Desain Model Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit Di Kawasan Industri Sei Mangkei

DESAIN MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI HILIR
KELAPA SAWIT DI KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKEI

INDRANI DHARMAYANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Desain Model
Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit di Kawasan Industri Sei
Mangkei adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Indrani Dharmayanti
NIM F 361090161

RINGKASAN
INDRANI DHARMAYANTI. Desain Model Pengembangan Klaster
Industri Hilir Kelapa Sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei. Dibimbing oleh
HARTRISARI HARDJOMIDJOJO, ANAS MIFTAH FAUZI dan DEDI
MULYADI.
Adanya tantangan ekonomi global menuntut Indonesia mengantisipasinya
dengan memperkuat daya saing dan posisi ekonominya. Salah satu programnya
adalah percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi melalui pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dan pengembangan klaster industri.
Pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit di koridor Sumatera dipusatkan
salah satunya di Sei Mangkei. Penelitian ini ditujukan untuk merancang model
pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit di kawasan industri Sei Mangkei.
Pada tahap awal dilakukan analisis potensi pengembangan klaster industri,
selanjutnya merancang model penataan ruang dalam klaster, mengidentifikasi dan
merancang model kelembagaan pada pengembangan klaster, serta menghitung
perkiraan dampak pengembangan klaster industri di kawasan tersebut.

Berbagai metode dalam penelitian ini yaitu location quotient (LQ); model
diamond Porter dan multidimensional scaling (MDS) yang digunakan untuk
menganalisis potensi komoditas dan potensi pengembangan klaster industri,
metode perbandingan eksponensial (MPE) dan goal programming untuk memilih
produk yang dapat dikembangkan berikut kapasitas industrinya, systematic layout
planning (SLP) digunakan dalam penataan ruang, serta metode analisis deskriptif
kualitatif dan interpretive structural modeling (ISM) untuk menganalisis
kelembagaan juga perhitungan dampak pengembangan klaster industri hilir kelapa
sawit di kawasan industri Sei Mangkei.
Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa komoditas kelapa sawit merupakan
komoditas unggulan baik di Kabupaten Simalungun maupun Provinsi Sumatera
Utara. Selanjutnya dengan pendekatan model diamond Porter dilakukan analisis
terhadap kondisi faktor input (bahan baku, SDM, teknologi, daya tarik lokasi dan
potensi investasi); kondisi permintaan terhadap produk-produk turunan sawit;
strategi, struktur dan persaingan perusahaan dan adanya industri terkait dan
industri penunjang, dengan hasil menunjukan bahwa Kawasan Industri Sei
Mangkei cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sebuah klaster industri
hilir kelapa sawit.
Analisis keberlanjutan menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan
pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit di Sei Mangkei dari dimensi

ekonomi, sosial, lingkungan dan infrastruktur menunjukkan nilai diatas 50 yang
dapat dikategorikan cukup layak untuk dilanjutkan. Namun pada aspek
kelembagaan diperoleh nilai indeks 36.21 sehingga dari dimensi ini dikategorikan
kurang layak dilanjutkan. Untuk meningkatkan indeks tersebut, dari analisis
leverage perlu pembenahan pada beberapa aspek disetiap dimensi.
Tahap awal penataan ruang dilakukan seleksi produk potensial dengan
metode perbandingan eksponensial (MPE) menggunakan sepuluh kriteria, dan
diperoleh hasil bahwa industri minyak goreng, margarin, oleokimia dasar,
surfaktan, biodiesel, industri sabun batang, industri shampo/deterjen/sabun cair,
industri deterjen, biogas dan industri pakan ternak potensial dikembangkan pada

klaster industri hilir kelapa sawit di kawasan industri Sei Mangkei.
Pengembangan klaster tersebut sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan baku
berupa CPO dan CPKO yang menentukan kapasitas dan skala industri di kawasan.
Untuk menjamin pasokan bahan baku, maka diperlukan kerjasama antara Badan
Pengelola Kawasan, PTPN II, III dan IV juga dengan PKS swasta.
Penataan zona industri di dalam klaster ditujukan guna meningkatkan
efisiensi produksi dengan mempertimbangkan aliran material, proses produksi
serta kedekatan dan keterkaitan antar industri dalam proses produksinya. Industri
minyak goreng perlu dibangun dekat tangki CPO, begitu pula industri margarin

dan sabun batang berbahan baku stearin, hal yang sama juga berlaku untuk
industri biodiesel yang menggunakan CPO sebagai bahan bakunya. Selanjutnya
indutri surfaktan perlu didekatkan dengan industri oleokimia dasar dan industri
deterjen serta sabun/shampo dan deterjen cair. Adapun industri biogas dan
industri pakan ternak berada dekat dengan kolam limbah PKS dan pabrik PKO.
Kinerja para pemangku kepentingan menentukan keberhasilan
pengembangan klaster, karenanya keterpaduan antara pemerintah melalui Badan
Pengelola Kawasan, pemerintah, administratur kawasan, industri inti, industri
terkait dan industri penunjang, penyedia bahan baku, serta instansi pendukung
lainnya mutlak diperlukan. Masing-masing instansi harus memahami peran,
tanggung jawab dan wewenangnya, terlebih lagi Dewan Kawasan dan Badan
Pengelola Kawasan. Kedua lembaga ini memegang peranan penting dalam
mengelola kawasan terutama memperkuat fungsi koordinasi dengan para
pemangku kepentingan, khususnya untuk mendorong kesiapan infrastruktur,
kemudahan perijinan dan layanan bagi industri, serta peningkatan promosi
kawasan kepada para investor.
Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei tahap I (2010-2014) telah
memberikan dampak positif dari aspek ekonomi berupa pendapatan penjualan
lahan, keuntungan dibangunnya pabrik, meningkatkan pendapatan masyarakat
akibat penyerapan tenaga kerja juga menumbuhkan berbagai usaha di sekitar

kawasan. Dampak tersebut diperkirakan dapat semakin meningkat pada tahap ke
II dan III (2015-2025) seiring dengan bertambahnya industri dan layanan jasa dari
berbagai fasilitas di Kawasan Industri Sei Mangkei. Dari sisi sosial dipastikan ada
perbaikan kualitas dan akses masyarakat terhadap fasilitas pendidikan dan
kesehatan, mengurangi sekitar 13% dari tingkat pengangguran Kabupaten
Simalungun yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Namun ada hal yang perlu diantisipasi untuk mengurangi dampak negatif
dan gejolak sosial yaitu dengan memprioritaskan masyarakat lokal dalam
rekrutmen tenaga kerja di kawasan yang perlu dilakukan seiring dengan
peningkatan kompetensi calon tenaga kerja melalui program-program pelatihan.
Keberhasilan pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit di Sei
Mangkei sangat ditentukan oleh keterpaduan langkah semua pemangku
kepentingan dalam mendukung kesiapan dan pengembangan klaster baik kesiapan
sarana prasarana infrastruktur, fasilitas layanan jasa, kepastian pasokan bahan
baku dan energi, koordinasi kelembagaan dan memberian layanan lainnya dalam
klaster. Pada akhirnya dengan keterpaduan tersebut diharapkan dapat
memaksimalkan dampak positif bagi pengembangan klaster dan pengembangan
wilayah di Kawasan Industri Sei Mangkei dan sekitarnya.
Kata Kunci : klaster industri hilir kelapa sawit, Kawasan Industri Sei Mangke,
penataan ruang, kelembagaan, dampak pengembangan klaster


SUMMARY
INDRANI DHARMAYANTI. The Design of Palm Oil Based Industrial Cluster
Development Model in Sei Mangkei Industrial Estate. Supervised by
HARTRISARI HARDJOMIDJOJO, ANAS MIFTAH FAUZI and DEDI
MULYADI.
This study aimed to analyze the potential for the development of
downstream palm oil industrial cluster in the Sei Mangkei Industrial Estate, to
design a model of spatial planning, to identify and design institutional model in
cluster development, as well as to calculate the impact of cluster development in
the region.
Methods used in this study consisted of a qualitative descriptive analysis
method, location quotient (LQ), Porter's Diamond model, multidimensional
scaling (MDS), exponential comparative method (MPE), goal programming,
systematic layout planning (SLP), interpretive structural modeling (ISM), and
descriptive statistics.
The analysis result showed the palm oil is a core of commodity in
Simalungun District and North Sumatra Province. The Diamond Porter's model
approach is used to identify potential clusters in sei Mangkei. From the analysis
of factor inputs (raw materials, human resources, technology, location, and the

potential investment); the conditions of demand palm oil derivative products;
strategy, structure and rivalry of companies and their related industries and
supporting industries showing Sei Mangkei industrial estate is potential to be
developed into palm oil based industrial clusters. Indonesian government
supported to build the palm oil from the first step until the program of cluster
industry running to operation.
The sustainability index of palm oil industrial cluster development in Sei
Mangkei showed the economic, social, environmental and infrastructure is
appropriate to continue, but the institutional aspect is not sufficient to running
away. The Leverage analysis to those five dimensions give the assumption to
reconstruct the institutional attribute, clearly structure position, rule and
coordination mechanism. In infrastructure aspect, the cluster need to be prepared
like a roadway, port and the access to the port, as well as the energy demand like
electricity and gas. In the social aspect, the priority is how to make the man
power can be use in the cluster, and local community are active to contribute their
capability to empowering the cluster, including to control the environment
effect.
The result of MPE analysis showed that potential industries developed in
the downstream palm oil industrial cluster in Sei Mangkei Industrial Estate are
cooking oil, margarine, oleochemicals, surfactants, biodiesel, soap bars, shampoo/

soap liquid, detergent, biogas and animal feed industry.
Industrial estate spatial planning is meant to improve production efficiency
in a cluster. It considers the location arrangement based on material flow,
production processes as well as proximity and inter-industry linkages.
The integration between the government, industrial estate management,
integrated services office, core industries, related industries, and supporting

industries, providers of raw materials, as well as support agencies ensures the
success of cluster development. The successful development of clusters also
determined by the performance and coordination of the stakeholders boosting
infrastructure readiness, services, facilitating business permit and promotion to
investors.
The development of Sei Mangkei on first stage (2010-2014) impacts
positively in the form of revenue from land sales, the construction profits,
employment during the construction and operation of the plant, and supporting the
growth of various businesses such as cafes, restaurants, transportation services,
mechanic stations and so on. The impact is expected to be increased on Stage II
and III (2015-2025) along with industrial growth. The profits derive from
industrial estate management, industrial revenues, taxes and retribution along with
the growth of informal sector. As it grows as plan, it will contribute significantly

to GDP on Stage II and III. From social aspect, there is an improvement of quality
and access to education and health services, and employment that in the end
would have an impact on people‟s income and wealth. The cluster development
estimates the reduction of unemployment rate around 13% in Simalungun.
Anyway, there are things to anticipate in reducing negative impacts and social
unrest by prioritizing local people in job recruitment along with their competence
improvement through trainings.
Keywords: palm oil based industrial cluster, Sei Mangkei Industrial Estate,
spatial planning, institutional, the impact of cluster development.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


DESAIN MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI HILIR
KELAPA SAWIT DI KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKEI

INDRANI DHARMAYANTI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji pada Ujian Tertutup

: Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya N, M.Eng.
Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA


Penguji pada Ujian Terbuka

: Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya N, M.Eng.
Dr. Ir. Imam Haryono, M.Sc.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala limpahan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Penelitian yang dilakukan adalah mengenai Desain Model Pengembangan Klaster
Industri Hilir Kelapa Sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei. Penelitian ini
dilakukan untuk menghasilkan suatu model pengembangan klaster industri dalam
rangka mewujudkan cita-cita pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru
melalui melalui pengembangan klaster industri yang inovatif.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Hartrisari
Hardjomidjojo, DEA., Bapak Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng. dan Bapak
Dr. Ir. Dedi Mulyadi, M.Si. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
saran dan arahan dalam penyusunan disertasi ini. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. E Gumbira Said (almarhum) dan
Ibu Prof. Dr. Ir. Ani Suryani atas segala masukan pada saat ujian preliminasi yang
telah mewarnai pelaksanaan penelitian dan penulisan disertasi ini, juga kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya N, M.Eng. dan Bapak Dr. Ir. Imam
Haryono, M.Sc. sebagai penguji luar komisi yang telah memberikan saran dalam
menyempurnakan penulisan disertasi ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak LPDP atas bantuan
dana pada tahap awal penelitian dan juga kepada Kepala Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian beserta seluruh jajarannya yang
telah memberikan berbagai dukungan dalam penyelesaian studi ini.
Kepada suami Drs. M. Nurul Amin, MSi., ananda M. Alif Mulky, M. Ikhsan
Hifni Nurrabani, M. Ikhlas Hilmi Nurrabani juga Mama, Papa dan keluarga serta
seluruh sahabat dengan ketulusan hati penulis sampaikan terima kasih atas segala
dorongan, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberi sumbangan pengetahuan dan
bermanfaat bagi pengembangan klaster industri di Indonesia.

Bogor, Agustus 2015

Indrani Dharmayanti

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Konsep Klaster
Definisi Klaster Industri
Pengembangan Klaster Industri
Program Pengembangan Klaster Industri di Indonesia
Manfaat, Faktor Penentu Keberhasilan dan Kegagalan Klaster
Peran Pemerintah dalam Pengembangan Klaster
Konsep Pengembangan Wilayah
Indikator Pembangunan Wilayah dan Pengembangan Klaster Industri
Pendekatan Sistem dan Pemodelan Sistem
Rantai Nilai Industri Kelapa Sawit
Analisis Penataan Ruang
Kelembagaan
Penelitian Terdahulu dan Posisi Kebaruan Penelitian
3 METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Konseptual
Tahapan Penelitian
Pemodelan Sistem
Tata Laksana Penelitian
Penentuan dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Analisis Deskriptif
Location Quotient (LQ)
Model Diamond Porter
Multidimensional Scaling (MDS)
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Goal Programming
Systematic Layout Planning (SLP)
Interpretive Structural Modeling (ISM)
Statistik Deskriptif

vii
viii
ix
xi
1
1
2
3
3
3
4
4
4
7
9
11
12
13
16
18
19
20
22
23
28
28
28
34
34
34
35
37
37
38
39
40
42
42
44
46
49

DAFTAR ISI (lanjutan)
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Situasional
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran Responden yang Terlibat
Potensi Kelapa Sawit di Sumatera Utara dan Kabupaten
Simalungun
Potensi Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit di Sei Mangkei
Analisis Keberlanjutan Pengembangan Klaster Industri Hilir
Kelapa Sawit di Sei Mangkei
Analisis Kebutuhan Sistem
Formulasi Permasalahan
Identifikasi Sistem
Kajian Sub Model Tata Ruang
Kajian Sub Model Kelembagaan
Kajian Sub Model Perhitungan Dampak
5 PEMODELAN SISTEM
Asumsi Model
Lingkup Model
Model Penataan Ruang pada Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit Sei
Mangkei
Penentuan Industri Potensial
Ketersediaan Bahan Baku
Kapasitas Optimal Industri
Penataan Ruang
Model Kelembagaan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit Sei Mangkei
Analisis Stakeholder dan Perannya
Identifikasi Kelembagaan
Faktor Pendorong dan Penghambat Pengembangan Klaster
Struktur Kelembagaan
Model Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit Sei Mangkei
Analisis Dampak Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit
di Sei Mangkei
Dampak Pembangunan Tahap I
Prediksi Dampak Pembangunan Tahap II dan III
Verifikasi dan Validasi Model
Simulasi Model
6 IMPLIKASI MANAJERIAL
Penataan Ruang Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit di Sei Mangkei
Kelembagaan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit di Sei Mangkei
Dampak Pengembangan Klaster Industri Kelapa Sawit Sei Mangkei
7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

50
50
50
51
54
56
60
68
69
70
73
73
74
74
74
74
75
75
80
85
97
106
108
112
115
118
127
130
130
137
144
144
145
145
146
150
153
153
155
156
164
165

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

25
26
27
28
29
30
31
32

Perbandingan beberapa model klaster
Indikator-indikator pembangunan wilayah
Penelitian sebelumnya tentang klaster industri
Posisi penelitian yang dilaksanakan
Tahapan penelitian, metode dan output penelitian
Kebutuhan data untuk keperluan analisis model
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
Pengelompokkan responden masyarakat
Luas lahan dan produksi kelapa sawit di Indonesia (2011 – 2013)
Komoditas perkebunan yang dihasilkan Kab. Simalungun
Identifikasi potensi pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit
di Kawasan Industri Sei Mangkei
Dimensi dan atribut dalam analisis keberlanjutan pengembangan
klaster industri hilir kelapa sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei
Pengelompokkan indeks keberlanjutan
Hasil analisis multidimensional scaling
Perbandingan hasil analisis MDS dengan analisis Monte Carlo
Atribut hasil analisis leverage
Kebutuhan aktor dalam pengembangan klaster industri hilir kelapa
sawit Sei Mangkei
Hasil perhitungan metode perbandingan eksponensial
Potensi sumber bahan baku untuk Kawasan Industri Sei Mangkei
Rekapitulasi jumlah PKS berdasarkan kepemilikan dan jarak dari Sei
Mangkei
Rekapitulasi jumlah PKS dan potensi bahan baku pada tiga skenario
Potensi ketersediaan CPO dan CPKO untuk Kawasan Industri Sei
Mangkei
Potensi ketersediaan bungkil untuk Kawasan Industri Sei Mangkei
Daftar industri, bahan baku, hasil proses produksi dan alternatif
proses yang digunakan dalam formulasi persamaan matematik pada
goal programming
Hasil perhitungan optimasi kapasitas industri pada tahap
pembangunan II dan III
Hasil simulasi pembangunan tahap II
Hasil simulasi pembangunan tahap III
Kapasitas produksi dan kebutuhan bahan baku
Aliran material pada klaster industri hilir kelapa sawit di Kawasan
Industri Sei Mangkei
Kebutuhan ruang untuk industri pada klaster industri hilir kelapa
sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei
Pihak terkait dan peranannya saat ini dalam pengembangan klaster
industri hilir kelapa sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei
Tugas dan wewenang stakeholder dalam klaster industri hilir kelapa
sawit Sei Mangkei

5
17
24
27
31
36
37
52
54
55
57
61
62
64
64
67
69
78
81
81
81
82
85

89
95
96
96
99
101
103
108
113

DAFTAR TABEL (lanjutan)
33
34
35
36
37
38

39
40
41

Identifikasi industri dalam klaster industri hilir kelapa sawit di Sei
Mangkei
Sub elemen, hirarki, dependency dan kategori sub elemen aktor yang
berperan dalam pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit
Sub elemen, hirarki, dependency dan kategori sub elemen struktur
kendala
Sub elemen, hirarki, dependency dan kategori sub elemen aktivitas
yang diperlukan untuk rencana tindak
Sub elemen, hirarki, dependency dan kategori sub elemen
masyarakat yang terpengaruh
Dampak rencana pembangunan klaster industri hilir kelapa sawit
tahap II dan III pada aspek keuntungan ekonomi, penyerapan tenaga
kerja dan limbah industri
Perkiraan pendapatan tenaga kerja pada tahap II dan III
Perkiraan penerimaan pemerintah dari pajak penghasilan badan
Perhitungan dampak pengembangan klaster industri hilir kelapa
sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei

114
119
122
124
126

138
139
139
143

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Double Diamond Concept
Pohon industri kelapa sawit
Kerangka pemikiran konseptual
Tahapan penelitian
Langkah-langkah dasar SLP
Bagan yang digunakan dalam analsis SLP
Tahapan metode ISM
Karakteristik responden masyarakat berdasarkan umur dan
pendidikan
Peta Kabupaten Simalungun
Nilai ekspor sepuluh kelompok hasil industri terbesar
Hasil analisis MDS (RAP) pada dimensi ekonomi
Hasil analisis MDS (RAP) pada dimensi sosial
Hasil analisis MDS (RAP) pada dimensi lingkungan
Hasil analisis MDS (RAP) pada dimensi infrastruktur dan teknologi
Hasil analisis MDS (RAP) pada dimensi kelembagaan
Integrasi hasil perhitungan indeks keberlanjutan dengan analisis
MDS
Hasil analisis leverage pada atribut kelembagaan
Hasil analisis leverage pada atribut infrastruktur dan teknologi
Hasil analisis leverage pada atribut sosial
Hasil analisis leverage pada atribut ekonomi
Hasil analisis leverage pada atribut lingkungan
Diagram kausal pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit di
Kawasan Industri Sei Mangkei

7
21
29
30
45
46
47
52
53
55
62
62
63
63
63
65
65
66
66
66
67
72

DAFTAR GAMBAR (lanjutan)
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Diagram input-output model pengembangan klaster industri hilir
kelapa sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei
Tahapan pemodelan tata ruang klaster industri hilir kelapa sawit di
Kawasan Industri Sei Mangkei
Bobot pada kriteria penilaian penentuan produk potensial
Peta sebaran lokasi PKS di Sumatera Utara
Peta sebaran PKS di Sumatera Utara berdasarkan kepemilikan dan
jarak dari Sei Mangkei
Bagan Activity Relationship Chart (ARC)
Rencana klaster industri hilir kelapa sawit Sei Mangkei
Alternatif tata letak industri I
Alternatif tata letak industri II
Alternatif tata letak industri III
Tahapan pemodelan dan analisis kelembagaan pengembangan
Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit Sei Mangkei
Model kelembagaan klaster industri hilir kelapa sawit Sei Mangkei
Klaster industri hilir kelapa sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei
Matriks driver power-dependency untuk elemen aktor yang berperan
dalam pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit
Matriks driver power-dependency untuk elemen kendala
Matriks driver power-dependency untuk elemen aktivitas yang perlu
dilakukan untuk rencana tindak
Matriks driver power-dependency untuk elemen masyarakat yang
terpengaruh
Jarak masyarakat untuk memperoleh fasilitas kesehatan
Penilaian responden masyarakat terhadap kondisi fasilitas kesehatan
Tata letak industri pada klaster industri hilir kelapa sawit Sei
Mangkei
Proses produksi oleokimia dasar dan turunan

73
76
77
83
84
102
104
104
105
105
107
115
116
120
123
125
127
136
136
145
192

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nilai ekspor impor produk turunan kelapa sawit tahun 2007 - 2011
Lokasi Sei Mangkei di Sumatera Utara
Pembangunan rel kereta api ke Kawasan Industri Sei Mangkei
Rencana pengembangan pelabuhan Kuala Tanjung
Jalur menuju Kawasan Industri Sei Mangkei
Master plan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei
Data penilaian pakar terhadap aspek tingkat keberlanjutan
Penilaian pakar terhadap tingkat kepentingan kriteria penentuan
produk potensial
Matriks gabungan jawaban pakar terhadap tingkat kepentingan
kriteria penentuan produk potensial

166
167
168
169
170
171
171
173
174

DAFTAR LAMPIRAN (lanjutan)
10 Input data untuk program expert choice berdasarkan matriks
gabungan jawaban pakar terhadap tingkat kepentingan kriteria
penentuan produk potensial
11 Produk turunan kelapa sawit yang diseleksi
12 Gabungan penilaian pakar terhadap produk turunan potensial kelapa
sawit
13 Hasil perhitungan metode perbandingan eksponensial
14 Kelayakan usaha beberapa produk turunan kelapa sawit
15 Ringkasan data kelayakan usaha beberapa produk turunan sawit
16 Parameter limbah pada beberapa industri turunan kelapa sawit
17 Proses produksi beberapa produk turunan kelapa sawit
18 Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di Sumatera Utara sebagai
sumber bahan baku untuk Kawasan Industri Sei Mangkei
19 Perhitungan tingkat permintaan beberapa produk turunan dan target
produksi
20 Komposisi bahan dan proses produk hilir kelapa sawit
21 Prediksi potensi ketersediaan bahan baku untuk Kawasan Industri
Sei Mangkei
22 Perhitungan potensi tenaga kerja bidang industri pengolahan di
Kabupaten Simalungun
23 Penjabaran beberapa persamaan kendala dalam penentuan kapasitas
industri dengan goal programming menggunakan software lingo
24 Pengolahan data dengan sorftware LINGO
25 Hasil pengolahan software LINGO pada penentuan kapasitas optimal
industri produk turunan kelapa sawit pada Kasawan Industri Sei
Mangkei (tahap III, skenario III)
26 Standar infrastruktur kawasan
27 Kebutuhan air dan listrik pada produksi turunan sawit
28 Kebutuhan air pada pengolahan produk turunan sawit di Kawasan
Industri Sei Mangkei
29 Perhitungan Total Closeness Relationship (TCR)
30 Ukuran kavling pada zona industri kelapa sawit pada KEK Sei
Mangke
31 Evaluasi alternatif tata letak industri pada klaster industri hilir kelapa
sawit Sei Mangkei
32 Kebutuhan lahan dalam pembangunan klaster industri hilir kelapa
sawit Sei Mangkei tahap II dan III
33 Hasil penilaian peranan dari stakeholder
34 Stakeholder dan peranannya saat ini pada pengembangan klaster
industri hilir kelapa sawit di Sei Mangkei
35 Peranan yang diharapkan dari para stakeholder
36 Perhitungan nilai tambah dari pembangunan klaster industri hilir
kelapa sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei

175
176
178
180
181
185
186
188
200
203
204
206
207
208
209

212
215
217
218
219
220
221
222
223
223
226
233

DAFTAR ISTILAH
Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam disertasi tentang Desain
model Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit di Kawasan Industri Sei
Mangkei :
Activity Relation Chart adalah bagan hubungan aktivitas pada suatu sistem.
Agroindustri adalah suatu industri yang mentransformasikan hasil pertanian (dalam
arti luas) menjadi produk industri dalam rangka meningkatkan nilai
tambahnya; dengan demikian merupakan suatu sistem terintegrasi yang
melibatkan sumberdaya hasil pertanian, manusia, ilmu dan teknologi, uang,
dan informasi.
Aliran material adalah suatu fungsi pemindahan material yang tepat ke tempat yang
tepat, pada saat yang tepat, dalam jumlah yang tepat, secara berurutan dan
pada posisi atau kondisi yang tepat untuk meminimalkan ongkos produksi.
Analisis leverage adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui atribut yang
sensitif dan intervensi atau perbaikan yang perlu dilakukan.
Analisis Monte Carlo adalah analisis untuk menduga pengaruh galat (error) acak
dalam proses analisis yang dilakukan pada selang kepercayaan 95%.
Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam
bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan
mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan yang terjadi dan
kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan.
Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara
sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu
kinerja organisasi sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan
menfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian
dampak lingkungan dan pengkajian pemanfaatan kebijakan usaha atau
kegiatan terhadap peraturan perundang undangan tentang pengelolaan
lingkungan.
Corporate Social Responsibility adalah usaha suatu bisnis untuk menyeimbangkan
komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungannya,
termasuk konsumen, bisnis lain/pesaing, karyawan, dan investor.
Dampak adalah pengaruh kuat yngg mendatangkan akibat (baik negatif maupun
positif).
Daya saing adalah kemampuan organisasi untuk menciptakan keunggulan yang khas
atas pesaing lain.
Dewan Kawasan adalah dewan yang dibentuk di tingkat provinsi untuk membantu
Dewan Nasional dalam penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.
Dry port adalah pelabuhan yang berada di daratan jauh dari laut yang berfungsi
seperti pelabuhan laut.
Efektivitas adalah ukuran tingkat pemenuhan output atau tujuan proses; keaktifan,
daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang
melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.

DAFTAR ISTILAH (lanjutan)
Efisiensi adalah ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses;
ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak
membuang waktu, tenaga, biaya); kedayagunaan; ketepatgunaan.
Faktor input adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi
barang dan jasa.
Gejolak sosial adalah bentuk reaksi sosial akibat ketidakpuasan kolektif masyarakat
terhadap suatu keadaan.
Hirarki adalah urutan tingkatan atau jenjang jabatan (pangkat kedudukan).
Industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan
sarana dan peralatan.
Industri hilir adalah industri yang memproduksi barang yang siap dipakai oleh
konsumen.
Inovasi adalah penemuan baru yang berbeda darr yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat).
Institusi adalah sesuatu yang dilembagakan oleh undang-undang, adat atau
kebiasaan.
Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.
Interpretive Structural Modeling adalah suatu proses pengkajian kelompok dimana
model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari
suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan
menggunakan grafik serta kalimat.
IPAL adalah instalasi yang digunakan untuk pengolahan air limbah industri.
Kapasitas produksi adalah hasil produksi atau jumlah unit yang dapat ditahan,
diterima, disimpan, atau diproduksi oleh suatu fasilitas dalam suatu periode
waktu tertentu.
Kapasitas optimal adalah jumlah unit yang dapat dihasilkan oleh proses produksi
dalam jangka waktu tertentu dengan sumber daya yang ada.
Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan
dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha
Kawasan Industri.
Kelembagaan adalah suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat
atau organisasi yang saling mengikat yang dapat menentukan bentuk
hubungan antar manusia atau antar organisasi yang diwadahi dalam suatu
organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan
pengikat berupa norma, kode etik aturan formal maupun informal untuk
pengendalian perilaku sosial serta insentif untuk bekerjasama dan mencapai
tujuan bersama.
Kesinambungan adalah berlanjut; terus-menerus; kontinyu.
Keterampilan adalah kecakapan dalam melaksanakan tugas.

DAFTAR ISTILAH (lanjutan)
Klaster industri adalah upaya untuk mengelompokkan industri yang saling
berhubungan, baik industri inti, industri pendukung, industri terkait, jasa
penunjang, infrastruktur ekonomi, penelitian, pelatihan, pendidikan,
infrastruktur informasi, infrastruktur teknologi, sumber daya alam dan
lembaga terkait lainnya; sentra industri/bisnis, industrial district dan
sejenisnya yang mempunyai “keserupaan” aktivitas bisnis; pendekatan yang
lebih menyoroti “keterkaitan” (interdependency) rantai nilai sekelompok
bisnis.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi inti adalah Sebuah bidang keahlian khas dari sebuah organisasi yang
sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang.
Kompetensi inti industri daerah (KIID) adalah keunggulan pengolahan yang dapat
dikembangkan di suatu daerah, baik karena ketersediaan bahan baku dan/atau
karena tersedianya SDM yang terampil.
Koordinasi adalah perihal mengatur suatu organisasi atau kegiatan sehingga
peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau
simpang siur
Location quotient adalah analisis yang digunakan untuk menguji bahwa sektor yang
dipilih merupakan sektor basis dan menjadi sektor unggulan di wilayah
tersebut.
Metode perbandingan eksponensial adalah metode untuk menganalisis indeks
gabungan (composite index) yang digunakan untuk menentukan penilaian
atau peringkat dari berbagai alternatif berdasarkan beberapa kriteria.
Pakar adalah orang yg mempunyai keahlian dl bidang ilmu tertentu.
Pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat atau hierarkis.
Pelatihan adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja
seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi.
PLTBS adalah pembangkit listrik yang dihasilkan melalui tenaga biomassa sawit.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara.
Pemodelan sistem adalah proses membangun atau membentuk sebuah model dari
suatu sistem nyata dalam bahasa formal tertentu.
Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat.
Permintaan adalah jumlah total dari suatu komoditi yang ingin dibeli oleh semua
rumah tangga.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan pendapatan (PDB) tanpa
mengaitkannya dengan tingkat pertambahan penduduk.

DAFTAR ISTILAH (lanjutan)
Perubahan sosial adalah suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan
didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta
kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih
bermartabat.
Rantai nilai adalah nilai keseluruhan dan terdiri atas aktivitas nilai dan marjin;
bagaimana sebuah produk bergerak dari tahap bahan baku ke pelanggan
akhir; dan menggambarkan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk
membawa produk atau jasa dari konsepsi, melalui berbagai tahapan produksi,
pengiriman pada konsumen akhir dan pembuangan akhir setelah digunakan.
Rantai pasok adalah suatu sistem physical yang dibentuk dari aktivitas
pendistribusian bahan mentah ke perusahaan manufaktur, kemudian bahan
tersebut diolah, dan didistribusikan dalam bentuk produk jadi kepada
konsumen akhir sehingga terbentuklah suatu physical distribution.
Rapfish adalah metode yang dikembangkan untuk mengevaluasi status keberlanjutan
perikanan didasarkan pada skoring yang bersifat transparan dan
semikuantitatif pada aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan etik.
Retribusi adalah pungutan uang oleh pemerintah sebagai balas jasa.
Simulasi model adalah peniruan operasi, menurut waktu, sebuah proses atau sistem
dunia nyata; upaya melakukan pendekatan thd sistem yang nyata dengan
menggunakan model.
Sistem adalah sekelompok elemen yang mempunyai karakteristik spesifik /
mempunyai atribut yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.
Stakeholder adalah individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik
secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta
kepentingan terhadap perusahaan; individu atau kelompok yang bisa
mempengaruhi dan/ atau dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari
aktivitas-aktivitasnya.
Strategi adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh organisasi untuk mencapai
misi dan tujuannya.
Systematic Layout Planning adalah suatu pendekatan sistematis dan terorganisir
untuk perencanaan tata letak.
Tax holiday adalah pengurangan atau penghilangan pajak secara sementara.
Tugas adalah yg wajib dikerjakan atau yg ditentukan untuk dilakukan; pekerjaan yg
menjadi tanggung jawab seseorang; pekerjaan yg dibebankan
UMR adalah Upah Minimum Regional.
Validasi adalah penentuan apakah mode konseptual simulasi (sebagai tandingan
program komputer) adalah representasi akurat dari sistem nyata yang sedang
dimodelkan
Verifikasi adalah proses penentuan apakah model, sebagai konseptualisasi atau
abstraksi, merupakan representasi berarti dan akurat dari sistem nyata
Zona adalah area di dalam suatu kawasan dengan batas tertentu yang
pemanfaatannya sesuai dengan peruntukannya.
Zonasi adalah penataan ruang.

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lebih dari dua dasawarsa, konsep klaster industri telah menjadi alternatif
strategi pengembangan ekonomi di berbagai negara. Melalui klaster industri,
seluruh proses produksi mulai dari hulu hingga hilir dapat berjalan maksimal,
efektif dan efisien. Terdapat tiga alasan mengapa hal ini dapat terjadi: pertama,
klaster industri mensyaratkan integrasi seluruh elemen industri yang menopang
kegiatan industri utama yang pada akhirnya dapat mendukung terwujudnya hasil
industri turunan yang berkualitas dan berdaya saing. Kedua, klaster industri
mempermudah akses bahan baku produksi, akses SDM yang terspesialisasi dan
meningkatkan efisiensi produksi karena keberadaan industri pendukung dan
penunjang dalam satu wilayah yang sama dengan industri utama, sehingga
mempercepat proses produksi yang berarti mengurangi tingginya biaya produksi.
Ketiga, klaster industri mempermudah inovasi produk karena adanya kesamaan
visi dan kebutuhan antara industri utama dan industri pendukung.
Keberadaan klaster industri telah mendorong pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi nasional dan wilayah serta berbagai aspek yang
melingkupinya. Bila dilaksanakan secara konsisten, dengan menerapkan integrasi
produksi melalui klaster industri, perekonomian suatu wilayah atau kawasan dapat
meningkat seiring dengan peningkatan hasil dan kualitas produksi pada klaster
industri tersebut.
Pada akhirnya, hal itu akan berdampak positif bagi
perkembangan ekonomi negara secara keseluruhan.
Dengan adanya program percepatan dan perluasan ekonomi Indonesia,
klaster industri menjadi salah satu pendekatan untuk mewujudkan rencana
tersebut. Beberapa strategi untuk mewujudkan program tersebut didasarkan pada
pengembangan pengetahuan dan kemampuan teknologi, dan peningkatan jumlah
pusat pertumbuhan ekonomi, yang ditempuh dengan pengembangan kawasan
industri, pembentukan klaster industri inovatif dan meningkatkan konektivitas
melalui perbaikan dan pembangunan infrastruktur (Peraturan Presiden Nomor 32
Tahun 2011).
Salah satu fokus pembangunan ekonomi adalah sektor pertanian karena
sektor pertanian (pertanian, perikanan, kehutanan dan peternakan) menyumbang
nilai yang cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu sebesar Rp 1
446.7 Triliun atau sekitar 14.33 persen dari total PDB (BPS 2014). Sektor ini
dapat menjadi leading sector dan makin mendorong berkembangnya industri agro.
Salah satu komoditas utama dalam sektor agroindustri adalah kelapa sawit
dan produk olahannya. Meski memiliki berbagai nilai lebih dan keunggulan
ekonomis, komoditas kelapa sawit belum dikelola secara maksimal dari hulu
sampai ke hilir. Sehingga untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas komoditi ini
beserta produk turunannnya diperlukan pendekatan pengembangan industri yang
terintegrasi dan komprehensif. Salah satu caranya adalah dengan membentuk
klaster industri hilir kelapa sawit. Dengan cara ini, seluruh faktor terkait dengan
industri kelapa sawit dapat diintegrasikan.
Dalam rangka mewujudkan program hilirisasi, industri pengolahan kelapa
sawit dikembangkan di beberapa daerah. Di koridor Sumatera, pusat
pengembangan berada di wilayah Sei Mangkei (Sumatera Utara), Dumai (Riau)

2

dan Muara Enim (Sumatera Selatan). Sei Mangkei merupakan Kawasan Ekonomi
Khusus yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2012. Kawasan Industri Sei Mangkei ini nantinya diharapkan
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru menjadi salah satu
strategi dalam perluasan ekonomi Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi bahwa
sebelumnya pembangunan perekonomian nasional terkonsentarasi di Pulau Jawa,
termasuk di dalamnya sebaran industri yang hampir tujuh puluh persen berada di
pulau ini, selain itu kondisi infrastruktur dan pembangunan yang tidak merata
antara wilayah Barat dan Timur Indonesia mengakibatkan terjadinya kesenjangan
pertumbuhan ekonomi antara kedua wilayah tersebut, oleh karena itu
pengembangan kawasan-kawasan industri sebagai pusat pertumbuhan ekonomi
dilakukan menyebar dibeberapa wilayah. Mengingat pengembangan klaster
industri tidak bisa terlepas dari faktor keruangan, sehingga dalam analisis dan
pengembangan model, pada penelitian ini memperhatikan aspek spasial dan
pengembangan wilayah.
Dalam pengembangan klaster industri banyak faktor yang perlu diperhatikan
dan mempengaruhi keberhasilan suatu klaster, diantaranya peran serta pemerintah,
peran serta institusi pendukung, motivasi dan peran serta industri utama, industri
terkait maupun industri penunjang dan lain-lain. Kompleksitas permasalahan pun
sering kali muncul dan dapat menghambat perkembangan suatu klaster bahkan
dapat mengakibatkan kegagalan klaster tersebut.
Pengembangan klaster industri sangat komplek, karena itu dibutuhkan
pendekatan yang mampu mencari solusi atas persoalan yang ada. Salah satu
pendekatan yang diambil adalah pendekatan sistem dan pemodelan.
Dalam
mengembangkan klaster industri hilir kelapa sawit di Kawasan Industri Sei
Mangkei, perlu dilihat bagaimana pengaturan zona di dalam klaster industri
tersebut, bagaimana kelembagaan yang dibangun dan dikembangkan, serta
seberapa besar dampak dari dikembangkannya klaster industri hilir kelapa sawit
tersebut.
Upaya pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit di Kawasan Industri
Sei Mangkei diharapkan dapat menjadi model dalam pengembangan klaster
industri hilir kelapa sawit dan komoditas agro industri lainnya. Melalui rancang
bangun model pengembangan klaster industri yang tepat, memungkinkan
terjadinya percepatan dan perluasan dampak pembangunan ekonomi ke wilayah
lainnya, yang muaranya kesejahteraan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Perumusan Masalah
Penelitian desain model pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit di
Sei Mangkei ini dilatarbelakangi oleh kompleksitas masalah pengembangan
klaster industri yang sudah lebih dari dua dasawarsa diperkenalkan dan diterapkan
di Indonesia. Permasalahan ini berupa skema pembentukan dan pengembangan
klaster industri yang efektif dan efisien yang dapat mendorong pengembangan dan
perluasan ekonomi secara optimal. Untuk itu diperlukan analisis komprehensif
terhadap bentuk pengembangan klaster industri, yang dalam penelitian ini
khususnya klaster industri hilir kelapa sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei.

3

Penjabaran permasalahan pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit
di Sei Mangkei ini diwujudkan dalam pertanyaan yang dijawab pada penelitian ini
yaitu :
1 Seberapa besar potensi Kawasan Industri Sei Mangkei untuk dikembangkan
menjadi sebuah klaster industri ?
2 Bagaimana pengaturan tata ruang (zonasi) pada klaster industri hilir kelapa
sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei ?
3 Bagaimana model kelembagaan yang dibangun dalam pengembangan klaster
industri ini ?
4 Seberapa besar dampak pengembangan klaster industri di Kawasan Industri
Sei Mangkei terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah
sekitarnya ?
Tujuan Penelitian
Secara garis besar tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan model
pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit di Kawasan Industri Sei
Mangkei, sedangkan secara detail tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Mengidentifikasi potensi pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit di
Kawasan Industri Sei Mangkei.
2 Merancang model pengembangan klaster yang terdiri atas sub model
penataan ruang dan sub model kelembagaan klaster industri hilir kelapa sawit
di Kawasan Industri Sei Mangkei.
3 Menghitung perkiraan dampak pengembangan klaster industri di Kawasan
Industri Sei Mangkei.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi stakeholder dalam
merumuskan kebijakan pengembangan klaster industri baik kebijakan ditingkat
mikro perusahaan pada industri utama, maupun industri terkait dan pendukung
serta institusi penunjang lainnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi
manfaat bagi pemerintah dalam penerapan kebijakan pengembangan klaster
industri hilir kelapa sawit di Sei Mangkei dan lebih jauh diharapkan dapat menjadi
model pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit nasional.
Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, fokus persoalan dibatasi pada desain model
pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit di Kawasan Industri Sei
Mangkei, Sumatera Utara. Fokus pengembangan klaster adalah pada produk hilir
kelapa sawit dengan basis crude palm oil (CPO) dan crude palm kernel oil
(CPKO). Model yang dikembangkan meliputi sub model penataan ruang di dalam
klaster industri, sub model kelembagaan, serta pada tahap akhir dilihat dampak
pengembangan klaster tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pengembangan wilayah.

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Konsep Klaster
Teori tentang klaster industri telah diperkenalkan lebih dari dua dasawarsa,
namun masih terdapat beberapa kerancuan dan beda tafsir diantara praktisi dan
akademisi Economic Development tentang definisi klaster, metodologi
pengidentifikasian klaster yang sesuai dan bagaimana menterjemahkannya ke
dalam kebijakan pengembangan ekonomi berbasis klaster. Oleh karena itu tidak
terdapat kerangka konseptual dan analitis yang tunggal dalam membantu
mengidentifikasi klaster industri.
Definisi Klaster Industri
Sejak dua puluh tahun terakhir, klaster industri telah berkembang sebagai
suatu alternatif strategi pengembangan ekonomi di berbagai negara, namun
terdapat beberapa kerancuan dan perbedaan persepsi diantara praktisi dan
akademisi terhadap definisi klaster yang tepat dan metodologi pengidentifikasian
klaster yang sesuai. Tetapi klaster industri pada hakekatnya adalah upaya untuk
mengelompokkan industri yang saling berhubungan, baik industri inti, industri
pendukung, industri terkait, jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, penelitian,
pelatihan, pendidikan, infrastruktur informasi, infrastruktur teknologi, sumber
daya alam dan lembaga terkait lainnya. Klaster juga merupakan cara untuk
mengatur beberapa aktivitas pengembangan ekonomi.
Hal mendasar dalam membedakan satu konsep dengan konsep lainnya
dalam literatur adalah dimensi/aspek rantai nilai (value chain). Dengan
pertimbangan dimensi rantai nilai, secara umum terdapat 2 (dua) pendekatan
klaster industri (Taufik 2008) yaitu:
1 Beberapa literatur, yang berkembang pada awalnya lebih menyoroti aspek
aglomerasi, merupakan pendekatan berdasarkan pada aspek keserupaan
(similarity) sekelompok aktivitas bisnis. Misalnya sentra industri/bisnis,
industrial district dan sejenisnya yang mempunyai “keserupaan” aktivitas
bisnis dianggap sebagai suatu klaster industri;
2 Beberapa literatur yang berkembang berikutnya, termasuk yang ditekankan
oleh Porter, merupakan pendekatan yang lebih menyoroti “keterkaitan”
(interdependency) rantai nilai sekelompok bisnis. Pandangan ini menyebutkan
bahwa sentra industri atau industrial district pada dasarnya merupakan bagian
integral dari jalinan rantai nilai sebagai suatu klaster industri.
Pendekatan rantai nilai dinilai beberapa peneliti lebih sesuai terutama dalam
konteks peningkatan daya saing, pengembangan sistem inovasi (nasional/daerah),
prakarsa pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan/teknologi dan bukan
“sekedar” upaya memperoleh “ekonomi aglomerasi” karena terkonsentrasinya
aktivitas bisnis yang serupa.
Secara rinci, terdapat beberapa definisi tentang klaster. Porter (1990)
mendefinisikan Clusters sebagai ”Clusters are geographic concentrations of
firms, suppliers, related industries, and specialized institutions that occure in a
particular field in a nation, state, or city. Porter (2000) menambahkan bahwa
“Clusters are geographic concentrations of interconnected companies, specialized
suppliers, service providers, firms in related industries, and associated
institutions (e.g., universities, standards agencies, trade associations) in a

5

particular field that compete but also cooperate”. Definisi lain mengenai klaster
industri adalah “geographical concentration of industries that gain performance
advantages through co-location” (Doeringer dan Terkla 1995). Sementara
Rosenfeld (1995) menambahkan definisi Clusters dengan “hubungan antara
perusahaan yang juga menyediakan berbagai complementary services, termasuk
jasa konsultan, penyedia jasa pendidikan dan training, lembaga-lembaga
keuangan, professional associations dan institusi-institusi pemerintah.
Konsep tersebut didukung oleh beberapa pernyataan dari peneliti
diantaranya Roelandt dan den Hertog (1999) dalam Partiwi (2007) yang
menekankan klaster industri pada jarin