masa depan Negara kehilangan generasi terdidik. Belum lagi tekanan mental pada anak-anak yang bisa mengarah kepada masalah kriminal. Dengan demikian
membiarkan anak bekerja dan tidak sekolah, sama dengan tidak memberikan bekal yang bermanfaat bagi kehidupan masa depan karena anak-anak adalah anak-
anak bangsa yang akan menjadi sumber daya manusia dimasa mendatang Prinst, 1997: 87.
Dalam Modul Penanganan Pekerja Anak yang disusun oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI menyebutkan bahwa pekerja anak memiliki
ciri-ciri sebagai berikut : a.
Bekerja setiap hari b.
Tereksploitasi c.
Terganggu waktu sekolahnya atau tidak sekolah lagi d.
Terganggu kesehatannya e.
Bekerja dalam waktu yang panjang f.
Bekerja untuk ikut memenuhi kebutuhan keluarga http:www.ilo.orgwcmsp5groupspublicasiaro-bangkokilo-
jakartadocumentspublicationwcms_120565.pdf
2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Pekerja Anak
Keterlibatan anak dalam dunia kerja tidaklah terjadi dengan sendirinya, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor penyebab tersebut ada
yang berasal dari dalam diri anak maupun karena pengaruh lingkungan terdekat dengan anak. Secara garis besar faktor penyebab ini dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor Intern
Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak yang mendorong anak untuk melakukan aktivitas tertentu dan menghasilkan
uang. Dengan hasil yang diperoleh anak akan menjadi senang dan dorongan tersebut akan terpuaskan. Adapun faktor intern yang menyebabkan anak
memilih menjadi pekerja anak antara lain kemiskinan yang dialami orang tua, adanya budaya dan tradisi yang memandang anak wajib melakukan
pekerjaan sebagai bentuk pengabdian kepada orang tua, relatif sulitnya akses ke pendidikan serta tersedianya pekerjaan yang mudah diakses tanpa
membutuhkan persyaratan tertentu. b.
Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri anak. Faktor
inilah yang menjadi alasan bagi dunia kerja untuk menerima anak bekerja. Anak dipandang sebagai tenaga kerja yang murah dan cenderung tidak
banyak menuntut. Pekerja anak dipandang tidak memiliki kemampuan yang memadai baik secara fisik maupun kemampuan. Dengan demikian para
pengusaha akan cenderung memilih anak karena upah yang diberikan akan cenderung lebih murah daripada orang dewasa. Disamping itu anak lebih
patuh dan penurut terhadap intruksi yang diberikan oleh orang dewasa http;Pekerja-anakerka.html.
Selain faktor tersebut, penyebab anak bekerja dapat dilihat dari beberapa faktor-faktor pendorong lainnya yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor Ekonomi
Kemiskinan menyebabkan
ketidakmampuan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan pokok. Ditemukan juga munculnya kesadaran di
tingkat anak-anak untuk tidak melanjutkan sekolah karena ketidakmampuan orang tua untuk membayar biaya pendidikan. Akibatnya mereka tidak
memiliki aktivitas menganggur sehingga anak berusaha untuk berkegiatan, terlebih lagi jika kegiatan tersebut dapat menghasilkan uang. Kondisi ini
menyebabkan anak dengan kesadaran sendiri atau dipaksa oleh keluarga untuk bekerja, sehingga kebutuhan pokoknya dapat terpenuhi dan
membantu keluarga dalam mencari nafkah. Terdapat beberapa profil rumah tangga miskin yaitu:
a. Sosial Demografi yang meliputi rata-rata jumlah anggota rumah tangga,
persentase wanita sebagai kepala rumah tangga, rata-rata usia kepala rumah tangga dan pendidikan kepala rumah tangga.
b. Kemampuan membaca dan menulis, tingkat pendidikan
c. Sumber penghasilan utama
d. Tempat tinggal perumahan yang dilihat dari luas lantai, jenis lantai,
jenis atap, jenis dinding, jenis penerangan, sumber air, jenis jamban, status pemilikan rumah tinggal Sub Direktorat Analisis Statistik: 2008.
Kemiskinan tidak hanya dilihat dari satu sisi saja, tetapi terdapat beberapa aspek yang disebut kelompok atau keluarga miskin, yaitu:
1. Hidup dibawah garis kemiskinan dimana tidak memiliki faktor produksi
sendiri sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan hidup
Universitas Sumatera Utara
2. Tidak memiliki peluang untuk memperoleh asset produksi dengan
kekuatan sendiri dimana hanya cukup untuk konsumsi 3.
Tingkat pendidikan yang rendah, keluarga miskin rata-rata memiliki tingkat sosial ekonomi rendah yang memiliki jumlah anak lebih besar
4. Setengah menganggur dimana untuk terjun ke sektor formal agak tertutup
rapat karena rendahnya pendidikan dan keterampilan rendah, akibatnya mereka masuk ke sektor-sektor informal atau tidak bekerja sama sekali
Siagian, 2012: 21-23. b.
Faktor Sosial Ketidakharmonisan hubungan antar anggota keluarga dan pengaruh
pergaulan dengan teman merupakan faktor yang menyebabkan anak menjadi pekerja anak. Bagi anak, bekerja bukan sekedar kegiatan mencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, tetapi juga sebagai palampiasan atas ketidakharmonisan hubungan diantara anggota keluarga. Selain itu
pekerjaan dan teman-teman di tempat bekerja merupakan tempat yang dapat dijadikan tempat bergantung bagi anak.
c. Faktor Budaya
Adanya pandangan dari sebagian masyarakat yang lebih menghargai anak yang bekerja merupakan bentuk pengabdian kepada orang tua.
Sebagian besar orang tua beranggapan bahwa memberi pekerjaan kepada anak merupakan upaya proses belajar menghargai kerja dan tanggung
jawab. Selain dapat melatih dan memperkenalkan anak kepada kerja, mereka juga berharap dapat mengurangi beban kerja keluarga.
Universitas Sumatera Utara
d. Faktor Pendidikan
Berawal dari pendidikan orangtua yang rendah, adanya keterbatasan ekonomi dan tradisi maka banyak orangtua mengambil jalan pintas agar
anaknya berhenti sekolah dan lebih baik bekerja dengan alasan : 1
Wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi 2
Biaya pendidikan mahal 3
Sekolah tinggi akhirnya jadi pengangguran Tingkat pendidikan yang rendah dan ketidakberdayaan ekonomi,
orang tua cenderung berpikiran sempit terhadap masa depan anaknya sehingga tidak memperhitungkan manfaat sekolah yang lebih tinggi dapat
meningkatkan kesejahteraan anak dimasa datang. Situasi tersebut yang mendorong anak untuk bekerja.
e. Faktor ketersediaan lapangan pekerjaan
Tersedianya sumber lokal yang dapat menjadi lahan pekerjaan bagi anak, pola rekruttmen yang mudah dan anak merupakan tenaga kerja yang
murah dan mudah diatur, kurangnya pengetahuan masyarakat terutama orang tua tentang hak-hak anak serta masih diskriminatifnya cara pandang
masyarakat Indonesia atas “keberadaan” seorang anak http:analisis- situasi-pekerja-anak.or.id.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab anak-anak bekerja dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu penawaran
supply
dan permintaan
demand
. Sisi penawaran ditunjukkan untuk melihat faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat yang
menyediakan tenaga anak-anak untuk bekerja, sedangkan sisi permintaan untuk
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan faktor-faktor yang mendukung pengusaha memutuskan untuk menggunakan pekerja anak sebagai faktor produksi Nachrowi, 2004: 100.
Dari sisi penawaran, menurut berbagai penelitian yang dilakukan di dalam maupun luar negeri, kemiskinan merupakan faktor utama yang membuat anak-
anak masuk ke pasar tenaga kerja. ILO dan UNICEF 1994 menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan akar permasalahan terdalam dan faktor utama anak-anak
terjun ke dunia kerja. Bencana alam, buta huruf, ketidakberdayaan, kurangnya pilihan untuk bertahan hidup, serta kemiskinan orangtua yang membuat semakin
buruknya keadaan yang dihadapi oleh keluarga sehingga mereka merasa terpaksa meletakkan anaknya ke dunia kerja.
Fenomena pekerja anak di Indonesia merupakan masalah serius karena mengancam kualitas kehidupan anak, hak-hak mereka dan masa depan mereka
sekaligus masa depan bangsa. Oleh karena itulah pekerja anak merupakan salah satu kategori anak-anak yang perlu mendapat perlindungan khusus. Konvensi ILO
Nomor 138 disahkan Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 mengenai usia minimum untuk diperbolehkan bekerja menyatakan
bahwa usia minimum bagi anak untuk diperbolehkan bekerja adalah 15 tahun jika pekerjaan itu tidak mengganggu kesehatan, keselamatan, pendidikan, dan
pertumbuhannya. Sementara usia minimum untuk diperbolehkan bekerja atau melakukan pekerjaan yang berbahaya tidak boleh kurang dari 18 tahun. Namun
ternyata masih banyak anak berusia kurang dari 15 tahun yang harus bekerja di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Teori Pengerahan Tenaga Kerja