Gambar 2.3. a ilustrasi medan magnet yang timbul di sekitar koil tembaga solenoid, b ilustrasi kuat medan magnet yang meningkat di sekitar solenoid
jika diletakkan inti besi pada bagian dalam solenoid Taufik, dkk. 2012
2.5       Histeresis Magnet
Jika  arus  dialirkan  pada  suatu  kumparan  elektromagnetik,  maka  akan  timbul medan  magnet  di  sekitarnya,  ketika  arus  dinaikkan  maka  medan  magnet  yang
timbul  akan  meningkat  sampai  titik  konstan.  Hal  ini  menandakan  bahwa  inti ferromagnetik  telah  mencapai  titik  jenuhnya  dan  kerapatan  fluks  mencapai
maksimal.  Jika  arus  dihentikan  fluks  magnet  tidak  sepenuhnya  hilang  karena bahan inti elektromagnetik masih mempertahankan sifat kemagnetan.
Gambar 2.4. Kurva B-H beberapa bahan inti magnet Taufik,dkk. 2012
Kemampuan  untuk  mempertahankan  sifat  magnet  setelah  arus  dihentikan disebut  retentivity,  sedangkan  jumlah  fluks  magnetik  yang  masih  ada  disebut
Magnetisme  Residual.  Ketika  fluks  telah  mencapai  maksimal  jenuh  dan  arus diturunkan maka akan terjadi pelebaran nilai H Coersive Force. Sifat retentivity ,
Magnetisme  Residual  dan  Coersive  Force  dijelaskan  pada  kurva  histeresis  yang ditunjukkan pada gambar 2.5.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5. Kurva Histeresis Taufik, dkk. 2012
Bahan  feromagnetik  yang  memiliki  retentivity  tinggi  hard  magnetik material  sangat  baik  untuk  memproduksi  magnet  permanen.  Sedangkan  bahan
feromagnetik  yang  memiliki  retentivity  rendah  soft  magnetik  material  ideal
untuk digunakan dalam elektromagnet, solenoida atau relay. Taufik, dkk. 2012.
Hal  ini  lebih  jelas  digambarkan  dengan  diagram  histerisis  atau  hysteresis  loop sebagai loop.
Gambar 2.6. Histeresis material magnet a Material lunak, b Material keras Taufik, dkk.2012
Diagram  histeresis  diatas  menunjukkan  kurva  histeresis  untuk  material magnetik  lunak  pada  gambar  2.6a  dan  material  magnetik  keras  pada  gambar
2.6b.  H  adalah  medan  magnetik  yang  diperlukan  untuk  menginduksi  medan berkekuatan  B  dalam  material.  Setelah  medan  H  ditiadakan,  dalam  specimen
tersisa  magnetisme  residual  Br,  yang  disebut  residual  remanen,  dan  diperlukan medan  magnet  Hc  yang  disebut  gaya  koersif,  yang  harus  diterapkan  dalam  arah
Universitas Sumatera Utara
berlawanan  untuk  meniadakannya.  Magnet  lunak  mudah  dimagnetisasi  serta mudah  pula  mengalami  demagnetisasi,  seperti  tampak  pada  Gambar  2.6  Nilai  H
yang rendah sudah memadai untuk menginduksi medan B yang kuat dalam logam, dan  diperlukan  medan  Hc  yang  kecil  untuk  menghilangkannya.  Magnet  keras
adalah material  yang sulit  dimagnetisasi  dan sulit  di  demagnetisasi. Karena  hasil kali  medan  magnet  Am  dan  induksi  V.detm
2
merupakan  energi  per  satuan volume,  luas  daerah  hasil  integrasi  di  dalam  loop  histerisis  adalah  sama  dengan
energi  yang  diperlukan  untuk  satu  siklus  magnetisasi  mulai  dari  0  sampai  +H hingga
–H  sampai  0.  energi  yang  dibutuhkan  magnet  lunak  dapat  diabaikan; medan  magnet  keras  memerlukan  energi  lebih  banyak  sehingga  pada  kondisi-
ruang, demagnetisasi dapat diabaikan. Dikatakan, magnetisasi permanen.
2.6       Magnet Permanen