Tempat pengujian bak berisi cairan dan dilakukan pada suhu 25
o
C. Nilai daktilitas aspal adalah panjang contoh aspal ketika putus pada saat dilakukan
penarikan. Satuan dari nilai daktilitas aspal adalah centi meter cm.
2.9. 5 Uji Berat Jenis
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal padat dan berat air suling dengan ini yang sama pada suhu 25
o
C atau 25,6
o
C. Metode pengujian berat jenis aspal mengacu kepada SNI 06-2441-1991. Ruang lingkup metode
pengujian ini dilakukan terhadap semua aspal padat dan hasilnya dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran serta pengendalian mutu pengerasan
jalan. Selain itu metode ini sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan berat jenis aspal dengan tujuan untuk menentukan berat jenis aspal padat.
2.9. 6 Uji Kelarutan
Pengujian Kelarutan dilakukan dengan mengacu kepada RSNI M-04-2004. Uji kelarutan aspal ini dilakukan untuk menentukan derajat kelarutan dalam
tricholoroethylene TCE pada bahan aspal yang tidak atau sedikit mengandung mineral.
2.9. 7 Pengujian Kehilangan Berat
Yang dimaksud dengan penurunan berat minyak dan aspal adalah selisih berat sebelum dan sesudah pemanasan pada tebal tertentu pada suhu tertentu.
Metode Pengujian kehilangan berat mengacu kepada SNI 06-2440-1991. Metode
pengujian ini dilakukan terhadap aspal dengan mencari besaran kehilangan berat minyak dan aspal dengan cara A yaitu cara lapisan tipis. Selanjutnya hasil
pengujian ini digunakan untuk mengetahui stabilitas aspal setelah pemanasan. Selain itu dapat digunakan untuk mengetahui perubahan sifat fisik aspal selama
dalam pencampuran panas di AMP pada suhu 163
o
C yang dinyatakan dengan penetrasi, daktilitas dan kekentalan. Besarnya kehilangan berat aspal dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
........... 2.1
Dimana: A = Berat benda uji semula
B = Berat benda uji setelah pemanasan
a b
Gambar 2.6. Ilustrasi pengujian kehilangan berat aspal, a Alat Pengujian kehilangan berat, dan b Proses pengujian kehilangan berat
Sumber: Dokumentasi Pribadi
2.10 Pengujian Sifat Termal Dengan Differential Thermal Analysis DTA
Pengujian sifat termal dilakukan dengan merode Differential Thermal Analysis DTA. Differential Thermal Analysis DTA merupakan metode yang
sering digunakan untuk penelitian-penelitian kuantitatif terhadap transisi termal dalam polimer. Pada metode Differential Thermal Analysis DTA, suatu sampel
polimer dan referensi dipanaskan dalam atmosfer nitrogen, dan kemudian transisi- transisi termal dalam sampel tersebut dideteksi dan diukur.
Ukuran sampel bervariasi dari sekitar 0,5 sampai 10 mg. meskipun kedua metode memberikan tipe informasi yang sama, terdapat perbedaan yang signifikan
dalam instrumentasinya. Dengan DTA, sampel dan referensi dipanaskan oleh pemanas yang sama dan dicatat perbedaan temperatur
∆T antara keduanya. Ketika terjadi suatu transisi pada sampel tersebut, temperatur sampel akan
tertinggal di belakang temperatur referensi jika transisi tersebut endomik, dan akan mendahului jika transisi tersebut eksotermik. Data diplot sebagai ∆T diatas
ordinat versus temperatur diatas absis. Plot-plot demikian disebut termogram Steven, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2.11 Pengujian Marshall Aspal