2.1.3 Efesiensi Operasi
BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka
menjalankan aktivitas usaha utamanya seperti biaya bunga, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja dan biaya operasi lainnya. Pendapatan operasi merupakan
pendapatan utama bank yaitu pendapatan yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil BOPO
menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO-nya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat,
rasio BOPO-nya lebih dari satu Suyono, 2005. Menurut ketentuan Bank Indonesia efisiensi operasi diukur dengan BOPO. Efisiensi operasi juga
mempengaruhi kinerja bank, yakni untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna
Mawardi, 2005. Sesuai SE No. 623DPNP tanggal 31 Mei 2004 rasio BOPO dirumuskan
sebagai berikut : 2.2
Biaya operasional dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga, hal ini mengingat kegiatan utama bank adalah sebagai
perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana misalnya dana masyarakat Dendawijaya, 2001.
Semakin kecil rasio BOPO maka biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan semakin efisien, yang berarti kinerja keuangan bank semakin
meningkat. Sebaliknya semakin besar rasio BOPO maka bank kurang mampu menekan biaya operasional yang menimbulkan bank kurang efisien mengelola
sumber daya yang ada di perusahaan.
2.1.4 Risiko Kredit
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998, adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Salah satu resiko yang muncul akibat semakin kompleknya kegiatan perbankan adalah munculnya non performing loan NPL yang semakin besar.
Atau dengan kata lain semakin besar skala operasi suatu bank maka aspek pengawasan semakin menurun, sehingga NPL semakin besar atau resiko kredit
semakin besar Mawardi, 2005. NPL adalah rasio kredit bermasalah dengan total kredit. NPL yang baik adalah NPL yang memiliki nilai dibawah 5. NPL
mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung bank. Bank dengan NPL yang tinggi akan memperbesar biaya
baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank Mawardi, 2005.
Sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No. 623DPNP tanggal 31 Mei 2004 rasio NPL dirumuskan sebagai berikut :
2.3
NPL menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola kredit bermasalah, sehingga semakin tinggi rasio NPL maka semakin buruk kualitas kredit bank atau
mengindikasikan bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi.
2.1.5 Risiko Pasar