga menunjukan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari data pada grafik yang berjalan mengikuti garis diagonal pada grafik normal p-plot.
Akibat adanya gejala multikolinearitas, peneliti menghitu logaritma natural dari variabel MOWNS dan INST, sehingga penulis harus mencari tingkat tingkat normalitas data yang baru. Berikut tabel Kolmogorov-Smirnov, grafik histogram, grafik normal p-plot :
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Pada Data Setelah Transformasi Logaritma Natural One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 81
Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,45405379 Most Extreme Differences Absolute ,074
Positive ,074
Negative -,050
Kolmogorov-Smirnov Z ,663
Asymp. Sig. (2-tailed) ,772
(49)
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.3
Histogram Setelah Transformasi Logaritma
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.4
(50)
Angka signifikansi Kolmogorov-Smirnov tetap lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa data yang baru tetap berdistribusi normal. Grafik histogram juga menunjukan hal yang sama dilihat dari grafik yang menyerupai lonceng simetris di tengah. Begitu pula dengan grafik normal p-plot yang tetap menunjukan bahwa data berdistribusi normal, dilihat dari data yang berjalan semakin mendekat garis diagonal.
4.2.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Jika pada model regresi terjadi multikolinearitas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error menjadi tidak terhingga. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF. Pada suatu model regresi dinyatakan terjadi multikolinearitas apabila nilai tolerance < 0.10 dan VIF > 10 (Ghozali, 2005 : 92).
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 FREE CASH FLOW ,993 1,007
MANAGERIAL OWNERSHIP
,003 394,604
INSTITUTIONAL OWNERSHIP
,003 394,563
Sumber: Data diolah, 2015
Dari data pada tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai
(51)
nilai VIFnya kurang dari 10. Dengan demikian variabel FCF bebas dari pengujian asumsi
klasik yang kedua yaitu multikolinearitas. Untuk variabel MOWNS dan INST nilai Tolerance di bawah 0.01 dan nilai VIFnya diatas 10. Hal ini menunjukan bahwa variabel MOWNS dan INST memiliki gejala
multikolinearitas.
Akibat adanya gejala multikolinearitas antara variabel MOWNS dan INST, penulis menghitung logaritma natural dari MOWNS dan INST. Berikut hasil uji multikolinearitas dengan data yang baru.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 FREE CASH FLOW ,999 1,001
LN_MOW ,188 5,317
LN_INST ,188 5,317
Sumber: Data diolah, 2015
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bawah semua variabel memiliki angka
Tolerance diatas 0.01 dan VIF di bawah 10. Hal ini menandakan bahwa data baru tidak memiliki gejala multikolinearitas, sehingga semua variabel indipenden lolos uji asumsi klasik kedua.
4.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas
(52)
heteroskedastisitas apabila titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur. Dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas apabila titik-titik yang ada tidak membentuk pola tertentu yang teratur dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berdasarkan masukan variabel independen FCF, LN_MOWNS dan LN_INST.
(53)
4.2.4. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada data yang tersusun, baik berupa data
cross sectional dan/ atau time series. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.
Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson (DW). Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi apabila nilai du < dw < 4 – du. Tabel 4.6 menyajikan hasil uji Durbin Watson dengan menggunakan program SPSS versi 18.
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Waston
1 ,628a ,394 ,371 ,46281 1,972
Sumber: Data diolah, 2015
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson
(dw) sebesar 1.972, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah pengamatan 81 (n), dan jumlah variabel independen 3 (k=3), maka berdasarkan tabel Durbin Watson didapat nilai batas atas (du) sebesar 1.716 dan nilai batas bawah (dl) sebesar 1.563. Oleh karena itu, nilai (dw) lebih besar dari 1.716 dan lebih kecil dari 4 – 1.716 atau dapat
(54)
dinyatakan bahwa 1.716 < 1.972 < 4 - 1.716 (du < dw < 4 – du). Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif.
4.3. Analisis Regresi
Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang
Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi. Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh FCF (X1), Ln_ MOWNS (X2), Ln_INST (X3), terhadap DER (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,108 ,392 -,275 ,784
FREE CASH FLOW 1,233 ,199 ,548 6,183 ,000
LN_MOWNS -1,578 ,453 -,713 -3,486 ,001
LN_INST -,434 ,152 -,584 -2,855 ,006
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan penjelasan dari pengujian asumsi klasik sebelumnya, model regresi dalam penelitian ini telah diubah menjadi model logaritma natural, sehingga beta dan koefisien dari penelitian ini juga dalam bentuk logaritma natural. Model regresi berdasarkan hasil analisis regresi dinyatakan dalam bentuk fungsi DER.
(55)
Y = -0.108 + 1.233 X1 – 1.578 X2 - 0.434 X3
Kemudian model regresi tersebut akan diinterpretasikan. β0 = -0.108
Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel FCF, Ln_MOWNS, Ln_INST. (X1=X2=X3=0), maka Kebijakan Hutang adalah sebesar -0.108.
β1 = 1.233
Koefisien regresi β1 ini menunjukkan bahwa setiap variabel FCF
meningkat sebesar satu satuan, maka kebijakan hutang akan meningkat sebesar 1.233 atau 123.3% dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.
β2 = -1.578
Koefisien regresi β2 ini menunjukkan bahwa setiap variabel Ln_MOWNS
menurun sebesar satu satuan, maka kebijakan hutang akan menurun sebesar 1.578 atau 157.8% dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.
β3 = -0.434
Koefisien regresi β3 menunjukkan bahwa setiap variabel Ln_INST menurun sebesar satu satuan, maka kebijakan hutang akan menurun sebesar 0.434 atau 43.4% dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.
(56)
4.4. Pengujian Hipotesis
4.4.1. Uji Signifikansi Simultan
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F (F test). Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel independen berpengaruhsecara simultan terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis untuk uji F adalah sebagai berikut:
H1 : Free Cash Flow (FCF), Managerial Ownership (MOWNS), dan
Institutional Ownership (INST) berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung dengan ketentuan:
- jika Fhitung < Ftabel pada α 0.05, maka H1 ditolak dan
- jika Fhitung > Ftabel pada α 0.05, maka H1 diterima.
Setelah uji F dilakukan, maka diperoleh nilai F hitung dan nilai signifikansi.
Tabel 4.8 Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 10,742 3 3,581 16,716 ,000a
Residual 16,493 77 ,214
Total 27,235 80
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh F hitung sebesar 16.716 dan nilai ini lebih besar dari F tabel (16.716 > 2.72) .Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen yaitu FCF,
(57)
Ln_MOWNS, Ln_INST berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang.
4.4.2 Uji Signifikansi Parsial
Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t (t test). Ada lima hipotesis yang akan diuji dengan uji t.
H2 : Free Cash Flow (FCF) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. H3 : Managerial Ownership (MOWNS) berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang.
H4 : Institutional Ownership (INST) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Uji t dilakukan dengan membandingkan signifikansi dengan kententuan:
- jika < pada α 0.05, maka ditolak dan
- jika > pada α 0.05, maka diterima.
Tabel 4.9 Hasil Uji T
Model t Sig.
1 (Constant) -,275 ,784
FREE CASH FLOW 6,183 ,000
LN_MOWNS -3,486 ,001
LN_INT -2,855 ,006
(58)
Dari uji t yang telah dilakukan, diperoleh nilai t tabel sebesar 1.663 Dari hasil uji t yang disajikan pada tabel 4.9 dapat diketahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Free Cash Flow (FCF) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.00 yang berarti nilai ini lebih kecil dari 0.05, sedangkan nilai t hitung diperoleh sebesar 6.183. Nilai t hitung ini lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1.663. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa H2 diterima atau Free Cash Flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Managerial Ownership (MOWNS) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.01 yang berarti nilai ini lebih kecil dari 0.05, sedangkan nilai t hitung diperoleh sebesar -3.486. Nilai t hitung ini lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1.663. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa H3 diterima atau Managerial Ownership berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Institutional Ownership (INST) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.06 yang berarti nilai ini lebih besar dari 0.05, sedangkan nilai t hitung diperoleh sebesar -2.855. Nilai t hitung ini lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1.663. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa H4 diterima atau Institutional Ownership berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
(59)
4.5. Kesimpulan Hasil Penelitian
4.5.1 Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Hutang secara parsial
Berdasarakan hasil uji free cash flow, struktur kepemilikan saham (kepemilikan manajerial dan kepemilikan insttitusional) secara simultan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hasil regresi uji anova menunjukkan tingkat signifikansi 0,000 dengan F hitung 16.716 yang berarti bahwa variabel free cash
flow, kepemilikan manajerial dan kepemilikan insttitusional secara simultan
berpengaruh terhadap positif terhadap kebijakan hutang.
4.5.2 Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Hutang secara parsial
Hasil pengujian parsial menunjukkan hanya variabel free cash flow dan kepemilikan institusional yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan variabel dan kepemilikan manajerial berpengaruh. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi free cash flow sebesar 0,00 dan kepemilikan manajerial sebesar 0,01 yang lebih kecil dari 0,05, Sementara kepemilikan institusional sebesar 0,06 lebih besar dari signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini terbukti menerima hipotesis satu yang menyatakan variabel free cash flow, kepemilikan manajerial dan kepemilikan insttitusional secara simultan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang, namun secara parsial tidak berpengaruh.
(60)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab empat, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pengaruh rasio keuangan terhadap kebijakan hutang baik secara simultan maupun parsial.
1. Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara
free cash flow dan kepemilikan saham terhadap kebijakan hutang. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan rasio keuangan sebagai alat analisis keuangan dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan
berdasarkan tingkat perubahan laba yang dicapai dalam pengambilan keputusan bisnis khususnya pada perusahaan manufaktur.
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa free cash flow dan kepemilikan saham (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional)
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang secara simultan. Namun secara parsial, penelitian ini menunjukkan variabel-variabel free cash flow
dan kepemilikan saham tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur. Hal ini membuktikan teori agency cost dari sisi
free cash flow, namun ternyata dari kepemilikan saham tidak turut dalam mengkaji pengambilan keputusan mengenai kebijakan hutang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Setiawan dan Manan.
(61)
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan baik dari jumlah sampel yang digunakan, periode penelitian, maupun faktor-faktor yang diteliti.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya menganalisis perusahaan manufaktur yang sesuai kriteria peneliti dengan jumlah seluruh perusahaan sebanyak 27 perusahaan dan jumlah sampel sebanyak 81.
Periode penelitian yang diamati terbatas karena hanya mencakup tahun 2011 – 2013.
Penelitian ini hanya menggunakan faktor-faktor internal perusahaan untuk menguji pengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan.
5.3. Saran
1. Bagi penelitian berikutnya sampel yang digunakan lebih digeneralisir lagi dengan menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik perusahaan keuangan maupun non keuangan lainnya
2. Penelitian yang akan datang juga sebaiknya mengganti atau menambah variabel independen yang masih berbasis pada laporan keuangan selain yang digunakan dalam penelitian ini dengan tetap berlandaskan pada penelitian-penelitian sebelumnya.
3. Agar hasilnya lebih sempurna sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan variabel intervening atau menambahkan variabel independen.
(62)
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Sritua, 2006, Metodologi Penelitian Ekonomi,Jakarta: UI Press,
Arimoerti, 2003. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek. Tesis.
Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston, 2010, Dasar – Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Chairiri, Anis dan Iman Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Semarang : Universitas Diponegoro.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Departemen Akuntansi, 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensif Program Strata Satu (S1), Medan
Ghozali Imam H, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro (UNDIP).
Gull and Jaggi B, 1999, An analysist of joint Effecs of investment opportunity set, Free Cash Flow and size on corporate debt policy, Review Of Quantitative and Accounting 12, Hal 371 . 373
Indahningrum, Rizka Putri, dan Ratih Handayani, 2009. Pengaruh Kepemilika Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang
Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 1 (3): 189-207 Jensen, M, 1986. Agency Costs of Free cash flow, corparate finance, American,
Review 76, 323 . 339
Mahadwartha P.A., 2002. Uji Teori Keagenan dalam Hubungan Interdependensi antara Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen, Simposium Nasional AkuntansiV Ikatan Akuntan Indonesia, Hal 635-647
Manan, A. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebijakan Utang pada Industri Keuangan yang Go Publik di BEJ Tahun 1999- 2002: Sebuah Pendekatan Agency Theory. Tesis. Pascasarjana Universitas
(63)
Moh.d, M.A., LG. Perry, J.N. Rombey, 1998. The Impact of Ownership Structur on Corporate Debt Policy : A Time Series Cross Sectional Analysis, Financial Review 30Lubis dan Putra, 2014. Manejemen Keuangan, Medan, Usu Press
Nurwahyudi dan Mardiyah, 2004. “Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Hutang”.
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Volume 04 Nomor 2. Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti, hal 107.
Santoso, Singgih. 2006. Menguasai Statistik Di Era Informasi Dengan SPSS 15. Jakarta: Elex Media Komputindo
Sjahrial, Dermawan, 2007. Manajemen Keuangan Lanjutan, Edisi Asli, Mitra Wacana Media, Jakarta
Setiawan, 2008. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Non Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Indonesia, Jakarta
Siregar, Syofian, 2010. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tarjo dan Jogiyanto, 2003. Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Publik di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi VI Ikatan Akuntan Indonesia
Umar, Husein, 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetak 3, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wahidahwati, 2001. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institutional pada Kebijakan Utang Perusahaan : Sebuah Perspektif Teori Agensi, Simposium Nasional Akuntansi IV Ikatan Akuntan Indonesia, Hal 1084-1107.
Van Greuning Hennie. 2005. International Financial Reporting Standards (IFRS).
Salemba Empat. Jakarta.
Yani Hardiyati, 2002. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Tesis Program Pasca Sarjana, Magister Manajemen, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
www.repository.usu.ac.id
(64)
LAMPIRAN
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
NO NAMA
PERUSAHAAN
KRITERIA
SAMPLE
1 2 3 4
Basic Industry
1 AKKU X X
2 AKPI X X
3 ALDO X X
4 ALKA X X
5 ALMI X X
6 AMFG X X
7 APLI X X
8 ARNA X X
9 BAJA X X
10 BRNA X X
11 BRPT X X
12 BTON (1)
13 BUDI X X
14 CPIN (2)
15 CTBN X X
16 DAJK X X
17 DPNS X X
18 EKAD X X
19 ETWA X X
20 FASW X X
21 FPNI X X
22 GDST X X
23 IGAR X X
24 IKAI X X
25 INAI X X
26 INCI X X
27 INKP X X
28 INRU X X
29 INTP (3)
30 IPOL (4)
31 ISSP X X
32 ITMA X X
(65)
35 JPRS (5)
36 KBRI X X
37 KDSI X X
38 KIAS X X
39 KRAS X X
40 LION X X
41 LMSH X X
42 MAIN (6)
43 MLIA X X
44 MYRX X X
45 NIKL X X
46 PICO (7)
47 SIAP X X
48 SIMA X X
49 SIPD X X
50 SMBR X X
51 SMCB (8)
52 SMGR (9)
53 SOBI X X X
54 SPMA X X
55 SRSN X X
56 SULI X X
57 TALF X X
58 TBMS X X
59 TIRT X X
60 TKIM X X
61 TOTO (10)
62 TPIA X X
63 TRST X X
64 UNIC X X
65 WTON X X
66 YPAS X X
Miscellaneous Industry
67 ADMG X X
68 ARGO X X X
69 ASII X X
70 AUTO X X X
71 BATA (11)
(66)
74 CNTX X X
75 ERTX X X
76 ESTI (13)
77 GDYR X X
78 GJTL X X
79 HDTX X X X
80 IKBI X X X
81 IMAS X X
82 INDR X X
83 INDS X X
84 JECC X X
85 KARW X X X
86 KBLI X X X
87 KBLM X X X
88 KRAH X X
89 LPIN X X
90 MASA (14)
91 MYTX X X X
92 NIPS X X X
93 PBRX X X
94 POLY X X X
95 PRAS X X
96 PTSN X X
97 RICY X X X
98 SCCO (15)
99 SMSM (16)
100 SRIL X X
101 SSTM X X
102 STAR X X
103 TFCO X X
104 TRIS X X
105 UNIT
106 UNTX X X
107 VOKS X X
Consumer Goods
108 ADES
109 AISA
110 ALTO X X
(67)
113 DAVO X X
114 DLTA X X
115 DVLA X X
116 GGRM
117 HMSP X X X
118 ICBP X X
119 INAF X X
120 INDF
121 KAEF X X
122 KICI X X
123 KLBF X X
124 LMPI X X
125 MBTO
126 MERK X X
127 MLBI X
128 MRAT
129 MYOR
130 PSDN X X
131 PYFA X X X
132 RMBA X X
133 ROTI X X X
134 SCPI X X
135 SIDO X X
136 SKBM X X
137 SKLT X X X
138 SQBB X X
139 STTP X X
140 TCID
141 TSPC X
142 ULTJ X X
143 UNVR X
(1)
LAMPIRAN 2 :
OUTPUT
SPSS
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FREE CASH FLOW 81 -,71 ,57 -,2350 ,25953
MANAGERIAL OWNERSHIP
81 ,33 ,96 ,7102 ,17235
INSTITUTIONAL OWNERSHIP
81 ,04 ,67 ,2885 ,17249
DEBT TO EQUITY RASIO 81 ,04 2,15 ,8400 ,58347
Valid N (listwise) 81
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 81
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,47967213
Most Extreme Differences Absolute ,116
Positive ,116
Negative -,052
Kolmogorov-Smirnov Z 1,045
(2)
Histogram Sebelum Transformasi Logaritma
(3)
Hasil Uji Normalitas Pada Data Setelah Transformasi Logaritma Natural
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 81
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,45405379
Most Extreme Differences Absolute ,074
Positive ,074
Negative -,050
Kolmogorov-Smirnov Z ,663
Asymp. Sig. (2-tailed) ,772
(4)
Grafik Normal P-Plot Setelah Transformasi Logaritma
Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 FREE CASH FLOW ,993 1,007
MANAGERIAL OWNERSHIP
,003 394,604
INSTITUTIONAL OWNERSHIP
,003 394,563
Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 FREE CASH FLOW ,999 1,001
(5)
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)
Hasil Uji Autokorelasi
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Waston
1
,628a ,394 ,371 ,46281 1,972Analisis Hasil Regresi
ModelUnstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -,108 ,392 -,275 ,784
FREE CASH FLOW 1,233 ,199 ,548 6,183 ,000
LN_MOWNS -1,578 ,453 -,713 -3,486 ,001
(6)
Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 10,742 3 3,581 16,716 ,000a
Residual 16,493 77 ,214
Total 27,235 80
Hasil Uji T
Model t Sig.
1 (Constant) -,275 ,784
FREE CASH FLOW 6,183 ,000
LN_MOWNS -3,486 ,001