Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Sebagai Klaster Industri

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI SEBAGAI

KLASTER INDUSTRI

OLEH :

DORIANI LINGGA 090501110

PROGRAM STUDI STRATA-I EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei sebagai klaster industri. Analisis dilakukan dalam bentuk kajian sosial-ekonomi dengan menggunakan 3 dimensi, yaitu analisis peran KEK Sei Mangkei dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat dengan mendasarkan pengamatan pada aktivitas PT Perkebunan Nusantara III selama ini, analisis informasi dan transparansi pengembangan KEK Sei Mangkei, dan analisis persepsi masyarakat mengenai pengembangan KEK Sei Mangkei. Analisis persepsi masyarakat mencakup potensi Sei Mangkei sebagai pusat pertumbuhan, keterkaitan KEK Sei Mangkei dengan kehidupan sosial masyarakat, keterkaitan KEK Sei Mangkei dengan kehidupan ekonomi masyarakat dan persepsi secara keseluruhan (umum).

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data utama berupa penyebaran kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga di kecamatan Bosar Maligas yang berjumlah 10.128 rumah tangga dan melalui metode judgement sampling dipilih sampel sebanyak 100 orang responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama ini PTPN III berperan dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat Kecamatan Bosar Maligas. Hal ini terwujud dalam penyerapan tenaga kerja lokal dan penyediaan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Dengan demikian KEK Sei Mangkei nantinya dapat diharapkan akan memberi dampak yang sama. Menurut sebagian besar responden pembangunan KEK Sei Mangkei yang sedang berlangsung saat ini, dilakukan secara transparan dan melibatkan masyarakat setempat untuk ikut berpartisipasi. Dalam persepsi masyarakat, Sei Mangkei berpotensi menjadi daerah pusat pertumbuhan dengan dijadikannya daerah tersebut menjadi kawasan ekonomi khusus. Dalam kaitannya dengan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat, Keberadaan KEK Sei Mangkei akan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar Kecamatan Bosar Maligas. Hampir semua responden setuju bahwa pengembangan KEK Sei Mangkei akan bermanfaat bagi kemajuan masyarakat terutama dalam hal peningkatan status sosial-ekonomi masyarakat. Secara keseluruhan, rata-rata masyarakat setuju terhadap pengembangan KEK Sei Mangkei dengan harapan utama bahwa KEK Sei Mangkei nantinya akan menyerap tenaga kerja lokal sehingga masalah pengangguran teratasi. Kata Kunci : Kawasan Ekonomi Khusus, klaster industri, pembangunan sosial


(3)

The purpose of this research is to know the perception of societies to the development of Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei as a cluster of industry. The analysis conducted in this study is a social-economy method by using 3 dimensions, which consists of the role of KEK Sei Mangkei in the development of social and economic based on investigation on the activity of PT Perkebunan Nusantara III up to now, analysis about the information dan transparency of the development of KEK Sei Mangkei, and analysis about the perception of societies about the development of KEK Sei Mangkei. Analysis about the perception of societies comprises potency of Sei Mangkei as growth pole, relationship between KEK Sei Mangkei and social life of the societies, relationship between KEK Sei Mangkei and economic life of the societies and general perception.

The analysis method uses the descriptive method, by issuing questionaires to 100 respondents surrounding the area. Population in this research is all households in Bosar Maligas District totally 10.128 households and sample is choosen through judgement sampling method.

The result of this research shows that The PTPN III plays role in the social and economy development of local societies of Bosar Maligas District. It is realized in absorbtion of local labour and provision of facilities and infrastructures for societies. According to the greater part of respondents, the development of KEK Sei Mangkei which is now going on, is conducted transparently and involves local soceties to participate. In the perception of societies, Sei Mangkei is potential to be a new economic growth pole by making the area becomes special economic region. They believe that the existence of KEK Sei Mangkei will increase life standard of local societies of Bosar Maligas District. Almost all respondents agree that the development of KEK Sei Mangkei will give advantage to progress of societies, especially in increasing societies’ social-economic standard. To sum up, most of the societies agree with the development of KEK Sei Mangkei with their main expectation that KEK Sei Mangkei will use local labour as employment so the problem of unemployment can be solved.

Keywords: Special Economic Zone, industry cluster, development of social and economic, growth pole, labour absorbtion.


(4)

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, sebab hanya karena kasihNya yang melimpah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei sebagai Klaster Industri”.

Adapun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan tahun akademik 2012/2013. Skripsi ini teristimewa dipersembahkan kepada kedua orang tua terkasih, Kongres Lingga dan Tiodorlina Purba Siboro, untuk kasih sayang melimpah yang diberikan bagi penulis.

Skripsi ini tidak terlepas dari jasa berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Karena itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak alm. Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku mantan dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku dosen pembimbing yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, P.Hd selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. DR. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku dosen pembaca penilai yang telah memberikan masukan dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan (Kak Leni dan Bang Sugi) dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

Bapak Ir. Tumidi Saragih, Bapak Kasan, dan secara khusus seluruh Warga Kecamatan Bosar Maligas yang berjasa dalam pengumpulan data dan informasi. 10.Pimpinan dan seluruh staf karyawan PT Perkebunan Nusantara III.

11.Keluarga tercinta, Santo Joi Lingga, Roy Dertianna Lingga, Rikki Lingga, Resdelina Lingga, Irene Theresia, Iwan Suranta Ginting, Jekson Girsang, Priskila E. Lovely Lingga dan Abigail O. Ginting.

12.Sahabat-sahabat terkasih terutama Damiana, Ita, Emma, Christyelse, Yustira, Devy, Nike, Romedina, Bethesda, Yefta, Pandapotan, Monang, Hardi, Silvia, Kak Vivi, Kak Betrik, Juniarti dan semua sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 13.Semua rekan seperjuangan di bangku perkuliahan terutama teman-teman Ekonomi

Pembangunan Stambuk 2009 dan teman-teman IMAS-USU.

14.Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, namun tidak dituliskan pada lembaran ini, penulis mohon maaf dan kelalaian ini tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.

Tak ada gading yang tak retak, tulisan ini masih jauh dari sempurna. Karena itu semua kritik dan saran dari pembaca akan sangat berharga bagi penulis, demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Tuhan memberkati.

Medan, Januari 2013 Penulis


(6)

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang Pemilihan Judul... 1

1.2.Perumusan Masalah... 5

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1.Uraian Teoritis... 7

2.1.1. Ekonomi Pembangunan... 7

2.1.1.1.Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Pembangunan... 7

2.1.1.2.Aspek Sosial dalam Ekonomi Pembangunan... 9

2.1.2. Klaster Industri... 11

2.1.2.1.Industri... 11

2.1.2.2.Lokasi Industri... 18

2.1.3. Kawasan Ekonomi Khusus... 20

2.2.Penelitian Terdahulu... 21

2.3.Kerangka Konseptual... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian... 24

3.2.Jenis dan Sumber Data... 24

3.3.Teknik Pengumpulan Data... 25

3.4.Populasi dan Sampel... 25

3.5.Metode Analisis... 26

3.6.Definisi Operasional... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 28

4.1.Deskripsi Daerah Penelitian... 28

4.1.1. Gambaran Daerah Sei Mangkei... 28

4.1.2. Kondisi Umum Kecamatan Bosar Maligas... 28

4.1.2.1.Geografis... 28

4.1.2.2.Pemerintahan... 29

4.1.2.3.Penduduk... 29

4.1.2.4.Sosial... 30

4.1.2.5.Potensi Ekonomi... 31


(7)

4.4.Hasil Analisis... 39

4.4.1. Karakteristik Responden... 39

4.4.1.1.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 39

4.4.1.2.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 39

4.4.1.3.Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 40

4.4.1.4.Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan... 41

4.4.1.5.Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 41

4.4.1.6.Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan... 42

4.4.1.7.Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kependudukan... 43

4.4.2. Analisis Peran Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dalam Pembangunan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Berdasarkan Pengalaman PTP Nusantara III... 44

4.4.3. Analisis Informasi dan Transparansi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei... 45

4.4.4. Analisis Persepsi Masyarakat mengenai Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei... 48

4.4.4.1.Potensi Sei Mangkei sebagai Pusat Pertumbuhan... 48

4.4.4.2.Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dan Kehidupan Sosial Masyarakat... 48

4.4.4.3.Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat... 51

4.4.4.4.Persepsi secara Keseluruhan... 53

4.5.Pembahasan... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 58

5.1.Kesimpulan... 58

5.2.Saran... 59

DAFTAR PUSTAKA... 61


(8)

Tabel Judul Tabel Halaman Tabel 4.1 Jumlah Unit Sekolah dan Jumlah Murid pada Tiap Jenjang Pendidikan

di Kecamatan Bosar Maligas... 30

Tabel 4.2 Hasil Produksi Perkebunan di Kecamatan Bosar Maligas... 31

Tabel 4.3 Hasil Produksi Sayur-sayuran di Kecamatan Bosar Maligas... 32

Tabel 4.4 Hasil Produksi Buah-buahan di Kecamatan Bosar Maligas... 33

Tabel 4.5 Hasil Produksi Ternak di Kecamatan Bosar Maligas... 34

Tabel 4.6 Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kecamatan Bosar Maligas... 34

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 39

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 39

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 40

Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan... 41

Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 41

Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan... 42

Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kependudukan... 43

Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden terhadap Peran Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dalam Pembangunan Sosial dan Ekonomi Masyarakat berdasarkan Pengalaman PTPN III... 44

Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Responden terhadap Masalah Informasi dan Transparansi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei... 46

Tabel 4.16 Distribusi Jawaban Responden terhadap Keterkaitan antara KEK Sei Mangkei dengan Ketersediaan Lapangan Kerja... 49

Tabel 4.17 Distribusi jawaban responden terhadap Keterkaitan antara KEK Sei Mangkei dengan Pembangunan Ekonomi Masyarakat... 52

Tabel 4.18 Distribusi jawaban responden terhadap Peran KEK Sei Mangkei dalam Penyediaan sarana dan Prasarana Ekonomi... 54


(9)

Gambar Judul Gambar Halaman Gambar 2.1 Formulasi Lokasi Industri... 19 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual... 23


(10)

Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian... 63

Lampiran 2 Tabulasi Data Hasil Penelitian... 68

Lampiran 3 Tabulasi Hasil Pengolahan Data... 78

Lampiran 4 Surat Pengantar dari Camat Bosar Maligas...79


(11)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei sebagai klaster industri. Analisis dilakukan dalam bentuk kajian sosial-ekonomi dengan menggunakan 3 dimensi, yaitu analisis peran KEK Sei Mangkei dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat dengan mendasarkan pengamatan pada aktivitas PT Perkebunan Nusantara III selama ini, analisis informasi dan transparansi pengembangan KEK Sei Mangkei, dan analisis persepsi masyarakat mengenai pengembangan KEK Sei Mangkei. Analisis persepsi masyarakat mencakup potensi Sei Mangkei sebagai pusat pertumbuhan, keterkaitan KEK Sei Mangkei dengan kehidupan sosial masyarakat, keterkaitan KEK Sei Mangkei dengan kehidupan ekonomi masyarakat dan persepsi secara keseluruhan (umum).

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data utama berupa penyebaran kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga di kecamatan Bosar Maligas yang berjumlah 10.128 rumah tangga dan melalui metode judgement sampling dipilih sampel sebanyak 100 orang responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama ini PTPN III berperan dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat Kecamatan Bosar Maligas. Hal ini terwujud dalam penyerapan tenaga kerja lokal dan penyediaan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Dengan demikian KEK Sei Mangkei nantinya dapat diharapkan akan memberi dampak yang sama. Menurut sebagian besar responden pembangunan KEK Sei Mangkei yang sedang berlangsung saat ini, dilakukan secara transparan dan melibatkan masyarakat setempat untuk ikut berpartisipasi. Dalam persepsi masyarakat, Sei Mangkei berpotensi menjadi daerah pusat pertumbuhan dengan dijadikannya daerah tersebut menjadi kawasan ekonomi khusus. Dalam kaitannya dengan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat, Keberadaan KEK Sei Mangkei akan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar Kecamatan Bosar Maligas. Hampir semua responden setuju bahwa pengembangan KEK Sei Mangkei akan bermanfaat bagi kemajuan masyarakat terutama dalam hal peningkatan status sosial-ekonomi masyarakat. Secara keseluruhan, rata-rata masyarakat setuju terhadap pengembangan KEK Sei Mangkei dengan harapan utama bahwa KEK Sei Mangkei nantinya akan menyerap tenaga kerja lokal sehingga masalah pengangguran teratasi. Kata Kunci : Kawasan Ekonomi Khusus, klaster industri, pembangunan sosial


(12)

The purpose of this research is to know the perception of societies to the development of Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei as a cluster of industry. The analysis conducted in this study is a social-economy method by using 3 dimensions, which consists of the role of KEK Sei Mangkei in the development of social and economic based on investigation on the activity of PT Perkebunan Nusantara III up to now, analysis about the information dan transparency of the development of KEK Sei Mangkei, and analysis about the perception of societies about the development of KEK Sei Mangkei. Analysis about the perception of societies comprises potency of Sei Mangkei as growth pole, relationship between KEK Sei Mangkei and social life of the societies, relationship between KEK Sei Mangkei and economic life of the societies and general perception.

The analysis method uses the descriptive method, by issuing questionaires to 100 respondents surrounding the area. Population in this research is all households in Bosar Maligas District totally 10.128 households and sample is choosen through judgement sampling method.

The result of this research shows that The PTPN III plays role in the social and economy development of local societies of Bosar Maligas District. It is realized in absorbtion of local labour and provision of facilities and infrastructures for societies. According to the greater part of respondents, the development of KEK Sei Mangkei which is now going on, is conducted transparently and involves local soceties to participate. In the perception of societies, Sei Mangkei is potential to be a new economic growth pole by making the area becomes special economic region. They believe that the existence of KEK Sei Mangkei will increase life standard of local societies of Bosar Maligas District. Almost all respondents agree that the development of KEK Sei Mangkei will give advantage to progress of societies, especially in increasing societies’ social-economic standard. To sum up, most of the societies agree with the development of KEK Sei Mangkei with their main expectation that KEK Sei Mangkei will use local labour as employment so the problem of unemployment can be solved.

Keywords: Special Economic Zone, industry cluster, development of social and economic, growth pole, labour absorbtion.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Pemilihan Judul

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang berpotensi menciptakan pertumbuhan progresif di Sumatera Utara. Sektor industri di Sumatera Utara telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam jangka waktu 10 tahun. Pada tahun 1996 terdapat sebanyak 59.380 usaha sektor industri pengolahan di Sumatera Utara dan menjadi 78.449 usaha pada tahun 2006, atau meningkat sebesar 32,15 % (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2010). Sektor ini juga menyerap sebanyak 376.072 tenaga kerja, atau sebesar 16,5 % dari total pekerja di Sumatera Utara. Artinya sektor ini layak dikembangkan menjadi tulang punggung perekonomian Sumatera Utara. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa Sumatera Utara memiliki kekayaan alam yang melimpah berupa hasil-hasil bumi, yang selama ini masih diekspor dalam bentuk barang mentah ke luar negeri. Potensi ini melahirkan ide untuk mengembangkan sektor industri sebagai mesin penggerak (engine of growth) dalam perekonomian Sumatera Utara. Implementasi awal dalam pengembangan sektor industri di Sumatera utara adalah ditetapkannya wilayah Sei Mangkei sebagai pusat kegiatan perindustrian yang berbasis sumber daya alam di Sumatera Utara melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2012, tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.

Sei Mangkei ialah suatu kawasan yang terletak di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Di Kabupaten Simalungun sendiri, terdapat sebanyak 51 perusahaan industri besar dan sedang pada tahun 2009 yang menyerap sebanyak 5.020 tenaga kerja (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2010). Salah satu di antara perusahaan-perusahaan tersebut ialah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)


(14)

milik PT Perkebunan Nusantara III yang terletak di Sei Mangkei. Selain merupakan usaha yang bergerak dalam usaha pengolahan kelapa sawit, PT Perkebunan Nusantara III juga merupakan pionir pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei melalui pembentukan Klaster Hasil Industri kelapa Sawit yang awalnya hanya bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah kelapa sawit.

Dari segi lokasi, kawasan Sei Mangkei memang cukup strategis. Daerah ini berdekatan dengan Pelabuhan Kuala Tanjung, International Seaport yang nantinya akan dapat mendukung perkembangan kawasan industri tersebut. Selain itu, keberadaan sungai Bah Bolon di sekitar Sei Mangkei merupakan suatu keuntungan besar dalam upaya pengembangan Sei Mangkei, sebab akan menjadi sumber air yang melimpah bagi aktivitas industri.

Banyaknya hasil bumi di daerah Sumatera Utara turut mendukung upaya pengembangan kawasan Sei Mangkei dengan menjamin pasokan bahan baku industri, sehingga aktivitas perindustrian di kawasan industri tersebut dapat terus berkembang. Selanjutnya, pengembangan kawasan industri Sei Mangkei akan memberi pertumbuhan progresif terhadap perekonomian daerah Sumatera Utara, dengan adanya penciptaan nilai tambah produk melalui aktivitas industri. Penciptaan nilai tambah ini tentunya akan memberi keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan menjual produk dalam bentuk bahan mentah. Tidak mengherankan jika negara-negara yang mengandalkan sektor industri jauh lebih maju dibandingkan negara-negara yang aktivitas perkonomiannya terfokus pada sektor pertanian. Namun akan lebih baik lagi apabila aktivitas industri tersebut berbasis pada sektor pertanian. Ketersediaan bahan baku didukung oleh kemampuan mengelola akan menciptakan iklim ekonomi yang lebih kondusif.


(15)

Sebagai salah satu program dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei diharapkan mampu menjadi media yang memfasilitasi pembangunan ekonomi melalui sektor industri. Pengembangan kawasan industri ini tentunya diharapkan akan memberikan hasil berupa akselerasi pertumbuhan perekonomian, baik dalam lingkup daerah maupun nasional.

Namun, sudah menjadi suatu pengetahuan umum bahwa pertumbuhan ekonomi bukanlah satu-satunya sasaran pembangunan, melainkan hanya salah satu dari sekian banyak aspek-aspek pembangunan. Untuk mencapai suatu tujuan memang dibutuhkan pengorbanan. Namun masyarakat sebagai subjek sekaligus objek dalam pembangunan harus tetap mendapat prioritas utama mengingat bahwa tujuan utama pembangunan yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat. Berbagai teori menyatakan bahwa sasaran-sasaran pembangunan yang lain akan tercapai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi melalui proses menetes ke bawah (trickle down effect). Pertumbuhan ekonomi mengontrol setiap aspek pembangunan. Artinya kecepatan pertumbuhan ekonomi mengindikasikan peningkatan taraf hidup masyarakat. Hal itu adalah benar apabila seluruh masyarakat produktif terlibat dalam aktivitas ekonomi. Namun kenyataannya, sebagian besar pertumbuhan ekonomi hanya disokong oleh segelintir masyarakat yang merupakan golongan-golongan tertentu yang berasal dari kaum elit (pemilik modal). Kondisi yang lebih parah terjadi ketika pertumbuhan ekonomi yang terjadi harus mengorbankan kepentingan masyarakat dan lingkungan. Karena itu, untuk melindungi kepentingan masyarakat maka pengembangan kawasan industri Sei Mangkei perlu dilihat dari sisi sosial ekonomi.

Alangkah lebih baiknya jika peningkatan aktivitas produksi dilakukan dengan melibatkan masyarakat. Tujuan-tujuan ideal ekonomi pembangunan tercapai apabila


(16)

pertumbuhan ekonomi diikuti oleh peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan sektor industri di Sumatera Utara dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan tersebut. Dalam kasus pengembangan kawasan industri Sei Mangkei hal ini dapat dilakukan dengan penyerapan tenaga kerja lokal oleh perusahaan-perusahaan maupun melalui aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility) pada setiap perusahaan.

Masalah di atas memunculkan pertanyaan, apa hasil maupun dampak yang akan diberikan oleh Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei tersebut jika ditinjau dari perspektif sosial ekonomi? Tulisan ini lebih kurang berisi harapan masyarakat setempat dengan adanya pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei di daerahnya.

Berdasarkan uraian di atas ada beberapa poin penting terkait pengembangan potensi Sei Mangkei sebagai klaster industri Sumatera Utara yang perlu diamati, dipahami dan dikaji secara mendalam sebelum memulai proses pengembangan. Sebagai langkah awal, maka perlu dilakukan identifikasi terlebih dahulu mengenai manfaat maupun kerugian yang mungkin akan ditimbulkan dengan adanya pengembangan kawasan tersebut. Idetifikasi dapat dilakukan dengan mendasarkan pengamatan pada keberadaan PTPN III yang telah beroperasi di Sei Mangkei sebelum daerah tersebut dikembangkan dan juga merupakan pelopor pengembangan kawasan industri tersebut.

Proyek yang akan dilaksanakan tersebut seharusnya tidak mengorbankan kepentingan pihak manapun, melainkan mampu memberi manfaat tidak hanya bagi perekonomian daerah semata, melainkan juga bagi pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat sehingga layak untuk dikembangkan sebagai daerah satelit perekonomian di Sumatera utara. Melalui suatu analisis terhadap kerugian maupun manfaat tersebut, maka dapat dirumuskan berbagai hal menyangkut kepentingan sosial ekonomi masyarakat yang dapat dijadikan pertimbangan oleh pemerintah dalam melakukan perencanaan dalam rangka Pengembangkan Kawasan Industri Sei Mangkei.


(17)

Untuk itu perlu dilakukan suatu kajian secara menyeluruh menyangkut ramalan output sosial ekonomi yang akan ditimbulkan oleh Pengembangan Kawasan Ekonomi Sei Mangkei. Sebagai salah satu bentuk kontribusi dalam upaya pengembangan kawasan tersebut, maka penulis melakukan penelitian dan menulis skripsi yang berjudul ”Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei sebagai Klaster Industri”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a) Bagaimana peran Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar (Kasus PTPN III)?

b) Sejauh mana proyek pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei telah terealisasi?

c) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei sebagai klaster industri.

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui peran Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar (Kasus PTPN III).

b) Untuk mengetahui perkembangan realisasi proyek pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.

c) Untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei sebaga klaster industri.


(18)

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a) Bagi pemerintah hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam melakukan perencanaan dalam rangka pengembangan Sei Mangkei sebagai klaster industri Sumatera Utara.

b) Bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian dengan topik yang sama penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan pendukung penelitian. c) Bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan

penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran sebagai bentuk kontribusi terhadap pengembangan dunia pendidikan.

d) Bagi penulis sendiri penelitian ini merupakan wadah tempat menuangkan ide-ide kreatif penulis serta menjadi media untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi dan pengembangan dunia pendidikan.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uraian Teoritis

2.1.1.Ekonomi Pembangunan

2.1.1.1.Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Pembangunan

Menurut Mahyudi (2004), ekonomi pembangunan adalah suatu cabang dari ilmu ekonomi yang betujuan menganalisis masalah-masalah yang dihadapi dan memperoleh cara penyelesaian dalam pembangunan ekonomi, terutama di negara-negara berkembang, agar pembangunan ekonomi menjadi lebih cepat dan harmonis. Pembangunan ekonomi ialah serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat (Sukirno, 2006).

Selain memerhatikan masalah efisiensi alokasi sumber daya produktif yang langka (atau tidak terpakai) serta kesinambungan pertumbuhan dari waktu ke waktu, ekonomi pembangunan juga berbicara mengenai mekanisme-mekanisme ekonomi, sosial, politik, dan kelembagaan, dalam sektor swasta maupun sektor publik. Semua mekanisme itu diperlukan demi terciptanya suatu perbaikan standar hidup secara cepat yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan (Todaro, 2006). Bank Dunia melalui World Development Report tahun 1991 menegaskan bahwa tantangan utama pembangunan ialah memperbaiki kualitas kehidupan.

Menurut Sukirno kesejahteraan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: a) Pendapatan Perkapita


(20)

c) Pola pengeluaran masyarakat d) Komposisi pendapatan nasional

e) Perbedaan masa lapang (leisure time) yang dinikmati masyarakat f) Keadaan pengangguran

Todaro (1991) merumuskan tiga tujuan utama pembangunan, yaitu:

a) Untuk meningkatkan ketersediaan dan memperluas penyebaran barang-barang kebutuhan pokok seperti bahan makanan, tempat tinggal, sarana kesehatan dan perlindungan bagi semua anggota masyarakat.

b) Untuk meningkatkan taraf hidup yang meliputi, selain pendapatan yang lebih tinggi, ketersediaan lapangan kerja yang lebih banyak, sarana pendidikan yang lebih baik, dan perhatian yang lebih besar terhadap pelestarian nilai-nilai budaya dan kemanusiaan. Semua itu tidak hanya dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan material semata-mata melainkan juga untuk menciptakan martabat atau harga diri masing-masing pribadi dan bangsa yang bersangkutan secara keseluruhan.

c) Untuk memperluas ragam pilihan ekonomi dan sosial bagi masing-masing pribadi maupun negara atau bangsa yang bersangkutan melalui suatu usaha untuk memerdekakan diri dari perbudakan dan ketergantungan pihak lain, tidak hanya dalam hubungannya dengan negara lain tetapi juga dalam kaitannya dengan kebodohan dan kepapaan manusiawi yang membelenggu kehidupan mereka.

Dengan demikian, jelas bahwa prioritas pertama perpindahan dari suatu tingkat keterbelakangan yang ironis menuju suatu tingkat kehidupan yang disebut pembangunan seharusnya berarti suatu peningkatan taraf hidup masyarakat yang bersangkutan. (Todaro, 1995)


(21)

2.1.1.2.Aspek Sosial dalam Ekonomi Pembangunan

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pembangunan tidak hanya memusatkan perhatian pada aspek ekonomi, melainkan juga aspek nonekonomi. Hubungan-hubungan yang saling terkait antara apa yang dinamakan faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor nonekonomi dianamakan sistem sosial. Termasuk dalam faktor-faktor nonekonomi adalah sikap masyarakat dan individu dalam memandang kehidupan (norma budaya), kerja, dan wewenang: struktur administrasi, hukum, dan birokrasi dalam sektor pemerintah, tingkat partisipasi rakyat dalam perumusan keputusan dan kegiatan pembangunan; serta keluwesan atau kekakuan stratifikasi ekonomi dan sosial (Todaro, 2006). Menurut Rachbini (2001) perubahan sosial yang sitemik pun amat diperlukan agar faktor-faktor manusia dan nonmanusia dapat diintegrasikan menuju self sustained growth yang diharapkan. Perubahan sosial juga merupakan usaha bagaimana mengagregasikan seluruh potensi masyarakat yang ada.

Pada tahun 1960-an dan tahun 1970-an embangunan dikenal sebagai suatu upaya untuk mencapai target pertumbuhan GNP 6% setahun. Sedangkan pandangan yang dianggap sebagai keniscayaan untuk mempercepat proses pembangunan di sebuah wilayah seperti halnya pada suatu negara adalah dengan cara menempuh strategi industrialisasi. Industrialisasi dipandang sebagai satu-satunya jalan pintas untuk meretas nasib kemakmuran suatu negara secara lebih cepat. Bahkan paralelisme antara jalannya pembangunan dan strategi industrialisasi dapat dikatakan sebagai pemaknaan pembangunan yang identik dengan industrialisasi sehingga keduanya tidak terpisahkan. (Yustika, 2003).

Namun seiring dengan berjalannya waktu teori tersebut dianggap tidak relevan lagi dengan kebutuhan pembangunan yang sebenarnya. Pada tahun 2000 Perserikatan


(22)

Bangsa-Bangsa (PBB) merumuskan delapan butir sasaran utama pembangunan yang kemudian dikenal dengan Millenium Development Goals (MDGs), antara lain:

a) Memberantas kemiskinan dan kelaparan secara eksterm, b) Memberikan pendidikan dasar secara universal,

c) Mendukung persamaan gender dan pemberdayaan wanita, d) Mengurangi tingkat mortalitas anak,

e) Meningkatkan kesehatan ibu,

f) Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit-penyakit lainnya, g) Menjaga keseimbangan lingkungan, dan

h) Mengembangkan kerja sama global untuk pembangunan.

Peran aspek nonekonomi dalam pembangunan juga ditegaskan oleh Schultz yang menyatakan bahwa masalah sumber daya manusia menempati posisi sentral dalam setiap perbincangan tentang pertumbuhan ekonomi, di samping tentunya masalah modal, teknologi dan sebagainya (Rachbini, 2001).

Pembangunan memiliki dimensi yang lebih luas dibandingkan upaya pengejaran pertumbuhan ekonomi semata. Selain sebagai pertumbuhan ekonomi plus perubahan-perubahan sosial, pembangunan bisa juga diartikan sebagai pertumbuhan nilai-nilai etika yang menekankan pada perubahan kualitas dalam seluruh aspek kemasyarakatan, kelompok, dan individu. Lebih jauh lagi Rachbini berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan materi merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan nilai dan peradaban manusia. Demikianlah faktor sosial ekonomi memainkan peran pentingnya dalam pembangunan.


(23)

2.1.2.Klaster Industri 2.1.2.1.Industri

Secara sederhana, industri merupakan kumpulan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat (Hasibuan,1997).

Secara definitif Wignjosoebroto (2003) mengartikan industri sebagai suatu lokasi/tempat dimana aktivitas produksi akan diselenggarakan, sedangkan aktivitas produksi bisa dinyatakan sebagai sekumpulan aktivitas yang diperlukan untuk mengubah satu kumpulan masukan (human resources, materials, energy, information, dll) menjadi produk keluaran (finished product atau services) yang memiliki nilai tambah. Di dalam proses produksi akan terjadi suatu proses perubahan bentuk (transformasi) dari input yang dimasukkan, baik secara fisik maupun non fisik. Di sini akan terjadi apa yang disebut dengan pemberian nilai tambah (value added) dari input material yang diolah. Penambahan nilai tersebut bisa ditinjau dari aspek penambahan nilai fungsional maupun nilai ekonomisnya. Jadi, industri dapat diartikan sebagai upaya menciptakan nilai tambah.

Selanjutnya, industrialisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses transformasi struktural, yaitu pergeseran pertumbuhan sektor produksi dari semula mengandalkan sektor primer (pertanian) menuju sektor sekunder (industri). (Chandra,1992 dalam tulisan Yustika, 2003).

Industri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain sebagai berikut:

1. Klasifikasi Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

a) Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja


(24)

berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.

b) Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.

c) Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu.

d) Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test).

2. Klasifikasi Industri Berdasarkan Proses Produksi

a) Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.

b) Industri hilir,yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen.


(25)

3. Klasifikasi Industri Berdasarkan Tempat Bahan Baku

a) Industri ekstraktif, yaitu industri yang mengambil bahan baku langsung dari alam. b) Industri nonekstratif, yaitu industri yang mengambil bahan bakunya bukan dari

alam, melainkan dari industri lain.

c) Industri fasilitatif, yaitu industri yang menjual produk berbentuk jasa untuk keperluan orang lain.

4. Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Mentah

a) Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang diperoleh dari hasil kegiatan pertanian.

b) Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari hasil pertambangan.

c) Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan.

5. Klasifikasi Industri Berdasarkan Asal Modal

a) Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), yaitu industri yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional (dalam negeri).

b) Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri yang modalnya berasal dari penanaman modal asing.

c) Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri yang modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA.


(26)

6. Klasifikasi Industri Berdasarkan Produktivitas Perorangan

a) Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak membutuhkan pengolahan lebih lanjut karena dapat dinikmati atau digunakan secara langsung.

b) Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang yang membutuhkan pengolahan lanjutan sebelum dinikmati atau digunakan.

c) Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat.

7. Klasifikasi Industri Berdasarkan Daerah Pemasaran

a) Industri lokal, yaitu industri yang daerah pemasarannya bersifat lokal (tidak dipasarkan di luar daerah pembuatan industri).

b) Industri nasional, yaitu industri yang daerah pemasarannya bersifat nasional dan di pasarkan di dalam dan di luar daerah pembuatan industri.

c) Industri internasional, yaitu industri yang daerah pemasarannya melintasi batas negara.

8. Klasifikasi Industri Berdasarkan Subjek Pengelola

a) Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat.

b) Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik negara, yang dikenal dengan istilah BUMN.


(27)

9. Klasifikasi Industri Berdasarkan Lokasi Unit Usaha

a) Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.

b) Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.

c) Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan.

d) Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku.

e) Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja.

10.Klasifikasi Industri Berdasarkan Hasil Produksi

a) Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan alat-alat produksi berupa mesin-mesin atau alat produksi lainnya.

b) Industri ringan, yaitu industri yang menggunakan mesin untuk menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi.


(28)

Kementerian Perindustrian dan Perdagangan (Kemenperindag) mengklasifikasikan industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan, sebagai berikut:

a) Industri Kimia Dasar (IKD), yaitu industri yang memerlukan modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut:

 Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan industri bahan kimia tekstil.

 Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri asam sulfat, dan industri kaca.

 Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan pestisida.

 Industri selulosa dan karet, misalnya: industri kertas, industri pulp, dan industri ban.

b) Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE), yaitu industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:

 Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya: mesin traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.

 Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya: mesin pemecah batu, buldozer, excavator, dan motor grader.

 Industri mesin perkakas, misalnya: mesin bubut, bor, dan gergaji.  Industri elektronika, misalnya: radio, televisi, dan komputer.

 Industri mesin listrik, misalnya: transformator tenaga dan generator.  Industri keretaapi, misalnya: lokomotif dan gerbong.


(29)

 Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya: mobil, motor, dan suku cadang kendaraan bermotor.

 Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang dan helikopter.

 Industri logam dan produk dasar, misalnya: industri besi baja, industri alumunium, dan industri tembaga.

 Industri perkapalan, misalnya: pembuatan kapal dan reparasi kapal.

 Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya: mesin produksi, peralatan pabrik, the blower, dan kontruksi.

c) Aneka Industri (AI), yaitu industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:

 Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.

 Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin jahit, televisi, dan radio.

 Industri kimia, misalnya: sabun, , sampho, tinta, plastik, obat-obatan, dan pipa.  Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan

makanan kemasan.

 Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis, dan marmer.

d) Industri Kecil (IK), yaitu industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).


(30)

e) Industri Pariwisata, yaitu industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata seni dan budaya (misalnya: pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya: peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum geologi), wisata alam (misalnya: pemandangan alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota (misalnya: melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan tempat hiburan).

2.1.2.2.Lokasi Industri

Menurut Wignjosoebroto (2003) ada beberapa kondisi umum yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam proses penentuan lokasi industri, yaitu:

1. Lokasi di kota besar (city location)

 Diperlukan tenaga kerja terampil dalam jumlah yang besar

 Proses produksi sangat tergantung pada berbagai fasilitas yang umumnya hanya terdapat di kota besar seperti listrik, gas, dan lainnya.

 Kontak dengan pemasok dekat dan cepat.

 Sarana transportasi dan komunikasi mudah didapatkan.

2. Lokasi di pinggir kota (sub-urban location)

 Semi-skiled atau female labor mudah diperoleh.

 Menghindari pajak yang berat seperti halnya kalau lokasi terletak di kota besar.  Tenaga kerja dapat tinggal berdekatan dengan lokasi pabrik.


(31)

3. Lokasi jauh di luar kota (country location)

 Lahan yang luas sangat diperlukan baik untuk keadaan sekarang maupun rencana ekspansi yang akan datang.

 Pajak terendah lebih dikehendaki.

 Tenaga kerja tidak terampil dalam jumlah besar lebih dikehendaki.  Upah buruh lebih rendah mudah didapatkan.

 Baik untuk proses manufakturing produk-produk yang berbahaya.

Dengan melihat kondisi-kondisi umum di atas, maka formulasi lokasi industri digambarkan sebagai berikut:

Biaya Suplai Input Biaya Proses Produksi Biaya Distribusi Output

(Ci) (Cp) (Cd)

Gambar 2.1

Formulasi Lokasi Industri

Kesamaan kriteria-kriteria dalam penentuan lokasi pabrik akan menyatukan beberapa perusahaan pabrik pada lokasi yang sama, sehingga akan terbentuk klaster

Pertimbangan Faktor Lingkungan

(Sosial, Politik, Aturan/UU Pemerintah,

dll)

a. Sumber Daya Manusia b. Sumber Alam: *Bahan Baku *Energi, dll

c. Modal/Capital, dll

Proses

Produksi

(Proses teknologi)

Wilayah Distribusi dari


(32)

Penetapan klaster industri terkait dengan dua sudut pandang, yaitu sudut pandang pengusaha dan sudut pandang pemerintah. Pengusaha melihat lokasi dari sudut keuntungan maksimum jangka panjang yang dapat diraih. Tetapi pemerintah selain melihat bahwa perusahaan akan berkembang apabila berlokasi di situ juga memerhatikan efisiensi pemakaian ruang, artinya untuk setiap lahan yang tersedia, dipilih kegiatan apa yang paling cocok di situ yang menjamin keserasian pemakaian lahan yang secara nasional akan memberi nilai tambah yang optimal (Tarigan, 2005).

Menurut Richardson (1991) yang menyebut klaster industri sebagai aglomerasi lokasi industri, ada beberapa keuntungan berlokasi pada klaster industri, antara lain: a) Adanya skala ekonomi (economic of scale), dimana dengan adanya spesialisasi

biaya produksi dapat ditekan menjadi lebih efisien dan produk dapat dihasilkan dalam jumlah yang lebih besar..

b) Adanya lokalisasi ekonomi (economic of localization), yang memberi keuntungan lokasi.

c) Adanya aglomerasi ekonomi (economic of agglomeration), yaitu keuntungan berupa ketersediaan berbagai keperluan dan fasilitas yang dapat dipergunakan oleh perusahaan.

Ditinjau dari sisi lain, adanya klaster industri akan menciptakan efisiensi pemakaian ruang dan mengurangi dampak eksternalitas negatif terhadap masyarakat dan lingkungan.

2.1.3.Kawasan Ekonomi Khusus

Menurut Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi


(33)

perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Adapun fungsi dari KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, mari-tim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata dan bidang lain. Untuk itu, KEK dibagi ke dalam beberapa zona, antara lain zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi dengan produk-produk yang dihasilkan berorientasi ekspor dan untuk dalam negeri.

KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

Berbagai kegiatan yang berlangsung di KEK diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan. Adapun peraturan-peraturan tersebut mencakup ketentuan larangan atau pembatasan impor dan ekspor, pengecualian dalam pembatasan impor dan ekspor, lalu lintas barang ke KEK dan dari KEK, peraturan mengenai karantina, dan penggunaan mata uang rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di KEK. Setiap KEK juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas, baik fasilitas fiskal/nonfiskal maupun fasilitas dalam RUU KEK.

2.2.Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Suhana (2012) yang berjudul Dampak Kawasan Industri Medan Star terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitarnya (Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli serdang) menghasilkan bahwa dengan adanya kawasan industri Medan Star maka kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Tanjung Morawa khususnya di Tanjung Baru dan Tanjung Morawa B


(34)

mengalami peningkatan, ditandai dengan kenaikan pendapatan perkapita dari tahun ke tahun sudah menunjukkan perubahan yang signifikan. Selanjutnya kesejahteraan masyarakat dari kenaikan taraf hidup baik dari segi kesehatan, pendidikan dan pengeluaran perkapita telah menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat di dekat kawasan Medan Star.

Enny (2010) melakukan penelitian dengan topik sama yang berjudul Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTP Nusantara II Kebun Bandar Klippa). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa PTP Nusantara II turut andil dalam menambah devisa negara, memperkecil angka pengangguran di daerah dengan menyediakan lapangan kerja, sekaligus turut meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu, keberadaan PTP Nusantara II juga mengakibatkan pertambahan penduduk yang pesat di Kecamatan Bandar Klippa sehingga mampu mendorong perubahan-perubahan di sektor lain selain perkembangan daerah, seperti perubahan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, baik perubahan positif maupun negatif.

Kedua penelitian baik yang dilakukan oleh Suhana maupun Niatta memfokuskan perhatian pada perubahan sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat setempatdengan adanya industri maupun klaster industri di sekitar mereka. Sedangkan penelitian ini tidak hanya menitikberatkan permasalahan pada pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat, melainkan juga potensi kawasan industri tersebut sebagai daerah pusat pertumbuhan. Dengan demikian perlu dipertimbangkan prospek kawasan tersebut di masa depan. Selain itu, kedua penelitian melakukan analisis terhadap proyek yang telah terealisasi, sehingga pengaruhnya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat dapat diketahui secara langsung. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis proyek yang sedang dan akan berlangsung. Melalui analisis terhadap persepsi masyarakat


(35)

setempat mengenai pembangunan kawasan tersebut dapat diketahui ekspektasi masyarakat yang merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah dalam melakukan perencanaan terkait pengembangan Kawasan Ekonomi khusus Sei Mangkei.

2.3.Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagi berikut:

Klaster Industri Kawasan Ekonomi Khusus

Sei Mangkei

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Masuknya beberapa perusahaan baru ke daerah Sei Mangkei akan membentuk suatu klaster industri. Berbagai upaya-upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan tersebut akan menjadikan Sei Mangkei sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. Persepsi masyarakat merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam proses pengembangan kawasan tersebut. Persepsi masyarakat akan memberi informasi mengenai potensi kawasan tersebut sebagai ’growth pole” dan perannya dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.

PTPN III

PT Z

PT C PT B

PT A

Potensi sebagai "Growth Pole"

Peran dalam Kehidupan sosial ekonomi masyarakat


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian berlokasi di sekitar kawasan industri Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun. Penelitian akan dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012.

3.2.Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi mengenai pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dan persepsi masyarakat terhadap kasus tersebut diperoleh melalui riset di kawasan industri itu sendiri. Jenis data adalah berupa data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi riset dengan mengumpulkannya dari berbagai narasumber, termasuk masyarakat dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam upaya pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.

Data sekunder adalah data yang di peroleh dari hasil studi kepustakaan maupun publikasi resmi dari berbagai instansi. Data tersebut bersumber dari jurnal-jurnal penelitian, literatur dan buku-buku kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian ini serta publikasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI).


(37)

3.3.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulkan data dilakukan dengan metode sebagai berikut :

a) Kuesioner, yaitu daftar pernyataan secara tertulis yang diberikan kepada responden untuk dipilih sesuai dengan pengamatan dan pendapat responden. Kuesioner ini terdiri dari informasi tentang identitas responden, beberapa item dan sub item yang berkaitan dengan pengetahuan, pendapat, dan persepsi masyarakat mengenai pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.

b) Observasi, yaitu pengamatan langsung ke lokasi riset, kawasan industri Sei Mangkei.

c) Wawancara, yaitu tanya jawab secara langsung kepada masyarakat dan berbagai narasumber yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam upaya pengembangan kawasan industri Sei Mangkei.

d) Dokumentasi, yaitu catatan atau dokumen resmi tertulis dan dikeluarkan oleh Disperindag, BI, BPS, dan lembaga lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

3.4.Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah tangga di Kecamatan Bosar Maligas yang berjumlah 10.128 rumah tangga.

Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi. Sampel dalam penelitian ini menggunakan judgement sampling, yaitu salah satu jenis purposive sampling selain quota sampling dimana peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud


(38)

penelitian (Kuncoro, 2009). Adapun karakteristik sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu:

a) Responden berada dalam usia dewasa

b) Responden memiliki banyak sedikit pengetahuan mengenai pengembangan KEK Sei Mangkei

c) Responden berdomisili kurang dari 5 km dari KEK Sei Mangkei

d) Responden mampu memahami pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner dengan baik

e) Tidak ada responden yang berasal dari rumah tangga yang sama

Jumlah sampel di dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Slovin dengan persamaan:

�= �

�(�)�+�

dimana: n = Jumlah sampel N= Populasi

d =Tingkat kesalahan

Jadi, apabila penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang berada pada tingkat kepercayaan 90% (d=0,1), maka jumlah sampel yang diambil ialah:

� =10 10.128

.128(0,1)2+1= 99,022→dibulatkan menjadi 99→digenapkan menjadi 100

3.5.Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah metode deskriptif, yaitu metode analisis dengan mengumpulkan data secara sistematis, menganalisis dan menginterpretasikan data dengan melalui gambaran – gambaran sehingga mendapat kesimpulan.


(39)

3.6.Definisi Operasional

 Industri adalah kegiatan menciptakan nilai tambah dengan mengubah sejumlah input menjadi output tertentu.

 Klaster industri adalah suatu tempat dimana sekelompok perusahaan melakukan aktivitas produksi pada lokasi yang sama.

 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

 Pertumbuhan ekonomi daerah adalah proses peningkatan kapasitas produksi suatu ekonomi sehingga meningkatkan pendapatan daerah (regional income).  Pembangunan ialah serangkaian usaha yang dilakukan untuk mengubah berbagai


(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1.Gambaran Daerah Sei Mangkei

Sei Mangkei ialah salah satu desa (nagori) yang yang terletak di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Nagori Sei Mangkei berada tepat di daerah perbatasan antara Kecamatan Bosar Maligas dengan Kecamatan Bandar. Daerah ini terletak sekitar 165 kilometer ke arah Tenggara Kota Medan. Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei memiliki luas 2.002,77 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Keramat Kuba,

b) Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN IV (Persero) Kebun Mayan, c) Sebelah Timur berbatasan dengan PTPN IV (Persero) Kebun Gunung Bayu, d) Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Bah Bolon.

4.1.2.Kondisi Umum Kecamatan Bosar Maligas 4.1.2.1. Geografis

Kecamatan Bosar Maligas memiliki luas 294,40 km2 atau sekitar 7% dari total luas Kabupaten Simalungun yang memiliki luas 4.386 km2. Kecamatan yang berjarak sekitar 86 km dari kota Pematang Raya, ibukota Kabupaten Simalungun ini, berada pada interval ketinggian antara 0-150 meter di atas permukaan laut. Secara astronomis, Kabupaten Simalungun sendiri terletak antara 02°36ꞌ -03°18ꞌ Lintang Utara dan 98°32ꞌ -99°35ꞌ Bujur Timur.


(41)

4.1.2.2.Pemerintahan

Kecamatan ini dipimpin oleh seorang camat bernama Irwan Damanik S.Sos, M.Si. Di kecamatan ini terdapat 21 orang PNS, dua orang di antaranya golongan I, delapan orang golongan II, sepuluh orang golongan III, dan satu orang golongan IV.

Kecamatan Bosar Maligas terdiri dari 16 nagori dan 1 kelurahan, tiga di antara nagori tersebut bersifat swakarsa dan enam belas bersifat swasembada. Nagori-nagori tersebut antara lain:

a) Parbutaran, b) Mayang

c) Dusun Pengkolan, d) Bosar Maligas, e) Boluk,

f) Sei Mangkei, g) Gunung Bayu, h) Talun Saragih, i) Marihat Tanjung,

j) Marihat Butar, k) Sei Torop, l) Adil Makmur m) Teladan n) Tempel Jaya o) Sidomulyo p) Nanggar Bayu q) Mekar Rejo

4.1.2.3. Penduduk

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, penduduk di Kecamatan Bosar Maligas berjumlah 38.970 jiwa atau 4,77% dari total penduduk Kabupaten Simalungun, dengan kepadatan 132 orang/km2.Penduduk laki-laki berjumlah 19.529 jiwa, penduduk perempuan berjumlah 19.441 jiwa, dengan rasio jenis kelamin 100. Jumlah rumah tangga di kecamatan ini ialah 10.128 rumah tangga, dengan rata-rata jumlah anggota 3,85 orang tiap rumah tangga.


(42)

Penduduk di Kecamatan Bosar Maligas didominasi oleh penduduk yang menganut agama Islam, yaitu sebanyak 33.486 orang. Penganut agama Kristen Protestan berjumlah 5.246 orang, Katolik 207 orang, dan agama lainnya 31 orang.

4.1.2.4. Sosial

Dalam bidang kesehatan, di kecamatan ini terdapat sarana dan jasa pelayanan kesehatan berupa Puskesmas 1 unit, Puskesmas pembantu 5 unit, Posyandu 72 unit, dokter umum 1 orang, bidan 13 orang, bidan PTT 15 orang, perawat 2 orang, dan 2 unit klinik KB.

Dalam bidang pendidikan, kondisi umum kehidupan sosial di Kecamatan Bosar Maligas dijelaskan melalui tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Jumlah Unit Sekolah dan Jumlah Murid pada Tiap Jenjang Pendidikan di Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2010

No. Jenjang Pendidikan

Jumlah Unit Sekolah Jumlah Murid

Negeri Swasta Laki-laki Perempuan Jumlah

1. TK - 2 18 22 40

2. SD 39 2 2.822 2.604 5.426

3. SMP 2 3 1.358 1.351 2.709

4. SLTA 1 - 148 191 339

Sumber: BPS Simalungun (2011)

Kecamatan ini juga difasilitasi oleh tempat-tempat ibadah yang tersebar di seluruh kecamatan, antara lain mesjid sebanyak 66 unit, gereja protestan sebanyak 22 unit, dan gereja katolik sebanyak 5 unit.


(43)

4.1.2.5. Potensi Ekonomi

Potensi ekonomi terbesar di Kecamatan Bosar Maligas bersumber dari hasil-hasil perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit. Adapun hasil-hasil produksi perkebunan di Kecamatan Bosar Maligas ditunjukkan oleh tabel di bawah ini:

Tabel 4.2

Hasil Produksi Perkebunan di Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2010 No. Komoditas Produksi

(Ton)

Persentase Produksi (%)

Petani (KK)

Persentase Petani (%)

1. Karet 518,50 12,32 316 8,35

2. Sawit 3.068,72 72,91 2.071 54,69

3. Kelapa 254,00 6,04 715 18,88

4. Coklat 316,04 7,51 400 10,56

5. Kulit manis 0,60 0,01 5 0,13

6. Aren 32,00 0,76 225 5,94

7. Pinang 19,00 0,45 55 1,45

Jumlah 4.208,86 100,00 3.787 100,00

Sumber: BPS Simalungun (2011)

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa komoditas sawit menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi perkebunan di Kecamatan Bosar Maligas yaitu sebanyak 3.068,72 ton, disusul oleh komoditas karet sebanyak 518,50 ton dan coklat 316,04 ton. Namun dapat dilihat pula bahwa jumlah petani yang membudidayakan komoditas kelapa lebih banyak dibandingkan jumlah petani yang membudidayakan karet maupun coklat, sekalipun jumlah produksi kelapa lebih kecil. Hal ini disebabkan karena pembudidayaan kelapa membutuhkan modal yang lebih kecil dibandingkan modal yang dibutuhkan untuk membudidayakan tanaman karet dan cokelat. Selain itu, tanaman kelapa tidak membutuhkan perawatan yang terlalu rumit seperti halnya pada tanaman karet dan cokelat. Sedangkan jumlah produksi paling kecil dengan jumlah petani pembudidaya yang paling sedikit ialah komoditas kulit manis dengan jumlah produksi 0,60 ton dan petani yang membudidayakan sebanyak 5 kepala keluarga.


(44)

Meskipun didominasi oleh kegiatan perkebunan, perekonomian di Kecamatan Bosar Maligas tidak terlepas juga dari kegiatan pertanian dan peternakan yang menjadi sumber mata pencaharian sebagian masyarakat. Berikut disajikan data hasil-hasil pertanian dan peternakan di Kecamatan Bosar Maligas:

Tabel 4.3

Hasil Produksi Sayur-sayuran di Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2010 No. Komoditas Luas Panen

(Ha) Persentase Lahan (%) Produksi (Ton) Persentase Produksi (%)

1. Jagung 791 50,25 4.024,61 33,71

2. Kedelai 189 12,01 240,17 2,01

3. Kacang tanah 210 13,34 226,16 1,89

4. Kacang hijau 57 3,62 62,42 0,52

5. Ubi kayu 200 12,71 5.770,03 48,33

6. Ubi jalar 28 1,78 293,19 2,46

7. Cabe 23 1,46 148,26 1,24

8. Terong 13 0,83 266,67 2,23

9. Tomat 5 0,32 101,50 0,85

10. Kacang panjang

20

1,27

318,70

2,67

11. Ketimun 19 1,21 320,26 2,68

12. Kangkung 12 0,76 167,66 1,41

13. Bayam 7 0,44 97,80 33,71

Jumlah 1.574 100,00 11.939,63 100,00

Sumber: BPS Simalungun (2011)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa komoditas sayur-sayuran yang paling banyak diproduksi di Kecamatan Bosar Maligas ialah komoditas ubi kayu sebanyak 5.770,03 ton disusul oleh komoditas jagung sebanyak 4.024,61 ton. Seperti dalam subsektor perkebunan, masyarakat lebih tertarik membudidayakan komoditas tersebut karena tidak membutuhkan modal yang besar. Selain itu, perawatan dan pemeliharaan kedua jenis komoditas ini relatif lebih mudah dibandingkan perawatan komoditas lain, seperti misalnya komoditas tomat dan cabai yang membutuhkan modal besar dan perawatan yang rumit. Sayur-sayuran yang paling sedikit diproduksi ialah tanaman


(45)

Tabel 4.4

Hasil Produksi Buah-buahan di Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2010

No. Komoditas Produksi

(Ton)

Persentase (%)

1. Mangga 20,30 0,03

2. Durian 3.085,00 4,43

3. Pisang 51.526,00 73,90

4. Pepaya 12.428,00 17,82

5. Nenas 2.377,00 3,41

6. Manggis 37,20 0,05

7. Nangka 166,50 0,24

8. Sawo 16,70 0,02

9. Rambutan 20,70 0,03

10. Jambu biji 35,50 0,05

11. Jambu air 7,00 0,01

12. Belimbing 1,70 0,00

13. Salak 5,60 0,01

Jumlah 69.727,20 100,00

Sumber: BPS Simalungun (2011)

Jenis buah-buahan yang paling banyak diproduksi di Kecamatan Bosar Maligas ialah buah pisang, yaitu sebanyak 51.526 ton. Jumlah ini disusul oleh komoditas pepaya yang diproduksi sebanyak 12.428 ton. Sedangkan komoditas yang paling sedikit diproduksi ialah buah belimbing dengan jumlah produksi 1,7 ton. Rendahnya tingkat produksi buah belimbing disebabkan karena komoditas ini memang tidak memiliki pasaran yang jelas, dimana permintaan efektif akan komoditas ini juga rendah.

Lahan pertanian yang terdapat di Kecamatan Bosar Maligas yaitu sawah seluas 134 Ha, lahan pertanian darat 9.228 Ha, dan kebun 4.896 Ha. Adanya kegiatan bertani yang aktif di kecamatan ini mendorong lahirnya kerjasama pertanian yang terorganisir sehingga di kecamatan ini terdapat sebanyak 172 kelompok tani.

Di Kecamatan Bosar Maligas juga terdapat usaha perikanan kolam air tenang seluas 25,9 Ha yang memproduksi 90,5 ton ikan dengan nilai penjualan Rp 1.267.000,- yang dikelola oleh 51 rumah tangga. Aktivitas peternakan di Kecamatan Bosar Maligas


(46)

Tabel 4.5

Hasil Produksi Ternak di Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2010

No. Komoditas Produksi

(ton)

Persentase (%)

1. Sapi 107.733 56,96

2. Kerbau 4.563 2,41

3. Kambing 11.418 6,04

4. Domba 7.635 4,04

5. Babi 25.873 13,68

6. Ayam kampung 30.487 16,12

7. Itik 1.420 0,75

Jumlah 189.129 100,00

Sumber: BPS Simalungun (2011)

Berdasarkan tabel di atas, komoditas peternakan yang paling banyak diproduksi oleh masyarakat di Kecamatan Bosar Maligas ialah sapi, dengan jumlah produksi 107.733 ton.

Selain sektor pertanian, sektor industri juga turut berkembang di Kecamatan Bosar Maligas. Kondisi umum sektor perindustrian di kecamatan ini dijelaskan lebih terperinci melalui tabel yang disajikan di bawah ini:

Tabel 4.6

Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2006

No. Subsektor Industri Jumlah

Usaha

Tenaga Kerja

1. Pertambangan dan penggalian 1 9

2. Industri pengolahan 55 4.565

3. Konstruksi 7 21

4. Perdagangan besar dan eceran 1.703 2.955

5. Akomodasi dan makan minum 638 1.004

6. Transportasi, penggudangan, dan komunikasi 55 84

7. Perantara keuangan 5 19

8. Real estate 29 87

9. Jasa pendidikan 70 505

10. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 22 32

11. Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya

243 362

12. Jasa perorangan yang melayani rumah tangga 16 16


(47)

Dalam bidang perdagangan, pada tahun 2006 di Kecamatan Bosar Maligas terdapat 7 usaha besar, 7 menengah, 155 kecil dan 2.675 mikro. Untuk mendukung aktivitas perdagangan tersebut, kecamatan ini difasilitasi oleh 6 buah pasar/pekan, 4 unit loods, dan 14 koperasi dengan jumlah anggota 2.386 orang. Pada tahun 2010, di kecamatan ini terdapat 4 perusahaan sektor penggalian golongan C.

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jumlah usaha yang paling banyak ditemui di Kecamatan Bosar Maligas ialah usaha perdagangan besar dan eceran dengan jumlah 1.703 usaha. Namun demikian, lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja ialah kegiatan industri pengolahan yang menyerap sebanyak 4.565 orang tenaga kerja. Hal ini disebabkan oleh keberadaan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Perkenunan Nusantara III di Kecamatan Bosar Maligas.

Infrastruktur jalan melintang sepanjang 93,39 km dengan kondisi jalan 39,97 km baik, 9,64 km sedang, 11,91 km rusak, dan 31,87 km rusak berat. Sepanjang 39,68 km terbuat dari aspal, lapen 23,79 km, kerikil 26,52 km, dan tanah 3,4 km. Di kecamatan ini juga terdapat satu kantor pos pembantu dengan kode pos 21183.

4.2.Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei ialah kawasan industri yang digagas oleh PT Perkebunan Nusantara III. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 29 tahun 2012 Sei Mangkei resmi ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pada tanggal 27 Pebruari 2012. Pengembangan KEK Sei Mangkei merupakan salah satu program dalam Masterplan Percepatan Pembangunan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Keberadaan KEK Sei Mangkei diharapkan akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatkan daya saing produk sawit, dan menjadi daya tarik investasi ke Indonesia.


(48)

Kawasan Ekonomi Khusus tersebut akan dilengkapi dengan penyediaan infrastruktur untuk mendukung aktivitas industri di Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Sejumlah pembangunan sarana transportasi telah direncanakan dan sebagian diantaranya sudah berada dalam proses pembangunan. Salah satu diantaranya ialah pembangunan jalur kereta api dari Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei hingga Kuala Tanjung yang kini sedang berlangsung dan pemasangan rel sepanjang 30 kilometer sudah rampung sekitar 25 %. (Tempo, 20 September 2012). Selain itu dilakukan juga penguatan jalur kereta api Belawan dan pengembangan pelabuhan di Kepulauan Tanjung.

Menurut Wamendag, KEK Sei Mangkei diproyeksikan akan menyerap 84.000 tenaga kerja pada tahun 2025 (Kemendag, Maret 2012).Berdasarkan informasi terakhir, tujuh investor akan segera menanamkan modalnya di KEK Sei Mangkei. Adapun investor tersebut antara lain PT Unilever Oleochemical Indonesia (investasi di bidang oleokimia), PT Sinergi Oleo Nusantara (investasi di bidang edible oil plantdan methyl eseter/biodiesel plant), PT Cipta Buana Utama Mandiri (pabrik pupuk NPK bio-mikronutrisi), PT JVL Varanasi Nusantara Pertama (untuk pembangunan kilang), PT Energy Uni Resources Pte Ltd (untuk pembangunan pabrik kilang), PTPN III-PTPN IV (Pabrik pengolahan CPO-Crude Palm Oil). Total permintaan lahan untuk seluruh investasi tersebut ialah seluas 140,35 hektar. (Bisnis, 4 Nopember 2012)

Proses pembangunan KEK Sei Mangkei sempat terganjal oleh masalah Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW).Belum disahkannya Perda RTRW Provinsi Sumatera Utara mengakibatkan para investor enggan melakukan investasi di Sei Mangkei karena belum ada kepastian hukum.Bahkan kasus ini sempat menyebabkan status KEK Sei Mangkei terancam dicabut. Namun akhirnya Perda RTRW Sei Mangkei disahkan pada tanggal 27 Nopember 2012.


(49)

4.3.PT Perkebunan Nusantara III sebagai Pengusul Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berasal dari perusahaan milik bangsa asing yang dinasionalisasikan oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1957 menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Perusahaan ini berkantor pusat di Medan dengan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai badan tertinggi dalam organisasi perusahaan.

Berdasarkan akte pendirian perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan yang sehat berlandaskan pada asas:

a) Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi pendapatan nasional melalui peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun ekspor, sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor non migas.

b) Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup karyawan khususnya.

c) Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan air dan kesuburan tanah. Visi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) ini adalah ”Menjadi Perusahaan Agro-industri Berbasis Perkebunan yang Tangguh dan Kompetitif di Pasar Global”.

Misi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) ini adalah:

a) Membangun usaha perkebunan dan industri hilir yang ramah lingkungan dengan teknologi tepat guna, sehingga diperoeh produksi yang maksimal, mutu yang baik, biaya yang baik, biaya yang efisien dan nilai tambah yang terus meningkat.


(50)

b) Mengembangkan kinerja pemasaran yang optimal, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk memenuhi kepuasan pelanggan yang pada gilirannya akan memperkokoh posisi dan pangsa pasar perusahaan.

c) Meningkatkan keuntungan dan manfaat secara berkelanjutan bagi negara, pemegang saham, karyawan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sesuai dengan aturan pendirian perusahaan.

Pada tahun 2009, PT Perkebunan Nusantara III mempekerjakan sebanyak 26.758 tenaga kerja (karyawan) di 33 unit kebun perusahaan dalam menjalankan aktivitas produksinya. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya, PT Perkebunan Nusantara III menyediakan berbagai sarana/fasilitas sosial.

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) mempunyai wilayah kerja di 6 (enam) daerah tingkat II di Provinsi Sumatera Utara, yakni:

a) Kabupaten Deli Serdang b) Kotamadya Tebing Tinggi c) Kabupaten Asahan

d) Kabupaten Simalungun e) Kabupaten Labuhan Batu f) Kabupaten Tapanuli Selatan

Daerah-daerah tersebut dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) wilayah kerja dengan luas areal seluruhnya adalah 186.910,72 Ha. Sei Mangkei merupakan kebun sendiri yang berada pada Wilayah Kerja C dengan komoditas yang dibudidayakan ialah kelapa sawit dan karet.


(51)

4.4.Hasil Analisis

4.4.1.Karakteristik Responden

4.4.1.1.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Salah satu syarat menjadi responden di dalam penelitian ini ialah berada pada usia dewasa, yaitu penduduk berusia di atas 17 tahun. Di bawah ini disajikan tabel karakteristik responden berdasarkan usia:

Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia

(Tahun)

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

17-30 34 34,0

31-45 42 42,0

>45 24 24,0

Jumlah 100 100,0

Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada golongan usia 31-45 tahun, yaitu sebanyak 42 orang. Hal ini disebabkan karena masyarakat pada rentang usia tersebut dinilai produktif dan mengamati langsung proses pengembangan KEK Sei Mangkei, sehingga mampu memberi jawaban yang rasional mengenai persepsinya terhadap masalah tersebut.

4.4.1.2.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dijelaskan memalui tabel di bawah ini:

Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

Pria 64 64,0

Wanita 36 36,0


(52)

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sampel didominasi oleh responden yang berjenis kelamin pria. Hal ini wajar karena hampir di setiap rumah tangga yang berada di daerah Sei Mangkei, hanya suami yang memiliki pekerjaan, sedangkan istri hanya sebagai Ibu Rumah Tangga yang kurang mengetahui dan memahami proses pengembangan KEK Sei Mangkei.

4.4.1.3.Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Di dalam penelitian ini, responden memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Berdasarkan tingkat pendidikan, karakteristik responden dijelaskan melalui tabel di bawah ini:

Tabel 4.9

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan

Terakhir

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

SD 7 7,0

SMP 17 17,0

SLTA 57 57,0

Perguruan Tinggi 19 19,0

Jumlah 100 100,0

Sumber: Data Primer (Diolah)

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden yang diteliti dalam penelitian ini ialah SLTA, yaitu sebesar 57%. Alasan untuk hal ini ialah karena dengan tingkat pendidikan demikian, responden dianggap mampu menganalisis sedikit banyaknya mengenai proses pengembangan KEK Sei Mangkei dan memberi tanggapan mengenai hal tersebut.


(53)

4.4.1.4.Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Informasi karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan penting untuk mengetahui pola demografi dan kehidupan sosial-ekonomi di Kecamatan Bosar Maligas. Berdasarkan jumlah tanggungan, responden digolongkan sebagai berikut:

Tabel 4.10

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Jumlah Tanggungan

(Orang)

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

0-2 60 60,0

3-5 40 40,0

>5 - -

Jumlah 100 100,0

Sumber: Data Primer (Diolah)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 60% responden memiliki jumlah tanggungan antara 0-2 orang.

4.4.1.5.Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Informasi mengenai pekerjaan responden sangat dibutuhkan di dalam penelitian ini, sebab jenis pekerjaan mempengaruhi persepsi setiap responden. Melalui tabel di bawah ini dijelaskan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan:

Tabel 4.11

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

Bertani 9 9,0

Karyawan 22 22,0

Wiraswasta 24 24,0

PNS 7 7,0

Pedagang 5 5,0

Pensiunan Pegawai 4 4,0

Pelajar/Mahasiswa 3 3,0

Ibu Rumah Tangga 14 14,0

Pengangguran 2 2,0

Lain-lain 10 10,0


(54)

Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa responden memiliki pekerjaan yang bervariasi. Namun pekerjaan yang paling besar frekuensinya ialah wiraswasta, disusul oleh karyawan. Hal ini rasional mengingat bahwa Bosar Maligas merupakan daerah perkebunan. Sebagian masyarakat bekerja sebagai karyawan di perkebunan maupun Pabrik Kelapa Sawit PTPN III, sebagian bekerja sebagai wiraswasta, dan hanya sedikit yang bekerja sebagai petani. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan lahan pertanian di Kecamatan Bosar Maligas.

4.4.1.6.Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Berdasarkan penghasilan, responden digolongkan ke dalam 5 kelas dengan interval Rp 1.000.000,-. Penghasilan terendah berada pada kisaran antara Rp 0-1.000.000 dan penghasilan tertinggi ialah di atas Rp 4.000.000. Karakteristik responden berdasarkan penghasilan dijelaskan melalui tabel di bawah ini:

Tabel 4.12

Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Penghasilan

(Rp)

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

0-1.000.000 34 34,0

1.000.100-2.000.000 32 32,0

2.000.100-3.000.000 22 22,0

3.000.100-4.000.000 5 5,0

>4.000.000 7 7,0

Jumlah 100 100,0

Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki penghasilan antara Rp0-1.000.000, yaitu sebesar 34%. Hal ini disebabkan karena banyaknya responden yang merupakan Ibu Rumah Tangga, buruh, pensiunan, pengangguran dan wiraswasta dengan modal kecil-kecilan. Frekuensi kedua disusul oleh responden yang berpenghasilan antara Rp1.000.100-2.000.000, yaitu sebesar 32%.


(55)

Rata-rata responden yang berada pada golongan pendapatan Rp1.000.100-2.000.000, golongan pendapatan Rp 2.000.100-3.000.000,dan golongan pendapatan Rp3.000.100-4.000.000 memiliki profesi sebagai karyawan.

4.4.1.7.Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kependudukan

Responden di dalam penelitian ini terdiri dari penduduk asli Kecamatan Bosar Maligas, pendatang dari kecamatan lain, pendatang dari kota/kabupaten lain dan pendatang dari provinsi lain. Di bawah ini disajikan tabel karakteristik responden berdasarkan status kependudukan:

Tabel 4.13

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kependudukan

Status Kependudukan Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%) Penduduk asli Kecamatan Bosar Maligas (A) 51 51,0

Pendatang dari kecamatan lain (B) 22 22,0

Pendatang dari kota/kabupaten lain (C) 24 24,0

Pendatang dari provinsi lain (D) 3 3,0

Jumlah 100 100,0

Sumber: Data Primer (Diolah)

Dari tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden merupakan penduduk asli Kecamatan Bosar Maligas, yaitu sebesar 51%. Hal ini disesuaikan dengan maksud dan tujuan penelitian yang khusus meneliti mengenai persepsi masyarakat terhadap pengembangan KEK Sei Mangkei, tentunya jawaban yang dibutuhkan ialah jawaban yang bersumber dari penduduk asli Kecamatan Bosar Maligas.


(56)

4.4.2.Analisis Peran Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dalam Pembangunan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitar (Kasus PT Perkebunan Nusantara III).

Persepsi masyarakat mengenai peran Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, dengan mendasarkan pengamatan pada kasus PT Perkebunan Nusantara III yang selama ini beroperasi di sekitar Kecamatan Bosar Maligas, dijelaskan melalui tabel di bawah ini:

Tabel 4.14

Distribusi Jawaban Responden terhadap Peran Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dalam Pembangunan Sosial dan Ekonomi Masyarakat berdasarkan

Pengalaman PT Perkebunan Nusantara III

No. Pilihan Pernyataan Frekuensi

(%) 1. A. Hampir semua karyawan PTPN III merupakan tenaga kerja

lokal (berasal dari Kecamatan Bosar Maligas sekitarnya).

B. Hampir setengah dari karyawan PTPN III merupakan tenaga kerja lokal.

C. Sedikit dari karyawan PTPN III yang merupakan tenaga kerja lokal.

D. Hampir tidak ada karyawan PTPN III yang merupakan tenaga kerja lokal.

14,0 31,0 37,0 18,0 2. A. Keberadaan PTPN III menyebabkan sarana ekonomi semakin

banyak dan menjadi sangat memadai.

B. Keberadaan PTPN III memunculkan beberapa sarana ekonomi. C. Keberadaan PTPN III memunculkan sedikit sarana ekonomi. D. Keberadaan PTPN IIIsama sekali tidak mempengaruhi

ketersediaan sarana ekonomi.

27,0 42,0 16,0 15,0 3. A. PTPN III menyediakan banyak fasilitas sosial.

B. PTPN III menyediakan beberapa fasilitas sosial. C. PTPN III menyediakan sedikit fasilitas sosial. D. PTPN III tidak menyediakan fasilitas sosial.

27,0 51,0 17,0 5,0 4. A. Ya, banyak manfaat diperoleh dengan keberadaan PTPN III

B. Ya, ada manfaat yang diperoleh dengan keberadaan PTPN III C. Tidak, tidak ada manfaat yang diperoleh dengan keberadaan

PTPN III.

D. Tidak, keberadaan PTPN III justru merugikan masyarakat

43,0 44,0 10,0 3,0 Sumber: Data Primer (Diolah)


(1)

91 C B B A B B B A B B B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B A 92 D C C C B B C B D D C B B B A B B C C A D D A C C B B C C C C B 93 C B B B A B B A C B B A A A A A B A A A C C B B C A B D B B A A 94 C B B B B C B A B B B A B B B A B B B B C C B B C B B C A B B A 95 B B B A B B B B B B B A B B B A B A B B C B B B B B B C B B A A 96 C C C C C D C C D C D B B B B C C C D B D D B C C A C D D C C C 97 C B A A A B B A B B B A B B B A B B B B C B B B B B B B A B A A 98 D C C C B B C A C B C B B B B B B B B A C C B A C A B D C B B B 99 B B B A B B B A B B B A B B B B B B B B C B B B B B B C B B B A 100 C B B A B B B A C B B B B B A A B B B B C C B B B B B D A B B A


(2)

Lampiran 3

TABEL PENGOLAHAN DATA

Nomor Pertanyaan

Frekuensi

Jum lah

A B C D

1 14 31 37 18 100

2 23 58 18 1 100

3 27 42 16 15 100

4 27 51 17 5 100

5 43 44 10 3 100

6 11 47 38 4 100

7 29 41 28 2 100

8 73 19 7 1 100

9 14 44 23 19 100 10 21 42 21 16 100 11 14 28 50 8 100 12 71 19 10 0 100

13 39 55 3 3 100

14 47 50 2 1 100

15 59 33 5 3 100

16 77 16 5 2 100

17 23 63 11 3 100 18 30 51 17 2 100

19 32 57 9 2 100

20 39 32 22 7 100 21 6 36 39 19 100 22 13 30 34 23 100

23 42 51 6 1 100

24 26 53 19 2 100 25 13 44 40 3 100

26 37 53 9 1 100

27 19 66 11 4 100 28 28 27 16 29 100

29 45 43 7 5 100

30 30 59 10 1 100 31 66 21 11 2 100


(3)

Lampiran 5

DOKUMENTASI

Gambar 1. Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara III


(4)

Gambar 3. Tempat Ibadah yang disediakan oleh PTPN III


(5)

Gambar 5. Sarana Kesehatan yang disediakan oleh PTPN III

Gambar 6. Sarana olahraga

yang disediakan oleh PTPN III

Gambar 7.

Kantor PT Perkebunan Nusantara III Distrik Simalungun


(6)

Gambar 8. Kawasan Pabrik Kelapa Sawit PTPN III

Gambar 9.

Pembukaan lahan untuk pembangunan pabrik milik PT Unilever

Gambar 10.

Beberapa responden sedang mengisi kuesioner penelitian