Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun

(1)

KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKEI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN

T E S I S

Oleh

DAUD WIJAYA SITORUS

107003025/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKEI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DAUD WIJAYA SITORUS

107003025/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2013


(3)

Judul Tesis : KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKEI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN

Nama Mahasiswa : Daud Wijaya Sitorus Nomor Pokok : 107003025

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Rujiman, SE, MA) (Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Prof.Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Tanggal Lulus : 01 Februari 2013 Telah diuji pada

Tanggal : 01 Februari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Rujiman, SE, MA

Anggota : 1. Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D 2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE 3. Prof. Erlina, M.Si., Ph.D., Ak., 4. Ir. Supriadi, MS


(5)

PERNYATAAN

KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI SEI

MANGKEI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN

SIMALUNGUN

”.

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Februari 2013 Penulis,


(6)

KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKEI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN

ABSTRAK

Pembangunan suatu kawasan industri harus dapat menggerakkan dan mendorong pertumbuhan industri kecil pada pusat-pusat di luar kawasan yang bersifat padat karya melalui pemanfaatan sumber daya alam dan pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, industri kecil tersebut akan membuka lapangan kerja baru dan tempat-tempat usaha sehingga dapat menambah pendapatan dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat) di Kecamatan Bosar Maligas. Penelitian ini dilaksanakan di Nagori Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi linear sederhana terhadap data yang diperoleh di lapangan, kemudian dilakukan interpretasi dan pembahasan terhadap data.

Hasil penelitian berdasarkan persepsi masyarakat menunjukkan bahwa pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan positif terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat) di Kecamatan Bosar Maligas. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei akan meningkatkan pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat). Hal ini berarti bahwa pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan yang signifikan terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat) di Kecamatan Bosar Maligas.

Kata Kunci : Kawasan Industri, pengembangan wilayah (tenaga kerja, tempat usaha dan pendapatan masyarakat).


(7)

THE STUDY OF ROLE OF SEI MANGKEI INDUSTRIAL AREA DEVELOPMENT IN THE REGIONAL DEVELOPMENT IN BOSAR

MALIGAS SUBDISTRICT SIMALUNGUN DISTRICT

ABSTRACT

The development of an industrial area must be able to generate and push the growth of labor-intensive small-scale industry in the centers outside of the area through the utilization of the surrounding natural and human resources. Therefore, the small-scale industry will open new job opportunity and business place that can increase the income and welfare of local communities.

The purpose of this study conducted in Nagori Sei Mangkei, Bosar Maligas Subdistrict, Simalungun District, Sumatera Utara Province, was to examine the role of Sei Mangkei Industrial Area Development in the regional development (labor absorption, business place development and community’s income) in Bosar Maligas Subdistrict, Simalungun District.

The data obtained were analyzed through simple linear regression analysis and then the data were interpreted and discussed.

The result of this study based on the community’s perception showed that development of Sei Mangkei Industrial Area had a positive role in the regional development (labor absorption, business place development and community’s income) in Bosar Maligas Subdistrict. (labor absorption, business place development and community income) in Bosar Maligas Subdistric. Partially, the result of analysis showed that the development of Sei Mangkei Industrial Area will increase the regional development (labor absorption, business place development and community’s income). This means that the development of Sei Mangkei Industrial Area had a significant role in the regional development (labor absorption, business place development and community’s income) in Bosar Maligas Subdistrict.

Keywords : Industrial Area, Regional Development (Labor, Business Place, Community’s Income).


(8)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Adapun judul tesis ini adalah “Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun”.

Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak, baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun arahan. Untuk itu, penulis dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), SP.A (K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, sebagai Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Ronny Kusuma Yudistiro, MM sebagai Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional RI Provinsi Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melanjutkan studi program pascasarjana. 5. Bapak H. Badrussalim, SH sebagai Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Simalungun dan Bapak Ahmad Rasidin, ST, M.Si., sebagai Kepala Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi atas arahan dan motivasi yang telah diberikan.

6. Bapak Dr. Rujiman, SE, MA sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D, sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan arahan dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si., Ph.D, Ak. dan Bapak Ir. Supriadi, MS sebagai Komisi Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang baik untuk kesempurnaan tesis ini.

8. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak terkira khususnya kepada istriku tercinta Evalina Oktorida Br Simanjuntak, A.Md dan anak-anakku Michael Daniel Devino Sitorus, Marcellino Dwine Yosua Sitorus yang memberikan kasih sayang dan motivasi yang besar di dalam nenuntut ilmu dan menyelesaikan penulisan tesis ini.

9. Orang tua saya (St. J.P.Sitorus/(+) T Br. Sitindaon/S.R. Br. Simbolon) dan mertua saya (Ny. Simanjuntak/R Br. Hutabarat) serta keluarga besar Sitorus dan Simanjuntak dimanapun berada yang selalu mendoakan penulis untuk menyelesaikan tesis ini.


(9)

10.Teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Angkatan 2010 genap khususnya kepada Ahmad Rivai Simamora, Adisti Maritadinda Admar, Heni Rustati, Herliene Yudha Altius dan Irmayanti Siregar, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.

11.Akhirnya kepada seluruh pihak yang banyak membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, namun harapan penulis semoga tesis ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf atas segala kekurangan, kesalahan dan kekhilafan selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkatnya kepada kita semua. Amin.

Medan, Februari 2013 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Daud Wijaya Sitorus

2. Tempat/Tanggal Lahir : Perbaungan/27 September 1972

3. Alamat : Jl. Perjuangan No. 53 A Tanjung Rejo, Medan 4. Agama : Kristen Protestan

5. Jenis Kelamin : Laki-laki

6. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil 7. Status : Menikah

8. Pendidikan :

a. SD Negeri 101931 Perbaungan, lulus tahun 1985 b. SMP Swasta Setia Budi Perbaungan, lulus tahun 1988 c. SMA Negeri 4 Medan, lulus tahun 1991

d. Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu Tanah USU Medan, lulus tahun 1996 e. Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan USU


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ………... ii

KATA PENGANTAR ……….…. iii

RIWAYAT HIDUP ……….. v

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR ……… xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xiii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Perumusan Masalah ……… 7

1.3. Tujuan Penelitian ……… 8

1.4. Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 9

2.1. Pengembangan Wilayah ……….. 9

2.2. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Wilayah …… 14

2.3. Penataan Ruang ………... 17

2.4. Pembangunan Kawasan Industri ………. 18

2.5. Tenaga Kerja ……… 21

2.6. Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat ………. 22

2.7. Tempat Usaha ………... 24

2.8. Penelitian Terdahulu ………. 25

2.9. Kerangka Pemikiran ……….. 27

2.10.Hipotesis Penelitian ………..……… 28

BAB III METODE PENELITIAN……….. 29

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 29

3.2. Populasi dan Sampel ………. 29

3.2.1. Polulasi ……… 29

3.2.2. Sampel ………. 30

3.3. Jenis dan Sumber Data ………... 31

3.4. Teknik Pengumpulan Data ………. 31

3.5. Variabel Penelitian ……….. 32

3.6. Metode dan Teknik Analisis Data ……….. 33

3.6.1. Metode Analisis Data ……….. 33

3.6.2. Teknik Analisis Data ……… 34

3.6.2.1. Uji Kualitas Data ……… 34

3.6.2.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ……….. 35

3.6.2.3. Uji Hipotesis ……… 37


(12)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 40

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 40

4.1.1. Kabupaten Simalungun ………. 40

4.1.2. Kecamatan Bosar Maligas ……… 47

4.1.3. Nagori Sei Mangkei ……….. 51

4.2. Karakteristik Responden ………. 54

4.2.1. Jenis Kelamin ……… 54

4.2.2. Umur Responden ……….. 55

4.2.3. Tingkat Pendidikan ………... 56

4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga ………. 57

4.2.5. Lama Tinggal (Bermukim) ……… 58

4.3. Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Di Kecamatan Bosar Maligas ………. 59

4.4. Analisis Tanggapan Responden ……….. 65

4.4.1. Tanggapan Responden Terhadap Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei ………. 65

4.4.2. Tanggapan Responden Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ………. 66

4.4.3. Tanggapan Responden Terhadap Perkembangan Tempat-Tempat Usaha ……….. 67

4.4.4. Tanggapan Responden Terhadap Pendapatan Masyarakat ……… 68

4.5. Pengujian Kualitas Data ……….. 69

4.5.1. Uji Validitas ……….. 69

4.5.2. Uji Reliabilitas ……….. 70

4.6. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik …..……….. 71

4.6.1. Uji Normalitas dan Heteroskedastisitas Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ………. 71

4.6.2. Uji Normalitas dan Heteroskedastisitas Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Perkembangan Tempat-tempat Usaha …… 74

4.6.3. Uji Normalitas dan Heteroskedastisitas Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pendapatan Masyarakat ……… 78

4.7. Pengujian Hipotesis ……….. 82

4.7.1. Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Mempunyai Peranan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ………. 82

4.7.2. Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Mempunyai Peranan Terhadap Perkembangan Tempat-Tempat Usaha ……….. 86

4.7.3. Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Mempunyai Peranan Terhadap Pendapatan Masyarakat ……… 91


(13)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 95

5.1. Kesimpulan ……….. 95 5.2. Saran ……… 96


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor 3.1. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13. 4.14. 4.15.

J u d u l

Jumlah Penduduk Dan Rumah Tangga (KK) di Nagori Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2010 ………… Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Ketinggian ……… Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Penyebaran Kemiringan Lahan/Lereng ……… Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Simalungun …….. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Simalungun ……… Luas Wilayah Kecamatan Bosar Maligas Berdasarkan Ketinggian ……… Luas Wilayah Kecamatan Bosar Maligas Berdasarkan Penyebaran Kemiringan Lahan/Lereng ……… Luas Kecamatan Bosar Maligas Berdasarkan Nagori/Kelurahan ………. Jumlah Usaha Menurut Lapangan Usaha di Nagori Sei Mangkei ……… Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Nagori Sei Mangkei ………. Jenis Kelamin Responden ……… Umur Responden ………. Tingkat Pendidikan Responden ……… Jumlah Anggota Keluarga Responden ………. Lama Tinggal (Bermukim) Responden ……… Penggunaan Lahan Kawasan Industri Sei Mangkei ……….

Halaman 30 41 42 43 46 48 49 50 52 53 54 55 56 57 58 62


(15)

Nomor 4.16. 4.17. 4.18. 4.19. 4.20. 4.21. 4.22. 4.23. 4.24. 4.25. 4.26. 4.27. 4.28. 4.29. 4.30. 4.31. 4.32. 4.33. 4.34. 4.35. 4.36.

J u d u l

Tanggapan Responden Terhadap Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei ……… Tanggapan Responden Terhadap Penyerapan Tenaga kerja. Tanggapan Responden Terhadap Perkembangan Tempat-Tempat Usaha ………... Tanggapan Responden Terhadap Pendapatan Masyarakat .. Hasil Pengujian Validitas Variabel Penelitian ………. Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian …………. Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test……….

Hasil Uji Glejser ………... Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test……….

Hasil Uji Glejser ………... Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test……….

Hasil Uji Glejser ………... Hasil Uji Regresi Hipotesis Pertama ……… Nilai Koefisien Determinasi ………. Hasil Uji Parsial Test ((Uji-t) Hipotesis Pertama …………. Hasil Uji Regresi Hipotesis Kedua ……….. Nilai Koefisien Determinasi ………. Hasil Uji Parsial Test (Uji-t) Hipotesis Kedua ………. Hasil Uji Regresi Hipotesis Ketiga ……….. Nilai Koefisien Determinasi ………. Hasil Uji Parsial Test (Uji-t) Hipotesis Ketiga ………

Halaman 65 66 67 68 69 70 72 74 76 78 80 82 82 83 84 86 87 88 91 92 93


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor 2.1. 2.2. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13. 4.14.

J u d u l

Enam Pilar Pengembangan Wilayah ……… Kerangka Pemikiran ………. Grafik Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Ketinggian ……… Grafik Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Penyebaran Kemiringan Lahan/Lereng ……… Grafik Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Simalungun ……….. Grafik Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Simalungun Grafik Luas Wilayah Kecamatan Bosar Maligas Berdasarkan Ketinggian ………... Grafik Luas Wilayah Kecamatan Bosar Maligas Berdasarkan Penyebaran Kemiringan Lahan/Lereng ……... Grafik Luas Kecamatan Bosar Maligas Berdasarkan Nagori/Kelurahan ……… Grafik Jenis Kelamin Responden ……… Grafik Umur Responden ………. Grafik Tingkat Pendidikan Responden ……… Grafik Jumlah Anggota Keluarga Responden ………. Grafik Lama Tinggal (Bermukim) Responden ……… Grafik Normal Histogram of Regression Standardized Residual ……… Grafik Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama ………. Halaman 13 27 42 43 45 47 48 49 51 54 55 56 57 58 71 73


(17)

Nomor

4.15.

4.16.

4.17.

4.18.

J u d u l

Grafik Normal Histogram of Regression Standardized Residual ……… Grafik Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua ………... Grafik Normal Histogram of Regression Standardized Residual ……… Grafik Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Ketiga ………...

Halaman

75

77

79


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1 2 3

4 5

6 7 8

J u d u l

Kuesioner Penelitian ……… Rekapitulasi Karakteristik Responden ………. Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Variabel Penelitian ……….. Validitas dan Reliabilitas serta Hasil Regresi ……….. Peta Penggunaan Lahan Tahun 2009 Kabupaten Simalungun ……….. Peta Lokasi Kawasan Industri Sei Mangkei ……..……….. Gambar Master Plan Kawasan Industri Sei Mangkei …….. Dokumentasi Penelitian ………...

Halaman

100 104

106 108

123 124 125 126


(19)

KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI SEI MANGKEI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN

ABSTRAK

Pembangunan suatu kawasan industri harus dapat menggerakkan dan mendorong pertumbuhan industri kecil pada pusat-pusat di luar kawasan yang bersifat padat karya melalui pemanfaatan sumber daya alam dan pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, industri kecil tersebut akan membuka lapangan kerja baru dan tempat-tempat usaha sehingga dapat menambah pendapatan dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat) di Kecamatan Bosar Maligas. Penelitian ini dilaksanakan di Nagori Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi linear sederhana terhadap data yang diperoleh di lapangan, kemudian dilakukan interpretasi dan pembahasan terhadap data.

Hasil penelitian berdasarkan persepsi masyarakat menunjukkan bahwa pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan positif terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat) di Kecamatan Bosar Maligas. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei akan meningkatkan pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat). Hal ini berarti bahwa pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan yang signifikan terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat) di Kecamatan Bosar Maligas.

Kata Kunci : Kawasan Industri, pengembangan wilayah (tenaga kerja, tempat usaha dan pendapatan masyarakat).


(20)

THE STUDY OF ROLE OF SEI MANGKEI INDUSTRIAL AREA DEVELOPMENT IN THE REGIONAL DEVELOPMENT IN BOSAR

MALIGAS SUBDISTRICT SIMALUNGUN DISTRICT

ABSTRACT

The development of an industrial area must be able to generate and push the growth of labor-intensive small-scale industry in the centers outside of the area through the utilization of the surrounding natural and human resources. Therefore, the small-scale industry will open new job opportunity and business place that can increase the income and welfare of local communities.

The purpose of this study conducted in Nagori Sei Mangkei, Bosar Maligas Subdistrict, Simalungun District, Sumatera Utara Province, was to examine the role of Sei Mangkei Industrial Area Development in the regional development (labor absorption, business place development and community’s income) in Bosar Maligas Subdistrict, Simalungun District.

The data obtained were analyzed through simple linear regression analysis and then the data were interpreted and discussed.

The result of this study based on the community’s perception showed that development of Sei Mangkei Industrial Area had a positive role in the regional development (labor absorption, business place development and community’s income) in Bosar Maligas Subdistrict. (labor absorption, business place development and community income) in Bosar Maligas Subdistric. Partially, the result of analysis showed that the development of Sei Mangkei Industrial Area will increase the regional development (labor absorption, business place development and community’s income). This means that the development of Sei Mangkei Industrial Area had a significant role in the regional development (labor absorption, business place development and community’s income) in Bosar Maligas Subdistrict.

Keywords : Industrial Area, Regional Development (Labor, Business Place, Community’s Income).


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan wilayah berdasarkan jalan raya, konsep pengembangan wilayah bertitik tolak dari segi produksi barang dan jasa, dan konsep pengembangan wilayah berdasarkan kelompok industri.

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menggunakan ruang dan melakukan kegiatan pengubahan bentuk dari sumber daya alam menjadi bahan baku atau setengah jadi, dari bahan baku atau setengah jadi menjadi bahan jadi atau produk akhir. Di samping sektor industri menghasilkan produksi, juga membuka kesempatan kerja bagi masyarakat serta menambah pendapatan bagi daerah yang disebut sebagai dampak positif. Akan tetapi pembangunan industri juga mempunyai dampak negatif yaitu berupa limbah (padat, cair dan gas) yang mempunyai kualitas di atas ambang batas yang berlaku dari produksi sampingan industri tersebut. Oleh karena itu, kegiatan industri memilih lokasi di daerah dengan nilai produktivitas tanah rendah dan diusahakan jauh dari pusat permukiman penduduk.

Suatu kawasan industri harus dapat menggerakkan dan mendorong pertumbuhan industri kecil pada pusat-pusat di luar kawasan yang bersifat padat karya melalui pemanfaatan sumber daya alam dan pemberdayaan masyarakat


(22)

sekitarnya. Dengan demikian industri kecil akan membuka lapangan kerja baru dan tempat-tempat usaha.

Kegiatan industri mempunyai karakteristik kebutuhan lahan, air, energi, tenaga kerja, orientasi dasar lokasi, kualitas dan kuantitas limbah dan setiap ruang mempunyai daya dukung tertentu. Oleh karena itu, untuk mengalokasikan ruang suatu kegiatan industri harus diketahui dahulu jenis-jenis industri yang prospektif dan industri yang tidak sesuai tumbuh pada suatu daerah tertentu. Fenomena permasalahan yang dihadapi adalah pembangunan industri di suatu daerah kurang di dukung oleh sarana dan prasarana penunjang, akibatnya industri-industri sering di bangun berbaur dengan kegiatan sosial ekonomi masyarakat, sehingga sering menimbulkan kasus-kasus pencemaran terhadap lingkungan.

Daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya alam tertentu, layak untuk ditumbuhkembangkan industrinya. Hal ini disebabkan karena melalui industri maka suatu daerah dapat tumbuh ekonominya. Banyak efek ganda yang dapat diraih oleh suatu daerah karena kehadiran industri tertentu, seperti : kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan karena adanya pemilikan pendapatan masyarakat, pengelolaan lingkungan yang baik, penyediaan infrastruktur, pendapatan asli daerah, pelayanan publik di kawasan tersebut menjadi tersedia dan lain-lain. Semuanya ini membawa dampak positif yang luas bagi pembangunan suatu kawasan dan pembangunan wilayah atau regional. Dengan pertimbangan itu, wajar jika pemerintah memberi perhatian besar bagi pengembangan wilayah.


(23)

Pemerintah telah berupaya mendorong pembangunan industri di luar Pulau Jawa, meski disadari bahwa hal ini tidaklah mudah dan banyak dijumpai kendala-kendalanya. Kendala itu dapat berupa keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur, peraturan perundang-undangan yang tidak mendukung serta birokrasi yang ada.

Pengembangan dan pembangunan Kawasan Ekonomi senantiasa membutuhkan lahan, sedangkan tuntutan akan kebutuhan lahan oleh pelaku pembangunan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya suatu pertarungan perolehan lahan antar pelaku pembangunan, swasta, Pemerintah Pusat dan Daerah maupun masyarakat seolah-olah bersaing satu sama lain dalam mencari dan memperoleh lahan yang dibutuhkan. Dan dalam jangka panjang jika tidak ada perencanaan dan pengendalian oleh pemerintah akan menimbulkan persaingan semakin tidak sehat. Oleh karena itu, dalam pembangunan wilayah atau regional pembentukan suatu kawasan ekonomi harus dibuatkan suatu perencanaan terpadu yang merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh, antar sistem dan sistem dengan subsistem, serta subsistem dengan subsistem lainnya.

Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) diselenggarakan berdasarkan pendekatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya. Tujuan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk


(24)

memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keungggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan mengembangkan kluster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya.

Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi yang berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

Kawasan Industri Sei Mangkei di dalam MP3EI termasuk di dalam Koridor Ekonomi Sumatera, dengan kegiatan ekonomi utama kelapa sawit. Dalam pengembangan Koridor Ekonomi Sumatera, pembangunan struktur ruang diarahkan untuk memahami pola pergerakan dari kebun sawit sebagai kegiatan ekonomi utama menuju tempat pengolahan dan atau kawasan industri yang selanjutnya menuju pelabuhan. Oleh sebab itu, penentuan prioritas dan kualitas pembangunan serta pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan, kereta api dan pelabuhan diarahkan untuk melayani angkutan barang untuk menunjang kegiatan ekonomi utama.


(25)

Kegiatan ekonomi utama kelapa sawit di Sumatera memegang peranan penting bagi penyediaan kelapa sawit Indonesia dan dunia. Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit di dunia sejak Tahun 2007. Pemenuhan permintaan kelapa sawit dunia didominasi oleh produksi Indonesia. Indonesia memproduksi sekitar 43 % dari total produksi minyak mentah sawit (Crude Palm Oil/CPO) di dunia. Di Sumatera, kegiatan ekonomi utama kelapa sawit memberikan kontribusi ekonomi yang besar. Dimana 70 % lahan penghasil kelapa sawit di Indonesia berada di Sumatera dan membuka lapangan pekerjaan yang luas.

Produksi kelapa sawit di Indonesia sebagian besar di ekspor dalam bentuk CPO, seharusnya sudah harus mengembangkan industri hilir kelapa sawit untuk menggenjot nilai tambah kelapa sawit tersebut. Industri hilir dalam mata rantai industri kelapa sawit, antara lain : oleo kimia dan biodiesel. Pengembangan industri hilir sangat dibutuhkan untuk mempertahankan posisi strategis sebagai penghasil hulu sampai hilir, sehingga dapat menjual produk yang bernilai tambah tinggi dengan harga bersaing.

Kawasan Industri Sei Mangkei, yang terletak di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara sebagai “Sei Mangkei Integrated Sustainable Palm Oil Cluster (SM ISPOIC)”. Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei ini sudah selaras dengan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Simalungun, yakni “Mengembangkan kebijakan industri, perdagangan dan investasi dengan membuka kesempatan kerja dan berusaha melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia”. Kawasan Industri Sei Mangkei ini


(26)

diharapkan terjadi peningkatan pendayagunaan dan pemanfaatan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia serta penggunaan tekonologi ramah lingkungan.

Kawasan Industri Sei Mangkei yang terletak di Nagori Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun. Lokasi Kawasan Industri Sei Mangkei ini cukup strategis dikarenakan, yaitu :

(i) letak geografisnya yang berada relatif di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit atau dekat dengan sumber bahan baku (Raw Material Oriented); (ii) telah ada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) 30 ton Tandan Buah Segar (TBS)/Jam

sejak Tahun 1997 dan dekat dengan beberapa PKS dengan radius 70 Km milik PTPN III = 165 ton TBS/Jam, PTPN IV = 300 ton TBS/Jam, Swasta = 140 ton TBS/Jam;

(iii) dekat dengan sungai Bah Bolon yang sangat diperlukan sebagai sumber air pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS);

(iv) dekat dengan pelabuhan Kuala Tanjung (± 40 Km), tempat pengapalan CPO dan CKPO yang mampu mengakomodasi kapal-kapal dengan berat 30.000 – 40.000 DWT dan pelabuhan Inalum yang jaraknya hanya 36 km, sehingga sangat memudahkan transportasi produk-produk industri tersebut keluar Sumatera Utara dan Program MP3EI dimana pelabuhan Kuala Tanjung akan menjadi global hub di Koridor Ekonomi I (Sumatera);

(v) dekat dengan jalan besar Pematang Siantar – Lima Puluh yaitu jaraknya 5 km dan jalur kereta api Gunung Bayu - Perlanaan, sehingga transportasi produk ke daerah lain di Sumatera juga bisa lancar; dan


(27)

(vi) dari segi pengembangan wilayah dapat memacu pengembangan wilayah Kabupaten Simalungun secara keseluruhan dan wilayah-wilayah yang berada disekitarnya.

Berdasarkan Data dari Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun Tahun 2010, luas lahan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Simalungun Tahun 2005 – 2009 seluas 108.399,66 Ha yang terdiri dari perkebunan rakyat (27.154,50 Ha), perkebunan Negara (70.098,34 Ha), perkebunan besar asing (10.089,89 Ha) dan perkebunan swasta nasional (1.056,93 Ha).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian dengan judul “Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Bosar Maligas ?

2. Bagaimana peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap perkembangan Tempat-tempat usaha di Kecamatan Bosar Maligas ?

3. Bagaimana peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Bosar Maligas ?


(28)

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengkaji peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Bosar Maligas.

2. Mengkaji peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap perkembangan Tempat-tempat usaha di Kecamatan Bosar Maligas.

3. Mengkaji peranan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Bosar Maligas.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Ilmu pengetahuan yaitu menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pembangunan kawasan industri terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan Tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat).

2. Masukan untuk mengetahui peranan pembangunan kawasan industri terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan Tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat).

3. Pemerintah yaitu sebagai masukan dalam mengambil keputusan di masa depan tentang sejauh mana peranan pembangunan kawasan industri terhadap pengembangan wilayah (penyerapan tenaga kerja, perkembangan Tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat).


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengembangan Wilayah

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010). Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/dan prasarana, barang dan jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya (Sirojuzilam dan Mahalli, 2011).

Pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan administratif dimana itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan Republik Indonesia (Mulyanto, 2008).


(30)

Riyadi (2000) mengemukakan beberapa pemikiran yang dapat dikembangkan untuk strategi pengembangan wilayah di masa mendatang, antara lain adalah :

a. Alokasi sumber daya yang lebih seimbang

Berbagai deregulasi di sektor riil dan moneter telah dilakukan Pemerintah dalam rangka efisiensi di segala bidang. Namun dari berbagai studi yang dilakukan ternyata upaya tersebut masih cenderung menguntungkan Jawa dan kawasan-kawasan cepat berkembang lainnya. Seperti misalnya penambahan infrastruktur besar-besaran dan pengembangan pertanian di wilayah padat penduduk seperti Jawa telah menarik investasi modal swasta, serta terjadinya peningkatan kemampuan teknologi dan manajemen hanya di kawasan-kawasan tersebut. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah telah membuka kewenangan yang semakin besar bagi pemerintah daerah dalam merencanakan dan menggunakan sumber-sumber keuangannya. Untuk itu, perlu dilakukan reformasi fiskal yang mendukung alokasi sumber daya yang lebih baik terutama ke kawasan-kawasan yang belum berkembang, termasuk diantaranya reformasi di bidang perpajakan. Deregulasi sektor riil juga perlu memperhatikan perkembangan kemampuan daerah.

b. Peningkatan sumber daya manusia di daerah

Pengembangan selama ini telah menurunkan angka buta huruf, meningkatkan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat di daerah. Namun demikian, kualitas manusia di kawasan-kawasan tertinggal umumnya masih di bawah rata-rata kualitas nasional. Untuk itu, pendekatan pembangunan sektoral yang


(31)

telah meningkatkan standar kualitas manusia Indonesia sampai pada taraf tertentu, pada masa mendatang perlu diikuti oleh pendekatan pembangunan yang lebih memperhatikan kondisi dan aspirasi wilayah, bukan oleh pendekatan yang bersifat uniform. Strategi pembangunan manusia di masa mendatang harus mampu mengidentifikasikan jenis pendidikan dan pelatihan yang dapat menempatkan tenaga kerja dan lulusan terdidik dalam pasar peluang kerja yang senantiasa menuntut adanya peningkatan keahlian.

c. Pengembangan kelembagaan dan aparat daerah

Struktur kelembagaan dan aparat pemerintah daerah selama ini mencerminkan sistem pemerintah berjenjang. Walaupun Provinsi dan Kabupaten juga berfungsi sebagai daerah otonom, yang mempunyai kewenangan dalam mengatur daerahnya sendiri, namun dalam berbagai implementasi pelaksanaan pembangunan selama ini daerah lebih kepada “menunggu” petunjuk dari Pusat. Proses pengambilan keputusan yang demikian, kemudian berkembang menjadikan aparat daerah lebih melayani Pusat daripada melayani masyarakat daerahnya. Dalam era demokratisasi yang semakin berkembang seperti sekarang ini, yang di tunjang oleh berbagai peraturan perundang-undangan mengenai desentralisasi yang lebih lengkap, pemerintah daerah di tuntut untuk lebih mampu melaksanakan kewenangan yang semakin besar dalam menata pembangunan daerahnya. Semakin lengkapnya perangkap peraturan dan perundang-undangan mengenai penataan ruang di setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat menjadi acuan aparat daerah dalam untuk mengelola berbagai unsur ruang (seperti : sumber


(32)

daya alam, manusia dan buatan) secara optimal, serta mengembangkan konsep pembangunan yang berkelanjutan.

d. Pelayanan masyarakat yang efisien

Untuk kepentingan stabilitas ekonomi dan politik selama ini pemerintah memegang kendali yang lebih besar terhadap sumber-sumber penerimaan dan berbagai kebijaksanaan pelayanan masyarakat. Hal ini dilakukan mengingat kebutuhan dasar masih sangat kurang, resiko investasi masih sangat besar, dan tingkat pendidikan rata-rata manusia di daerah masih rendah. Dengan semakin meningkatnya kemampuan kelembagaan dan kualitas aparat di daerah, sudah masanya sekarang untuk memperbesar kewenangan daerah dalam menata pembangunan di daerah. Keterlibatan pihak swasta sebagai mitra kerja sekaligus sebagai pelaku pembangunan perlu di perbesar, sejalan dengan kewenangan daerah yang semakin besar dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan daerahnya. Hal ini ditujukan agar pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif.

Menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak-tidaknya perlu di topang oleh enam pilar/aspek, yaitu : aspek biogeofisik, aspek ekonomi, aspek sosial, aspek kelembagaan, aspek lokasi dan aspek lingkungan. Diagram dari ke enam pilar tersebut terlihat pada gambar 2.1. berikut ini. Melalui diagram ini, dapat dilakukan analisis dari berbagai aspek berkaitan dengan pengembangan wilayah.


(33)

Gambar 2.1. Enam Pilar Pengembangan Wilayah

Aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi di dalam dan di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik, pertahanan dan keamanan (hankam) yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia. Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada di dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak. Kelembagaan juga meliputi peraturan perundang-undangan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, serta lembaga-lembaga sosial dan ekonomi yang ada di wilayah tersebut. Aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input yang berasal dari sumber daya alam, apakah merusak atau tidak (Budiharsono, 2005).

Aspek Sosial Aspek

Biogeofisik

Aspek Kelembagaan

Aspek Lokasi Pengembangan

Wilayah

Aspek Lingkungan Aspek


(34)

Pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dilihat dari aspek ekonomi dan aspek lokasi. Dari aspek ekonomi, meliputi : penyerapan tenaga kerja, perkembangan Tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat dengan melihat bagaimana peningkatan pembangunan ekonominya. Dari aspek lokasi dilihat sejauh mana faktor lokasi dapat mendorong pembangunan wilayah, berkaitan dengan pembangunan yang terjadi di wilayah tersebut.

2.2. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi dibutuhkan dan merupakan sumber utama peningkatan standar hidup (standard of living) penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Dengan kata lain, kemampuan ekonomi suatu negara untuk meningkatkan standar hidup penduduknya adalah sangat bergantung dan ditentukan oleh laju pertumbuhan ekonomi jangka panjangnya (long rate of economic growth) (Nanga, 2005).

Aspek pertumbuhan ekonomi daerah menjadi faktor penting untuk menentukan besarnya transfer pusat kepada daerah. Terkait dengan pertumbuhan, daerah-daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, seharusnya mendapatkan Dana Alokasi Umum (DAU) yang lebih kecil, namun demikian meskipun konvergensi antar daerah mampu teratasi, kinerja pemerintah daerah bisa jadi berbeda. Daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan lebih baik, relatif mempunyai tingkat kesiapan yang lebih baik pula untuk menghadapi desentralisasi. Pengalaman dan kapabilitas dalam pengelolaan keuangan menjadi modal dasar yang kuat untuk meningkatkan kemandirian daerah dalam era desentralisasi fiskal (Adi, 2005).


(35)

Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara seperti pertambahan dan jumlah produksi barang dan industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal, dengan demikian pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu dengan tahun sebelumnya (Sukirno, 2011).

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan yang besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2003 dalam Sirojuzilam dan Mahalli, 2011).

Secara umum pembangunan ekonomi didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. Oleh sebab itu, pembangunan ekonomi memiliki tiga sifat penting, yaitu : suatu proses yang berarti terjadinya perubahan terus menerus, adanya usaha untuk menarik pendapatan perkapita masyarakat dan kenaikan pendapatan perkapita masyarakat yang terjadi dalam jangka panjang (Sirojuzilam dan Mahalli, 2011).

Sirojuzilam dan Mahalli (2011) mengemukakan pembangunan ekonomi di pandang sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita dan lajunya pembangunan ekonomi ditujukan dengan menggunakan pertambahan PDB (Produk Domestik Bruto) untuk tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat wilayah atau regional. Tingkat PDRB ini juga ditentukan oleh lajunya pertumbuhan penduduk lebih dari


(36)

PDRB, maka ini mengalami perubahan terhadap pendapatan perkapita. Oleh sebab itu, pertambahan PDRB tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat karena terdapat kemungkinan timbulnya keadaan tersebut maka pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi harus dibedakan.

Indikator keberhasilan pembangunan ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi dan berkurangnya ketimpangan baik di dalam distribusi pendapatan penduduk maupun antar wilayah. Pola pertumbuhan ekonomi regional/wilayah berbeda dengan apa yang lazim ditemukan pada pertumbuhan ekonomi nasional. Faktor-faktor yang mendapat perhatian utama adalah keuntungan lokasi, aglomerasi, migrasi dan arus lalu lintas modal antar wilayah. Adapun beberapa teori pertumbuhan ekonomi wilayah yang lazim di kenal (Sirozujilam dan Mahalli, 2011), antara lain :

1. Export Base-Models, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh eksploitasi pemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis ekspor daerah yang bersangkutan.

2. Neo-Classic, menyatakan bahwa unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal, tenaga kerja dan teknologi.

3. Cumulative Causation Models, menyatakan bahwa peningkatan pemerataan pembangunan antar daerah tidak hanya dapat diserahkan pada kekuatan pasar (market mechasinm), tetapi perlu adanya campur tangan untuk daerah-daerah yang relatif masih terbelakang.

4. Core Periphery Models, menekankan analisa pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota (core) dengan desa (periphery).


(37)

5. Growth Pole, menyatakan bahwa pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi di segala tata ruang, akan tetapi hanya terbatas pada beberapa tempat tertentu dengan variabel-variabel yang berbeda intensitasnya. Salah satu cara untuk menggalakkan kegiatan pembangunan dari suatu daerah tertentu melalui pemanfaatan “agglomeration economics” sebagai faktor pendorong

utama.

2.3. Penataan Ruang

Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan (i) dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; (ii) tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan (iii) tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang (Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007).

Menurut Rustiadi, dkk (2004) penataan ruang pada dasarnya merupakan perubahan yang disengaja. Dengan memahaminya sebagai proses pembangunan melalui upaya-upaya perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik, maka penataan ruang merupakan bagian dari proses pembangunan. Penataan ruang mempunyai tiga urgensi, yaitu :

a. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya (prinsip produktifitas dan efisiensi). b. Alat dan wujud distribusi sumber daya (prinsip pemerataan, keberimbangan


(38)

c. Keberlanjutan (prinsip Sustainaibility).

Perencanaan tata ruang yang di muat dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang di susun berdasarkan pendekatan wilayah administratif dengan muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Rencana rinci tata ruang di susun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan sub blok peruntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan di susun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang ssehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.

2.4. Pembangunan Kawasan Industri

Di berbagai negara yang industrinya telah maju, ternyata industri merupakan penyelamat dalam masalah pengganguran. Industri biasanya menjadi penyumbang paling besar dalam menciptakan kesempatan kerja. Walaupun peranannya sangat tergantung kepada sifat atau jenis teknologi yang digunakan. Apabila teknologi industri bersifat padat karya seperti dalam industri kecil dan


(39)

inti rumah tangga, maka peranannya akan banyak menyerap tenaga kerja. Namun sebaliknya apabila teknologi yang digunakan padat modal akan sedikit menyerap tenaga kerja. Selain hal tersebut, lokasi pengembangan industri sangat berpengaruh apabila berlokasi di kota-kota besar atau di pedesaan, dalam menciptakan lapangan kerja bagi penduduk (Mubyarto, 1988).

Kawasan Industri adalah suatu tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasrana dan sarana yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri. Hal ini berbeda dengan Zona Industri yang juga merupakan pemusatan kegiatan industri tetapi tanpa dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang memadai (Kwanda, 2000).

Pengembangan suatu kawasan Industri selain di isi oleh pembangunan sektor industri, juga diikuti oleh pembangunan sektor lain, baik dalam penggunaan sumber daya alam, seperti : energi, air dan lahan, maka penanganan tata ruang antar berbagai sektor ke arah penyusunan rencana pengembangan wilayah terpadu perlu dilakukan (Simandjorang, 2010).

Di Indonesia, pada awalnya kawasan industri hanya dikembangkan oleh Pemerintah melalui BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sebagai reaksi terhadap meningkatnya jumlah industri dengan dampak polusi lingkungan yang diakibatkannya, keterbatasan infrastruktur dan masalah perkembangan kawasan permukiman yang berdekatan dengan lokasi industri, maka Pemerintah melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 53 tanggal 27 Oktober 1989, mengijinkan kawasan industri dikembangkan oleh pihak swasta (Kwanda, 2000).


(40)

Menurut Sukirno (1985) menarik tidaknya sesuatu daerah sebagai pusat pertumbuhan dan sebagai pusat industrialisasi yang baru tergantung kepada faktor-faktor berikut : keadaan prasarana, keadaan pasar dan keadaan beberapa jenis eksternal ekonomi yang tersedia. Dengan adanya prasarana yang baik sesuatu industri dapat dengan mudah berhubungan dengan berbagai tempat di daerah itu, dengan daerah lain dan ke luar negeri; menghemat ongkos pengangkutan dalam pengangkutan bahan mentah dan hasil produksinya; dan memungkinkan mengurangi jumlah investasi modalnya. Oleh sebab itu, prasarana yang baik mempertinggi industri-industri yang akan ditumbuhkan.

Penciptaan kawasan perindustrian ditujukan untuk pembangunan industri di daerah guna mempertinggi daya tarik dari daerah tersebut dengan harapan akan diperoleh manfaat sebagai berikut : menghemat pengeluaran pemerintah untuk menciptakan prasarana; untuk menciptakan efisiensi yang lebih tinggi dalam kegiatan industri-industri; menciptakan perkembangan daerah yang lebih cepat dan memaksimumkan peranan pembangunan daerah dalam keseluruhan pembangunan ekonomi. Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor yang lebih penting lagi yang mendorong usaha menciptakan kawasan perindustrian adalah besarnya keuntungan potensial yang akan diperoleh berbagai industri apabila fasilitas yang demikian disediakan kepada mereka. Oleh sebab itu, pengembangan kawasan perindustrian terutama dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak perangsang kepada para penanam modal, langkah tersebut akan mengurangi masalah mereka untuk menciptakan atau mendapatkan tempat bangunan dan dapat mengurangi biaya yang diperlukan untuk mendirikan industrinya karena bangunan perusahaan dapat disewa atau dibeli dengan biaya yang tidak terlalu mahal (Sukirno, 1985).


(41)

2.5. Tenaga Kerja

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefenisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi).

Tenaga kerja didefenisikan sebagai penduduk dalam usia kerja ( working-age population). Sedangkan pengertian tenaga kerja yang di muat dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Dumairy (1997) yang tergolong sebagai tenaga kerja adalah penduduk yang mempunyai umur di dalam batas usia kerja. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut, supaya defenisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Setiap negara memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenaga kerja pada masing-masing negara juga berbeda, sehingga batasan usia kerja antar negara menjadi tidak sama. Di Indonesia, batas umur minimal untuk tenaga kerja yaitu 15 tahun tanpa batas maksimal.

Pemilihan umur 15 tahun sebagai batas umur minimal adalah berdasarkan kenyataan penduduk umur 15 tahun di Indonesia sudah bekerja atau mencari kerja terutama di desa-desa. Demikian juga Indonesia tidak menetapkan batasan umur maksimal tenaga kerja karena belum adanya jaminan sosial nasional. Hanya


(42)

sebagian kecil penduduk yang menerima tunjangan hari tua, yaitu pegawai negeri dan sebagian pegawai swasta. Bagi golongan ini pun, pendapatan yang diterima tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga mereka yang telah mencapai umur pensiun masih tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhannya, sehingga mereka tetap digolongkan sebagai tenaga kerja (Simanjuntak, 1998).

Menurut Todaro (2000), pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat, benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya.

2.6. Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat

Pendapatan diartikan sebagai hasil kerja atau usaha baik dalam bentuk uang maupun barang. Salah satu bentuk pendapatan adalah upah atau gaji, yang berarti uang yang di bayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga kerja yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995).

Maryatmo dan Susilo (1996) mengemukakan bahwa pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh keluarga atau seseorang selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Pendapatan masyarakat dengan demikian adalah seluruh penerimaan yang di terima pada satu tahun


(43)

tertentu baik itu dari hasil produksi pertanian maupun dari hasil industri dan perdagangan serta sektor-sektor lainnya.

Jenis-jenis sumber pendapatan dapat berasal dari : (a) usaha sendiri (wiraswasta, misalnya : berdagang, mengerjakan sawah); (b) bekerja pada orang lain, misalnya bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai dan karyawan (baik swasta maupun pemerintah); (c) hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah yang disewakan, rumah yang disewakan, uang yang dipinjamkan dengan bunga tertentu (Gilarso, 1992).

Menurut Richardson (2001) model pendapatan interregional merupakan perubahan pendapatan regional berasal dari beberapa sumber yang mungkin, tidak lagi semata-mata berasal dari perubahan ekspor yang ditentukan secara eksogen. Sumber-sumber ini, meliputi : (a) perubahan pengeluaran-pengeluaran otonom regional (misalnya : investasi, pengeluaran pemerintah); (b) perubahan tingkat pendapatan suatu daerah (atau daerah-daerah lain) di dalam sistem yang bersangkutan yang akan terlihat dalam perubahan ekspor daerah; (c) berubahnya salah satu diantara parameter-parameter model (hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan irregional atau tingkat pajak marginal).

Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan indikator untuk mengukur kesejahteraan, yaitu : kependudukan; pendidikan; kesehatan; ketenagakerjaan; fertilitas dan keluarga berencana; perumahan dan lingkungan; konsumsi dan pengeluaran rumah tangga. Sedangkan Jhinggan (1999) mengemukakan dalam melihat indikator kesejahteraan masyarakat menggunakan ukuran distribusi pendapatan; komposisi output; selera; biaya nyata dan perubahan tertentu yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.


(44)

2.7. Tempat Usaha

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1995 pasal 6 tentang Usaha Kecil dan Koperasi, pemerintah menumbuhkan iklim usaha kecil melalui penetapan peraturan perundangan dan kebijaksanaan meliputi aspek, antara lain : pendanaan, prasarana, informasi, kemitraan, perijinan usaha, dan perlindungan dunia usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif menumbuhkan iklim usaha sebagaimana dimaksud.

Di dalam perekonomian daerah, usaha kecil menengah merupakan sektor usaha yang memiliki peran cukup tinggi, terutama dalam penyediaan lapangan kerja. Namun demikian, perkembangan usaha kecil menengah akhir-akhir ini cukup memprihatinkan terlebih lagi dengan masuknya berbagai produk impor yang merupakan hasil usaha menengah luar negeri. Kondisi demikian, akan memperlemah posisi sektor usaha kecil di pasar Indonesia. Semakin melemahnya posisi sektor usaha kecil di pasar, dalam jangka panjang akan berdampak pada turunnya taraf hidup masyarakat serta bertambahnya pengangguran. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya yang mengarah pada pengembangan sektor usaha kecil dalam rangka memperbaiki mutu produk atau jasa sehingga mampu bersaing di pasar. Upaya untuk memperbaiki mutu produk diperlukan pengelola usaha (manajemen) dengan baik, meliputi aspek permodalan, produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan pembukuan (Wie, 1993).

Wie (1993) dalam Kuncoro dan Widjajanto (2001) mengemukakan bahwa pengembangan industri kecil adalah cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri manufaktur. Pengembangan industri berskala kecil akan membantu mengatasi masalah pengangguran, mengingat teknologi yang


(45)

digunakan adalah teknologi padat karya, sehingga dengan demikian selain dapat memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang pada akhirnya dapat mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan.

Pengembangan industri kecil harus menfokuskan sub sektor-sub sektor yang menjadi andalan dan sektor yang menjadi unggulan. Wie (1993) dalam Kuncoro dan Widjajanto (2001) mengartikan potensi sektor andalan sebagai potensi dari sektor yang dimiliki secara dominan tanpa mempertimbangkan kemampuan daya saing sektor tersebut dalam perekonomian, sedangkan potensi subsektor unggulan adalah potensi subsektor andalan yang memiliki kemampuan daya saing (competitive advantage).

2.8. Penelitian Terdahulu

Simandjorang (1999), melakukan penelitian dengan judul Pembangunan Kawasan Industri Kuala Tanjung dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Di Daerah Sekitanya, dengan menitikberatkan penelitian pada diversifikasi pekerjaan dan pendapatan serta pelayanan sosial pada masyarakat sekitarnya terhadap pembangunan Kawasan Industri Kuala Tanjung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan Kawasan Industri Kuala Tanjung berpengaruh positif terhadap jumlah dan jenis pekerjaan; kondisi jaringan jalan dan sarana angkutan; pendidikan masyarakat; kesehatan masyarakat.

Alwin (2003), melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Kawasan Industri Medan (KIM) Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Kasus : Kelurahan Mabar dan Titi Papan Kecamatan Medan Deli) dengan menitikberatkan penelitian pada gambaran persepsi


(46)

masyarakat terhadap keberadaan KIM dan pengaruh KIM terhadap pendapatan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan KIM pada umumnya bernilai positif, yaitu : tidak terjadi polusi udara, air, kebisingan dan gangguan terhadap tanaman pertanian; pendapatan masyarakat pada umumnya meningkat dengan keberadaan KIM, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan masyarakat berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan KIM sedangkan jumlah dan lamanya tinggal di sekitar KIM tidak berpengaruh terhadap keberadaan KIM.

Pangaribuan (2010), melakukan penelitian dengan judul Peranan Kawasan Industri Dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Wilayah Di Desa Tanjung Morawa B Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peranan Kawasan Industri Terhadap Sosial Ekonomi Wilayah di Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa sangat berpengaruh terhadap masyarakat dimana dengan adanya kawasan industri membuka lapangan kerja baru di pabrik yang mana dapat menyerap ribuan tenaga kerja (buruh). Selain itu dengan bertambahnya lapangan kerja, maka pendapatan masyarakat meningkat disertai juga dengan peningkatan SDM-nya. Masyarakat akan memperoleh pekerjaan dan pelatihan serta peningkatan pengetahuan dengan bekerja di pabrik-pabrik perindustrian.


(47)

2.9. Kerangka Pemikiran

Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan terhadap penyerapan tenaga kerja, perkembangan Tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat guna mendukung pengembangan wilayah Nagori Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun.

Bagan kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

Nagori Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas

Kabupaten Simalungun

Perkembangan Tempat-tempat Usaha Penyerapan

Tenaga Kerja

Pendapatan Masyarakat

Pengembangan Wilayah Pembangunan Kawasan


(48)

2.10. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah :

1. Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Bosar Maligas.

2. Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan terhadap perkembangan Tempat-tempat usaha di Kecamatan Bosar Maligas.

3. Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Bosar Maligas.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kawasan Industri Sei Mangkei pada Nagori Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara yang didasarkan pada pertimbangan bahwa Nagori Sei Mangkei tersebut merupakan tempat yang terkena dampak kegiatan tersebut. Lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran 6. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan Nopember 2012.

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan di duga. Populasi juga merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari serta menarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).

Populasi dalam penelitian ini meliputi kepala keluarga yang bermukim lebih dari 5 tahun di Nagori Sei Mangkei. Karena Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei ini dimulai Tahun 2009, maka untuk mengetahui ada atau tidaknya peranan kegiatan pembangunan kawasan industri ini, dibutuhkan informasi dari masyarakat yang telah bermukim sebelum adanya kegiatan pembangunan kawasan industri ini.


(50)

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun (2011), Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Nagori Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2010 sebagai berikut :

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Nagori Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2010

Nagori Jumlah Rumah Tangga (KK)

Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah (jiwa)

Sei Mangkei 600 1.591 1.533 3.124

Sumber : BPS Kecamatan Bosar Maligas Dalam Angka 2011

3.2.2. Sampel

Metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan tujuan tertentu saja (Sugiyono, 2008). Pengambilan sampel secara purposive sampling

ditentukan berdasarkan pada ciri tertentu yang dianggap mempunyai hubungan yang erat dengan ciri populasi. Dengan kata lain unit sampel yang diambil disesuaikan dengan kriteria-kriteria terutama yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Sampel (responden) yang diambil adalah kepala keluarga (bapak atau ibu). Adapun pertimbangan yang digunakan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah Rumah Tangga (KK) yang telah bermukim lebih dari 5 tahun. Berdasarkan informasi dari Kantor Pangulu Nagori Sei Mangkei, jumlah rumah tangga (KK) yang telah bermukim lebih dari 5 tahun adalah sebanyak 500 KK.


(51)

Penggambilan sampel sebesar 10 % dari 500, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 KK. Pengambilan sampel ini berdasarkan pendapat Sugiarto, dkk (2001) bahwa pada umumnya sampel diambil sekitar 10 % dari total populasi, bilamana jumlah ini masih dianggap besar (lebih dari 30) maka biasanya sampel ditetapkan sebanyak 30 dengan pertimbangan ukuran sampel tersebut telah dapat memberikan ragam populasi.

Jumlah sampel ini di anggap telah memenuhi syarat sesuai dengan pendapat Roscoe (dalam Sugiyono, 2008) bahwa dalam penelitian sosial, ukuran sampel yang layak digunakan antara 30 hingga 500 responden.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang bersifat kualitatif bersumber dari hasil pengamatan lapangan serta wawancara dan kuisioner yang diberikan kepada responden. Data sekunder yang bersumber dari studi kepustakaan dan instansi-instansi terkait seperti : Pemerintah Kabupaten Simalungun atau Bappeda, Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan sesuai dengan jenis data yang digunakan. Data primer dikumpulkan dengan teknik survei dengan menggunakan daftar pertanyaan kuisioner, wawancara tidak berstruktur dan pengamatan lapangan. Data sekunder di peroleh dengan cara studi kepustakaan dan data


(52)

Pemerintah Kabupaten Simalungun atau Bappeda, Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun.

Data primer untuk variabel penyerapan tenaga kerja, perkembangan Tempat-tempat usaha dan pendapatan masyarakat, data yang dikumpulkan sebagai berikut : Umur kepala keluarga; pendidikan terakhir kepala keluarga; pekerjaan kepala keluarga; lama bertempat tinggal; tenaga kerja pada saat pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei; Tempat-tempat usaha pada saat pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei dan pendapatan masyarakat pada saat pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei. Semua data-data primer yang diperoleh merupakan persepsi masyarakat yang akan di kaji.

3.5. Variabel Penelitian

Adapun yang menjadi variabel penelitian terdiri dari : Variabel bebas (Independent Variable), yaitu : - Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Variabel Terikat (Dependent Variable), yaitu : - Penyerapan tenaga kerja;

- Perkembangan Tempat-tempat usaha; - Pendapatan masyarakat.


(53)

3.6. Metode dan Teknik Analisis Data 3.6.1. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana. Menurut Priyatno (2011) Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Sugiyono (2008) menguraikan jenis-jenis paradigma penelitian, salah satu diantaranya adalah paradigma ganda dengan satu variabel independen (bebas) dan dua variabel dependen (terikat), dimana untuk mencari besarnya hubungan variabel digunakan analisis regresi linear sederhana. Persamaan regresi linear sederhana dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut :

Y1 = a + bX + e

Y2 = a + bX + e

Y3 = a + bX + e

Dimana : X = Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei (Skala Likert) Y1 = Penyerapan Tenaga Kerja (Skala Likert)

Y2 = Perkembangan Tempat-tempat Usaha (Skala Likert)

Y3 = Pendapatan Masyarakat (Skala Likert)

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi e = Term of Error

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer


(54)

3.6.2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penelitian ini dengan menggunakan model regresi. Penelitian ini di uji dengan beberapa alat uji statistik menggunakan SPSS versi 17 yang terdiri dari : uji kualitas data, uji penyimpangan asumsi klasik dan uji hipotesis.

3.6.2.1. Uji Kualitas Data

Ada dua konsep mengukur kualitas data, yaitu : validitas dan reliabilitas. Data yang telah dikumpulkan berdasarkan persepsi responden kemudian dikuantitatifkan agar dapat dilakukan uji statistik. Untuk menguji kesahihan persepsi responden digunakan uji kualitas data kuesioner kepada seluruh responden (Indriantoro dan Supomo, 1999).

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam kuesioner atau skala, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin di ukur. Alat analisis yang digunakan adalah Korelasi Bivariate Pearson (Produk Moment Pearson) dan Corrected Item-Total Correlation, dengan kriteria pengujian (Priyatno, 2011) :

 Jika r-hitung ≥ r-tabel (uji 2 sisi dengan Sig. 0,05), maka instrument atau item-item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total, maka item pernyataan dinyatakan valid.

 Jika r-hitung < r-tabel (uji 2 sisi dengan Sig. 0,05), maka instrument atau item-item pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total, maka item pernyataan dinyatakan tidak valid.


(55)

b. Uji Reliabilitas

Menurut Sekaran dalam Erlina (2011), reliabilitas adalah tingkat seberapa besar suatu pengukur, mengukur dengan stabil dan konsisten. Lebih lanjut, Priyatno (2011) mengemukakan bahwa uji realibilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan konsisten jika pengukuran tersebut di ulang. Alat analisis atau metode uji realibilitas yang sering digunakan adalah Cronbach’s Alpha, dengan kriteria pengujian (Ghozali, 2005) :

 Jika Alpha > 0,6, maka instrumen pengamatan dinyatakan reliabel.  Jika Alpha < 0,6, maka instrumen pengamatan dinyatakan tidak reliabel.

3.6.2.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Pengujian penyimpangan asumsi klasik harus dilakukan terlebih dahulu sebelum menguji hipotesis yang menggunakan model analisis regresi. Uji penyimpangan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan heteroskedastisitas, sedangkan pengujian multikolinearitas tidak dilakukan oleh karena variabel bebas (Independent Variable) yang digunakan hanya satu, demikian juga halnya uji autokorelasi tidak dilakukan oleh karena jangka waktu pengamatan tidak bersifat time-series. Penjelasan analisis uji penyimpangan asumsi klasik adalah sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada model regresi yang digunakan untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Asumsi


(56)

distribusi normal diperiksa dengan menggunakan grafik Histogram. Data terdistribusi normal, apabila grafik histogram berbentuk lonceng yang hampir sempurna (simetris), sedangkan jika grafik histogram pola distribusi menceng ke kiri tidak normal. Untuk menghindari subjektivitas pengamatan juga digunakan alat analisis pengujian normalitas dengan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan kriteria pengujian : jika nilai signifikansinya (Asymp.Sig) > 0,05, maka dinyatakan bahwa variabel penelitian terdistribusi secara normal (Priyatno, 2011).

b. Uji Heteroskedastisitas

Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain. Metode pengujian heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Grafik Scatterplot, dengan kriteria pengujian : jika titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur, maka dinyatakan model regresi tidak terdapat (terbebas) dari heteroskedastisitas (Priyatno, 2011). Uji statistik dilakukan dengan Glejser, suatu data dikatakan terbebas dari penyimpangan heteroskedastisitas apabila secara statistik variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Absolut Ut (AbsUt) atau jika nilai signifikan antara variabel bebas dengan residual lebih besar dari 0,05 atau 5 % (Ghozali, 2005).


(57)

3.6.2.3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Koefisien Determinsi (R2)

Analisis koefisien determinasi merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui kekuatan variabel bebas (Independent Variable) menjelaskan varibel terikat (Dependent Variable). Analisis koefisien determinasi dilakukan secara parsial, yaitu dengan melakukan pengamatan indikator R2 untuk menyatakan koefisien determinasi parsial variabel bebas (Independent Variable) terhadap varibel terikat (Dependent Variable). Hasil analisis koefisien determinasi dapat dilihat out put SPSS Model Summary.

b. Partial Test (Uji-t)

Pengujian hipotesis dilakukan melalui Uji-t, yaitu untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Adapun rumusan pengujian hipotesis adalah :

1. Hubungan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

H0: α = 0 Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei tidak berperanan

secara parsial terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.

H1: α ≠ 0 Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan


(58)

2. Hubungan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap Perkembangan Tempat-tempat Usaha

H0: α = 0 Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei tidak berperanan

secara parsial terhadap Perkembangan Tempat-tempat Usaha. H1: α ≠ 0 Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan

secara parsial terhadap Perkembangan Tempat-tempat Usaha. 3. Hubungan Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei terhadap Pendapatan

Masyarakat

H0: α = 0 Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei tidak berperanan

secara parsial terhadap Pendapatan Masyarakat.

H1: α ≠ 0 Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei mempunyai peranan

secara parsial terhadap Pendapatan Masyarakat. sedangkan kriteria pengujian hipotesis adalah :

 Jika thitung > ttabel, maka H0 di tolak atau H1 di terima.

 Jika thitung < ttabel, maka H0 di terima atau H1 di tolak.

3.7. Defenisi Variabel Operasional Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel antara lain :

1. Pembangunan Kawasan Industri adalah pembangunan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang disediakan.

2. Penyerapan tenaga kerja adalah kemampuan menyerap tenaga kerja dari jumlah penduduk (dalam satuan orang).


(59)

3. Perkembangan tempat-tempat usaha adalah berkembangnya tempat-tempat usaha akibat pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei (dalam satuan unit).

4. Pendapatan masyarakat adalah berupa perolehan gaji atau penghasilan dari berusaha yang timbul dari kesempatan bekerja dan membuka usaha sendiri dengan adanya pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei (dalam satuan rupiah).


(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun secara geografis letaknya berada di antara 02o 36’ 00” - 03o 18’ 00” Lintang Utara (LU) dan 98o 32’ - 99o 35’ Bujur timur (BT), dengan luas 4.386,6 Km2 atau 6,12 persen dari luas Provinsi Sumatera Utara dan merupakan Kabupaten terluas ke-3 setelah Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Langkat. Batas-batas wilayah Kabupaten Simalungun adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai dan Deli Serdang;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir;

 Sebelah Timur berbatasan dengan dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara;

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo.

Suhu udara rata‐rata di Kabupaten Simalungun Tahun 2010 adalah 25,5°C, dengan suhu terendah 21,1°C. dan suhu tertinggi 31,5°C. Suhu udara rata‐rata naik setiap tahunnya. Seperti halnya suhu udara maksimum dimana pada Tahun 2007 suhu maksimum 29,8°C naik menjadi 30,5°C di Tahun 2008, selanjutnya naik kembali menjadi 31,1°C Tahun 2009 dan 31,5°C di Tahun 2010.


(61)

Kabupaten Simalungun terkenal sebagai daerah penghasil (lumbung) beras dan perkebunan dengan mata pencaharian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian tanaman pangan dan perkebunan, baik skala besar maupun perkebunan rakyat.

Wilayah Kabupaten Simalungun berada pada ketinggian 0 – 1.600 meter di atas permukaan laut (dpl). Luas Wilayah Kabupaten Simalungun berdasarkan ketinggian dapat dilihat pada Tabel 4.1. dan Grafik 4.1. berikut ini.

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Ketinggian

No. Ketinggian (m dpl) Luas (Ha) Persentase (%) 1.

2. 3. 4. 5.

≤ 100 101 – 500 501 – 1000 1001 – 1500

> 1501

80.065 164.175

92.885 98.955 2.515

18,25 37,43 21,17 22,56 0,59

Jumlah 438.660 100,00


(62)

Grafik 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Ketinggian

Penyebaran kemiringan lahan/lereng di wilayah Kabupaten Simalungun terdiri dari : kemiringan datar (0 – 2 %), landai (2 – 15 %), bergelombang/berbukit (15 – 40 %) dan curam ( > 40 %). Luas lahan berdasarkan penyebaran kemiringan lahan/lereng dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan Grafik 4.2. berikut ini.

Tabel 4.2. Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Penyebaran Kemiringan Lahan/Lereng

No. Kemiringan Lahan/Lereng Luas (Ha) Persentase (%) 1.

2. 3.

4.

Datar (0 – 2 %) Landai (2 – 15 %) Bergelombang/Berbukit

(15 – 40 %) Curam (> 40%)

117.558 160.613

100.684 59.805

26,80 36,61

22,95 13,63

Jumlah 438.660 100,00


(63)

Grafik 4.2. Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Kemiringan Lahan/Lereng

Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 Kecamatan dengan luas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.3. dan Grafik 4.3. berikut ini.

Tabel 4.3. Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Simalungun

No. Kecamatan Luas (Km2) Rasio Terhadap Luas Kabupaten (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Silimakuta Pematang Silimakuta Purba Haranggaol Horison Dolok Pardamean Sidamanik Pematang Sidamanik Girsang Sipangan Bolon Tanah Jawa Hatonduhan Dolok Panribuan 77,50 68,20 172,00 34,50 99,45 83,56 125,19 123,00 213,95 275,80 154,30 1,77 1,55 3,92 0,79 2,27 1,90 2,85 2,80 4,88 6,29 3,52


(64)

12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. Jorlang Hataran Panei Panombeian Panei Raya Dolok Silau Silau Kahean Raya Kahean Tapian Dolok Dolok Batu Nanggar Siantar

Gunung Malela Gunung Maligas Huta Bayu Raja

Jawa Maraja Bah Jambi Pematang Bandar Bandar Huluan Bandar Bandar Masilam Bosar Maligas Ujung Padang 92,25 72,30 82,20 335,60 288,45 220,50 226,25 116,90 126,10 79,11 108,97 58,52 156,13 73,72 95,00 102,35 109,18 97,72 294,40 223,50 2,10 1,65 1,87 7,65 6,58 5,03 5,16 2,66 2,87 1,80 2,48 1,33 3,56 1,68 2,17 2,33 2,49 2,23 6,71 5,10

Jumlah 4.386,60 100,00


(65)

(1)

Lampiran 7. Gambar Master Plan Kawasan Industri Sei Mangkei


(2)

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Gambar 5. Peneliti sedang berada di Kantor Nagori/Desa Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun


(3)

Gambar 7. Peneliti sedang mewawancarai dengan responden wanita


(4)

Gambar 9. Fasilitas Prasarana Jalan Yang Telah Terbangun di Dalam Kawasan Industri Sei Mangkei

Gambar 10. Beberapa Fasilitas Yang Sedang Dibangun di Dalam Kawasan Industri Sei Mangkei


(5)

Gambar 11. Beberapa Fasilitas Yang Sedang Dibangun di Dalam Kawasan Industri Sei Mangkei

Gambar 12. Graha Yang Telah Terbangun di Dalam Kawasan Industri Sei Mangkei


(6)

Gambar 13. Tanaman Kelapa Sawit Yang Merupakan Produk Yang Akan Diolah di Kawasan Industri Sei Mangkei

Gambar 14. Fasilitas Jalan Yang Telah Terbangun Diluar Kawasan Industri Sei Mangkei (Jalan dari Simpang Mayang ke Kawasan Industri Sei Mangkei).


Dokumen yang terkait

Dampak Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Simalungun (Studi Kasus: Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar)

24 148 108

Dampak Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Simalungun (Studi Kasus: Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar)

0 0 9

Dampak Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Simalungun (Studi Kasus: Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar)

0 0 2

Dampak Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Simalungun (Studi Kasus: Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Bandar)

0 2 34

Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun

0 2 18

Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun

0 0 2

Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun

0 0 8

Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun

0 0 20

Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun

0 0 3

Kajian Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun

0 0 31